My Beloved Senpai

By Kuro Mie Fumie

The Characters are belong to Masashi Kishimoto-sama


.

.

'Teng nong teng nong teng nong'

Pagi itu suara lonceng berbunyi sangat keras, mengawali hari baru itu. Bunga-bunga bermekaran menyambut semi telah tiba, dan seiring dengan datangnya semi, kini tahun ajaran baru pun dimulai. semua sekolah di Konoha bersiap untuk menyambut datangnya wajah-wajah baru di lingkungan mereka, bersamaan dengan perginya wajah-wajah lama disana.

Salah satunya adalah sekolah menengah atas Konoha Gaoka, jangan langsung mengira kalau sekolah ini merupakan sekolah kalangan atas yang murid-muridnya semuanya berkelas, atau sekolah para yankee yang muridnya tiada hari tanpa masalah. Tidak sekolah ini tidak senyentrik itu, perlu diingatkan sekolah ini hanyalah sekolah dengan predikat biasa serta berfasilitas biasa yang secara 'kebetulan' menjadi tempat para tokoh dari cerita ini menuntut ilmu.

Baiklah tanpa perlu memperpanjang lagi sebaiknya kita mulai ceritanya, bismilah...


Matanya bertemu denganmu pertama kalinya, saat itu kamu sadar ada yang menarik disana


"Sakura!"

Gadis cantik berambut pirang itu berlari, "Sakuraa!" serunya setengah berteriak, ia terus mengulangi kata itu semenjak keluar dari ruang serba guna beberapa waktu yang lalu.

"Sakuraaa!" kini tangannya berhasil memegang gadis berambut merah muda lainnya.

"Sakura! Sakura,Sakura!" ulangnya bertubi-tubi kesal karena merasa sedari tadi diabaikan oleh gadis merah muda itu, pasalnya Sakura yang ia maksut tadi adalah nama gadis merah muda itu sendiri.

Gadis yang panggil Sakura tadi menengok, tangannya sebelumnya ia simpulkan di depan dada kini berpindah ke telinganya, ia melepaskan benda kecil berwarna merah yang terpasang di lubang telinganya. "Ada apa Yamanaka?" sahutnya datar mengabaikan perempatan yang muncul di dahi lawan bicaranya.

"Ckck, Sakura sudah kubilang jangaan pakai earphone lagi, menyebalkan tahu!" Ia menunjuk-tunjuk earphone tak berdosa itu dengan sebal. "Memangnya kau kira aku tak capek memanggil-manggil namamu dari tadi huh? Benda itu sudah merusak otakmu kau tau? Dulu kau itu tidak seperti ini sakura, ku peringatkan kau blablablabla-".

Berikutnya Sakura sudah tidak mau dengar lagi, earphone yang sebelumnya dia lepas kini ia kenakan lagi, dia tahu betul telinganya hanya akan pegal sendiri jika meladeni ocehan Yamanaka Ino yang notabene-nya cerewet 'Bisa-bisa telinga ini lepas saking pegalnya,' pikirnya bergedik.

Gadis berambut merah muda itu buru-buru membenarkan letak kacamatanya, kemudian segera mengambil langkah seribu menjauh dari sana.

"Sampai jumpa di kelas Yamanaka!" ujarnya sembari menjauh.

Yamanaka Ino telah menjadi orang yang paling dekat dengannya sejak ia memutuskan tinggal dan menuntut ilmu di Konoha 3 tahun lalu, hal ini karena letak rumah gadis bernama kecil Ino itu dekat dengan apartemennya sehingga Ino sering sekali berkunjung ke tempatnya, bahkan tak jarang gadis itu menginap ditempatnya.

"Selamat pagi Kaichou!" Sakura menyunggingkan senyum tipis pada dua orang siswi yang menyapanya.

"Pagi ketua!" Sakura mengguk masih dengan senyum tipis di wajahnya.

Pagi hari memang menjadi rutinitas mereka—siswa dan siswi di konoha—untuk bertukar keramahan, ets jangan pikir mereka melakukan ini karena memang mereka siswa ramah, sopan, dan memiliki banyak keteladanan dalam diri mereka, kalau bukan karena tidak-mau-dihukum-oleh-ketua jangan harap, tidak mau! Bahkan ogah mereka melakukan hal semacam itu. Bahkan mungkin sekarang mereka –sangat—menyesali kenapa waktu itu memilih seorang Haruno Sakura menjadi ketua osis Konoha Gaoka

"Lihat gadis berambut pink itu, siapa namanya? Haru? Haruno Sakura-chan ya?"

"Menurutmu bagaimana? Pilih dia jadi ketua osis?"

"ne,ne! dia imut sekali"

" Kita pilih saja dia."

"Haruno Sakura menjadi ketua osis Konoha gaoka"

"yes!"

"yosh"

1 minggu setelahnya.

"Dilarang makan saat jam pelajaran!"

"Dilarang membawa kosmetik ke kelas!"

"Buang sampah pada tempatnya, bodoh!"

"Dilarang membully murid lain!"

"Senyum pada semua orang!"

"Kerjakan tugas kalian!"

"Dilarang ini, diliarang itu, tidak boleh ini, harus itu! Apanya yang imut, apanya yang baik, dia mengerikan! Haruno Sakura ketua OSIS termenyebalkan!"

Namun percuma berkeluh kesah, Sakura terlalu pandai mencari simpati guru, sehingga sulit untuk mengkudeta gadis itu. Kini yang dapat mereka lakukan adalah menikmati 8 bulan sisa jabatan gadis itu dengan seperti di neraka.

Setelah melewati pekarangan, kini gadis itu memasuki wilayah rumput hijau, ia menghampiri kelompok-kelompok yang berjajar rapih disana laksana sapi yang telah siap untuk diperah pagi itu.

Pipinya yang kemerahan namun tampak tegas menyunggingkan serigai kecil, tidak terlihat mematikan karena wajahnya yang bulat dengan pipi chubynya itu. ia melipat tangan di depan dada, beberapa orang yang berseragam sama dengannya menyunggingkan serigai tipis kepada gadis itu. Berbeda dengan mereka yang berseragam lain, kebanyakan dari mereka bergedik ngeri, namun tak sedikit yang tersenyum genit pada gadis berambut merah muda itu, ah belum tahu saja mereka seperti apa Haruno Sakura itu.

"Nama saya Haruno Sakura, jabatan saya disini adalah ketua OSIS—" gadis itu berujar sangat lugas menegaskan dia pemimpin disitu, "—hal yang paling saya sukai adalah belajar—" mengambil jeda untuk melihat wajah wajah yang berbaris disana "—hal yang paling saya benci adalah dibantah, dan—" gadis itu melirik tajam seorang siswa yang sedang berbisik-bisik tak jauh dari tempatnya "—diignored!" ucapnya dengan penuh penekanan. Alhasil siswa tadi bergedik ngeri disana.

"Tch!" Sakura menarik nafas panjang "Maksut dan tujuan dari kegiatan ini sudah dijelaskan di pertemuan sebelumnya, disini saya hanya akan meringkasnya saja."

"Jadi kegiatan ini akan diadakan selama dua hari, semua siswa baru WAJIB mengikutinya mau tidak mau, suka tidak suka, saya tidak perduli." Lanjutnya tajam.

Sakura menatap wajah-wajah yang kini terlihat gelisah di hadapannya dari balik kacamatanya "Kalau ada diantara kalian yang tidak bisa mengikuti MOS ini, tolong lapor kepada mentor kalian, dengan alasan yang jelas! kalau sampai alasannya tidak masuk akal saya tidak segan-segan menghukum kalian!" ancamnya.

Para siswa baru saling bertukar pandangan gelisah "Padahal wajahnya imut, tapi seram sekali ya," komentar seorang siswa sambil berbisik-bisik pada temannya, temannya hanya mengguk kaku takut sepasang emerald di balik kacamata itu meliriknya, namun lega karena tidak ada tanda-tanda Sakura mendengar ucapan temannya barusan. Dia pikir sang ketua tidak mendengarnya, ya dia pikir.

Sakura melipat tangannya di depan dada, ia menghela nafas panjang karena sebenarnya ia mendengar ucapan tadi, karena sebenarnya ia ingin memajang kedua orang itu di tiang bendera seharian, namun tuntutan 'ini tanggung jawabnya!' membuatnya memikirkan dua kali niatnya itu, ah tidak penting juga.

"Kalian telah dibagi menjadi 15 kelompok yang setiap kelompok berisi 15 orang-" Sakura memutuskan untuk melanjutkan pengarahannya "-nah setiap 1 kelompok akan ada 2 anggota OSIS yang betugas sebagai mentor kalian."

"Berharap saja dia bukan mentor kita."

kini perempatan muncul di dahi lebar gadis merah muda itu, ia melirik siswa yang berucap itu tajam.

"Tenanglah Ketua tenang," gadis bercepol dua yang juga merupakan salah satu angota OSIS disana menepuk nepuk pundak sakura, berusaha memenangkan gadis itu.

"Tch, sebaiknya langsung dimulai saja Tenten!" ujar Sakura pada gadis bercepol dua tadi sebal,lho kok jadi gadis cepol dua itu yang kena semprot?

Tenten menangguk-angguk, dibarengi dengan anggota osis lainnya, mereka yang sudah mempunyai tugas mentoring langsung ke kelompoknya masing-masing, sekitar 10 orang anggota yang tidak mendapat tugas mentoring berkumpul di sisi lain, mereka bertugas menjadi panitia dalam kegiatan itu. salah satunya adalah haruno sakura.

Setelah memberikan instruksi singkat pada teman-temannya yang menjadi panitia, kini gadis berkacamata itu mengambil buku kecil dari sakunya, kemudian mencatat-catat sesuatu disana tanpa mengalihkan pandangannya dari kelompok-kelompok yang kini sedang duduk membentuk lingkaran kecil.

"Neji."

Pemuda berambut hitam panjang dengan sepasang iris lavender menengok.

Sakura berjalan menghampiri pemuda itu "Kemana salah satu anggotamu?" ucapnya saat sudah berada disamping Neji.

"Dia izin tidak mengikuti MOS, karena sakit"

Sakura mengerutkan alisnya, "Perempuan?" tebaknya.

Neji menggeleng, "Laki-laki."

"Ck, manja!" cibir gadis merah muda itu seraya melipat tangan didepan dada "UKS kan?" gadis itu menatap Neji menunggu jawaban pemuda itu, setelah mendapat anggukan singkat dari pemuda itu ia segera pergi dari sana.

"Ck, awas saja kalau anak itu hanya pura-pura," cekam gadis itu.

Kalau dipikir-pikir kenapa juga Haruno Sakura harus repot-repot mengurusi hal sepele seperti ini, tak ada hubungannya dengan dirinya. Ya tapi apalah daya, kalau ia tak ingat kegiatan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya, ditambah lagi dengan dirinya yang memang sudah perfectionist, semuanya harus sesuai dengan hal yang semestinya. Merepotkan memang.

Entah sudah berapa lama ia menghabiskan waktu dengan alam pikirannya, karena kini sepasang kaki jenjang itu sudah berada di depan pintu putih dengan papan tulisan UKS yang dicetak tebal tergantung diatasnya.

"Huuhh ahhh sedikithh lagiihh aa"

Sepasang emerald yang berada di balik kaca mata itu berkedip beberapa kali, memastikan suara-suara samar yang masuk ketelinganya.

"Hn, Anko-sense, buka lebih lebar agar aku bisa masuk."

"Apaa ah huh? ini kerasshh sekalihh huahh, tidakhhh bisaahh uu, bantuuhh aku."

'bruk'

"Ap-apa yang kalian lakukan?" Haruno Sakura menggeser pintu UKS dengan kasar, pipi chubynya terlihat sangat merah.

Emeraldnya memandang dua orang yang sedang memegang kotak obat, si wanita sedang menarik pintu geser kecil kotak obat itu, sepertinya pintunya macet, semenyara sang lelaki memasukan tangannya ke celah kecil pintu obat yang mulai terbuka. tangannya hampir berhasil meraih botol coklat disana.

"Sa-Sakura-chan?"

.
.

To be continued.