Title : The Day with You
Genre : Family/Friendship
Pairing : Harem!Naru (Straight/Slash), OCNaruto (Brothership not romance), OCItachi (Friendship not romance), OCxOC.
Rated : T
Disclaimed : Naruto (c) Masashi Kishimoto
.
Summary : Sanzou Ienari tidak pernah menyangka kalau kehidupannya akan berubah. Bukan hanya karena Kyuubi membunuh kedua orang tuanya, tetapi ia harus berhadapan dengan seorang bayi yang ia tahu adalah anak dari seorang Hokage, dan juga berhadapan dengan arwah sang Hokage itu sendiri. OCNaru (Brothership not Romance)
.
Prologue
.
Hari itu Kyuubi datang menyerang, tiba-tiba muncul dan menghancurkan desa. Banyak anak-anak yang kehilangan orang tua, atau sebaliknya. Semuanya tampak kacau, para ninja senior mencoba untuk menyelamatkan para ninja muda dan juga para penduduk biasa. Tidak terkecuali seorang anak laki-laki berambut putih pendek yang bermata merah itu.
Saizou Ienari adalah seorang anak yatim piatu sejak beberapa saat yang lalu saat ibu dan ayahnya tewas karena serangan Kyuubi. Ia yang berusia 5 tahun cukup bisa mengerti tentang dua hal yakni desanya hancur, dan ia tidak memiliki keluarga lagi. Tetapi jujur menurutnya itu semua tidak memiliki perbedaan mengingat ayah dan ibunya tidak pernah ada untuknya.
Ia tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya yang lebih mementingkan pekerjaan ketimbang menghabiskan waktu dengannya.
Berbeda dengan anak-anak lainnya, pemuda itu yang seharusnya berada di pengungsian bersama dengan para penduduk lainnya malah berada di tengah hutan luas dan sedang melihat sesuatu yang menjadi satu-satunya hal yang paling tidak ia mengerti.
Ia melihat sosok rubah itu tampak terkurung di dalam sebuah kurungan transparan, bersama dengan dua orang dewasa dan satu anak kecil. Ia kenal dengan pria berambut kuning itu, siapa yang tidak mengenal sang Yondaime Hokage dan juga istrinya. Tetapi ia tidak tahu siapa anak laki-laki yang ada di dekapan sang Yondaime Hokage.
"Aku melakukan ini karena aku ingin Naruto menghabiskan waktu denganmu, dan tidak melewati semua ini sendirian!" Ia bisa melihat walaupun tidak jelas, kalau perempuan berambut merah panjang yang tampak terluka parah itu tidak menyetujui apapun yang akan dilakukan oleh sang Yondaime Hokage.
Beberapa percakapan yang tidak ia mengerti dan diakhiri dengan sebuah segel tangan yang menampakkan sesosok makhluk mengerikan di belakang sang Yondaime Hokage. Tangannya menembus Kyuubi dan juga dada sang Hokage tersebut. Meletakkan bayi dipangkuannya pada sebuah altar kecil dan tampak mencoba mempersiapkan sesuatu.
'Apa yang akan ia lakukan?' Hanya itu yang menjadi tanda tanya besar didalam kepalanya. Saat ia mencoba untuk menghampiri perempuan disampingnya, tampak Kyuubi akan menusuk bayi itu. Ia tidak berani melihatnya, tetapi matanya masih membuka seolah menyuruhnya untuk melihat semua yang terjadi.
Dan yang terjadi, bukan bayi bernama Naruto itu yang tertusuk melainkan kedua orang dewasa yang mencoba untuk melindunginya. Bahkan membiarkan tubuh mereka tertusuk cakar Kyuubi hingga tembus.
Mengeratkan pegangannya pada batang pohon dihadapannya, mencoba untuk tetap diam dan tidak berteriak saat melihat cakar milik Kyuubi menembus kedua orang itu. Ia hanya menutup matanya, dan melihat apakah bayi itu selamat atau tidak.
"Sudah kukatakan kalau ini adalah tugasku sebagai ayah bukan?"
Ia tidak mengerti, untuk apa mereka mengorbankan nyawa mereka untuk anak itu. Kenapa semua orang tua beranggapan kalau apa yang mereka lakukan sudah benar. Apakah mereka tidak pernah berfikir kalau anak itu akan kesepian tanpa mereka. Apakah mereka tidak pernah berfikir kalau setiap anak membutuhkan seseorang untuk menjaganya.
"Waktuku tidak banyak Kushina, katakan apa yang ingin kau katakan pada Naruto..."
...
Ia mendengarkan semuanya, apapun yang dikatakan oleh perempuan itu ia coba untuk mengingatnya. Membayangkan bagaimana jika yang mengatakan itu adalah ibunya sendiri, meskipun ia tahu kalau apapun yang terjadi semuanya tidak akan menjadi kenyataan. Semuanya terjadi sangat cepat, saat pembicaraan itu selesai, dan saat tubuh keduanya tumbang tepat disamping altar kecil yang menjadi tempat tidur bayi itu.
Kyuubi juga perlahan tampak menghilang seolah masuk ke dalam tubuh bayi itu. Namun, ia mengingat dengan jelas perkataan sang Yondaime Hokage yang mengatakan kalau Kyuubi dikunci didalam tubuh bayi itu. Ia bisa melihat Sandaime Hokage dan beberapa ANBU menghampiri ketiganya. Tanpa mendekatpun anak laki-laki itu tahu kalau keduanya tidak akan selamat, dan hanya bayi itu yang akan selamat.
Satu dan yang terakhir, anak yang menjadi Yatim Piatu.
-oOo-
Satu jam berlalu sejak penyerangan Kyuubi, semua orang sudah mengetahui kalau Yondaime Hokage mereka sudah tewas karena serangan Kyuubi.
(Yang tidak sepenuhnya salah, karena Ienari mengetahui bukan hanya Kyuubi yang membunuh Yondaime Hokage, namun juga monster yang muncul di belakang sang Hokage.)
Empat jam berlalu sejak penyerangan Kyuubi, rumor beredar jika Kyuubi yang awalnya mereka kira berhasil dibunuh oleh sang Yondaime Hokage ternyata tidaklah tewas, namun berubah menjadi seorang bayi—satu-satunya yang selamat dan berada sangat dekat dengan mayat sang Yondaime Hokage.
(Dan ia sangat tidak setuju dengan hal itu. Kyuubi bukanlah bayi itu, ia hanyalah bayi yang menjadi penjara bagi monster itu—Naruto adalah sosok yang membuat Kyuubi tidak menyerang desa kembali. Ia adalah pahlawan, dan Ienari hanya berharap penduduk desa mengetahuinya)
.
.
.
Namun ternyata tidak.
-oOo-
Anak-anak yang kehilangan orang tuanya dibagi dan dirawat oleh beberapa panti asuhan. Saizou Ienari mendapatkan sebuah panti asuhan yang cukup sepi dengan anak-anak. Syukurlah karena ia tidak begitu menyukai keramaian yang berlebihan. Ia tidak bisa bertahan dalam kelompok anak-anak yang selalu berteriak dan berlarian kesana-kemari.
"Aku tidak ingin menerimanya!"
Suara sang Matron tampak terdengar membuatnya menoleh saat menemukan Sandaime Hokage yang membawa seorang bayi yang tidak asing baginya. Anak dari sang Yondaime Hokage, penjara bagi Kyuubi—dan menurutnya adalah seorang pahlawan yang tidak pernah diketahui oleh semua orang.
"Ini adalah perintahku langsung sebagai seorang Hokage. Namanya adalah Uzumaki Naruto, dan aku memintamu untuk menjaganya. Kedua orang tuanya tidak diketahui siapa, namun dipastikan tewas saat penyerangan Kyuubi," tunggu, apa yang dimaksud Sandaime dengan 'orang tua tidak diketahui'? Jelas sekali kalau sang Hokage melihat semuanya. Jelas ia mengetahui kalau Naruto adalah anak dari Hokage keempat dari Konoha.
Sang Matron dengan berat hati menerima bayi mungil itu. Anak sekecil apapun mengerti kalau tatapan sang Matron yang diberikan untuk Naruto bukanlah pertanda yang baik. Begitu juga dengan para shinobi yang tidak pernah mengetahui kejadian saat itu.
-oOo-
"Jangan sampai anak-anak lainnya mendekati kamar tempat monster itu berada," itu yang ia dengar dari beberapa pengurus Panti Asuhan saat larut malam. Semuanya sudah tidur, namun Ienari tidak pernah bisa memejamkan matanya dan terus terjaga. Ia bisa mendengar dari celah pintu, saat para pengurus itu berbicara seperti tadi.
Memastikan tidak ada lagi pengurus yang berlalu lalang, Ienari segera berjalan pelan dan menuju ke lorong gelap yang berada di lantai yang sama dengan kamarnya. Menemukan sebuah kamar yang berada paling pojok, membuka pintu perlahan untuk melihat sebuah ranjang bayi yang tergeletak begitu saja disana. Sinar bulan juga tampak menjadi satu-satunya pencahayaan di ruangan itu.
Bukan Ienari mengetahui kamar itu dengan keberuntungan, tetapi siapa yang tidak bisa mendengar suara tangis yang begitu keras yang berasal dari bayi yang tengah berbaring itu. Tidak ada seseorangpun yang mencoba menenangkannya, dan satu-satunya alasan adalah karena mereka mengira Naruto adalah monster.
Berjalan perlahan, melipat tangannya di jeruji tempat tidur yang tampak memisahkan semua sisi ranjang, menatap sosok anak kecil yang tengah menangis itu. Melihat kiri kanan untuk mencari sesuatu, Ienari menarik sebuah kursi kayu menuju ke samping ranjang dan mencoba untuk menyentuh pipi Naruto dengan tangannya—secara lembut.
"Namamu Naruto bukan? Apakah kau kesepian? Aku bisa menemanimu," Ienari tersenyum dan mengusap lembut pipi anak itu. Ia belum berani untuk menggendong Naruto, namun ia mencoba untuk menggoyangkan tempat tidur itu mencoba menenangkannya, "aku tidak bisa meramal, tetapi siapapun yang melihat pasti akan tahu kalau hidupmu benar-benar akan berat..."
Suara tangis itu berubah menjadi isakan kecil saat entah karena merasa lelah atau karena goyangan yang ditimbulkan Ienari membuatnya nyaman dan tertidur. Bocah itu tersenyum, saat tangannya yang mengusap kepala Naruto tampak digenggam dengan erat.
"Namaku adalah Ienari, salam kenal Naruto..."
Mencoba untuk melepaskan tangan yang terpegang, turun dari kursi dan akan berjalan keluar sebelum para pengurus itu menyadari kalau ia tidak ada di kamarnya. Namun, angin dingin tiba-tiba saja berhembus dibelakang telinganya. Ia tahu sensasi ini, tetapi ia tidak tahu apa yang akan dihadapi olehnya saat ia menoleh ke belakang. Namun, entah kenapa tubuhnya berkhianat dengan hatinya saat bergerak dan menoleh ke belakang. Tepat di samping tempat tidur, sosok pria berambut kuning yang tampak transparan memakai pakaian Jounnin dan jubah Hokage tersenyum pada Naruto dan memberikan gestur seolah ia sedang mengecup dahinya.
...
*#!?^%&
Tidak, ia tidak berteriak karena Naruto akan terbangun kalau ia melakukan itu. Lagipula, sejak dulu ia sudah bisa melihat hal-hal tidak masuk akal seperti di depannya saat ini. Tetapi, ia hanya tidak mengerti kenapa orang yang beberapa jam yang lalu ia lihat tewas sekarang berada di depannya.
Rasanya...
Menyeramkan juga.
"Kau bisa melihatku?"Sang Hokage melihatnya yang mematung, hanya mengangguk dengan wajah memucat. Kakinya lemas dan dengan segera terjatuh begitu saja. Ia tidak mengerti apapun, kenapa Yondaime Hokage bisa menjadi hantu dan sekarang berada di depannya.
"Siapa namamu?"
"H-hai, wa-watashi wa Souzen Ienari desu..."
"Sepertinya kau sudah mengenaliku, jadi aku tidak perlu memperkenalkan diri bukan," Yondaime Hokage tersenyum, namun ia masih tidak bergerak dari tempatnya.
"Y-Yondaime Hokage-sama..."
"Nama asliku adalah Namikaze Minato, dan aku adalah—"
"A-ayah Naruto, a-aku melihat anda saat..." Minato menoleh pada Ienari yang menggantungkan perkataannya, "s-saat anda mengunci Kyuubi di tubuh Naruto..."
...
"Ah, chakramu—pantas aku pernah merasakannya. Bagaimana kau bisa sampai di hutan yang jaraknya sangat jauh dari Konoha?" Minato samar bisa merasakan saat Ienari berada di dekat sana. Namun, karena merasa itu mustahil dan karena keadaan kacau pada akhirnya ia tidak merasakannya lebih lanjut, "baiklah Sanzou—"
"Panggil saja Ienari, Yondaime-sama..."
"Kalau begitu kau tidak perlu memanggilku Yondaime, panggil saja Minato," jawab Minato sambil tersenyum dan menoleh sekeliling. Sepertinya Minato baru saja 'muncul' dan tidak mengetahui apapun tentang keadaan disekitarnya, "baiklah, pertama...dimana ini?"
"Panti asuhan? Semua anak yang kehilangan orang tua karena serangan Kyuubi ditampung di beberapa panti asuhan," jawab Ienari sudah cukup bisa mengendalikan dirinya. Minato menoleh pada Ienari yang menggantungkan kalimatnya, "yah, termasuk aku..."
"Maafkan aku Ienari-kun..."
"Tidak Minato-san, tidak perlu meminta maaf! Ini bukan salah anda ataupun Naruto," jawab Ienari sambil mengibaskan tangannya. Ia cukup panik melihat bagaimana sang (mantan) pemimpin desa itu meminta maaf padanya. Bagaimanapun, kapan bisa melihat seorang pemimpin desa yang meminta maaf seperti itu, "tetapi aku tidak mengerti kenapa anda berakhir seperti ini..."
"Ada kesalahan dalam fuin yang kubuat," menghela nafas dan menutup sebelah matanya. Ienari memiringkan kepalanya dan mendengar cerita dari Minato, "yah kesalahan yang menguntungkan. Saat aku menggunakan Hakke Fuin, sepertinya sedikit kesalahan dalam formula membuatku bukan hanya mengunci chakraku di dalam tubuh Naruto namun mengikat sebagian jiwaku pada tubuh Naruto..."
...
"Err, dengan kata lain?"
"Yah, aku menjadi sosok seperti ini (hantu) dan akan terus berada di dekat Naruto sampai chakraku yang ada di tubuh Naruto terlepas," jawab Minato sambil mengangkat bahunya. Ienari sweatdrop, otak kecil berusia 5 tahunnya susah untuk menangkap semua informasi itu, "lalu kenapa Naruto ada di ruangan yang berbeda? Dimana semua—"
BRAK!
Suara pintu yang dibanting membuat Ienari, Minato, dan Naruto terkejut. Ya, anak itu kembali menangis karena suara pintu yang terbuka, yang benar-benar terdengar keras. Seorang wanita tampak menatap kearah depan dengan tatapan tidak suka, dan menoleh pada Ienari yang refleks mundur karena terkejut.
"Sanzou Ienari, kenapa kau berada disini! Ini sudah larut malam dan kau tidak diperbolehkan mendekati kamar monster ini!" Ienari tampak menyerengit, bukan karena takut dengan perempuan ini tetapi karena ia tahu Minato akan mendengar saat anaknya dikatakan monster oleh orang lain.
"T-tetapi ia menangis, dan aku hanya menenangkannya..."
"Ia bukan bayi, kau tidak perlu menenangkannya karena ia hanya berpura-pura menangis untuk memancingmu," perempuan itu menarik tangan Ienari dan akan membawanya keluar, "monster itu sudah membunuh semua orang dan juga membuat Yondaime Hokage tewas. Kau tidak perlu menunjukkan belas kasihan!"
"Tetapi—" saat pintu akan ditutup, yang terakhir kali dilihat olehnya adalah sosok Minato yang tampak menatap sedih kearah Ienari. Ah, ia semakin tidak bisa meninggalkan Naruto. Sepertinya ia sendiri tidak mengetahui kalau ayahnya berada di dekatnya, 'maafkan aku Minato-san...'
-oOo-
"Kau tampak lelah?" Pemuda berambut hitam sedikit panjang dengan guratan garis di bawah matanya tampak menoleh pada pemuda berambut putih pendek di sampingnya itu. Menghela nafas dan memijat dahinya, Ienari tampak benar-benar tidak bisa memejamkan matanya.
"Kau tidak akan percaya apa yang aku alami satu minggu ini..." Sudah satu minggu lamanya sejak kejadian itu, dan ia tidak pernah bisa mendekati Naruto sedikitpun. Ia yakin Minato bisa mendatanginya, tetapi mungkin sesuatu dan lain hal membuatnya tidak mendatangi satu-satunya orang yang bisa melihatnya itu. Mungkin karena perkataan pengurus panti asuhan saat itu.
Rasa bersalah dan juga yang membuatnya sama sekali tidak bisa tidur.
"Kau masih memikirkan kematian orang tuamu?"
"Jujur? Tidak..." Ienari tampak mengucapkan dengan nada datar sedatar-datarnya. Ia dan Itachi cukup dekat dalam artian persahabatan. Yah walaupun tidak seakrab temannya yang bernama Shisui. Bagaimanapun Shisui berada dalam satu klan dengan Itachi, "ngomong-ngomong aku ingin masuk akademi tahun ini."
"Oh? Kenapa terburu-buru?"
"Sebenarnya karena orang tuaku sudah mendaftarkan sebelum mereka tewas," jawabnya menghela nafas dan tampaknya tidak terlalu tertarik untuk masuk ke akademi, "jadi, setelah semuanya tenang aku akan langsung masuk ke akademi."
"Kalau aku mungkin akan masuk tahun depan," jawab Itachi.
"Kau adalah anak jenius, aku yakin kau bisa menggenggerkan semua orang entah bagaimana caramu," jawab Ienari sambil menutup sebelah matanya. Itachi tampak hanya membulatkan matanya dan tersenyum sambil menghela nafas, "ah, aku ingin menemui Naruto..."
"Naruto?"
"Kau dengar rumor itu bukan, seorang bayi yang disebut sebagai jelmaan Kyuubi," jawab Ienari menatap Itachi yang mengangguk-angguk, "aku kasihan padanya. Ia bahkan tidak mengerti apapun, tetapi perlakuan orang-orang di panti asuhan benar-benar membuatku mual..."
"Kau tidak marah karena Kyuubi yang membunuh orang tuamu ada di dalam tubuhnya?"
"Kyuubi dikunci didalam tubuh Naruto, itu artinya tubuhnya ibaratkan sebuah penjara yang menahan Kyuubi agar tidak keluar," jawab Ienari menerangkannya pada Itachi dari apa yang ia tangkap malam itu, "aku tidak seharusnya marah tetapi berterimakasih padanya karena ia sudah menahan monster itu."
"Benar juga..."
...
Bulu kuduknya lagi-lagi berdiri saat mereka lewat di depan bangunan panti asuhannya. Menoleh untuk menemukan sosok (arwah) Minato yang menatapnya di balik pohon yang ada di depan kamar Naruto. Membulatkan matanya, tampak berlari kearah Minato.
"Oi Ienari, apa yang kau lakukan?!"
"Aku lupa ada urusan mendadak, sampai jumpa Itachi!" Melambaikan tangannya dan segera berlari kearah bangunan tempatnya tinggal. Pasti ada sesuatu yang terjadi pada Naruto, makanya Minato muncul. Itu yang ada di fikirannya.
...
"Aku tidak ingin memberikan susu pada monster itu! Mendekatinya saja membuatku marah dan ingin membunuhnya," salah satu pengurus tampak bertengkar dengan yang lainnya. Itu yang dilihat pemuda itu saat masuk ke dalam bangunan panti asuhan.
"Memang kau fikir aku mau?!"
"Sekarang adalah giliranmu, aku tidak harus pergi ke kamar itu dan menghabiskan waktu dengan monster yang menghancurkan desa itu," jawabnya dengan nada kesal. Ienari tampak menoleh ke sisi lain dimana lagi-lagi Minato berada disana dan aura menusuk itu bisa dirasakan oleh Ienari, "kenapa Yondaime-sama tidak membereskannya hingga benar-benar tewas?"
'Dan menyuruhnya membunuh anaknya sendiri? Yang benar saja,' Ienari berjalan cepat dan mengulurkan tangannya. Menatap dengan tatapan datar dan juga gerutuan pelan, "berikan padaku, aku akan memberikan susu itu pada Naruto."
"Sanzou, apa kau gila? Kau bisa terbunuh kalau kau berada disana!" Menarik susu itu dengan segera dan merasakan kalau air susu itu sudah dingin. Demi tuhan, ini musim dingin dan mereka memberikan susu yang sudah dingin ini pada bayi yang bahkan belum menginjak 1 bulan itu? Tanpa menghiraukan mereka, Ienari segera berjalan dan menuju ke dapur.
-oOo-
"Tetapi bagaimana caranya membuat susu yang benar," itu yang menjadi pertanyaannya saat menyadari kalau ia hanyalah bocah berusia 5 tahun yang belum pernah mengurus bayi. Kalau mengurus rumah ia sudah sering karena ayah dan ibunya jarang berada di rumah. Ia sudah mendapatkan susu dan membuang cairan susu serta mencuci botol yang tadi ia rebut para pengasuh itu.
"Kau sudah mencuci botol itu dengan air hangat?"
"Sudah, tetapi aku tidak tahu takaran susu dan juga seberapa hangat air yang digunakan—" dengan segera berbalik dan menemukan Minato sudah berada di belakangnya, "GAAH—M-Minato-san, jangan muncul tiba-tiba..."
"Maaf," tertawa dan menatap kearah susu yang ada disana. Ia tersenyum, baru mengenal Ienari selama 2 kali pertemuan dan ia sudah cukup menyukai anak itu, "cukup tiga sendok, dan airnya bisa kau ukur dengan meneteskan beberapa susu itu di pergelangan tanganmu..."
Ienari tampak hanya mengangguk dan mencoba untuk menuruti apa yang dikatakan oleh Minato. Meletakkan bubuk susu, dan setelah itu menambahkan air panas seperti yang diajarkan oleh sang (mantan) Hokage tersebut.
"Jadi, semua orang menganggap Naruto adalah Kyuubi?" Pergerakan tangan Ienari tampak terhenti sebelum mengangguk pelan. Ia sedikit canggung membicarakan itu terutama pada ayah yang bersangkutan, "aku sudah meminta untuk menganggap Naruto sebagai pahlawan. Berani-beraninya mereka menolak apa yang menjadi harapan terakhirku..."
"Maaf Minato-san," Minato menatap Ienari yang tampak wajahnya memucat itu. Seolah ada alarm yang berbunyi di kepalanya, Minato mencoba untuk memastikan pemuda itu tidak apa-apa, "ah, aku hanya tidak tahan dengan aura menusukmu. Yah, aku memiliki chakra yang berada dibawah rata-rata dan auramu menekan chakraku membuatku yah seperti ini..."
"Ah maaf, tetapi sepertinya kau tahu banyak hal tentang apa yang seharusnya baru kau pelajari di akademi Ienari-kun?" Ienari berjalan sambil membawa botol susu itu menuju ke ruangan Naruto.
"Ayah dan ibu memiliki banyak buku-buku tentang itu dan mereka sangat keras dengan pendidikanku," Ienari membuka pintu saat mendengar Naruto menangis. Bergegas ke tempat tidur itu sebelum menenangkannya dan memberikannya susu yang sudah ia buat. Tampak menerimanya dengan baik, Naruto menatapnya dengan mata birunya yang besar membuat Ienari tidak bisa tidak tersenyum kearahnya, "tidak semuanya kumengerti, tetapi kalau hal-hal mendasar seperti itu masih bisa kuhafalkan."
...
"Tahun ini aku akan masuk ke akademi, tetapi dengan chakraku yang seperti ini aku tidak yakin apakah aku bisa lulus dari akademi," jawabnya sambil tertawa dan mengusap Naruto yang cukup senang melihat seseorang berada disana. Minato hanya diam dan menatap Ienari yang bermain dan menggelitik perut Naruto.
"Bagaimana kalau aku mengajari sesuatu padamu yang tidak terlalu mengandalkan chakra?" Ienari menoleh pada Minato yang tersenyum. Kapan lagi bisa mendapatkan pelajaran langsung dari seorang Hokage. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu, "Fuinjutsu..."
-Dua Bulan Kemudian-
"Tidak, aku akan menjatuhkannya!"
"Tidak akan, percayalah padamu..."
"Bagaimana kalau jatuh!"
"Tidak akan Ienari-kun. Lihat, Naruto ingin bermain denganmu," sudah dua bulan lamanya semenjak kejadian penyerangan Kyuubi, dua bulan sudah Sanzou Ienari bertemu dengan arwah dari sang Yondaime Hokage. Menoleh pada bayi berusia 2 bulan yang tertawa sambil mengangkat kedua tangannya. Ah, ia tidak habis fikir kenapa semua orang membenci anak ini.
"B-baiklah..." Mencoba untuk menggendong bayi itu, melihat bagaimana Naruto merasa nyaman dengannya. Satu setengah bulan menghabiskan waktu bersama dengan Naruto disela ia masuk akademi satu bulan yang lalu, cukup membuat bayi itu percaya pada Ienari begitu juga dengan Minato.
"Bagaimana dengan fuin pertama yang kuajarkan padamu?"
"Cukup mudah, tetapi radius ledakannya cukup rendah..." Jawab Ienari sambil menatap Naruto. Ia sedang menidurkan Naruto setelah lagi-lagi tidak ada yang mau mengurusnya. Minato tahu, walaupun Ienari tidak berbakat dengan Ninjutsu, Genjutsu, ataupun Taijutsu, dengan pengamatannya yang baik ia bisa dengan mudah mengerti tentang formula Fuin yang ia ajarkan.
"Tentu saja, kau fikir aku akan langsung mengajarkanmu Fuinjutsu yang berbahaya," jawab Minato sambil menghela nafas, "kalau aku sembrono mengajarkanmu langsung, kau bisa terluka karena latihan itu. Lalu bagaimana dengan tugas rumahmu, sudah kau selesaikan?"
"Yep, saat pulang sekolah Naruto sedang tertidur dan aku memutuskan untuk membuat pekerjaan rumahku," jawab Ienari sambil melihat mata Naruto yang mulai tertutup. Ia tidak keberatan menjadi seperti pengasuh bagi anak ini. Bagaimanapun, ia menganggap Naruto sebagai pahlawan—dan tentu saja karena Minato sudah mengajarinya Fuinjutsu.
"Maaf aku tidak bisa membantumu." Ienari memutar matanya, mendengar itu bukan hal baru untuknya. Memang waktu tidurnya menjadi berkurang karena Naruto senang terbangun tengah malam, tetapi sekali lagi ia tidak pernah mempermasalahkan itu, "oh, Kakashi..."
"Huh?" Ienari menoleh saat Minato mengatakan nama seseorang. Mendapati seorang dengan rambut spike putih dan juga topeng ANBU berbentuk anjing. Melihat Ienari menatapnya, pria itu tampak mengangkat tangannya seolah memberi salam dan pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun, "ANBU?"
"Kau harus banyak belajar untuk merasakan keberadaan seseorang Ienari-kun," jawab Minato yang membuatnya cemberut dan menatap Naruto yang sudah tertidur. Membawa bayi itu, segera menidurkannya dengan perlahan agar tidak membangunkannya lagi. Menguap, tampak mengucek matanya dan melihat jam yang menunjukkan pukul 11 Malam. Belum terlalu larut, tetapi ia cukup lelah dengan semua aktifitasnya.
"Selamat tidur Minato-san..." Ia beranjak dari tempat itu dan akan menutup pintu saat tangan Minato yang tidak bisa menyentuh Ienari langsung seolah tampak mengusap puncak kepalanya. Minato tersenyum padanya saat itu.
"Selamat tidur Ienari-kun..."
...
Wajahnya memerah, orang tuanya tidak pernah melakukan itu sama sekali. Dan Minato, hanya mengenalnya selama 2 bulan dan jujur ia tidak lagi menganggapnya seperti Hokage. Namun seperti seorang figur ayah yang sangat baik. Sayang Naruto tidak bisa melihat dan merasakannya.
"Etto Minato-san..."
Minato menoleh pada Ienari yang menundukkan kepalanya pelan.
"A-aku akan menjaganya kapanpun dan memberikan kasih sayang yang ingin kau berikan padanya, percayalah padaku!"
Minato terkejut dengan pernyataan Ienari saat itu, ia tidak pernah menyangsikan kebaikan Ienari. Ia sudah sangat banyak membantunya untuk menjaga Naruto sementara orang lain tidak menghiraukannya.
.
.
.
"Tentu, aku percaya padamu..."
To be Continue
Jangan tanya kenapa saya bikin story baru lagi ._. Saya lagi butuh inspirasi buat lanjutin ffic MoTOS. Just a bit...Ah dan ini adalah ffic AR lainnya tentang Family xD tapi sedikit berbeda dengan ffic2 saya yang lainnya.
Melibatkan sebuah OC yang bisa dibilang termasuk Main Character, tapi tentu saja bukan untuk dipairingkan dengan siapapun. Hubungannya dengan Naruto hanya sebatas Brother-Figure, dan hubungannya dengan Itachi hanya sahabat saja. Saya ingin mengubah sudut pandang OC menjadi lebih sedikit errr... Dihargai mungkin.
Kuharap OCnya tidak akan Gary Stue, karena saya sendiri tidak suka—sangat tidak suka dengan Gary Stue ataupun Mary Sue ^^; kalau ternyata masih Gary Stue, saya minta kritiknya ya :)
.
Dan ini Biodata OC :
Nama : Saizou Ienari
Umur : 5 tahun (Chapter 1)
Birthday : 1 Maret
Sifat : menyukai anak kecil, mandiri, sedikit tertutup, tipikal orang yang tidak bisa menolak permintaan orang lain, menyukai cuaca dingin, tidak suka tidur.
Element : Katon
Penampilan : berambut putih salju dengan model pendek berantakan (Referensi. Yamamoto Takeshi dari Katekyo Hitman Reborn), mata merah darah dan kulit sedikit pucat. Saat dewasa (16 tahun) model rambutnya akan sedikit lebih panjang dan disisir ke belakang (Referensi. Suoh Mikoto dari K-Project).
Kelebihan : mudah mengingat sesuatu, mudah memahami sesuatu, memiliki talent dalam hal bermusik dan juga memakai dan membuat formula Fuin, bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang biasa (if-you-know-what-I-say)
Kekurangan : Kapasitas chakra yang cenderung dibawah rata-rata, tubuh yang lemah, insomnia akut, lemah dalam ninjutsu dan taijutsu, Genjutsu dan pengendalian chakra masih batas rata-rata.
Bookmark :
Genjutsu : 6/10
Ninjutsu : 4/10
Taijutsu : 4/10
Fuinjutsu : 8/10
Relasi :
Uzumaki Naruto (Little Brother-Figure)
Namikaze Minato (Father-Figure)
Uchiha Itachi (Best Friend)
.
Mungkin ada para reader yang tidak menyukai penggunaan OC, tetapi jika anda membaca saya mohon untuk tidak flame ^^ saya malah berharap anda bisa mengkritik Original Character saya agar terlihat apakah berlebihan atau tidak.
.
Review anda sangat berarti untuk saya :)
