Tittle : Family Goals
Pairing : LeoN, SoonHoon, Jeongcheol, Verkwan, Meanie, Raken, Hyukbin, SeokSoo
Disclaimer : All casts are belong to their self and God
Rating : T/T+
Warning : Typo, GS, OOC, AU
.
.
.
.
.
Lee Jihoon menggerutu seraya mengucek seragam sekolah milik Youngji yang penuh dengan noda lumpur. Tidak baju seragamnya, tidak celananya, tidak kaos kakinya, sampai kaos dalamnya pun ikut penuh dengan noda lumpur. Entah apa yang dilakukan anak laki-lakinya itu saat pulang sekolah tadi. Sepertinya bocah mungilnya itu sengaja untuk minta diturunkan di depan pintu klaster perumahan mereka.
Memanfaatkan waktu untuk berjalan kaki menuju rumah seraya bermain genangan air yang ada di beberapa tempat ke arah rumah mereka.
Jihoon tak bisa memarahi Youngji begitu saja. Ia sudah mengingat janjinya semalam. Apabila esok hari turun hujan, dan saat waktunya Youngji pulang sekolah hujan tersebut sudah berhenti. Youngji diizinkan bermain genangan air. Bocah mungilnya itu sedikit terobsesi bila melihat genangan-genangan air. Ia akan melompat-lompat kesenangan tak memperdulikan sekitarnya.
Tapi Jihoon tak mengira bahwa Youngji akan bermain genangan air sampai seekstrim ini. Noda-noda lumpur itu susah sekali hilangnya walau ia sudah mengucek baju anaknya itu dengan benar. Jihoon tak akan mencoba untuk menggiling baju bocah mungilnya di dalam mesin cuci. Karena percuma saja. Tak akan bersih. Yang ada akan menambah pekerjaan Jihoon saja karena harus merendam seragam Younji dengan cairan pemutih.
Dan sekarang si biang masalah itu sedang menemani putra Hakyeon ke rumahnya untuk berganti pakaian dan mengambil tugas rumah.
Hari ini Jihoon memang dimintai tolong untuk menjaga Hakwoon. Putra pasangan Jung Taekwoon dan Cha Hakyeon yang berumur tujuh tahun. Kakak tingkat Youngji di sekolah. Walau Youngji baru berumur lima tahun, tetapi bocah mungilnya itu sudah duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar. Putranya itu merengek minta sekolah ketika melihat Hakwoon yang pergi sekolah.
Untung saja bocah mungil Jihoon itu mewarisi kepintaran dan kegesitan dari kedua orang tuanya. Sehingga mempermudahnya ketika menerima materi pelajaran.
Selesai mencuci seragam Youngji. Jihoon melangkah menuju dapur untuk membuat makan siang dan cemilan bagi Youngji dan Hakwoon. Putra Hakyeon itu akan dijemput mendekati makan malam karena Hakyeon ada jadwal siaran radio sampai sore. Sementara Taekwoon baru tiba di Seoul kira-kira malam.
Taekwoon dan Soonyoung sedang ada pekerjaan di Italia. Mengantar beberapa pemain sepak bola asuhan mereka untuk training selama dua musim di sana.
Dan bila Jihoon tidak salah membaca pesan dari suaminya semalam, Soonyoung akan tiba di rumah malam hari.
.
.
.
Youngji mengikuti Hakwoon dari belakang seraya menguyah wafer cokelat yang diberi oleh Hyung-nya itu. Di tangannya juga ada satu bungkus chocopie yang belum dibuka.
Menemani Hakwoon berganti pakaian dan mengambil tugas rumah sudah menjadi kegiatan rutin bagi Youngji ketika Hyung-nya itu akan menghabiskan waktu di rumahnya. Karena tak ada satu pun orang dewasa yang akan menjaga Hakwoon di rumah ketika orang tuanya pergi bekerja.
Dan yang Youngji tahu, Taekwoon samchon dan Hakyeon imo akan ada di rumah ketika matahari sudah tenggelam.
"Youngji-ya." Panggil Hakwoon.
Youngji yang sedang berdiri di depan jendela kamar Hakwoon dan melihat ke lapangan bola di ujung perumahan menoleh ke arah Hyung-nya itu.
"Appa-mu pulang hari ini?" tanya Hakwoon seraya memasukan buku tugas sekolahnya ke dalam tas ranselnya.
"Hum. Eomma bilang Appa pulang hari ini. Ah aku jadi tak sabar apa yang akan dibawa Appa nanti." Youngji menaruh kedua tangannya di pipi dengan mata yang berbinar penuh harap.
Hakwoon terkekeh pelan. Ia melambaikan tangannya agar Youngji mengikutinya keluar dari kamar.
"Aku rindu Appa. Sudah seminggu Appa pergi bekerja." Wajah muram Hakwoon ikut menular ke Youngji. Bocah berumur lima tahun itu juga merengut sedih. Youngji rindu bermain dengan Appa-nya.
Keduanya melangkah keluar rumah, Youngji mengingatkan Hakwoon untuk mengunci rumah, pesan dari Eomma-nya. Langkah keduanya lesu ketika melangkah menuju rumah Youngji. Mereka mengacuhkan lambaian tangan dari Seungcheol samchon yang menyapa mereka.
Bila ingin menuju rumah Youngji memang harus melewati rumah Seungcheol Samchon dan Jeonghan Imo terlebih dahulu. Dan sepertinya baik Youngji ataupun Hakwoon tak menyadari mengapa sesiang ini Seungcheol mereka ada di rumah.
.
.
.
Soonyoung mengangguk terima kasih kepada supir kantor yang sudah menjemputnya di bandara dan mengantarnya pulang ke rumah. Ia sengaja meminta izin untuk tidak langsung ke kantor membahas tentang pekerjaannya yang baru selesai. Kepalanya sedikit pusing dan tubuhnya mulai menunjukkan tanda-tanda demam.
Setelah menunggu supir kantor itu pergi kembali ke kantor. Soonyoung menggeret kopernya dan satu tas ransel yang digendongnya. Sebenarnya kopernya lebih banyak diisi dengan oleh-oleh pesanan putranya.
Soonyoung melepas sepatu dan memakai sandal rumah. Lalu membuka pintu dan mengucapkan salam. Seraya melirik jam tangannya, Soonyoung pasti akan disambut oleh teriakan penuh kegembiraan dari Youngji. Jujur saja, walau sering membuatnya pusing karena tingkah lakunya yang seperti gasing, tapi Soonyoung begitu merindukan Youngji dan Jihoon. Terutama sudah sangat ingin sekali memeluk dan mencium istri mungilnya itu.
"Appa pulang." Kata Soonyoung lantang. Ia menunggu suara ribut dari Youngji. Tapi sampai lima menit kemudian tidak ada tanda-tanda putranya itu muncul.
Dengan kening mengerut bingung, Soonyoung menggeret kopernya ke ruang keluarga. Ia mengedarkan atensinya ke seluruh ruangan. Dan hanya diisi oleh keheningan saja. Ruang keluarganya pun masih terlihat rapi. Televisi juga tidak menyala. Sepertinya Youngji belum menginvasi ruang keluarga untuk tempat bermainnya.
"Ji." Panggil Soonyoung.
Tak ada sahutan sedikit pun dari Jihoon. Soonyoung melepas jaketnya dan menyampirkan di sandaran sofa. Kemudian juga melepas kemejanya dan hanya menyisakan kaos putih polos.
"Jihoon-ie. Sayang. Aku pulang. Hey. Sayang." Soonyoung melangkah menuju dapur karena tak juga mendapati keberadaan istrinya itu.
Ia mengulum senyum simpul mendapati istrinya asik memasak dengan telinga yang disumpal earphone . Pantas saja dipanggil-panggil tidak mendengar. Untung saja pintu depan tadi dikunci. Bila tidak dikunci, bisa saja ada maling yang masuk.
Youngji biasa masuk lewat pintu samping yang langsung menuju dapur bila sedang bermain di luar rumah.
Soonyoung berjalan mengendap-endap di belakang Jihoon. Ia langsung memeluk istrinya itu dan membuat Jihoon berjengit kaget. Suara tawanya menggema di dapur rumah mereka itu. Soonyoung mengecupi kepala Jihoon berkali-kali. Menyalurkan rasa rindunya yang sudah menumpuk.
"Astaga! Kebiasaan!" Jihoon melayangkan cubitan pedasnya ke perut suaminya. Menghasilkan ringisan sakit dan wajah kecewa yang dibuat-buat.
Jihoon berdecak kesal ketika Soonyoung merengek, mengomentari reaksinya setelah tak bertemu selama seminggu dengannya.
"Kau ini." Jihoon mencubit pelan bibir suaminya sebelum memberikan ciuman selamat datang.
Soonyoung terkekeh pelan dan membawa Jihoon yang masih iia peluk untuk duduk di kursi. Ia kembali melayangkan ciuman bertubi-tubi untuk Jihoon-nya.
"Berhenti sayang. Kau ini kebiasaan." Gerutu Jihoon.
"Aku rindu tahuuuuu. Kau tak rindu padaku, Jihoon-ie?"
"Tidak."
"Ish, jahat sekali kepada suami tampan mu ini." Sungut Soonyoung tak terima. Sementara Jihoon hanya memutar matanya saja melihat kelakuan Soonyoung itu.
"Bodoh," maki Jihoon. "Siapa yang tidak rindu ditinggal seminggu ke luar negeri? Dihubungi saja susah sekali." Cibir Jihoon. Ia belum beranjak sama sekali dari atas pangkuan suaminya.
Kembali Soonyoung terkekeh. Sekarang ia bangkit dari kursi dan membiarkan Jihoon melayaninya terlebih dahulu. Mengambilkan air putih untuknya.
"Dimana Youngji? Kenapa bocah mungil kita itu tak menyambut ku?" Soonyoung bertanya seraya menerima segelas air dingin dari Jihoon.
"Kau bilang akan tiba sore hari. Jadi ya tak ada persiapan apapun dari kami. Youngji menemani Hakwoon-ie pulang sebentar berganti pakaian dan mengambil tugas sekolah."
Soonyoung mengangguk. Ia meminta obat pusing dan demam kepada Jihoon. Membuat istrinya menatapnya khawatir dan menanyai macam-macam.
"Setelah ini istrirahat saja di kamar. Turun setelah merasa lebih baik. Biar menjadi kejutan untuk Youngji. Sepertinya sebentar lagi mereka akan sampai rumah."
Menuruti saran dari Jihoon. Soonyoung melangkah menuju kamar mereka yang berada di lantai dua seraya membawa koper dan ranselnya. Jihoon yang akan mengurus kemeja, jaket dan sepatunya. Agar putra mereka tidak mendapati kedatangan ayahnya. Youngji terkadang bila sedang kumat nakalnya, akan marah-marah tidak jelas bila apa yang diprediksinya tidak sesuai dengan ekspektasinya.
.
.
.
.
Taekwoon melangkah masuk ke dalam coffee shop yang berada di seberang kantor radio dimana Hakyeon bekerja sebagai dj radio. Istrinya itu ada jadwal siaran untuk siang menjelang sore.
Taekwoon langsung menuju kasir untuk menyapa Jeonghan yang sedang melayani dua pelanggan.
"Ah Taekwoon sunbae. Lama tak berjumpa." Sapa Jeonghan kaget.
Taekwoon memasang wajah datar dan dibalas dengan kekehan geli dari Jeonghan. Ia mengulurkan satu paper bag untuk ibu dari Hyejeong itu.
"Hehe bercanda saja oppa. Tak usah memasang wajah datar mu. Dan terima kasih oleh-olehnya."
Taekwoon mengangguk. Ia mencari keberadaan bocah perempuan berusia tiga tahun yang biasanya berada di sekitar Jeonghan.
"Jeong-ie sedang bersama appa-nya di rumah bila kau mencari putri ku itu, oppa."
Ah ternyata putri dari pasangan Seungcheol dan Jeonghan itu sedang tidak ada di coffee shop mereka.
"Kenapa juga kau langsung kemari pulang dari Italia? Tak rindu dengan Hakwoon? Sepertinya putra mu itu sudah pulang sekolah, oppa."
Taekwoon menerima segelas latte yang disajikan oleh Jeonghan. Ia menyesapnya terlebih dahulu sebelum menjawab. Seraya melonggarkan dasinya, Taekwoon mengulurkan lagi satu toples biji kopi yang sengaja dibelinya di Italia. Taekwoon ingin meminta Jeonghan atau Seungcheol untuk membuat resep baru lagi dengan biji kopi yang baru saja dibelinya. Bila rasanya sesuai dengan seleranya, kemudian dicoba untuk dijual dan ditawarkan kepada pelanggan coffee shop mereka, dan akan mendapat respon bagus. Taekwoon akan berusaha untuk mengajukan kerja sama dengan salah satu coffee shop di Italia sana. Tempat dimana ia membeli biji kopi itu.
"Aku ingin menjemput istriku, Jeonghan-ah. Sebentar lagi Hakyeon selesai siaran."
"Bukannya sampai jam 5 sore siaran Hakyeon eonni hari ini?" tanya Jeonghan bingung. Hari Selasa seperti ini, jadwal Hakyeon memang sampai jam 5 sore. Tapi ini baru pukul setengah empat dan Taekwoon sudah menunggu istrinya itu pulang.
"Tak tahu juga. Ia yang menelpon ku tadi minta dijemput."
Jeonghan mengangguk paham, ia pamit sebentar untuk menerima telpon dari suaminya dan meninggalkan Taekwoon seorang diri.
Taekwoon yang ditinggal sendiri akhirnya memilih untuk sibuk dengan ponselnya. Ia mengikuti jejak Soonyoung untuk tidak langsung membahas mengenai pekerjaan mereka itu. Hanya mampir sebentar ke kantor untuk mengantarkan dokumen pesanan direktur mereka.
Taekwoon membuka-buka video yang dikirim oleh Hakyeon. Berisi keseharian dari Hakwoon dan Hakyeon sendiri. Video yang sengaja diminta Taekwoon. Karena tak bisa setiap waktu selama di Italia, Taekwoon menghubungi Hakyeon atau Hakwoon. Jadi Taekwoon meminta kepada Hakyeon untuk mengirimi video kegiatan apapun yang sedang dilakukan putranya.
Sejujurnya ia sudah ingin pulang ke rumah. Tetapi saat tiba di bandara tadi, Hakyeon mengiriminya pesan untuk menjemputnya dan meminta pergi keluar sebentar. Taekwoon lelah sebenarnya, tapi ia mengikuti saja keinginan istrinya itu. Sekali-kali berkencan tanpa ada gangguan dari Hakwoon.
Taekwoon terkekeh pelan, semoga saja istrinya tidak tahu apa yang ia baru saja pikirkan. Karena bila sampai Hakyeon tahu. Bisa-bisa Taekwoon tak mendapat jatah ciuman selamat datang.
.
.
.
.
.
Haiiiiiiiiii I'm back hohohoho.
Kangen? Kangen? Kangen? Huehehehehe.
Kali ini mencoba menulis cerita GS eheheh *maafkan aku sudah menistakan member vixx dan seventeen*. Habis, setelah berembuk dengan para member gibahers kkkk, disetujui untuk menulis gs saja biar gregetnya dapat (?).
Kali ini mencoba untuk bikin multiple chapter dengan pairing seperti di atas. Part 1-nya di isi sama LeoN dan SoonHoon dulu ya. Yang bingung siapa itu Jihoon dan Soonyoung, Jihoon itu Woozi Seventeen dan Soonyoung itu Hoshi seventeen. Pairing yang lain menyusul ya.
Jadiiiiiii, jangan lupa reviewnya please~~ dikomentari dan diberi saran yang membangun dong ehehhe. Favourite dan follow ceritanya boleh banget, tapi reviewnya jangan lupa. Jangan dibaca doang. Ini bukan spanduk di pinggir jalan yang bisa dibaca dan dilewati gitu doang (?)
Jangan lupa reviewnya ya. Oke? Oke?.
Bye~~~~`
Suc!
