Naruto (ナルト) disclaimer Masashi Kishimoto

Sword Art Online (ソードアート・オンライン) disclaimer Kawahara Reki

RE:Life- in Underworld

Summary: Sebagai permintaan maaf Kaguya setelah membuat kekacauan di kehidupan Naruto sebelumnya, Kaguya melakukan Kinjutsu kepada Naruto agar hidup kembali dikehidupan selanjutnya, akan tetapi walau dia mendapatkan kehidupan baru, peperangan tetap ada di kehidupannya kini, bagaimana kisah Naruto di Dunia barunya kali ini.

Chara : Naruto Uzumaki, Kirigaya Kazuto, Eugeo, Alice Schuberg dan Canaria Schuberg (OC)

Rated : M

Genre : Adventure, Fantasy, Romance.

Warning : Ooc, Semi canon, tidak suka tidak usah dibaca

Maaf kalau ada kesamaan cerita dengan fic lainya atau kesalahan penulisan karena fic ini karena setiap manusia tak lepas dari kesalahan.

RnR please .. hehehehehe

Arc 01 : Beginning

Chapter 01 : New Life and New Destiny


Naruto POV

"Dimana aku?"

"Aku bahkan tak bisa melihat dan mendengar apapun?"

"Apakah aku sudah mati atau aku sudah berada disurga?"

itulah pertanyaan yang ada dibenakku kini, mengapa aku berpikir seperti itu, itu semua karena aku tengah berada di medan perang, yah sebuah perang akbar yang memutuskan nasib Dunia Shinobi, perang itu adalah Perang Dunia Shinobi ke 4.

Apakah aku sudah berhasil memenangkan Perang itu, atau aku malah mati saat melawan Kaguya, bila aku sudah mati, tentu aku sudah gagal memenuhi semua harapan teman-teman seperjuanganku, mungkin jika aku memang sudah kalah melawan Kaguya, Sasuke akan memarahiku habis-habisan karena aku malah menyianyiakan pemberian matanya padaku, selain itu mungkin para Bijuu juga akan melakukan hal sama seperti Sasuke jika aku gagal, padahal saat itu aku sudah berjanji akan menyelamatkan Dunia, tapi kenapa aku malah gagal.

Hahahaha, apakah semua pengorbananku, teman-temanku, orang tuaku, para Gokage, dan juga seluruh Shinobi sia-sia belaka. Apakah itu yang diingkan oleh Kami-sama, sebuah kiamat yang tak bisa dicegah, atau..

"Kau tidak gagal sama sekali Naruto-kun, malah kau sudah berhasil melakukan itu semua dengan baik" ucap Suara itu

Aku pun tersadar saat seluruh pandanganku yang tadi hanya terlihat sebuah kegelapan kini terselimuti cahaya terang. Kaget begitulah yang kini kurasakan, saat melihat sosok seperti perempuan muda berparas muda, rambut panjangnya berwarna silver menutupi hingga selutut, matanya seperti manik rembulan layaknya mirip dengan sahabatku Hinata, dan jangan lupakan kulitnya begitu putih berseri.

Aku benar-benar terhenyak saat aku melihat, sosok itu. Aku mengeraskan rahangku ketika melihat sosok, rasa sakit dan kebencian benar-benar menyelimuti tubuhku, semua itu benar-benar sangat terasa untukku karena melihat sosok itu.

Yah dialah Ootsutsuki Kaguya !

"Bagaimana bisa ? bukannya kau telah tersegel olehku, bagaimana bisa kau berada disini!" ucapku

"Yah memang, aku memang sudah tersegel olehmu Naruto, tapi itu hanya ragaku saja, jiwaku tentunya masih bisa bebas bukan" ucap Kaguya sambal tersenyum padaku

Aku entah bisa mengartikan senyum yang ia tunjukan padaku itu, apa itu sebuah senyuman sinisme belaka atau sebalik.

Walau begitu aku tetap bertekad harus menyegelnya kembali. Meski dia bukan terlihat seperti Ootsutsuki Kaguya biasanya.

"Jika memang begitu, aku akan memastikan aku akan menyegelmu kembali Kaguya!" ucapku

Tapi yang kulihat dia hanya tersenyum padaku, sebenarnya apa maksud senyumanmu itu, apa tujuanmu saat ini, jika memang tujuanmu hanya mengacaukan Dunia Shinobi kembali, aku pastikan aku akan menyegelmu saat ini juga.

Aku pun langsung bergerak dengan melemparkan Kunai Khusus Hiraishin milikku.

TAAAPPP…..TAAAAAPPPP….TAAAAAAAAAAAAAAP…

Kulihat dia hanya menghindari 10 Kunai Hiraishin yang aku lempar, tetapi seranganku bukan hanya itu saja.

Wusssssssssssshhhhhhhhhhhhhinnnnnggggg….

Aku pun langsung berpindah di Sisi belakang Kaguya, dan saat itu juga aku mulai mencekiknya dan menempelkan Kunai Hiraishin milikku tepat dibagian lehernya itu.

"Menyerahlah Kaguya, Jika kau masih melawan, aku akan pastikan kepalamu akan terputus saat ini juga" ucapku dengan dingin.

Akan tetapi yang kulihat gesturnya kini malah mengatakan sebaliknya, sepertinya dia begitu tenang, tidak terlihat dia akan memberontak kepadaku dan juga anehnya dia sedari tadi tak melakukan serangan terhadapku.

"Sebenarnya apa tujuanmu kali ini Ootsutsuki Kaguya?, kenapa kau hanya diam saja?" ucapku

Bukannya menjawab dia malah hanya terkikik halus saat mendengar perkataanku, kali ini aku bisa mendengar kalau suara tertawanya seperti Hinata. Aku benar-benar tak mengerti sebenarnya apa yang sedang terjadi kali ini.

"Mou , kamu ini memang menarik sekali yah Uzumaki Naruto-kun" ucapnya padaku

Hii aku benar-benar kaget ketika mendengar kata-kata itu darinya, sontak aku langsung melepaskan dekapanku padanya, dan segera menjauh dari untuk mencari jarak aman.

Sebenarnya apa yang sedang terjadi, kenapa tiba-tiba suara Kaguya yang tadinya saat aku bertarung dengannya seperti suara Hantu Nenek dan kini kenapa suaranya malah berubah seperti Hinata. Kami-sama sebenarnya yang dihadapanku ini siapa apa dia Ootsutsuki Kaguya, atau Hyuuga Hinata!

Ah dari pada aku memikirkan hal bodoh itu, lebih baik aku meningkatkan kewaspadaanku, bisa saja itu Cuma trik dia, agar aku lengah dan saat itu juga dia bisa saja membunuhku.

"Tidak usah begitu waspada denganku Naruto-kun, aku ini tidak makan orang kok" ucapnya dengan lembut

Kali ini aku hanya sweetdrop mendengar perkataannya itu, bagaimana aku tidak cemas, kau ini dahulunya adalah dewi kelinci yang menjelma menjadi iblis, tentu sudah berapa banyak orang yang mati ditanganmu itu Kaguya!.

"Walau kau berkata seperti itu, bagaimana mungkin aku bisa percaya denganmu begitu mudah, kau kan sudah merenggut Duniaku, Dunia yang aku cintai dan aku sayangi, semua itu hancur ketika kau mengurung semuanya dengan genjutsu mengerikanmu itu hah!" ucapku

Walau aku sudah berkata seperti itu, akan tetapi pandangan Kaguya malah meneduh saat aku berkata seperti itu.

"Mungkin kau benar Naruto-kun, itu semua adalah salahku karena aku, dunia yang kau cintai hancur, karena ulahku semua yang kau sayangi pergi darimu, karena perbuatanku kau begitu menderita kini, oleh karena itu aku benar-benar meminta maaf padamu Karena aku sudah mengacaukan semuanya" ucapnya dengan lirih

Tentu aku begitu terhenyak ketika dia meminta maaf kepadaku, meskipun kali ini, aku masih belum percaya kalau permintaan maafnya itu benar-benar tulus atau sebaliknya.

"Apa, apakah aku bisa percaya dengan kata-katamu kali ini, apakah aku bisa menerima perkataanmu tadi, setelah semua yang kau perbuat terhadap Dunia Shinobi. Katakan padaku, katakan kalau kau bisa meyakinkanku Kaguya!" ucapku dengan nada meninggi

"Mungkin kau benar, kata-kataku tidak bisa dipercaya, tapi aku benar-benar meminta maaf kali ini, karena aku dikendalikan olehnya, aku sudah berbuat kurasakan dimana-mana" ucapnya

Tentunya aku begitu kaget ketika mendengar kalau dia seorang Dewi maha kuasa itu dikendalikan seseorang.

"Apa… Apa itu benar yang kau katakan itu, maksudku.. kau selama ini dikendalikan seseorang?" tanya ku

"yah itu semua yang kukatakan adalah kenyataanya, kenyataan bahwa aku sudah dikendalikan oleh kegelapan Shinjuu." Ucap Kaguya

"Kegelapan Shinjuu..?" gumamku

"Yah Kegelapan Shinjuu, kau tahu tentang Zetsu hitam bukan?" tanya Kaguya padaku

"Maksudmu Kurozetsu, bukannya dia adalah ciptaanmu?" ucapku

"Sebagian perkataanmu memang ada benarnya, tetapi kenyataanya adalah Kurozetsu bukanlah ciptaanku, dia diciptakan dari Kegelapan Shinjuu." Jelas Kaguya

"Kurozetsu diciptakan oleh Kegelapan Shinjuu, sebenarnya apa maksudmu penjelasanmu kali ini Kaguya?" tanyaku

"Saat aku disegel oleh anak-anakku Hagaromo dan Hamura, sebenarnya yang mereka lawan itu bukanlah diriku yang sebenarnya tetapi itu adalah Kegelapan Shinjuu" jelas Kaguya

"Aku tidak begitu paham maksudmu, tapi kenapa kau bisa dikendalikan olehnya" ujar ku

"Kau tahu ketika aku bersatu dengan Shinjuu, saat itulah Kegelapan Shinjuu mulai mengendalikanku, kegelapannya begitu besar sehingga aku tidak bisa mengendalikannya, semakin lama aku mulai menyadari kalau aku telah kehilangan hatiku, itu semua akibat menanggung kegelapan tersebut, rasa sakit serta kesepian yang tiada habisnya itulah yang kurasakan saat bersatu dengan Shinjuu…"

Kaguya mulai menjeda perkataannya mengalihkan pandanganya dariku.

"Semakin lama diriku yang sebenarnya mulai hilang ketika aku mendapatkan kekuatan maha dashyat itu, kekuatan yang begitu dashyat sehingga siapapun yang mendapatkan kekuatan tersebut akan mulai kehilangan dirinya sendiri, rasa tidak akan puas sama sekali terhadap yang ia miliki semakin mendorong orang yang memiliki kuasa tersebut jatuh kedalam kegelapan, dan itulah yang terjadi padaku. Aku bahkan tidak sadar kalau aku sudah mengacaukan semuanya…."

Aku hanya diam dan masih menanti apa yang akan dijelaskan oleh Kaguya.

"Dan ketika aku bertarung denganmu Naruto-kun, aku perlahan-lahan mulai tersadar kalau selama ini yang kuperbuat adalah kekacuan belaka, kemauanku yang hanya ingin mengendalikan segalanya hanya berupa sebuah keegoisan belaka. Dan berkat kaulah aku pun tersadar akan hal itu, karena itulah aku benar-benar berterima kasih padamu Naruto-kun" jelas Kaguya.

"…."

"Terima kasih sudah memisahkan Kegelapan itu dariku serta aku meminta maaf atas semua yang aku perbuat baik padamu maupun Dunia Shinobi" ucapnya dengan lirih

Dan tentunya aku masih terdiam ditempat, ketika mendengar musuh yang bahkan kau tidak bisa kalahkan berterima kasih serta meminta maaf padaku secara bersamaan. Dan tentunya aku masih belum percaya dengan apa yang terjadi dihadapanku kali ini.

"Walau aku masih belum bisa mempercayai apa barusan kamu ucapkan padaku, tapi aku bisa merasakan sebuah perasaan tulus dari semua perkataanmu." Ucapku

Dan kali ini yang kulihat Kaguya begitu terhenyak setelah mendengar perkataanku barusan.

"Mungkin aku tidak akan bisa melupakan apa yang kamu perbuat terhadapku dan Dunia Shinobi dahulu, tapi aku berjanji aku akan mulai memaafkanmu dengan perlahan-lahan, yah meskipun itu sedikit menyulitkan untukku, tapi aku berjanji untuk memafkanmu Kaguya" jelasku

Dan sekarang yang kulihat Kaguya mulai menatapku dengan tatapan tidak percaya, bagaimana tidak percaya, dengan gampangnya aku bilang kalau aku berjanji untuk memaafkannya setelah semua yang ia perbuat kepadaku.

"Apa kamu serius Naruto-kun, apa kamu mau memaafkan perempuan seperti diriku?" tanya nya kembali

"Yah aku serius, mungkin kali inilah kita dapat membuka lembaran baru dengan saling memaafkan bukan" ucapku

"Apa kau benar-benar yakin akan hal itu?" tanya nya kembali

"Yah aku benar-benar yakin kok, terlihat dari permintaan maafmu tadi bahwa kamu begitu menyesal akan itu semua bukan, jadi untuk apa aku memendam hal bodoh seperti itu, lebih baik aku memaafkanmu Kaguya" ucapku

"Bahkan walau orang-orang masih membenci diriku ini, akan kah kau mau memaafkanku Naruto?" tanya nya untuk ketiga kalinya.

"Yah meskipun orang-orang masih membencimu, akulah orang pertama yang akan mulai memaafkanmu, karena aku yakin setiap orang bahkan dirimu sekalipun berhak untuk sebuah penebusan bukan" jelasku sambil tersenyum cerah.

Titik air mulai turun secara perlahan-lahan, itu bukanlah air hujan atau semacamnya, tetapi bulir air datang dari manik rembulan milik Kaguya yang mulai turun secara perlahan-lahan, yah kali ini dia mulai meneteskan air matanya, dia benar-benar menangis saat mendengar perkataanku kali ini..

Benar dia begitu menangis tersedu-sedu, dan kali ini aku hanya diam saja karena saat ini aku sedang melihat seorang Ootsutsuki Kaguya menangis dihadapanku.

"Hiksss….Hikssss…..Hiksss… kamu itu benar-benar orang bodoh yah Naruto-kun" ucap nya dengan sedikit tersedu

Tentu aku sedikit kesal ketika dia mengataiku bodoh.

"Hei apapaan itu.. bukannya kau beterima kasih karena aku sudah memaafkanmu… malah mengataiku. Orang-"

Grebbb

Belum selesai aku berkata, aku malah dipeluk olehnya. Dan tentu saja aku sangat terkejut akan hal itu, bahkan karena kaget aku pun sedikit oleng saat aku menerima pelukan tak terduga dari mantan musuhku itu. Bahkan dia memelukan dengan begitu erat.

"Eh kenapa. Tiba-tiba.. malah memelukku Kaguya?" tanyaku dengan sedikit keheranan

"Hikkss….hikss…. asal kamu tahu kalau kamu itu orang bodoh, yah orang bodoh karena begitu mudahnya kamu memaafkan diriku, aku pikir kau akan membalaskan dendammu padaku, tapi nyatanya kamu malah.. hiksss…." Jelasnya

"Sudahlah semuanya sudah berlalu Kaguya dan Sekarang kita bisa memulainya lagi bukan" ucapku

Tetapi bukannya membalas perkataanku dengan sebuah jawaban, malah..

CUP

Sebuah kecupan dibibir secara singkatlah yang aku dapat darinya, sontak aku pun tentu kaget. Bagaimana tidak kaget, kalau yang menciumku adalah Seorang Ootsutsuki Kaguya.

Setelah mencium dengan singkat kulihat wajahnya mulai berblushing ria. Tentu aku juga masih terperangah saat Kaguya menciumku tadi.

Tetapi belum itu saja membuatku terkaget-kaget, tiba-tiba sebuah cahaya mulai menyeruak dari tubuhku, semakin lama semakin terang. Tentu aku benar-benar kaget karena kejadian itu.

"Sebenarnya.. apa yang kamu lakukan terhadapku Kaguya?" tanyaku dengan ekspesi syok

"Ummm. Itu adalah balasan dariku, tadi yang barusan akulakukan itu bukanlah sebuah kecupan biasanya, karena aku sudah melakukan sebuah Kinjutsu terhadapmu" jelasnya kembali

"Kinjutsu, jangan-jangan kamu..?" gumamku

"Yah dugaanmu tepat Naruto-kun, aku sudah melakukan Kinjutsu, Tensho no Jutsu, dengan ini kau akan mendapatkan sebuah kehidupan baru Naruto-kun" ucapnya

"Tapi-tapi.. bagaimana dengan jika ini Kinjutsu, maka berarti resikonya" gumamku

"Yah resikonya adalah aku mengorbankan Jiwaku untuk kehidupanmu berikutnya" ujarnya sambil tersenyum kecil

"Tunggu dulu Kaguya, kenapa kamu malah mengorbankan Jiwamu untukku, bukannya kita sudah sepakat untuk membuka lembaran baru" ucapku

"Tidak, aku tidak ingin membuka lembaran baru lagi, cukup Naruto-kun saja melakukan itu, aku akan sangat senang jika kamu mendapatkan kehidupan baru yang jauh lebih baik.." ujar Kaguya

"Tapi-tapi.. kenapa kau melakukan hal ini?" ucapku

"Karena ini bentuk rasa terima kasih sekaligus permintaan maafkan ku Naruto-kun" ujar Kaguya

"Tapi aku tidak mau kamu berkorban untukku" ucapku

"Sudahlah Naruto-kun aku harap kamu mau menerimanya, anggaplah ini bukan pengorbanan, tapi permintaan maaf dariku, aku harap kamu mendapatkan sebuah kehidupan layak untukmu Naruto-kun" ujar Kaguya.

"eh tunggu dulu Kaguya!" teriak aku

Akan tetapi cahaya terus menelan kami berdua.. dan kesadaranku juga mulai menghilang.

"Naruto-kun Sayonara, Aku harap kamu bahagia dengan kehidupanmu yang baru..." ucapnya.

Dan suara itulah kudengar sebelum aku kehilangan kesadaranku.

Naruto POV END


Desa Rulid, Norlangarth Utara, Underworld Unniverse.

Desa Rulid merupakan bagian dari Kerajaan Norlangath Utara, salah satu dari empat kerajaan besar yang membagi dan memerintah Underworld, dan itu juga terletak di daerah perbatasan di utara. Dengan kata lain, tempat ini dapat dikatakan sebagai ujung dunia. Utara, timur, dan barat, ketiga sisi ini dibatasi oleh barisan pegunungan yang curam. Dan ditempat itulah saat ini Naruto terdampar. Disebuah Hutan disisi barat Desa Rulid.

Naruto POV

Ada suatu bebauan di udara.

Pikiranku yang buram ini merasakan hal itu tepat sebelum Aku bangun. Udara yang mengalir kedalam rongga hidungku memberikan ku berbagai hal. Aroma harum bebungaan. Aroma rerumputan yang hijau. Aroma pepohonan yang seakanakan dapat membuat dadaku merasa lega.

Aroma air yang mengalir ke tenggorokan ku yang haus. Selagi kesadaran ku mulai bangkit, berbagai suara melonjak ke dalam tubuh ku. Suara dari dedaunan yang bergesekan dengan satu-sama lain. Suara dari burung-burung kecil yang berkicau dengan gembira. Suara dengungan serangga dibawah nya. Dan suara samar-samar dari sungai kecil dikejauhan.

' Dimana Aku!? Setidaknya udah pasti ini bukan kamarku. Biasanya, saat Aku bangun, selalu ada bau sampah Cup Ramen yang aku tumpuk tepat disekitar ruang tidurku, suara dari kompor yang memanaskan cup ramen miliku, dan aroma pakaian kering akibat terjemur dibawah sinar matahari, tapi disini gak ada satupun dari hal itu. Dan lagi cahaya hijau yang menyikat kelopak mataku sampai sekarang ini bukanlah cahaya terang dari lampu kamarku, tapi ini adalah cahaya matahari yang tersaring melewati dedaunan, kan?' Pikir ku

Aku menyingkirkan keinginan ku yang tersisa untuk kembali kedalam tidur lelap, sebelum akhirnya membuka mata ku. Aku mengedip berkali-kali karena disilaui banyak nya cahaya yang melintas di mata ku. Selagi Aku mengusap mata ku, yang sedang buram karena air mata, dengan bagian belakang dari tangan kanan ku, Aku pelan-pelan mengangkat bagian atas tubuh ku.

"... ...Dimana Aku... ...?" Tanpa sadar Aku menggumam.

Yang selanjutnya kulihat adalah semak-semak hijau. Disana terdapat bunga kecil berwarna kuning dan putih diberbagai tempat, kupu-kupu biru muda yang berkilauan terbang kesana-kesini disekitar nya. Sekitar lima meter jauh nya, karpet rerumputan terpotong, dan dari sana, adalah bentangan dari hutan yang dalam, dimana terdapat pohon-pohon besar yang sepertinya sudah berumur lebih dari sepuluh tahun itu berbaris disana.

Selagi Aku memfokuskan pandangan ku kearah celah gelap diantara ranting-ranting pohon, sepertinya pepohonan itu masih terus berbaris sampai batas dari jarak yang bisa diraih oleh cahaya. Kulit pohon yang kasar dan bergelombang dan tanah ditutupi oleh lumut yang tebal, bercahaya hijau dan emas dibawah matahari. Aku menengok ke kanan, dan berbalik, Aku disambut oleh ranting pohon-pohon tua dari seluruh arah. Dengan kata lain, seperti nya Aku terbaring di lingkaran kecil rerumputan di tengah hutan. Kemudian Aku melihat keatas, dan dari celah diantara ranting pohon yang kasar yang terbentang ke seluruh arah, dapat terlihat langit biru dimana awan-awan melayang, seperti yang sudah kuduga.

"Dimana... ... tempat ini?" Aku menggumam lagi lalu menghela nafas.

Tapi gak ada jawaban. Aku menggali seluruh sudut dari ingatan ku, tapi Aku gak bisa menemukan ingatan dari bagaimana Aku bisa datang kesini dan tertidur di tempat ini. Berjalan sambil tidur? Amnesia? Saat kata-kata berbahaya itu terlintas di pikiranku, gak mungkin, Aku dengan segera menyangkal hal tersebut.

' Aku... ... namaku adalah Uzumaki Naruto. Tujuh belas tahun lebih 1 hari. Aku tinggal di sebuah Desa bernama Konohagakure.'

Aku merasa agak tenang sembari ingatan itu keluar dengan mulus, kemudian Aku mengolah lebih ingatan ku.

' Saat ini Aku.. adalah seorang Shinobi yang sedang berperang di medan Perang Dunia Ninja ke 4, saat itu aku berhasil menyegel Ootsutsuki Kaguya, akan tetapi aku malah terdampar disebuah tempat yang antah berantah, lalu aku bertemu dengan Kaguya kembali, dia kemudian meminta maaf kepadaku, dan… dia melakukan sebuah Kinjutsu padaku untuk hidup kembali…'

'Jika begitu apakah ini adalah Hutan Kematian di Konohagakure, tetapi semuanya begitu terlihat berbeda, seingatku Hutan Kematian saja tidak terlalu selebat ini, apa aku masih berada di Konoha atau mungkin..'

Itu adalah dua gambaran yang muncul dalam fikiran ku, seperti gelembung kecil. Tanpa sengaja, Aku menghirup aroma dari udara kedalam dada ku. Dan Aku merasakan tenggorokan ku yang kering, yang kulupakan sampai sekarang.

Setelahnya aku kemudian mengusap wajah ku dan menarik rambut ku berkali-kali, Aku menurunkan tangan ku dan melihat detail nya. Dan aku merasakan keanehan disini.

Yang menggantikan pakaian ninjaku yang biasa nya bukanlah kaos oblong atau baju tidurku, bukan, bahkan bukanlah apapun yang kumiliki. Sebaliknya, bagaimanapun Aku melihatnya, baju ini bukanlah baju yang tersedia di toko.

Baju ini berwarna Orange Cerah, dan bukanlah baju jaring besi ataupun jaket ninja milikku. Tekstur nya aneh, dan terasa kasar. Untaian di bagian belenggu seperti dijahit oleh tangan bukannya oleh mesin jahit. Gak ada kerah, potongan bentuk V di bagian dada diikat dengan tali coklat muda.

Saat Aku melihat kearah tali yang dipegang oleh jari-jari ku, Aku dapat melihat kalau itu gak dibuat dengan jalinan serat, tapi sepertinya oleh kulit yang dipotong dengan rapi. Celana nya juga dibuat dari bahan yang sama, tapi sepertinya gak diklantangkan dan berwarna krem. Gak ada kantong, sabuk kulit yang terikat di pinggang ku gak dikencangkan dengan gesper logam, tapi dengan kancing panjang dan sempit.

Sepatunya juga adalah kulit yang dijahit dengan tangan, beberapa paku payung tertancap di kulit tebal sol sepatu. Aku gak pernah melihat baju dan sepatu seperti ini sebelum nya. —Di Konoha, setidaknya.

"... ...Eh." Aku merilekskan bahu ku sembari Aku bergumam dengan sedikit helaan nafas.

Kenapa tubuhku terlihat seperti umur 12 tahun, jari-jari bahkan terlihat mengecil dari biasanya dan ukuran Kaki juga mengecil, tinggi badanku lebih kecil, begitu juga dengan surai pirangku agak lebih pendek, ukuran tubuhku ini persis saat aku baru lulus academy ninja.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan tubuhku!" pekik aku dengan kaget.

Tentu saja bagaimana tidak kaget, yang aku ingat saat perang aku memiliki tubuh yang lumayan berotot, tinggi badan ku juga lebih tinggi dari sekarang ini.

"Apa aku kembali berumur 12 tahun, ah mungkin saja itu efek dari Tensho no Jutsu, tapi mengapa ingatanku tak menghilang." Aku sedikit membuat pose detektif sambil bergumam hal tersebut.

Tunggu dulu jika ingatanku tidak menghilang apa, control cakraku, serta mata pemberian Sasuke juga tidak menghilang serta apa aku bisa menghubungi para Bijuu yang ada didalam tubuhku.

Dari pada membuat penasaran lebih baik aku segera mencoba control cakraku kembali. Aku pun mulai berjalan melewati semak belukar, dan beberapa pepohonan, dan setelah berjalan kurang dari lima belas menit. Aku menemukan sebuah Danau disana.

Pertama aku mencoba untuk menghubungi para Bijuu, aku kemudian duduk bertapa di sebuah pohon dekat tepi danau, aku mencoba untuk memasuki alam bawah sadarku akan tetapi walau aku sudah berusaha menghubungi Kurama dan kawan-kawan, tetap saja tidak berhasil.

Mungkin saja para Bijuu sudah tidak lagi berada didalam tubuhku ini, aku hanya tersenyum kecut ketika aku berasumsi seperti itu. Ah memang sebaiknya mereka tidak harus berada disini pikirku.

Kemudian ketika melihat Danau yang dikelilingi Hutan dan tidak ada seorang pun disini, aku memutuskan untuk mencoba Ninjutsuku kembali.

"Pertama-tama, bagaimana kalau aku mencoba berjalan diatas air." Gumamku

Aku pun lalu mulai berjalan diatas air dari pinggiran Danau, aku terus menfokuskan bagaimana aku mengalirkan cakraku dibawah telapak kaki.

Dan itu mulai bekerja, perlahan dengan pasti aku mulai berjalan menuju bagian tengah Danau tersebut. Semakin lama, semakin cepat aku melangkah, dan selanjutnya aku pun mulai berlari, akan tetapi tiba-tiba saja

BYUURRRRRRR.

Aku pun tercebur kedalam Danau, Ah sial sepertinya ukuran fisikku kali ini mempengaruhi control cakra milikku, dan tentunya membuatku harus berenang kembali menuju tepi Danau.

Dengan sedikit kesal aku mencoba kembali mengontrol cakraku saat aku mencoba berjalan diatas Danau kembali. Tetapi hasilnya ketika aku akan mulai berlari aku malah tercebur kembali.

Berulang-ulang kali aku mengulanginya kembali hingga, percobaan kesepuluh aku kembali melakukanya, mulai melangkah, berjalan, dan berlari.

Dan hasilnya

Aku pun berhasil berjalan kembali diatas Danau, tentu aku sangat lega melihat aku masih bisa mengontrol cakra millikku ini.

Setelah Aku berhasil berjalan diatas Air, aku kemudian mencoba mengontrol kembali cakraku, kali ini aku kembali memfokuskan kontorl cakraku dikedua mataku, meskipun aku masih berada diatas air.

Aku pun mulai memenjamkan mataku dan menghela nafasku, kemudian dengan perlahan-lahan aku membuka mataku.

SRINGG..

aku pun kemudian melihat permukaan air kembali, dan betapa terkejutnya aku ketika aku melihat mataku berubah menjadi mata merah darah lengkap dengan 3 tomoe disekitar pupil mataku.

"Ini aneh bagaimana bisa aku yang awalnya memiliki Eiin no Mangekyou Sharingan dan Choku Tomoe Rinnegan, malah berubah menjadi Sharingan biasa, dan terlebih aku merasakan begitu sedikit nya penggunaan Cakra milikku, ketika aku mengaktifkan Dojutsu pemberian Teme?" gumamku dengan rasa penasaran.

"Dan anehnya awalnya mataku bukan seperti ini, tadi saat aku berjalan diatas danau aku bisa melihat manik mataku seperti biasanya, tetapi bukanya saat aku menyegel Kaguya dulu aku tak bisa menonaktifkan Dojutsu milik Sasuke Teme?" gumamku

Apa ini memang karena Tensho no Jutsu, mungkin saja iya, karena Kaguya yang melakukannya, apa saat ini mata milik Sasuke Teme sudah bersatu denganku akibat jutsu tersebut.

Dari pada aku harus mati penasaran, lebih baik aku harus meningkatkan control cakra dikedua bola mataku.

"Hyaaaaaahhhhhh…" pekikku saat aku berusaha meningkatkan intesitas cakraku di kedua mataku.

Perlahan tapi pasti mataku berubah menjadi motif EMS milik Sasuke Teme, Kemudian berubah kembali menjadi Choku Tomoe Rinnegan.

Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama, karena aku merasakan perih dimataku, dan secara perlahan darah mulai mengalir dari kedua bola mataku saat aku berusaha menahan perih itu.

Walau aku sudah berusaha menahan mode Choku Tomoe Rinnegan tetapi semua itu tidak berhasil, kedua mataku kini malah berbalik menjadi mode Sharingan 3 tomoe. Dan secara otomatis ternonaktifkan dengan sendirinya.

'Ah sial, seperti kapasistas Cakraku saat ini belum bisa mengaktifkan Choku Tomoe Rinnegan, aku hanya bisa mengaktifkan Dojutsu itu selama 30 detik sedangkan EMS hanya sekitar 5 menit, sepertinya aku memang harus kembali meningkatkan control cakra milikku ini' keluhku dalam hati

Yah memang bukanlah kebetulan kalau saat ini aku hanya bisa mengaktifkan Sharingan dalam mode 3 tomoe, mengingat fisik dan Kontrol Cakraku masih belum memadai. Tapi mungkin dengan banyak berlatih aku pasti bisa mengaktifkanya tanpa terbatas.

Uh sialnya, masih banyak jutsu yang masih belum bisa kulakukan dengan baik, seperti Rasengan, Rasenshuriken ataupun Fuinjutsu Hiraishin yang memerlukan media khusus, mungkin sepertinya aku akan berlatih mulai dari nol disini.

Atau mungkin aku bisa mengembangkan beberapa variasi Rasengan mengingat aku sudah mempunyai Dojutsu milik Sasuke Teme. Tentu aku tetap akan menjadi ninja kejutan no 1 sedunia Shinobi wuahahahahaha!..

Ah tapi sebelum itu, aku harus menggali informasi dimana aku sekarang ini, yah sebaiknya aku harus mencari dimana Desa terdekat.

Setelah memikirkan hal itu aku pun lalu bergegas menuju arah timur hutan, sambil berharap ada pemukiman penduduk disekitar sini.

Naruto POV end


Normal POV

Mengambil kapak.

Mengayun ke atas.

Menebas ke bawah.

Mungkin hanya itu yang dilakukan, tapi jika pikiran kita teralihkan bahkan untuk sesaat, reaksi dari kulit kayu keras itu akan menghantam kembali pada kedua tangan kita tanpa henti. Mengambil nafas, Waktu, kecepatan, pemindahan berat tubuh, semua itu harus dikontrol dengan tepat sejak awal, mengirimkan kekuatan tersembunyi dari mata kapak ke pohon, membuat suara jernih, yang enak dan keras.

Sementara dia dapat memahami teori tersebut dengan baik, melakukannya tidaklah semudah teorinya. Eugeo telah diberi tugas ini ketika dia berumur sepuluh tahun di musim semi, dan ini akan menjadi musim panas kedua sejak saat itu, tapi dia hanya bisa berhasil membuat suara nyaman setiap sekali dari sepuluh ayunan. Dia telah diberi tahu oleh pengguna kapak pendahulunya, kakek Garitta yang selalu mengenai sasaran, dan bahkan dia tidak menunjukkan rasa lelah lelah setelah mengayunkan kapak berat tersebut, tapi setelah lima puluh kali, tangan Eugeo menjadi kaku, pundaknya terasa sakit, dan dia tidak dapat mengangkat kedua tangannya lagi.

"Empat puluh...tiga! Empat puluh...empat!" Pekik Eugeo

Dia menghitung dengan suaranya yang paling keras untuk mendorong dirinya sementara mengayun kapak itu ke kulit kayu dari pohon besar, keringat yang mengalir keluar membuat pandangnnya kabur, tangannya menjadi licin, dan akurasinya menjadi lebih berkurang. Yang sebagian besar disebabkan oleh rasa putus asa, dia memegang kapak itu dengan erat dan mengayunkannya dengan kekuatan dari seluruh tubuhnya.

"Empat puluh...sembilan! Li...ma...puluh!" pekik Eugeo

Ayunan terakhirnya sangaltah berbeda dari ayunan sebelumnya, itu mengenai kulit kayu yang sedikit jauh dari potongan dalam di pohon itu dan membuat bunyi yang memekakkan telinga. Disebabkan oleh reaksi yang seolah-olah membuat percikan api mengenai matanya, Eugeo menjatuhkan itu, lalu mundur beberapa langkah, lalu duduk di atas lapisan lumut tebal. Sementara dia mengulangi nafas beratnya, dia mendengar suara bercampur dengan tertawa dari sebelah kanannya.

"Suara yang bagus keluar tiga kali dari lima puluh ayunan. Jadi totalnya adalah, erm..empat puluh satu, huh. Kelihatannya kamu yang harus mentraktir sebotol Air kelapa, Eugeo."

Pemiliki dari suara, yang sedang berbaring sedikit jauh darinya, adalah anak muda yang berumur hampir sama dengannya. Eugeo tidak menjawab dengan segera, tapi meraba kantung air didekatnya lalu mengambilnya. Dia dengan cepat meminum air yang benar-benar menjadi hangat. Setelah dia mulai tenang, dia menutupnya dengan tutup keras, lalu mengatakan.

"Hmm, kamu baru bisa empat puluh tiga, bukan? Aku akan menyusulmu nanti. Sekarang, ini adalah giliranmu..., Kirito." Ucap Eugeo

"Ya, ya." Balas Kirito dengan nada malas

Kirito adalah teman kecil Eugeo dan salah satu sahabat terbaiknya, juga partnernya dalam «Sacred Task» menyedihkan ini. Kirito menyeka keringat di rambut hitamnya, merentangkan kakinya ke depan dan mengangkat tubuhnya. Tapi dia tidak segera mengambil kapak itu, Kirito meletakkan tangannya di pinggang sementara dia menengok ke atas.

Tertarik dengan yang dilakukannya, Eugeo juga melihat ke atas menuju langit. Langit di puncak musim panas di bulan ke-7 benar-benar sangat biru, dan yang berada di tengah adalah Dewi Matahari Solus, yang memancarkan cahayanya yang menyilaukan dari langit. Tetapi, cahaya itu terhalang oleh batang pohon besar yang menjulur ke segala arah, membuat sebagian besar cahaya tadi tidak sampai ke tempat dimana Eugeo dan Kirito berada.

Di waktu yang sama tak terhitung dedaunan dari pohon besar ini menyerap sebagian besar berkah cahaya matahari yang Dewi Solus pancarkan, akarnya juga tanpa henti menyerap berkah dari Dewi Tanah Terraria, membuatnya untuk pulih dari kerja keras Eugeo dan Kirito yang secara terus menebangnya. Tidak peduli bagaimana banyak mereka menebangnya di siang hari, setelah malam hari, ketika mereka datang di pagi berikutnya, pohon ini telah memulihkan setengah luka tebasan dari hari sebelumnya.

Eugeo menghela nafas secara pelan saat dia melihat kembali pohon yang menjulang ke langit itu.

Pohon besar itu Gigas Cedar, Pengucapan Suci yang diberikan oleh penduduk desa, adalah monster dengan diameter empat mel, dan memliki tinggi tujuh puluh mel. Menara lonceng di Gereja, yang merupakan bangunan tertinggi di desa, hanya seperempat tinggi dari pohon tersebut. Untuk Eugeo dan Kirito yang tingginya baru saja satu setengah mel tahun ini, monster kuno ini adalah lawan yang tepat.

Bukannya mustahil menebangnya hingga jatuh dengan kekuatan manusia? - hanya saja Eugeo tidak dapat melakukan apapun selain dari memikirkan tentang itu setelah melihat bekas potongan di batang kayu. Bekas potongannya telah mencapai satu mel, tapi bagian dari pohon kayu yang tersisa dengan ketebalan tiga kali darinya masih baik-baik saja.

Di musim semi tahun lalu, ketika dia dan Kirito dibawa menuju rumah kepala desa, saat mereka memiliki umur yang cukup untuk melaksanakan tugas memotong Pohon Besar itu, dia telah mendengar cerita yang membuatnya bingung.

Gigas Cedar sudah tumbuh sebelum desa Rulid telah terbentuk, dan tugas untuk menebang pohon tersebut telah diturunkan dari generasi ke generasi sejak pertama kali terbentuknya desa.

Menghitung dari generasi pertama hingga generasi pendahulunya, kakek Garitta yang merupakan generasi keenam, Eugeo dan Kirito adalah generasi ketujuh, lebih dari tiga ratus tahun telah berlalu semenjak mereka telah diberikan tugas ini.

Bayangkan Tiga ratus tahun!

Ini adalah waktu yang tidak dapat dibayangkan oleh Eugeo yang baru saja mencapai umur sepuluh tahun. Tentu saja, hal itu tidak berubah bahkan meskipun dia sekarang berumur duabelas tahun.

Apa yang entah bagaiamana dia mengerti adalah, dari waktu orang tuanya, waktu sebelum itu, dan bahkan jauh sebelumnya, jumlah ayunan kapak dari semua orang yang melakukan tugas ini dapat dibilang tidak terbatas, dan hasilnya cuma luka bekas tebangan yang kurang dari satu mel dalamnya.

Kenapa menebang pohon besar itu sangatlah penting? Alasannya dijelaskan oleh kepala desa dengan nada berat.

Gigas Cedar, dengan batang yang besar dan daya hidup yang sangat banyak, mengambil anugerah dari Dewi Matahari dan Tanah dari sekelilingnya dalam jarak yang sangat jauh. Bibit yang ditanam dibawah bayangan pohon besar ini tidak akan bisa tumbuh, berbagai usaha untuk menanam tanaman didekatnya berakhir sia-sia.

Desa Rulid merupakan bagian dari Kerajaan Norlangath Utara, salah satu dari empat kerajaan yang membagi dan memerintah Underworld, dan itu juga terletak di daerah perbatasan di utara. Dengan kata lain, tempat ini dapat dikatakan

sebagai ujung dunia. Utara, timur, dan barat, ketiga sisi ini dibatasi oleh barisan pegunungan yang curam, jadi untuk memperluas ladang dan padang rumput, tidak ada cara lain selain menebang hutan di selatan. Tetapi, hal itu tidak dapat dilakukan karena adanya Gigas Cedar yang tumbuh di jalan masuk hutan.

Itu dapat dikatakan bahwa kulit kayunya sama kerasnya dengan besi, dan bahkan api tidak dapat menyebabkan bekas hangus, menggalinya juga tidak mungkin karena akarnya memiliki panjang yang sama dengan tinggi pohon. Akhirnya leluhur desa memutuskan untuk menebang pohon tersebut menggunakan Kapak yang ujung tajamnya terbuat dari tulang Naga, yang bahkan dapat memotong besi sekalipun.

dan tugas untuk melakukannya telah diturunkan ke generasi selanjutnya semenjak saat itu Kepala desa selesai menceritakan kisah tentang Sacred Task ini dengan suara yang bergetar, membuat Eugeo merasa ketakutan.

jadi dia bertanya, mengapa merekatidak meninggalkan Gigas Cedar saja dan membuka hutan lebih jauh ke selatan. Kepala desa menjawab dengan suara yang bergetar bahwa menebang pohon itu adalah sebuah sumpah dari leluhur mereka, pekerjaan itu telah berubah menjadi,

kebiasaan desa untuk memberikan tugas ini kepada dua orang. Kemudian Kirito, yang memiringkan kepalanya sementara bertanya dengan keras kenapa leluhur mereka memilih untuk membangun desa di tempat ini sejak awal. Kepala desa kehilangan kata-katanya untuk sesaat sebelum menjadi sangat marah dan memukul kepala Kirito dan bahkan kepala Eugeo dengan tangannya.

Sudah 2 tahun dan tiga bulan berlalu semenjak mereka berdua terus bergantian menebang dengan Dragon Bone Axe (Kapak Tulang Naga) dan menantang Gigas Cedar. Tetapi, kelihatannya dikarenakan tangan mereka yang belum dewasa, ayunan kapak mereka tidak dapat membuat potongan yang dalam ke batang kayu. Bekas tebangan di batang kayu yang sampai sekarang ada adalah hasil kerja keras selama tiga ratus tahun, jadi itu cukup normal jika kerja keras dua anak muda tidak membuat perbedaan yang besar, mereka tidak dapat merasakan pencapaian apapun dari hasil kerja mereka.

Tidak perasaan mereka, tidak hanya tidak dapat terlihat, perasaan depresi mereka yang kelihatannya terbentuk dengan jelas terlihat di kenyataan juga.

Kirito, berdiri di samping Eugeo sementara menatap pada Gigas Cedar tanpa mengatakan apapun, terlihat memikirkan hal yang sama, lalu dia berjalan dengan cepat menuju pohon sementara mengulurkan tengan kirinya.

"Oi, Kirito, jangan lakukan itu. Kepala desa bilang jangan sering melihat Life pohon itu, bukan?" Eugeo dengan cepat memanggilnya,

tapi Kirito hanya menatapnya dengan senyuman jahil yang terlihat di ujung mulutnya.

"Terakhir kali kita melihatnya adalah dua bulan yang lalu, ini tidak lagi terlalu sering, hanya kadang-kadang." Balasnya.

"Selalu seperti itu, huh, aku tidak dapat melakukan apapun kalau begitu...Oi, tunggu aku, biarkan aku melihatnya juga." Ucap Eugeo.

Eugeo yang akhirnya mulai tenang segera berdiri dengan gerakan yang sama seperti Kirito sebelumnya dan berlari menuju ke samping patnernya.

"Sudah siap? Aku akan membukanya sekarang." Kirito mengatakannya suara nada rendah,

tangan kirinya terulur ke depan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya terulur keluar, sedangkan jarinya yang lain tertutup. Bentuk gambar yang terlihat seperti ular yang merayap tergambar di udara di saat sebelumnya. Itu adalah simbol dasar dari pengabdian terhadap Dewi Penciptaan. Setelah memotong simbol tadi dengan ujung jarinya, Kirito dengan segera menyentuh kulit kayu dari Gigas Cedar. Itu tidak membuat suara ketukan pelan seperti biasanya, tapi suara jelas seolah-olah itu berasal dari bermain dengan peralatan perak yang bersuara dengan halus. Lalu cahaya kecil dari batang pohon. Membentuk sebuah kertas cahaya.

Semua di dunia ini, tidak peduli apakah benda itu dapat bergerak atau tidak, memiliki keberadaan yang dikuasai oleh Dewi Pencipta Stacia dalam bentuk Life.

Serangga dan bunga hanya memiliki sedikit Life, kucing dan kuda memiliki lebih

banyak, dan manusia memiliki Life yang jauh lebih banyak. Lalu pohon di hutan dan lumut yang menutupi batu memiliki Life yang lebih banyak dari manusia. Semuanya memiliki satu persamaan, Itu terus meningkat setelah lahir, dan saat itu mencapai puncaknya, itu terus menurun. Ketika Life itu benar-benar habis, hewan atau manusia berhenti bernafas, tanaman menjadi layu, dan bebatuan menjadi hancur.

Stacia Window adalah dimana sacred text dari Life yang tersisa tertulis. Itu dapat dikeluarkan ketika seseorang dengan sacred power yang cukup memotong simbolnya, lalu menyentuh benda yang diinginkan menggunakan energy mana yang ada didalam tubuhnya.

Sementara sebagian besar orang bisa memanggil window ini pada rumput dan kerikil, itu entah mengapa cukup sulit untuk melakukannya pada hewan, dan untuk manusia, itu tidak mungkin mengeluarkannya jika tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang sacred art Sebelumnya

Di sisi ini, itu akan sedikit menakutkan ketika melihat window miliknya sendiri. Secara umum, window dari pohon ini lebih mudah dilihat dibandingkan dengan manusia, tapi tingkat kesulitan dari pohon iblis Gigas Cedar sangat tinggi seperti yang diduga, Eugeo dan Kirito baru bisa memanggil window itu sekitar satu setengah tahun yang lalu.

Dahulu ada sebuah cerita, dari Katedral Pusat Gereja Axiom di Centoria Pusat, master tetua dari pengguna Sacred Art berhasil memanggil window dari Dewi Tanah Terraria setelah upacara selama tujuh hari tujuh malam tanpa henti. Tetapi, saat tetua tadi melihat Life tanah itu, dia menjadi depresi, kehilangan akal sehatnya, dan kemudian menghilang.

Saat mendengar cerita tersebut, Eugeo menjadi sedikit takut untuk tidak hanya saat melihat window miliknya sendiri.

Tapi juga winodw dari sesuatu yang besar seperti Gigas Cedar, tapi Kirito terlihat tidak mempedulikannya. Untuk kali ini juga, Kirito menaruh wajah penasarannya di dekat window yang bersinar itu. Sementara Eugeo berpikir bahwa dia terkadang tidak bisa mengerti sahabat terbaiknya ini, Eugeo menjadi kalah dengan rasa penasarannya, dan melihat ke arah permukaan itu. Window persegi berwarna ungu pucat yang memiliki tulisan yang merupakan kombinasi dari kalimat berbentuk lurus dan melengkung. Itu adalah sacred letter yang kuno, jika itu hanya membaca beberapa kata, Eugeo masih dapat melakukannya, hanya menulis huruf tersebut yang dilarang.

"Baiklah..." Eugeo menggunakan jarinya untuk mengeceknya satu demi satu sambil mengucapkan kata-kata yang tertulis,

"235.542…, Ah...Berapa jumlahnya pada saat sebulan yang lalu?" tanya Kirito

"Mungkin...235.590." jawab Eugeo

"..."

Hanya mendengar jawaban Eugeo, Kirito mengangkat tangannya dengan gerakan yang berlebihan, terjatuh dengan lutut menyentuh tanah, lalu mengacak-acak brambut hitamnya dengan menggunakan jari-jarinya.

"Hanya lima puluh! Kita bekerja keras selama dua bulan dan hanya berhasil mengurangi lima puluh dari 235 ribu! Jika seperti ini terus kita tidak akan bisa menebangnya selama seumur hidup kita!" pekik Kirito

"Tidak, itu bahkan tidak mungkin sejak awal." Pekiknya kembali

Eugeo tidak dapat melakukan apapun kecuali menjawabnya dengan senyuman masam.

"Enam generasi dari penebang kayu sebelumnya sudah bekerja keras selama tiga ratus tahun, dan hasilnya bahkan tidak mencapai seperempatnya...Untuk membuatnya lebih sederhana, hmmm, Itu mungkin akan sampai pada generasi kedelapan belas, atau sembilan ratus tahun lagi." Ucap Eugeo dengan entengnya.

"K~a~u~~" pekik Kirito

Kirito yang sedang merangkak sambil memegang kepalanya dengan tangannya, menatap pada Eugeo, lalu tiba-tiba menggenggam kaki Eugeo. Eugeo kehilangan keseimbangan disebabkan oleh serangan tiba-tiba tadi, lalu terjatuh di lumut tebal di belakangnya.

"Ada apa dengan sikapmu yang seperti siswa teladan! Setidaknya bersikaplah lebih terbebani dengan tugas tidak beralasan ini!"

Meskipun dia mengatakannya seolah-olah dia sedang marah, senyuman kecil terlihat di wajah Kirito ketika dia berada di atas Eugeo dan mengacak-acak rambutnya.

"Uwa, kenapa kau!" pekik Eugeo

Tangan Eugeo memegang pergelangan tangan Kirito dan menariknya dengan keras. Dia lalu memanfaatkan keadaan Kirito menengangkan tubuhnya untuk melawan, berputar secara vertical dengan gerakan setengah melingkar, maka membuat dia di atas sekarang.

"Sekarang, waktunya membalas!" ucap Eugeo

Sementara berteriak dan tertawa, dia menarik rambut Kirito dengan tangannya yang kotor, tapi tidak seperti rambut Eugeo yang berwarna coklat muda terang yang lembut, rambut hitam lurus Kirito membuat serangannya tidak berarti. Eugeo lalu berganti menjadi menggelitik perut Kirito.

"Ugya, kau...h-hahah..." Kirito kehabisan nafas saat dia berjuang melawan penahanan dan digelitik, tiba-tiba

terdengar suara keras yang datang dari belakang mereka.

"Kalian berdua….! Bermain-main lagi!" pekik suara itu

Pada saat itu, pertarungan antara Kirito dan Eugeo menjadi benar-benar berhenti.

"Uu..." gumam Eugeo

"Ini buruk..." gumam Kirito.

Dan mereka berdua menyadari kalau bahaya sudah mendekat.

Mereka berdua mengangkat bahu mereka lalu dengan takut melihat ke belakang.

Di atas batu yang sedikit jauh dari mereka berdua, dengan kedua tangannya berada di pinggang, sosok manusia dengan dadanya sedikit menonjol berdiri. Eugeo sedikit mengangkat tubuhnya, lalu berbicara dengan tersenyum.

"H...Hei, Alice, kau datang cukup cepat hari ini." Ucap Eugeo

"Sama sekali tidak, ini adalah waktu yang sama." balasnya

Sosok tadi membuat wajah yang tidak bersahabat, dengan rambut panjang yang dikat di kedua sisi kepalanya memantulkan sinar keemasan di bawah cahaya matahari yang menembus dari dedaunan. Gadis itu melompat dari batu dengan lincah. Dia memakai rok biru terang dengan apron putih, dan keranjang rotan di tangan kanannya.

Nama gadis muda ini adalah Alice Schuberg. Anak perempuan dari kepala desa, dan dia umurnya sama dengan Eugeo dan Kirito, duabelas tahun.


Hutan Barat Desa Rulid, Norlangarth Utara.

Saat ini di dalam Hutan Barat Desa Rulid, terdapat gadis berumur 12 tahun sedang mencari jamur untuk makan malam, dia begitu giat karena dia ingin sekali membuat makanan untuk teman-temannya di panti asuhan gereja desa.

Fisiknya tidak kurang dari satu seperempat mel, rambutnya berwarna pirang cerah yang memantulkan sinar keemasan jika orang melihatnya, manik mata blue shappire yang begitu indah. Kulitnya yang begitu putih bersih seakan-akan terus ia rawat begitu intesifnya.

Gadis itu bernama Canaria Schuberg, anak kepala Desa Rulid, dia sendiri memiliki saudara kembar bernama Alice Schuberg dan adik perempuannya bernama Selka Schuberg.

Untuk semua anak yang tinggal di Rulid, tidak bukan hanya Rulid tetapi semua anak di daerah utara, itu sudah menjadi tradisi bahwa mereka akan diberikan Sacred Task dan menjadi murid di musim semi saat mereka berumur sebelas tahun, tapi, untuk Alice dan Canaria, mereka berdua adalah pengecualian, dia belajar di gereja daripada bekerja. Dia diberi pelajaran khusus dari Sister Azariya agar dapat mengembangkan bakatnya dalam sacred art lebih jauh sebagai anak terbaik di desa.

Tapi, Rulid tidak cukup kaya untuk membiarkan anak kepala desa yang berumur sebelas tahun hanya belajar seharian, tidak peduli seberapa banyak bakat yang dia miliki. Oleh karena itu baik Alice maupun Canaria selalu berusaha bekerja dibawah gereja desa Rulid sembari mereka belajar untuk menjadi penerus Sister Azariya.

Dan hari ini giliran Canaria yang mencari jamur untuk makan malam para anak-anak panti, tentunya bukan hanya ia sendiri, ia dibantu oleh beberapa sister muda lainnya, mereka semua berpencar untuk mencari jamur untuk makan malam itu.

"Yosh, kurasa ini sudah cukup, waktunya pulang, aku yakin anak-anak panti asuhan pasti akan senang dengan makan malam kali ini." ucap Canaria

Canaria pun lalu memasukan jamur itu kedalam keranjang miliknya, akan tetapi tiba-tiba

SREEEGGGG…..SREEEEEEEGGGGGG…

Terdengar gesekan dedaunan dari semak belukar di sisi kanan Canaria.

"Apa itu?" gumam Canaria sambil kesisi Kanan.

Dan alangkah mengejutkannya ketika ia melihat seekor Goblin Orc besar tengah menatapnya dengan ganas.

GOAAAAARRRRRRR…..

"KYAAAAAA!" pekik Canaria

Canaria bergegas lari menjauh dari beruang itu, dia pun secara tidak sengaja menjatuhkan jamur yang ia kumpulkan dengan susah payah.

Goblin itu terus saja mengejar Canaria, Canaria sendiri begitu ketakutan, karena dibelakangnya kini ia dikejar-kejar seekor Goblin, padahal biasanya dihutan barat desa Rulid ini tidak ada binatang liar bahkan Goblin disini, karena Hutan ini adalah Hutan Desa. Akan tetapi kini nyawa pun terancam oleh serangan Goblin tersebut.

Langkah kaki ia coba paksakan untuk menjauh akan tetapi semua itu begitu sia-sia ketika ia terjatuh akibat tersandung akar pohon yang merambat diatas tanah.

Canaria pun berupaya mengusir Goblin itu dengan sebatang kayu kecil yang ia dapatkan disampingnya tersebut.

"Hiksss….kumohon menjauhlah..menjauhlah!" gumam katakutan Canaria, sambil mengarahkan kayu kecil tersebut kearah Goblin itu.

Akan tetapi usahanya sangat sia-sia ketika kayu patah akibat cakaran Goblin tersebut. Untungnya cakaran tersebut tidak mengenai Canaria karena ia mampu menghindar akan tetapi kini posisinya begitu terpojok.

Kali ini ketika ia berlari menghindari Goblin itu, langkah dihentikan oleh sebuah jurang, bahkan hampir saja ia terpeleset kedalam jurang. Keberuntungnya setidaknya mungkin sampai disini, pikir Canaria.

GOOAAAARRRRRRRRR….

Goblin tersebut meraung keras dan mulai mendekat. Dia pun mulai menyerang Canaria yang sedang terpojok tersebut.

Canaria kali ini hanya bisa pasrah melihat beruang merah tersebut akan datang menyerangnya.

'Apakah ini adalah akhir hidupku.., Nee-chan, minna sayonara.' Ucap lirih hati Canaria

Seakan menjawab isi hati Canaria, Goblin tersebut langsung mengayunkan Cakar miliknya kearah Canaria.

CRAASSSSSHHHHHH.

Akan tetapi bukan rasa sakit yang Canaria rasakan, malah kini ia merasa kalau ia tengah digendong. Itulah yang ia rasakan kini

'Bagaimana bisa, aku bukannya tadi?' pikir Canaria

Rupanya ia sendiri tengah ditolong oleh pemuda misterius yang seumuran dengannya, Canaria sendiri tengah ia bawa dengan cara Bridal style, tentu hal ini membuat Canaria sendiri merona merah ketika ia melihat sang penyelamatnya adalah seorang remaja laki-laki seumuran dengannya.

Dia pun bisa melihat manik Blue Shapire itu. Dirinya pun terbius akan pesona mata sipemuda misterius yang menyelamatkan dirinya barusan, manik Blue Shapire miliknya bahkan lebih biru dari pada miliknya, pemuda yang menyalamatkan nya ini memiliki rupa wajah dengan 3 garis tanda lahir dikedua pipinya, memiliki Surai Jabrik Pirang yang tergerai bebas seperti gaya rambut miliknya serta kulit Tan yang mempertegas ketampananya itu. Canaria kali ini benar-benar terbius akan hal itu.

"Kamu tidak apa-apakan?" tanya membuyarkan lamunan Canaria.

Sontak Canaria dibuat salah tingkah setelah tersadar dari lamunannya itu.

"Ah yah, aku gak apa-apa kok" ujarnya

"Soukka.., kalau begitu berlindunglah disini, biar aku yang menghadapi beruang merah itu" ucapnya sambil menurunkan Canaria ditempat yang aman

"Eh tapi kamu malah nanti terkena serangan Goblin itu.." ucap Canaria

"sudahlah tenang saja, aku tahu seberapa kuat musuh yang aku hadapi kali ini, aku janji tak akan kalah" ujarnnya sambil kembali melompat di antara pepohonan itu.

Goblin yang melihat mangsanya lepas kini melihat Naruto dengan tatapan kesal. Yah kali ini dia benar-benar kesal karena mangsa makan malamnya kini harus diganggu oleh bocah berumur 12 tahun itu.

"Cih bisa menyerang anak perempuan, jika kau ingin berburu, pilihlah buruan yang besar, jangan memangsa yang lemah dan kecil saja bisanya" ujar sinis pemuda bersurai pirang tersebut.

Goblin itu kemudia melesat cepat menuju arah si pemuda bersurai pirang tersebut. Dia pun mencoba mangayunkan cakar miliknya kehadapan pemuda itu.

CRAAAASSSSHHHH..

Akan tetapi gerakan pemuda itu begitu cepat bahkan Canaria sendiri begitu terkejut melihatnya, lolos dari serangan goblin tersebut pemuda itu mulai memukul tengkuk kepala si Goblin tersebut.

Bahkan karena kerasnya pukulan yang dilancarkan pemuda itu, membuat Goblin terpental Diudara.

Hal ini tentu dimanfaatkan dengan baik oleh sipemuda bersurai pirang tersebut. Ia pun melompat begitu jauhnya hingga sampai diatas si Goblin tersebut.

"Kena kau.." ucapnya

NARUTO RENDAN.

DUAAAAAAGGGGGHHHH….

DUAAAAAAGGGGGGGGHHHHHHH…

DUAAAAAAAAGGGGGGGGHHHHHH…

DUAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH…

Pemuda bersurai pirang itu berputar-putar menendang-nendang tubuh Goblin itu, sebanyak 4 kali tendangan pemuda tersebut mengenai telak tubuh goblin tersebut, sehingga ia pun langsung melesat jatuh kedalam jurang.

DUAAAAAGGGGGGGGGGGGGGGGGHHHHHHHH…..

Dan Akhirnya si Goblin tersebut tewas terbunuh akibat ia terjatuh kedalam dasar jurang, begitu juga dengan sipemuda yang menendang Goblin itu, ia pun mendarat dengan selamat. Dan menatap dingin tubuh Goblin yang jatuh didalam dasar jurang tersebut.

"lihat, Itulah akibatnya kalau mencari masalah denganku" ucapnya dengan dingin.

Dengan santai sipemuda pirang itu membersihkan tubuhnya dengan menepuk bagian pakaiannya yang sedikit kotor karena debu. Canaria benar-benar terperangah saat ia melihat pahlawannya itu berhasil mengalahkan Goblin tersebut.

Bahkan ia begitu terbius ketika ia melihat sosok pemuda bersurai pirang tersebut. Tampan itulah yang muncul dibenaknya kini ketika ia melihat si pahlawan tersebut.

"Kamu beneran tak apakan, apa ada yang luka?" ucap si pemuda membuyarkan lamunan Canaria

"umm, aku tak apa kok, walau pergelangan kakiku sedikit terkilir saat aku terjatuh" ujar Canaria

"Syukurlah kalau begitu" ujarnya..

"Anoo.. Arigatou sudah menyelamatkanku.. aku benar-benar bersyukur bisa selamat karenamu" ucap Canaria sambil sedikit merona merah.

"Ah yah sama-sama, untungnya tepat waktu, kalau tidak bisa bahaya tadi, emm sebenarnya itu makhluk apa, kok mahluk jelek itu bisa ada disini?" tanyanya

"Ehh masa kamu gak tahu, makhluk itu adalah Goblin, makhluk itu sebenarnya bukan berasal dari sini, dia berasal dari Dark Territory, aku saja kaget ketika melihat makhluk itu bisa berada disini, padahal dia biasanya berada di Dark Territory" ucap Canaria

"Hmm jadi makhluk jelek itu adalah Goblin yah, lalu kenapa dia bisa berada disini?" tanyanya kembali

"Mungkin saja karena Desa Rulid ini berada langsung dengan perbatasan Dark Territory makanya makhluk itu bisa datang kemari, tapi aku tak menyangka kalau mereka bisa menyusup sejauh ini" jelas Canaria.

"Oh begitu, walau aku masih belum terlalu mengerti perkataanmu tadi, tapi kesimpulannya makhluk bukan makhluk yang seharusnya berada disini" ujarnya.

"Umm bisa dibilang begitu" ujar Canaria

"Soukka, begitu rupanya, banyak juga hal-hal aneh didimensi ini" pikir sipemuda tersebut.

Sedangkan Canaria sendiri mulai tidak mengerti apa yang dimaksud oleh sipemuda itu.

"Ano.. ettoo…" ucap Canaria tapi dirinya masih kesulitan ketika memanggil pemuda tersebut.

"Oh, yah aku lupa memperkenalkan diriku, Namaku Naruto Uzumaki, panggil saja Naruto, karena aku tidak terlalu menyukai keformalan, lalu namamu siapa?" tanya Naruto

"Namaku Canaria Schuberg, kamu juga bisa kok memanggilku Canaria saja" ucap Canaria

"Oh Soukka, baiklah Canaria saja" ucap Naruto dengan nada bercanda

"Mou maksudku bukan Canaria saja, tapi Canaria, Naruto-kun" ucap Canaria sambil menggembungkan pipi karena kesal akibat godaan Naruto tersebut.

"Ah gomen-gomen, aku hanya bercanda tadi, baiklah aku tidak akan memanggilmu lagi Canaria saja, bagaimana dengan Cana-chan itu terlihat mudah dilafalkan bukan" ucap Naruto

Sedangkan Canaria sendiri merona merah ketika dipanggil sufiks-chan oleh Naruto, lagi-lagi Naruto membuat detak jantung ia berdebar begitu kencang, dapat ia lihat sosok pemuda yang dihadapanya kini adalah sosok yang hangat dan begitu ceria, terlebih cengiran khas miliknya itu menjadi daya tarik tersendiri yang mampu membius orang-orang sekitarnya terutama Canaria sendiri.

"Ah halo Cana-chan, kenapa kau malah diam, apa kamu keberatan dengan hal itu?" tanya Naruto

"Ah tidak-tidak.. apa-apa kok, malah aku menerimanya Naruto-kun" ucap Canaria sedikit tergagap.

"Soukka, kalau begitu salam kenal yah Cana-chan" ucap Naruto sambil tersenyum cerah

"yah Naruto-kun salam kenal juga" cicit Canaria.

Tentu saat ini Canaria benar-benar sulit mengendalikan detak jantungnya kini, baginya kali ini dirinya memang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama saat Naruto menyelamatkannya dari Goblin tersebut.


Pohon Gigas Cedar, Desa Rulid, Norlangarth Utara.

Saat ini di area Pohon Gigas Cedar, terdapat 3 orang anak disana, 1 anak gadis yang bernama Alice Schuberg tengah menatap 2 orang laki-laki tersebut dengan tatapan amarahnya, dan 2 anak laki-laki, malah saling mengisyaratkan kalau mereka menyalahkan satu sama lainnya.

Alice pun kemudian dengan cekatan melatakan keranjang makanan itu tepat disebuah batu besar. Saat dia hendak mengeluarkan kemarahan dari mulutnya, Eugeo langsung berdiri sementara Kirito hanya menggelengkan kepalanya.

"Kami tidak sedang bermain-main, sungguh! Kami sudah menyelesaikan tugas pagi kami."

Bersamaan dengan alasan Eugeo yang cepat, Kirito, di belakangnya, bereaksidengan cepat sambil berkata

"Ya, ya." Ucap Kirito

Mata Alice mengeluarkan cahaya kuat saat melihat mereka berdua lagi, lalu kemarahannya menjadi melunak.

"Jika kalian punya kekuatan untuk berkelahi setelah selesai bekerja, apakah aku harus perlu meminta pada kakek Garitta untuk meningkatkan beban pekerjaan untuk kalian berdua, bagaimana menarik bukan?" ucap Alice sambil tersenyum kecil

"A-Apapun selain itu!" pekik Eugeo

"Hanya bercanda.. Ayo, cepat makan siang. Hari ini sangat panas, jika kita tidak segera memakannya, ini akan menjadi tidak enak." Ucap Alice

Alice kemudian meletakkan keranjang rotan itu di tanah, mengambil kain berukuran besar dari dalamnya, lalu membentangkan itu. Dia memilih tempat yang landai dan membentangkannya, yang membuat Kirito dengan cepat melepas sepatunya dan segera mendudukinya. Eugeo duduk setelahnya, lalu makanan itu dijejerkan satu demi satu di depan dua pekerja yang lapar.

Menu hari ini adalah daging asin dan pai dengan isi kacang panggang, roti hitam berlapis keju dan irisan daging asap, beberapa jeni buah dikeringkan, dan susu hasil perahan tadi pagi. Bahkan meskipun semua makanan selain susu dapat disimpan untuk dimakan nanti, tapi sinar matahari yang kuat di bulan ketujuh masih dapat menghabiskan «Life» dari makanan ini tanpa ampun.

Alice memberitahu Kirito dan Eugeo, yang hampir mengambil makanan, untuk 'menunggu', seolah-olah dia memerintah kepada seekor anjing, lalu dengan cepat memotong simbol di udara dan mengkonfirmasi «Window» dari setiap makanan yang dimulai dari toples yang berisi susu.

"Uwa, susunya hanya memiliki waktu sepuluh menit tersisa, dan painya hanya memiliki waktu kurang dari lima belas menit. Bahkan saat aku berlari kesini...Kalau begitu, jadi kita harus memakannya dengan cepat. Tapi pastikan untuk mengunyahnya dengan lembut." Ucap Alice

Ketika Life dari suatu makanan habis, makanan itu akan berubah menjadi Makanan Busuk, yang bahkan satu gigitannya dapat menyebabkan suatu gejala penyakit seperti sakit perut untuk yang tidak mempunyai perut yang kuat. Eugeo dan Kirito yang sudah cukup lapar dan mulai menggigit potongan besar pai itu tanpa mengatakan apapun.

Mereka bertiga melanjutkan makan tanpa mengatakan apapun. Itu sudah jelas dengan dua anak laki-laki yang kelaparan, tapi Alice juga membuat seseorang berpikir dimana dia menaruh semua makanan yang dia makan dengan perut kecilnya. Semua makanan segera habis satu demi satu. Pertama tiga potong pai, diikuti oleh sembilan potong roti hitam, lalu sebotol toples susu itu habis, dan, setelah itu mereka bertiga menghela nafas lega.

"—Bagaimana rasanya?" tanya Alice

Dan kali ini Eugeo yang menjawab pertanyaan Alice dengan nada yang seriusnya, saat dia menatap pada mereka berdua.

"Ya, pai hari ini sangat enak. Kemampuan sudah sangat meningkat, Alice." Ucap Eugeo

"B-Benarkah? Aku masih merasa ada yang sesuatu yang kurang dari rasanya bagaimanapun juga."

Tersipu, Alice mengatakannya sambil mengalihkan wajahnya, Eugeo saling berganti kedipan dengan Kirito sebelum tersenyum. Kotak makan siang mereka dibuat oleh Alice semenjak bulan lalu, tapi meskipun mengatakan hal itu, perbedaan diantara makanan yang dibuatnya dengan bantuan ibunya, Bibi Sadina, dan tanpa bantuannya, sangatlah jelas. Mereka mengerti bahwa suatu keahlian tidak segera didapatkan tanpa latihan untuk waktu yang lama, dan ini berlaku untuk apapun—tetapi, Eugeo dan Kirito juga paham bahwa itu lebih baik untuk tidak mengatakannya.

"Lagipula…."

Kirito mengatakannya sambil mengambil marigo kuning dari dalam botol buah kering.

"Dengan semua usaha untuk membuat kotak makanan yang lezat, aku ingin memakannya dengan waktu yang lebih lama. Aku ingin tahu kenapa hawa panas bisa membuat makanan rusak..."

"Kenapa? Hmmmm..." gumam Kirito

Kali ini, tanpa menyembunyikan senyum masamnya, Eugeo mengangkat bahunya dengan gerakan yang berlebihan.

"Kau mengatakan hal yang aneh, huh? Musim panas membuat Life menurun lebih cepat karena itulah bagaimana itu bekerja. Apakah itu daging, ikan, sayuran dan buah-buahan, itu akan menjadi membusuk jika kamu meninggalkannya saja, bukan?" Jawab Eugeo

"Aku tahu itu, aku bertanya kenapa, bukan? Di saat musim dingin, bahkan jika kamu meninggalkan daging asin mentah diluar selama berhari-hari, daging itu tidak akan membusuk, bukan?" tanya Kirito

"Itu...Itu karena musim dingin itu dingin." Jawab Eugeo

Kirito melengkungkan mulutnya seperti anak kecil yang rewel pada jawaban Eugeo. Mata hitamnya, yang sangat jarang di daerah utara, memancarkan sinar ketidakpatuhan.

"Itu benar, itu seperti yang Eugeo katakan, hawa dingin akan membuat makanan menjadi lebih tahan lama. Tidak hanya di musim dingin. Jika ada hawa dingin, bahkan di musim ini, kita masih dapat menyimpan makanan untuk waktu yang lama."

Kali ini Eugeo yang tercengang, dia perlahan menendang kaki Kirito dengan kakinya.

"Jangan mengatakannya seperti itu adalah hal yang mudah. Dingin? Musim panas itu panas, karena itu adalah musim panas. Apakah kamu memikirkan tentang menggunakan art pengontrol cuaca yang benar-benar terlarang untuk memanggil salju? Hari berikutnya Integrity Knight dari pusat akan terbang ke sini untuk membawa pergi dirimu." Pekik Eugeo

"Y-Yah...Tidak ada yang dapat kita lakukan...? Aku merasa ada suatu cara, suatu cara yang mudah..." gumam Kirito

Sementara Kirito bergumam dengan wajahnya yang merengut, Alice yang dengan tenang mendengarkan percakapan mereka sambil menggulung ujung rambut kucirnya sampai sekarang dan berkata.

"Menarik." Gumam Alice

"A-Apa maksudmu, Alice?" tanya Eugeo

"Tidak, bukan tentang menggunakan art terlarang. Tidak perlu untuk skala yang cukup untuk menutupi desa, tapi hanya cukup kecil untuk diletakkan di dalam kotak makan ini sudah cukup, bukan?"

Saat mendengar apa yang dikatakan olehnya seolah-olah itu sangat normal, Eugeo tanpa sadar berbalik pada Kirito, yang mengangguk. Senyuman terlihat di wajah Alice sebelum dia melanjutkannya.

"Ada beberapa benda yang dingin bahkan di musim panas. Seperti air dari sumur yang dalam, atau daun Silve. Jika kita meletakkannya di dalam keranjang, bukankah itu akan menjadi dingin di dalamnya?" jelas Alice

"Ah... Itu benar." Gumam Eugeo

Eugeo melipat kedua tangannya dan berpikir. Di tengah ruangan luas di depan gereja, ada sebuah sumur menakutkan yang sangat dalam yang digali semenjak desa Rulid terbentuk, air yang dikeluarkan dari dalam sumur itu sangat dingin hingga dapat membuat tangan menjadi mati rasa bahkan di musim panas. Juga, di hutan utara, ada beberapa pohon Silve yang tumbuh, daunnya sangat dingin dan melepaskan aroma tajam ketika diremas, tapi itu sangat bemanfaat untuk merawat luka memar. Mungkin jika menaruh satu toples air dari dalam sumur, atau membungkus pai dengan beberapa lembar daun Silve membuat itu mungkin untuk menjaga kotak makan dingin sementara membawanya ke tempat lain.

Tetapi, Kirito, yang juga terdiam sejenak untuk berpikir, perlahan menggelengkan kepalanya dan berkata.

"Jika seperti itu, aku berpikir itu tidak akan bekerja. Air sumur akan menjadi hangat beberapa menit setelah itu diambil, daun Silve mungkin bisa menjaga hawa dingin lebih lama, tapi aku tidak berpikir itu akan cukup untuk menutupi jarak dari rumah Alice menuju Gigas Cedar." Jelas Kirito

"Jadi, apa kamu memiliki metode lain?" tanya Alice

Alice, yang idenya telah ditolak, bertanya sementara mengejek. Kirito mengacak rambut hitamnya sambil terdiam untuk beberapa saat, lalu tiba-tiba bicara dengan nada rendah.

"Es. Dengan es yang sangat banyak, itu akan lebih dari cukup untuk menjaga kotak makan ini tetap dingin." Gumam Kirito

"Kau..." ucap Alice sambil menggelengkan kepalanya dengan kekaguman.

"Sekarang musim panas. Dimana tepatnya kamu bisa menemukan es? Bahkan toko besar di pusat pasti tidak akan memilikinya!" Pekik Eugeo

Dia mengatakannya dengan nada seperti ibu yang memarahi anak bandelnya. Eugeo, di sisi lain, dapat merasakan perasaan yang buruk, saat dia sekilas melihat Kirito membuat ekspresi wajah yang seperti sebelumnya. Teman masa kecilnya, ketika suatu cahaya terlihat di matanya, ketika berbicara dengan nada seperti itu, Eugeo mengetahui dari pengalaman bahwa Kirito sedang memikirkan sesuatu yang tidak bagus. Di dalam kepalanya, dia mengingat ketika Kirito mengambil madu dari lebah raja di pegunungan timur, atau ketika dia memecahkan toples susu yang telah kadaluarsa ratusan tahun yang lalu di ruang bawah tanah gereja, pemandangan itu terlihat dan menghilang dengan cepat.

"J-Jadi, tidak apa-apa, bukan? Tidak ada yang salah dengan makan secara cepat bagaimanapun itu. Juga, jika kita tidak segera memulai pekerjaan sore kita dengan segera kita akan pulang terlambat." Ucap Eugeo

Eugeo berkata seperti sementara memindahkan piring kosong itu dengan cepat pada keranjang rotan, saat dia menginginkan untuk menghentikan pembicaraan mengganggu ini. Tapi, saat dia melihat mata Kirito yang bersinar dengan terang, seolah-olah dia mendapat suatu ide, secara tak terhindari dia menyadari bahwa ketakutannya telah menjadi kenyataan.

"...Apa itu, apa rencana yang kamu miliki untuk saat ini?" tanya Eugeo

Pertanyaannya telah tercampur dengan kepasrahan, Kirito tersenyum sebelum menjawab.

"Hei...Pada waktu yang duluuuu, kakek Eugeo menceritakan kita sebuah cerita, ingat?" tanya Kirito

"Cerita yang mana...?" gumam Eugeo

Selain Eugeo, Alice juga perlahan memiringkan kepalanya. Sebelum Stacia memanggil kakek Eugeo ke sisinya dua tahun lalu, ada banyak legenda yang diceritakan olehnya dibalik janggut putihnya. Sementara duduk di kursi goyang di taman, dia selalu menceritakan berbagai cerita kepada tiga anak-anak yang duduk di dekat kakinya. Cerita aneh, cerita menarik, cerita menakutkan, ada ratusan cerita seperti itu, jadi Eugeo tidak tahu cerita mana yang Kirito maksudkan. Lalu teman masa kecilnya yang berambut hitam segera terbatuk sambil mengacungkan jari telunjuknya sebelum mengatakan.

"Es di musim panas, tidak ada yang lain selain itu, bukan? " tanya Kirito

"Oi, maksudmu Bercouli dan si Putih dari utara, kau bercanda, bukan?" gumam Eugeo

Eugeo memotong perkataannya tanpa mendengar bagian akhir sementara mengayunkan tangan dan kepalanya dengan cepat.

Bercouli, diantara leluhur yang membentuk desa Rulid, adalah pengguna pedang terkuat, yang berperan sebagai kepala penjaga generasi pertama. Tapi karena itu dia hidup ratusan tahun yang lalu, hanya ada beberapa cerita tentang keberaniannya yang tersisa, dan cerita yang Kirito sebutkan adalah cerita yang yang paling hebat diantara itu semua.

Pada suatu hari di saat puncak musim panas, Bercouli melihat sebuah batu besar yang mengapung di sungai di sebelah timur desa. Saat mengambil batu tersebut, yang ternyata merupakan bongkahan es, Bercouli, dangan kekagumannya, berjalan menyusuri hulu sungai. Tidak lama kemudian, dia sampai pada bagian dari ujung dunia, «Puncak Barisan Pegunungan», dan saat dia tetap berjalan mengikuti sungai yang sempit itu, dia berhadapan dengan mulut gua yang besar. Bercouli melangkah menuju ke dalam gua melawan angin dingin yang berhembus, dan setelah dia melalui berbagai bahaya, dia sampai aula yang sangat luas.

Apa yang dia lihat adalah seekor naga putih raksasa, yang diceritakan sebagai penjaga perbatasan Dunia Manusia. Sosok naga, yang menggulung tubuhnya pada berbagai macam harta karun yang tak terhitung jumlahnya, membuat Bercouli menyadari bahwa naga itu sedang tertidur, tapi bahkan dengan keberaniannya, dia masih terus mendekatinya dengan perlahan. Diantara berbagai harta karun itu, dia menemukan pedang panjang yang indah, dan dia ingin untuk memilikinya tidak peduli apapun yang terjadi. Dia perlahan menarikt pedang tersebut tanpa membangunkan naga itu, dan berlari menjauh secepat yang dia bisa—itu adalah ringkasan ceritanya. Judul cerita itu adalah Bercouli dan Naga Putih Utara .

Bahkan untuk Kirito yang nakal, pastinya dia tidak akan berpikir untuk melanggar peraturan desa untuk pergi melewati Perbatasan Utara dan mencari naga yang asli, bukan? Sementara setengah berdoa, Eugeo bertanya dengan penuh ketakutan.

"Maksudmu, kita akan mengawasi sungai Ruhr dan menunggu sebongkah es mengapung turun... benar?" gumam Alice

Tetapi, Kirito menghela nafasnya sebelum hanya mengatakan.

"Menunggu seperti itu, musim panas ini akan berakhir sebelum kita mendapatkan apapun. Aku tidak ingin mengikuti Bercouli dan pergi mencari naga. Dalam cerita, itu disebutkan bahwa ada es di jalan masuk gua, bukan? Cukup dua atau tiga buah sudah cukup untuk mengetesnya pada kotak makanan itu."

"Kau, seperti yang aku bilang..." ucap Eugeo

Eugeo menjadi terdiam untuk beberapa detik, lalu berbalik menuju ke samping, melihat ke arah Alice untuk membantunya membantah ide anak laki-laki yang berani itu. Lalu dia menyadari bahwa mata biru shapirenya bersinar dengan cahaya yang kuat, dia menurunkan bahunya dengan pemikiran itu.

Eugeo dan Kirito adalah dua anak nakal nomor satu di desa, mereka membuat banyak orang tua mengeluh dan memarahi mereka berdua di setiap hari. Tapi, hanya beberapa orang yang tahu bahwa banyak kenakalan mereka yang dibantu dan direncakan dari belakang oleh Alice, siswa teladan nomor satu di desa. Alice sementara meletakkan jari telunjuknya ke mulutnya, saat dia terdiam beberapa saat, lalu tiba-tiba berkedip dan berkata,

"—Itu bukan ide yang buruk." Gumam Alice

"J-Jangan kau juga, Alice..." pekik Eugeo

"Memang benar, hanya anak kecil yang dilarang pergi menuju Perbatasan Utara. Coba untuk mengingat baik-baik. Kalimat sebenarnya yang tertulis di peraturan, 'Tanpa pengawasan orang dewasa, anak kecil tidak boleh bermain melewati Perbatasan Utara'."

Eugeo dan Kirito tanpa sadar saling bertukaran pandangan. Peraturan desa atau «Perturan Dasar Penduduk Rulid» sebagai nama resminya adalah tulisan lama yang setengahnya ditulis di atas kertas dan setengahnya di atas kulit, yang tebalnya hanya dua cen tersimpan di dalam rumah kepala desa. Ini adalah hal pertama yang semua anak-anak yang pergi ke sekolah gereja untuk mengahafalnya. Dan setelah itu, setelah mendengar dari orang tua mereka dan para tetua terus berkata 'Di dalam peraturan', 'Berdasarkan peraturan', peraturan ini tertanam di dalam kepala mereka sampai mereka berumur sebelas tahun—apa yang mereka pikirkan, tetapi, kelihatannya Alice secara akurat mengingat semua teks, kata demi kata.

...Tidak mungkin, jangan bilang padaku bahkan hukum dasar kerajaan yang tebalnya dua kali lipat juga... tidak, bahkan mengingat dengan sempurna peraturan desa sudah...

Sementara pandangan Eugeo dipenuhi dengan pemikiran seperti itu, Alice menjelaskan suara di tenggorokannya lagi, lalu melanjutkan perkataan dengan nada seperti seorang guru.

"Bukankah itu benar? Kita tidak pergi kesana untuk bermain, itu dilarang oleh peraturan. Tapi mencari bongkahan es bukanlah bermain. Memperpanjang Life dari kotak makanan bukan hanya untuk kita, ini juga membantu orang yang bekerja di lahan dan peternakan, benar? Jadi ini juga dapat dianggap sebagai bagian dari pekerjaan." Ucap Alice

Setelah perkataannya yang keluar selesai, Eugeo saling bertukar pandangan dengan Kirito lagi. Meskipun mata hitam partnernya yang awalnya memiliki sedikit keraguan, tapi itu dengan segera meleleh seperti balok es yang mengapung di sungai saat musim panas—

"Ya, itu benar, itu sangat benar." Ucapnya sambil melipat tangannya, Kirito mengangguk dengan wajah serius.

"Karena ini pekerjaan, bahkan jika kita pergi melewati batas hingga sampai ke Puncak Barisan Pegunungan, itu masih tidak dianggap sebagai melanggar peraturan desa. Lihat, Balbossa-san selalu mengatakannya, bukan? 'Pekerjaan bukan hanya sesuatu yang diperintahkan, jika kamu sedang bebas maka carilah pekerjaan!', seperti itu. Jika mereka menjadi marah, kita cukup menunjuk pada perkataannya, lalu itu semua seharusnya akan baik-baik saja." Jelas Alice

Keluarga Balbossa adalah keluarga kaya yang memiliki lahan gandum terluas di desa. Kepala keluarganya yang sekarang, Nigel Balbossa adalah orang tua berumur lima puluh tahun yang masih memiliki tubuh sehat, bahkan meskipun keluarganya bisa memanen gandum lebih banyak dibandingkan dengan keluarga lainnya, dia masih belum puas, dan kapanpun dia beremu dengan Eugeo di jalan, dia selalu menyalaminya dengan ejekan 'Masih belum bisa menebang jatuh pohon Cedar yang menyebalkan itu?'.

Rumor mengatakan bahwa dia meminta kepala desa untuk mengutamakan keluarganya untuk menanam di lahan baru saat Gigas Cedar telah tertebang jatuh. Respon Eugeo adalah, 'Sebelum itu terjadi, Lifemu akan sudah lama hilang,' tentu saja dia hanya mengatakan itu di pikirannya.

Bahkan meskipun ide Kirito untuk menggunakan perkataan Nigel sebagai alasan untuk pergi melewati Perbatasan Utara sangat menarik, tapi setelah bertugas sebagai penahan kelompok ini untuk waktu yang lama membuat Eugeo tidak mampu untuk berhenti mengatakan 'Tapi'.

"...Tapi, pergi ke Puncak Barisan Pegunungan tidak hanya melanggar peraturan desa tapi 'itu' juga, bukan? Bahkan jika kita berhasil pergi melewati Perbatasan Utara dan sampai pada dasar pegunungan itu, kita masih tidak dapat memasuki gua itu..." ucap Eugeo

Saat mendengar itu, Alice dan Kirito membuat wajah serius. «Itu» yang Eugeo katakan adalah hukum mutlak yang memerintah semua manusia di Territorial Dunia Manusia yang luas, kekuasaannya jauh diatas «Hukum Dasar Kerajaan Norlangarth Utara», lupakan «Aturan Dasar Penduduk Rulid»— Namanya adalah,

Taboo Index.

Itu dibuat oleh Gereja Axiom, menara raksasa yang kelihatannya menjulang hingga mencapai surga, terletak di Centoria Pusat. Buku tebal yang diikat dengan sarung kulit putih bersih yang tidak hanya digunakan di kerajaan utara dimana Eugeo tinggal, tapi juga di setiap kota dan desa di kerajaan timur, selatan, dan barat.

Taboo Index, tidak seperti peraturan desa dan hukum kerajaan, itu sama seperti namanya, itu adalah catatan dari «Hal yang tidak boleh dilakukan». Itu dimulai dengan larangan dasar seperti «Menentang Gereja» atau «Membunuh», «Mencuri», hingga daftar sampingan seperti batas hewan dan ikan yang dapat ditangkap setiap tahun, atau makanan yang tidak boleh diberikan kepada hewan ternak, jumlahnya dengan mudah melebihi seribu daftar. Untuk semua anak-anak yang menghadiri sekolah, selain belajar menulis dan berhitung, pelajaran yang paling penting adalah

untuk menghafalkan semua Taboo Index.—Atau lebih tepatnya, tidak mengajar Taboo Index di sekolah dapat dianggap sebagai melanggar taboo. Meskipun Taboo Index dan Gereja Axiom memiliki kekuasaan yang luas, tapi kelihatannya ada daerah dimana mereka tidak memiliki kekuasaan sama sekali.

Dibalik Puncak Barisan Pegunungan yang mengelilingi dunia ini adalah tanah kegelapan atau Dark Territory dalam Pengucapan Suci. Karena itu, pergi menuju Puncak Barisan Pegunungan saja sudah dilarang oleh Taboo Index sejak awal. Untuk Eugeo, itu sama sekali tidak berguna hanya dengan pergi ke dasar pegunungan tanpa memasuki gua itu.

Alice pasti akan mencari cara untuk menantang Taboo Index seperti biasanya, tapi berpikir seperti itu sudah merupakan taboo itu sendiri. Eugeo menatap pada teman masa kecilnya yang lain sementara memikirkan hal itu. Bulu matanya yang panjang berkilauan dibawah sinar matahari di siang hari yang melewati dedaunan yang terlihat seperti benang emas yang sangat indah, Alice menjadi terdiam untuk sesaat—Lalu kemudian, dia mengangkat wajahnya, lalu bicara dengan cahaya ketidakpatuhan seperti biasanya yang bersinar di matanya.

"Eugeo. Kata laranganmu masih tidak akurat lagi." Sanggah Alice

"Eh... masa iya, apa kau berbohong." Ucap Eugeo

"Aku tidak berbohong. Apa yang tertulis di Taboo Index adalah: Bab pertama, kalimat ketiga, paragraf kesebelas, 『 Tidak ada seorangpun yang boleh pergi melewati Puncak Barisan Pegunungan yang membatasi batas Dunia Manusia』

...Melewati pegunungan, normalnya dengan cara «mendaki melewatinya». Itu tidak termasuk pergi ke dalam gua tidak termasuk didalamnya. Juga, tujuan kita bukan pergi melewati perbatasan pegunungan untuk bermain, tapi untuk mendapatkan es, bukan? Tidak tertulis 『 Dilarang mencari es di Puncak Barisan Pegunungan』 yang tertulis di Taboo Index sama sekali." Jelas Alice

Kata-kata yang keluar dengan lancar dari suara jelas dan manis Alice seperti bel kecil dari gereja, Eugeo tidak mengatakan apapun. Memang, dia merasa apa yang dikatakan Alices entah bagaimana sangat benar.

—Tapi, sampai sekarang kita belum pernah pergi menuju Perbatasan Utara sebelumnya, kita hanya mengikuti sungai Ruhr hingga sampai di kolam kembar. Aku tidak tahu apa yang berada di balik itu, apalagi musim ini ada banyak kumbang menyebalkan di tepi sungai juga...

Sementara Eugeo yang masih dengan susah payah memikirkan suatu cara untuk kabur, Kirito menepuk punggungnya— dengan kekuatan yang tidak cukup untuk mengurangi Lifenya—sebelum mengatakan.

"Lihat, Eugeo, jika Alice, yang belajar paling rajin di desa ini, mengatakan seperti itu, maka tidak ada keraguan tentang itu! Baiklah, maka sudah diputuskan, pada hari libur nanti kita akan mencari naga pu...Erm, maksudku, mencari gua dengan es!" seru Kirito

"Lalu itu akan lebih baik jika kotak makanannya dibuat dengan bahan yang bertahan jauh lebih lama." Seru Alice

Melihat wajah terang dari kedua teman masa kecilnya, Eugeo menghela nafas didalam pikirannya sebelum menjawab "Yeah...," dengan pelan.


Skip Time

Hari sepertinya sudah menujukkan gelap akan tiba di Desa Rulid, itu tampak dari sinar matahari yang mulai semakin berwarna orange disebelah barat. Selain itu para hewan yang aktif disiang hari pun mulai sedikit terlihat. Dibandingkan dengan hewan nocturnal seperti kelalawar mulai banyak terlihat bertebangan di langit Desa Rulid, ini menandakan kalau malam akan tiba.

Dan itu membuat pekerjaan Eugeo dan Kirito sendiri berakhir untuk hari ini, mereka berdua dengan semangat memasukan kembali perlatan miliknya disebuah kotak didekat pohon Gigas Cedar. Mengapa mereka menaruhnya disitu, bukankah jika diletakan disembarangan tempat, peralatan itu akan hilang.

Jawabannya tentu sangat mustahil, karena selama Taboo Index masih berlaku, manusia yang tinggal di belahan dunia manusia Underworld tidak akan mungkin melanggarnya, mereka percaya bila mereka melanggar peraturan yang dibuat Gereja Axiom, mereka akan terkena Kutukan dan Bencana yang tiada habisnya. Oleh karena itu tidak ada yang berani mencuri selama benda tersebut masih mempunyai hak kepemilikan.

Setelah meletakan peralatan, mereka berdua segera menuju tempat dimana Alice menunggu mereka berdua disana. Dibatu besar itu Alice masih setia menunggu mereka , sembari mengawasi mereka saat bekerja, bisa saja mereka bermain-main seperti siang tadi kalau tidak diawasi bukan.

Peluh keringat tak membuat Kirito untuk berhenti berlari menuju tempat Alice disana. Yah dia begitu semangat karena mala mini tentu akan ada makan malam bersama di panti Asuhan.

"Oi… Eugeo, cepatlah kalau berjalan.. kau mau makan malam kita dihabiskan oleh anak-anak yang lainnya!" seru Kirito sambil melambai-lambaikan tangannya kepada Eugeo yang masih terlambat disana.

"yah..yah sabar kenapa Kirito, kau ini seperti tidak makan selama 2 tahun saja" ucap Eugeo

"Ah ayolah, kau ini tidak tahu kebiasaanku bukan" ucap Kirito

"Yah..yah aku tahu itu.." ucap Eugeo mulai melangkah cepat

Sedangkan Alice sendiri melihat tingkah dua bocah nakal di Desa Rulid hanya tersenyum kecil disana.

Setelah mereka berdua menghampiri Alice, mereka bertiga pun mulai berjalan bersama menuju Panti Asuhan, tentunya mereka sendiri tidak boleh terlambat untuk makan malam bersama. Terlebih bagi Alice sendiri yang notabenenya masih bekerja untuk membantu pihak gereja, bisa-bisa Suster Azariya akan memarahinya kalau terlambat datang.

Sembari melangkah, Kirito sendiri mulai berceloteh tentang rencannya tadi, walau Eugeo sendiri masih ragu akan melakukannya, yah tadi bisa dibilang dia hanya bisa mengangguk pasrah karena dia sendiri kalah debat dengan 2 temannya tersebut.

"Oh yah Alice, apa kita tidak melupakan sesuatu yah?" tanya Kirito

"Hmm melupakan apa memangnya?" tanya Alice

"Hmmm itu biasanya sih, saat makan siang bukan hanya kita bertiga saja kan, biasanya ada Canaria, tapi kok siang tadi dia tidak datang yah?" tanya Kirito

"Oh kalau Cana-chan, bukannya dia sedang mencari jamur dihutan, ingatkan kalau dipanti asuhan akan ada makan malam bersama bukan?" ucap Alice

"Tapi, walau dia sedang sibuk biasanya, dia menyempatkan dirinya untuk makan siang bersama dengan kita bukan?" ucap Eugeo

"Yah sih, tumben dia tidak datang siang tadi, apa dia malah pulang terlebih dahulu yah?" gumam Alice

"Tidak-tidak, itu tidak mungkin.. aku tahu kalau dia pasti akan bersamamu apalagi kau dan dia kan sedang membantu suster Azariya bukan?" ucap Kirito

"Apa jangan-jangan dia.. tersesat atau malah lebih parahnya bertemu Goblin." Pekik Eugeo

Tentu ucapan Eugeo barusan membuat Alice sedikit khawatir, karena sampai sore ini saja dia masih belum melihat adik kembarannya tersebut.

"Oi baka!. Jangan berbicara mengada-ada, mana mungkin goblin ada di wilayah ini" ucap Kirito sambil memukul kepala Eugeo

Eugeo sendiri hanya tersenyum masam saat kepalanya dipukul oleh Kirito

"Tapi kan akhir-akhir ini ada berita kalau Goblin sudah banyak menyusup ke wilayah desa kita Kirito!" pekik Eugeo

"Eugeo kamu ini bisa diam tidak, kau semakin membuatku khawatir tau!" pekik Alice sambil memarahi Eugeo

Eugeo sendiri akhirnya diam saat dia melihat Alice mulai menahan tangis. Mungkin kali ini dia sudah berbicara kelewatan.

"Sudahlah Alice, aku yakin Canaria pasti akan baik-baik saja" ucap Kirito

"Tapi sampai saat ini, kita masih belum melihat dia bukan" ucap lirih Alice

"Kalau memang kau begitu mengkhawatirkan lebih ayo kita cari bersama-sama" ucap Kirito

"yah Alice, aku juga akan ikut kok, jadi tenang saja aku yakin Canaria akan baik-baik saja" ucap Eugeo

Seakan-akan menjawab keyakinan Kirito dan Eugeo. Ada sebuah teriakan yang begitu familiar bagi mereka bertiga mulai terdengar. Suara itu seperti suara Canaria. Datangnya dari arah kiri mereka bertiga.

"Minna.. tunggu kami!" teriak Canaria

Mereka bertiga dapat melihat Canaria sedang berlari-lari kecil disana. Akan tetapi dia bukan hanya sendiri, tampak ada anak laki-laki bersurai pirang juga terlihat. Kirito, Eugeo dan Alice sendiri tampak merasa asing dengan anak laki-laki tersebut.

Semakin mendekat maka mereka semakin melihat jelas anak lelaki tersebut. Rupanya seumuran mereka bertiga, dia mempunyai surai rambut pirang cerah, mempunyai mata blue shapire lebih pekat dari Alice dan Canaria, ada 3 garis goretan dikedua pipinya tersebut, dan rupanya dia berkulit tan.

Tentu Eugeo, Kirito bahkan Alice sendiri sedikit terheran-heran melihat anak asing tersebut, bisa saja itu pacarnya Canaria, soal Canaria kini sedang menarik tangan si anak asing tersebut. Dan berlari mendekat menuju arah mereka bertiga.

Sesampainya disana. Canaria mulai menyapa mereka bertiga sedangkan anak asing tersebut hanya diam dan meperhatikan saja.

"Kamu lama banget datangnya Cana-chan, Nee-chan sudah khawatir tahu!" ucap Alice

"Maaf Nee-chan, tadi Cana ada sedikit masalah saat mencari jamur dihutan" ucap Canaria

"Masalah, memangnya ada apa?" tanya Kirito

"emm itu.. aku sebenarnya habis diserang oleh Goblin" cicit Canaria

Tentu jawaban Canaria sendiri membuat Kirito, Eugeo dan Alice kaget bukan main, bagaimana bisa Hutan Barat Desa Rulid ada Goblin masuk. Bukannya Goblin sendiri hidup di daerah Dark Territory.

"terus. apa kamu terluka Cana-chan, kamu baik-baik sajakan?" tanya Alice dengan nada Khawatir.

"Umm untungnya aku baik-baik saja kok Nee-chan, soalnya aku ditolong oleh Naruto-kun disana, bahkan dia berhasil membuat Goblin itu terperosok dalam jurang" jelas Canaria sambil melirik Naruto disana.

Tentu Kirito, Eugeo dan Alice sendiri merasa terkejut kalau ada sosok seumuran mereka bertiga bisa mengalahkan Goblin sendirian bahkan dengan tangan kosong sekalipun.

Alice sendiri mulai menghilangkan rasa keterkejutannya dan menghampiri Naruto disana untuk sekedar berterima kasih karena sudah menolong adik kembarannya tersebut.

"Arigatou Naruto-san, aku benar-benar berterima kasih padamu karena sudah mau menyelamatkan nyawa adik kembaranku ini" ucap Alice sambil berterima kasih.

"Ah itu bukan apa-apa kok, lagi pula itu memang keberuntungan Cana-chan dan aku bisa selamat dari Goblin tersebut" jelas Naruto

"Yah walau itu hanya kebetulan tapi kami bertiga tentu berterima kasih padamu, sudah mau menyelamatkan nyawa teman kami" ucap Kirito

"Sudahlah jangan dibesarkan juga, kan sudah ku bilang itu hanya kebetulan kok hehehe" ucap Naruto sambil menggarukan sisi belakang surai pirangnya tersebut.

"Yah sudah kalau maumu begitu, Oh yah Alice bagaimana kalau kita mengajak Naruto-san ikut makan malam bersama di Panti Asuhan, aku yakin Suster Azariya akan menyambutnya dengan ramah bukan" ucap Eugeo

"yah aku setuju dengan idemu Eugeo, nah Alice bagaimana?" tanya Kirito

"Tentu aku pasti akan mengajaknya, karena dia kan juga sudah menolong adikku" ucap Alice

"Eh apa ini gak merepotkan kalian semua, mengingat aku ini orang baru loh disini" ujar Naruto

"Tidak masalah kok, justru kami semua ingin berterima kasih pada Naruto-kun, karena sudah mau menolongku, yah kan minna" ucap Canaria

Semuanya mengangguk dan mengiyakan perkataan Canaria tadi.

"Tapi kan.." ucap Naruto

"Sudahlah ikut saja bersama kami, aku yakin kau pasti akan menyukainya" jelas Kirito

Dan pada Akhirnya malam ini Naruto pun ikut mereka berempat untuk makan malam bersama-sama di Panti Asuhan Desa Rulid. Bagaikan kincir angin yang mulai berputar karena tertiup Angin. Kini Naruto mulai kembali membuka lembaran baru di kehidupan barunya di Dunia ini, Serta dia mulai menghapuskan kenangan pahit yang ia alami saat kehidupannya terdahulu.

TO BE CONTINUED


Yosh ini adalah Debut Chapter 1 Fic terbaruku. Disini Author sangat tertarik untuk membuat Crosover antara Naruto dan Sword Art Online yang animenya jalan ceritanya sangat menarik. Jadi Mumpung ada ide aku sempatkan menulis cerita ini, Aku menulis Time Line, Alur, serta latarnya Fic ini berdasarkan Arc Alicization di Sword art Online, karena menurutku Arc Alicization benar-benar luar biasa. Karena itu aku sangat ingin sekali menulis cerita Fic antara Naruto dan SAO berdasarkan Time Line Arc ini hanya saja ada beberapa perbedaan dimana Underworld bukanlah Dunia Virtual, melainkan memang sebuah Unniverse. Tentunya itu akan menghasilkan banyak perbedaan.

Mengenai sosok OC saya ambil berdasarkan penampilan Canaria Utara, akan tetapi di Fic ini Canaria akan berperan sebagai saudari Kembarnya Alice Schuberg.

Sisanya beberapa Karakter SAO lainnya sejak era Aincard bakal muncul beberapa chapter kedepan.

Mungkin ini akan terlihat sangat membosankan apabila anda pernah membaca Arc Alicization tetapi Author sendiri berjanji akan mulai menampilkan beberapa perbedaan dari Canonnya. Oleh karena itu jika kalian ingin mengikutinya silahkan ikuti terus perkembangan Fic ini.

Maaf kalau masih ada penulisan yang Typo, Ambigu, Gaje dan sebagainya. Author akan berusaha terus untuk memperbaiki hal tersebut.

Silahkan RnR Minnaa...