Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Warning : OOC. Young!Hashirama. Young!Madara.


Chapter One

Under The Moonlight


Seorang pemuda menginjak awal usia dewasa berjalan dengan rambut panjang lurus serta balutan kimono segelap warna langit berpenerangan bulan purnama ditemani kerlipan bintang. Warna hitam. Pertanda masa berkabung. Pemuda berkulit kecoklatan itu melewati deretan akhir pepohonan hutan di pinggiran danau. Ia telah menjauh dari tempat dimana sekarang seluruh keluarganya tengah beristirahat setelah mengadakan pemakaman yang kini menjadi alasannya tertegun menatap wajahnya sendiri dengan bantuan pantulan air danau.

Kedua alis bertaut. Menunjukkan ekspresi yang tak akan bisa dia perlihatkan pada siapapun mulai besok. Jemarinya mengeluarkan kalung kristal yang baru saja diterima selepas pemakaman tadi. Perusakan nilai kehidupan yang merebut orang yang dihormatinya. Memori masih mengingat jelas sosok yang ia antar dengan doa bersama seluruh keluarga. Tak elak, perlahan bulir air meninggalkan jejak ketika jatuh mengalir dari sepasang permata hitam.

"Ayah…"

Logika tahu ini adalah masa tak menentu. Selalu dibayangi kematian oleh perang tak berkesudahan. Juga ini bukan tahun pertamanya terjun dalam perperangan sekaligus kehilangan anggota keluarga. Hanya saja, ia masih tak menyangka ayahnya yang selalu tak terkalahkan bisa menemui ajal lebih cepat dari yang ia perkirakan. Sebagai putra pertama, ia tahu tugas yang menanti setelah kematian ayahanda. Menjadi kepala keluarga. Memimpin seluruh keluarga. Menjaga anggota keluarga. Jelas bukan tugas yang mudah. Dia tahu itu. Tetapi, sebagai putra juga, ia tetap merasa kehilangan. Maka, ia tak memperlihatkan perasaannya ini ketika pemakaman tadi. Dan tak berniat menunjukkan pada siapapun sehingga menjauh dari kediaman keluarga tanpa memberitahu siapapun.

Namun, gagal.

"Jelek sekali," sebuah suara angkuh memberi komentar.

Dengan cepat pemuda itu menghapus jejak air mata dengan lengan kimono-nya sebelum menoleh ke sumber suara sambil melempar shuriken yang kemudian bertemu shuriken dari arah si pemilik suara angkuh tadi. Pemuda berkulit kecoklatan menyiapkan kunai serta memasang kuda-kuda siaga ketika mata menangkap sosok yang sedang duduk menyandar di dahan pohon tak jauh darinya. Dia tak repot untuk bertanya jati diri si suara angkuh karena di zaman peperangan seperti ini, hal ini bukanlah tidak biasa.

"Sambutan yang hangat," si pemilik suara angkuh itu melompat turun dari dahan pohon dan mendekat ke arah pemuda berkulit kecoklatan yang tidak menurunkan tingkat kewaspadaannya, "sesuai jabatanmu sebagai kepala keluarga baru, Mori no Senju."

"Apa yang kau inginkan?" Tanya pemuda berkulit kecoklatan itu saat si pemilik suara angkuh menampakkan muka dan sudah dalam jarak jangkauan untuk menyerang. Lawannya adalah pemuda yang kelihatan sebaya serta berparas —cukup sekilas membingungkan baginya mengira— perempuan jika bukan disadarkan oleh nada angkuh tajam yang mengulangi, "Yang kuinginkan?"

Gerakan cepat lawan nyaris tak bisa dihindari kalau bukan karena gerakan tubuhnya yang terbiasa dalam kondisi siaga mengharuskannya beradu kekuatan dengan tangan dan kaki, saling mengunci gerakan masing-masing sehingga hanya tatapanlah yang kini seolah menjadi satu-satunya media bertarung. "Tentu saja nyawamu," seketika warna bola mata lawannya berubah merah dengan lingkaran hitam serta tiga buah magatama mengelilingi. Menyadari jati diri si penyerang, pemuda tadi segera melepas kuncian gerakan dan mengambil jarak menjauh sebelum kembali melihat ke posisi lawannya tadi.

"Sharingan?" Ia memastikan. "Kau… Uchiha."

Sebuah senyum diberikan pemuda Uchiha tersebut meski sharingan-nya masih tidak meninggalkan sedikitpun sang target, yaitu Senju muda dihadapannya. "Lebih tepatnya, pemimpin baru Klan Uchiha," ia menurunkan tangannya dan menyimpan kembali kunai yang menjadi tumpuan kekuatan mereka beradu barusan.

Pemuda Senju tahu bahwa pertempuran kemarin yang merenggut nyawa ayahnya juga merenggut nyawa pemimpin klan saingan mereka, Uchiha. Berarti mereka berdua dalam posisi sama sebagai pemimpin baru klan masing-masing yang kehilangan pemimpin. Tak lama, senyum di wajah Uchiha tadi telah hilang. Keduanya berdiri diam dalam jarak aman serta saling pandang seolah masing-masing memperhitungkan gerakan lawan selanjutnya sebelum memutuskan serangan jitu untuk menaklukan lawan. Hening lama membiarkan angin bermain diantara keduanya.

"Tidak ada gunanya kita mencoba saling bunuh sekarang karena besok kita kembali berperang," ucap Senju muda.

Keduanya telah beradu kekuatan tadi. Meski sebentar, cukup bagi mereka melihat hasil jika diteruskan. Sebagai ninja dengan kemampuan berbakat yang setingkat, mereka bisa saling membaca gerakan lawan. Sekaligus isi hati.

Uchiha muda menanggapi, "Ya. Sebagai sesama pemimpin baru klan kita."

Pemilik sharingan ini datang dengan niatan bukan untuk bertarung melainkan untuk mengukur kekuatan pemimpin baru lawannya sekaligus melihat bagaimana ia merespon kondisi dimana menjadi pemimpin klan disaat bersamaan dengannya. Pemandangan yang dikomentarinya tadi sungguh tidak ia perkirakan. Namun, kesiagaan Senju dan kecekatan menghadapinya barusan tidak bisa ia acuhkan. Lagipula selain mengukur kemampuan, ada hal lain maksud kedatangannya tiba-tiba.

"Tapi, bukankah sulit mengalahkan lawan jika tak mengenal terlebih dahulu," Uchiha muda mengutarakan niat kedatangannya, "Senju?"

Dalam peperangan, tak akan ada waktu untuk mengenal lawan karena perhatian akan terfokus untuk memikirkan cara menyerang, bertahan, dan melindungi anggota klan. Sudah merupakan rahasia umum bahwa klan Senju dan Uchiha saling menandingi satu sama lain. Dan sebagai sesama pemimpin baru masing-masing klan, mereka akan berhadapan di medan pertempuran. Pemimpin baru Uchiha ini mengambil resiko menemuinya sendirian di kediaman Senju hanya untuk tahu cara mengalahkannya. Sekalipun tanpa tahu nama.

"Hashirama Senju," pemuda berkulit kecoklatan menjawab maksud kedatangan si Uchiha yang kemudian juga menyebutkan nama, "Madara Uchiha."

Perkenalan nama ini merupakan kesempatan untuk saling mengalahkan sebagai pemimpin klan serta permulaan awalnya keterikatan takdir antara keduanya.

to be continued...


Terima kasih sudah mau membaca ^^
Fic ini murni imajinasi dan bukan spoiler kok =w= karena sampai sekarang belum diketahui bagaimana hubungan sebenarnya Hashirama dengan Madara. Cuma ngebayanginnya aja gimana cara pertemuan pertama mereka, karena kalo langsung ketemu di peperangan rasanya kurang romantis #EH
Hehe~ melihat wajah cantik Uchiha entah kenapa selalu terbayang Madara itu uke-nya Hashirama =_= dan kuubah jadi MC xp

Kalo ada yang ingin disampaikan, ditunggu lho komentarnya ya :') Makasih~