Malam itu di Prague Astronomical Clock, Asuma menyulut api pada rokok kreteknya lantas mengisapnya. Menghembus asap daripadanya. Menghilangkan stress yang dideritanya. Kegiatannya terhenti kala gadis menyebalkan itu berada di hadapannya.

.

Disclaimer: Masashi Kishimoto

#16InoFicsChallenge2016 #15

Rokok

.

"Sensei! Kok masih merokok? Dapat dari mana? Di sini 'kan harganya 5 Euro." Cerocos Ino sembari berkacak pinggang.

"Oleh-oleh dari Shikamaru kok." Ujar Asuma sembari mengisap lagi rokoknya.

"Kalian ini, bisa tidak sih berhenti merokok? Tidak ingat kesehatan saja! Sensei juga seharusnya ingat pada Mirai dan Kurenai-sensei!" Ucap Ino sembari berkacak pinggang.

Pria paruh baya itu tersenyum, "aku ingat kok." Ino menghela napas.

"Apa sensei stress karena kuajak jalan-jalan ke mari? Apa Prague begitu membosankan untuk Sensei?"

Asuma menoleh pada gadis di sebelahnya yang masih anteng memandangi ikon terbaik salah kota di Eropa Timur itu.

"Tidak. Justru berjalan bersama salah satu murid kesayangan yang sebentar lagi akan menikah dengan murid kesayanganku yang lain—Shikamaru—itu sangat menyenangkan."

Ino melirik Asuma dari sudut matanya, seakan bertanya apa selanjutnya yang akan senseinya katakan.

"Aku hanya kangen merokok aja."

"Oh ..." Ino mengangguk, cukup tahu.

"By the way, thanks Ino. Sudah perhatian padaku."

Ino mengerutkan keningnya, "perhatian apa?"

"Kau selalu mengingatkanku setiap merokok. Tidak hanya itu, selalu perhatian juga pada rekan-rekanmu yang lain." Ujar Asuma yang kemudian menginjak rokoknya yang tinggal setengah di tanah.

Gadis pirang itu merona.

"A-aku cuma mengingatkan kok! Aku kan dokter."

Asuma terkekeh.

"Ino!" Sahut seseorang yang berhasil mengalihkan pandangan Ino dari Asuma, Shikamaru.

"Shika? Ada apa?" Tanya Ino.

"Aku mencarimu ke mana-mana ternyata kau ada di sini. Aku sudah ke makam Asuma-sensei, memberi rokok kesukaannya. Kau tidak berbicara lagi dengan arwah Asuma-sensei 'kan?"

Ino memutar badannya ke tempat di mana Asuma tadi berdiri. Nyatanya pria itu sudah tak lagi ada di sana.

"Sepertinya dia sudah kembali ke tempat asalnya." Ujar Ino.

Shikamaru menghela napas dan mengusap surai pirang Ino, "ayo pulang." Ajak Shikamaru.

Ino tersenyum. "Ayo."

Ketika dua sejoli itu beranjak dari sana, seorang pria paruh baya yang semu tersenyum memandangi punggung mereka.

"Berbahagialah, murid-muridku." Bisiknya pada angin yang entah mendengarnya atau tidak. Berharap pesannya tersampaikan pada yang ditujunya.