STARLIGHT
EXO FANFICTION
This story belongs to
Cast:
oh sehun ( boy / 24 thn )
xi luhan ( girl / 22 thn )
xi luna ( girl / 18 thn )
ini baru awal, cast akan bertambah susai alur cerita^^
Warning: - cerita ini gs ya, karena aku kurang bisa dapet feel buat cerita yaoi, jadi yang gasuka GS aka genderswitch jangan dibaca
- Typo everywhere ya, mohon maklumi hehe
Summary:
berawal dari luna yang menolong sehun yang di todong oleh orang, akhirnya sehun dirawat oleh luhan dan luna hingga sehun sembuh tapi mereka tak tahu kalau sebenarnya semua rencana sehun. Apa yang akan terjadi? [hunhan/gs]
Rated:
Untuk sekarang T, dan akan berubah sesuai alur cerita
.
.
.
Happy Reading!
BRAKK! BRAKK!
"eonni, buka pintunya jeball" terdengar teriakan gadis remaja. Luhan yang berada didalam rumah menengok, merasa mendengar seperti suara adik perempuannya.
Atau mungkin hanya halusinasi, karena biasanya pasti adiknya langsung masuk kedalam flat mereka tanpa mengetok pintu karena luna sang adik memiliki kuncinya sendiri. Please luhan itu bukan mengetok pintu tapi lebih tepatnya menggebrak pintu dan luhan hanya mengangkat bahu acuh.
"jebal eonnii! Buka pintunya kumohon! Ini berat eonni jebal!"
"eonni aku tak bisa membuka pintu karena aku tak bisa mengambil kunci milikku!" teriak luna sekali lagi dengan berat hati akhirnya luhan membuka pintu karena penasaran ada apa dengan adik kesayangannya itu.
Ketika pintu terbuka, luhan shock berat mengetahui adiknya membawa tubuh seorang laki-laki yang tak dikenalnya masuk ke dalam flat mereka. Akan tetapi luhan belum berkata apapun hanya mengikuti sang adik dari belakang, hingga luna mendudukkan tubuh laki-laki ini di sofa mereka.
Dengan wajah angkuh tapi penasaran, "bisa kau jelaskan mayat siapa ini yang kau bawa xi luna?!".
"jaga bicaramu eonni, aku tak mungkin membawa mayat seseorang. Aku melihatnya dicopet dan dipukuli orang lain. Tapi karena aku tak berani menolongnya, aku hanya menunggunya hingga pencopet pergi baru ku tolong" ucap luna sambil menunduk.
"kasian oppa ini eonni, kita tolong yaa" luna memohon dengan menunjukkan wajah lucunya agar tak dapat ditolak oleh sang kakak. Dan sang kakak hanya menghela nafas lalu mengangguk tanda menyetujui permintaan sang adik.
"keure, mari kita tolong tapi kau yang bertanggung jawab yaa" jawab luhan yang tengah menggoda adiknya sambil berdiri meninggalkan luna dan lelaki yang tak mereka ketahui identitasnya.
"eonni! Kau bercanda?! Tolong akuu!" teriak sang adik, dan kakak hanya tertawa padahal niatnya hanya mengambil kotak obat untuk menolong orang asing ini.
"aku hanya bercanda, bawa ia kedalam kamarmu, aku sedang mengambil kotak obat"
"kau tak menolongku mengangkatnya kedalam kamarku?"
"itu urusanmu! Aku sudah berbaik hati mau menolongnya!"
"oke call! Aku yang membawanya ke dalam kamarku, kau puas?!" luhan tak menjawab, hanya tertawa mendengar suara jengkel adiknya. Mereka memang biasa bertengkar, bahkan tak ada hari tanpa bertengkar. Tetapi meskipun begitu mereka tetap saling menyayangi.
Luna tahu kakaknya yang berusaha bekerja keras untuk menghidupi keadaan ekonomi mereka, padahal mereka sama-sama masih harus sekolah untuk mencari ilmu. Semua usaha kakaknya tak pernah menyurutkan niatnya agar membantu meringankan beban sang kakak. Ia juga tahu beberapa part time job yang kakaknya lakukan agar bisa memberinya makan dan membayar uang sekolahnya, oleh karena itu luna juga harus bisa membantu kakaknya dengan menjadi guru les privat dan kakaknya tak melarang selama ia bisa mengatur antar bekerja dan belajar.
Akhirnya luna teringat, "eonni, kalau ia tidur dikamarku, terus aku harus tidur dimana?! Aku tidur dikamarmu ya?" teriak sang adik
"enak saja, itu urusanmu karena menolongnya, jangan ganggu tidur malamku yang indah hari ini" jawab luhan ketika mereka sudah berada dalam kamar luna dengan luhan yang membawa beberapa peralatan untuk mengobati orang asing ini, dan luna yang sudah berhasil menidurkan orang asing dikasur single miliknya
"apakah kau tega membiarkanku tidur di sofa depan eonni?" ucap luna sambil menunjukkan wajah lucunya, mendekati luhan yang sedang mengobati lelaki ini.
"aku tak melihatmu gadis cilik, jadi aku tak akan tergoda dan kasihan padamu" luhan yang sedang fokus mengobati luka dan memar lelaki asing ini berusaha mengabaikan adiknya, karena ia tahu kamar tidur mereka hanya single bed, otomatis tak bisa untuk orang dua kecuali mereka harus bersempit ria, dan itu akan menganggu tidur tenang milik luhan. Karena luhan lelah seharian mengantar susu dan menjaga café, untung hanya ada dua kelas hari ini.
"cepat ambil kasur lipat dan letakkan dikamarku" suara luhan kembali terdengar dan meredupkan wajah sang adik, dengan berat hati luna mematuhi perintah kakanya itu dan meninggalkan sang kakak berdua dengan lelaki asing yang tak mereka kenal.
Luhan yang sekarang hanya berdua dengan lelaki ini masih fokus membersihkan lukanya, kalau dilihat lelaki ini cukup tampan. Kulit putih dengan hidung mancungnya membuat luhan tak fokus, dengan segera luhan menggelengkan kepalanya tanda berusaha menghilangkan hayalannya dan melanjutkan kegiatannya membersihkan darah di sekitar bibir lelaki tak dikenal ini.
Setelah selesai membersihkan luka, luhan menyeka daerah wajah dan leher laki-laki tersebut dengan handuk bersih dan air hangat. Setelahnya luhan segera keluar dari kamar adiknya tersayang itu. Pintu tertutup dan dilihatnya luna sedang menyiapkan makanan untuk makan malam mereka.
Perlu kalian ketahui bahwa luhan dan luna adalah wanita yang mandiri, ketika luhan harus bekerja hingga larut malam luna harus bisa menyiapkan untuk makan malamnya sendiri dan ia sudah terbiasa. Luhan berusaha untuk mendekat dan luna pun menyadari kehadiran kakaknya.
"sudah selesai mengobati lelaki itu, eonni?" tanya luna
"menurutmu bagaimana?" tanya balik luhan yang terlihat sewot tapi tak ditanggapi oleh luna, adiknya hanya mengedikkan bahu tanda tak peduli karena ia tahu pasti kakaknya sudah selesai mengobati lelaki asing itu.
"kau masak apa?" tanya luhan sambil berusaha mengintip masakan adiknya.
"bukan sesuatu yang susah, hanya omelet, kenapa? Eonni tak suka?"
"tak, hanya bertanya. ingin sup kimchi?" entah kenapa luhan ingin memasak masakan tersebut.
"ada apa eonni tiba-tiba ingin sup kimchi?" luna penasaran, tak biasanya eonninya mau memasak masakan yang susah di malam hari.
"hanya ingin sayang, kalau tak mau eonni tak akan masakan kok" jawab luhan sekenanya saat melihat mata luna memincing menatapnya.
"call eonni! sudah lama tak makan sup kimchi buatan eonni" jawab luna girang sambil berusaha memeluk luhan dengan tetap menjaga ommeletnya agar tidak gosong.
"ada apa denganmu hmm?" tanya luhan sambil memeluk balik luna.
"anni, hanya terlalu senang" jawab luna tersenyum dan melanjutkan masakannya. Mereka memasak dengan canda tawa yang bahagia.
"oh iya lun, bisa tolong cek laki-laki itu? Saat eonni menyiapkan semuanya?" tanpa membantah luna langsung melakukan perintah kakaknya setelah mengangguk.
.
.
.
"enghh.. aku dimana?" tanya seorang laki-laki entah pada siapa karena hanya ia diruangan ini, kalau dilihat ini bukan kamarnya karena terlalu fenimin untuk disebut kamar miliknya.
Ia terbangun dan langsung memegang luka lebam di wajahnya, 'sialan preman itu' batinnya karena sudah melukai wajah tampannya. Tampan? Untuk saat ini ia tak memperdulikan ketampanannya, tapi segera melihat sekelilingnya dimanakah ia sekarang
Ia mulia berdiri dari tidurnya dan melihat ke sekitarnya, kamar yeoja feminim yang tidak terlalu banyak perabotan tapi lumayan untuk ditempati. Dan yang menarik perhatiannya ada beberapa bingkai foto. Segera ia menghampiri bingkai itu dan melihat, bingkai pertama menunjukkan foto empat orang yang dua orang dewasa dan dua lainnya adalah anak kecil yang beranjak dewasa. Bingkai kedua dan ketiga dimana hanya ada dua orang yang satunya saat mereka kecil dan satunya saat mereka sudah dewasa.
Lelaki yang awalnya melihat foto di bingkai pertama membuatnya tersenyum hingga bingkai selanjutnya membuat senyumnya luntur entah apa yang diketahuinya. Ia mengambil bingkai ketiga dan mengamati senyum kedua gadis ini, hingga tanpa sadar
"mianhae.." kata yang terucap dari bibir lelaki asing tersebut.
Setelahnya ia segera meletakkan bingkai dan melihat ke wilayah kamar yang sedang ia huni sampai suara instrupsi membuyarkan lamunannya.
"ehm.. chogiyo.." membuat laki-laki asing menoleh ke sumber suara.
Seorang gadis lebih muda memasuki ruangan itu, dan menatapnya setelah itu menunduk menatap kaki dan tangannya yang tampak gelisah. Diantara mereka tak ada yang memulai percakapan hanya suara kebisingan diantara mereka,
"siapa namamu?" tanya lelaki asing, membuat luna segera menoleh takut. Ia tak mengenal orang ini, apakah harus menjawab pertanyaan orang ini atau tidak batin luna
"baiklah karena kau tak menjawab pertanyaanku, namaku oh sehun. Dan tenang aku bukan orang jahat, terima kasih karena sudah menolongku" luna langsung menoleh menatap wajah yang diketahuinya sebagai oh sehun ini.
"gwenchana sehun-ssi?" tanya luna takut-takut.
"ahh, ini? Ssh.. Sakit sih tapi tak apa kok" jawab sehun sambil memegang pelan lebam yang didapatnya dengan sedikit meringis. Dan hal itu membuat luna ikut meringiskan wajahnya tanda prihatin apa yang dialami oleh sehun.
"kau sepertinya seumuran dengan eonniku? Annyeonghaseyo, xi luna imnida" ucap luna sambil membungkuk tanda patuh pada yang lebih tua.
"luna.. terima kasih sudah menolongku hmm, kalau aku seumuranku berarti kau panggil aku sehun oppa!" tampak lelaki ini ingin mendekatinya, atau mungkin hanya pikiran buruk luna saja membuatnya terdiam sejenak tanda ragu.
"jika tak ingin tak apa, panggil aku sehun saja" ucap sehun yang melihat keraguan di mata luna. Wajar sih mereka baru saja bertemu, tapi ia sudah minta dipanggil oppa.
"anni oppa, bukan begitu. Hehe, kalau dilihat wajah oppa tampan" ucap luna sambil cengar-cengir agar tak melukai hati sehun, dan hal itu membuat sehun ikut tertawa.
"haha luka lebam begini kau bilang tampan?" tampak seperti menertawai dirinya sendiri.
"aku sungguh-sungguh oppa! Oh ya, oppa ayo keluar eonni sudah menyiapkan makan malam. Oppa bisa berjalan kan?" tanya luna perhatian. Memang jika dibandingkan, luna dan luhan memiliki sifat yang berbeda. Luhan yang pendiam dan susah bergaul, ia mendapatkan temanpun karena mereka yang mengajaknya berkenalan duluan. Sedangkan luna yang ceria dan mau menajak siapa saja berkenalan. Tapi bukan berarti luhan memilih-milih teman, jawabannya tidak tapi lebih tepatnya takut untuk bergabung.
"tenang saja, oppa tak apa kok buktinya ini oppa bisa berjalan sendiri kan" jawab sehun cengir dan dibalas senyuman oleh luna.
Mereka pun berjalan beriringan menuju meja makan sambil tertawa bersama entah apa yang mereka bahas, hal itu membuat luhan mengerutkan alisnya bingung kenapa tiba-tiba mereka tampak akrab. Luhan pun terdiam bingung harus mengatasi situasi ini seperti apa, dan ia hanya pura-pura sibuk dengan masakannya hingga suara luna mengintrupsi kegiatannya.
"eonni!" luhan tak menoleh tetap melanjutkan pekerjaannya menyiapkan makanannya.
"sebentar xi luna, kau tak melihatku sedang bekerja eoh, duduk dan diam di meja makan" perintah luhan.
"ayo oppa duduk, maklumi eonniku ya oppa. Sifatnya memang seperti itu, dingin pada orang baru" bisik luna pada sehun yang sayangnya dapat didengar oleh luhan yang sudah berada di depan meja makan juga.
"aku mendengarmu ucapanmu xi luna" sambil melotot pada adiknya yang tampa diketahuinya membuat lelaki di depannya ini tersenyum melihat tingkah luhan yang terlihat menggemaskan. Meskipun dalan posisi marah pun tetap terlihat lucu baginya.
"oppa, kenalkan ini eonniku. Namanya xi luhan" luna yang tak memperdulikan pelototan kakaknya dan malah memfokuskan pandangan pada satu-satunya lelaku diruangan ini.
"annyeonghaseyo, xi luhan imnida" dan dibalas senyuman oleh sehun
.
.
.
TBC
Omaigat gengs I'm back! Rasanya udah lama ga nulis (gaya-gayaan doing padahal juga gaada yang nunggu aing). Sebenernya kemaren sempet down gegara ff kedua yang twoshoot, aku ngerasa bersalah banget garagara gagal bikin story yang kedua. Aku mau jelasin itu sebenernya awalnya aku bikin kaisoo tapi gatau kenapa tiba-tiba feelku ilang buat kaisoo dan aku ubah jadi hunhan, tapi emang karena manusia tak luput dari kesalahan ya… gitu aku lupa beberapa belum ke edit, dan sempet ada yang review bilang feelnya ilang baca ffku dan disitu aku niatnya pingin berenti nulis. Bukan cuma gegara dibilang gitu doing ya, tapi aku gasanggup takut nanti gasempet update dan sebagainya wkwk.
Cerita ini aja juga sebenernya aku buat sambil aku buat yang ff twoshoot itu tapi ga aku lanjutin.. gatau dapet mukjizat dari mana atau emang karena sekarang lagi liburan semester jadi aku lanjutin haha, membuang waktu luang dari pada cuma nonton tv, youtuban nungguin performnya exo doing jadi ya begini..
Belum lagi pas mau ngelanjutin juga feelku bener-beenr ilang dengerin beritanya kaistal, hayo disini sapa shippernya kaistal, jujur aku awalnya Cuma bercandaan sama temenku yang jongin stan, dia benci krystal gegara emang kalo disandingin sama jongin cocok.. mau begimana lagi, namanya juga cantik sama ganteng kalo udah bersatu ya gitu itu. Eh malah lakok jadian beneran, aku gatau itu beneran atau nggak tapi aku berharap sih itu cuma akal busuknya SM sih.. ntah kenapa..
Belum lagi maigaat, lagi asik-asik bikin story, lagi nentuin sapa aja yang bakal jadi castnya lakok chanyeol kissing scene muncul di depan mata. Wth.. kudu piye, enaknya ceye dimasukin atau nggak ya, takut kalo ada ceye, otakku buntu ditengah-tengah. Malah jadinya ga lanjut ini wkwk..
Aku butuh review kalian tentang cerita ini yaa, emang sengaja aku dikitin dulu kan baru balik dari hiatus wkwk, review juga gimana menurut kalian enaknya ceye dimasukin apa nggak karena jujur hunhan, kaisoo, chanbaek itu otp kesayanganku yang biasanya harus masuk distoryku tapi kali ini aku bingung gegara kaistal sama chanlie kissing scene. Review sangat penting gengs.
Okidin, udah dulu yaa, jangan lupa review, ana tunggu yaap!
Thankyou, and Byebyee~
