Ino. Gadis asal Perancis yang menumpang lahir di Jepang itu akhirnya berkesempatan mengunjungi tempat lahir ibunya, Indonesia. Ia tak henti tersenyum, membayangnyan negeri yang selama ini diceritakan almarhumah ibunya. Pasti indah dan kaya akan budaya. Terlebih ia akan langsung pergi ke kampung halaman sang ibunda, pulau Jawa.
.
Disclaimer: Masashi Kishimoto
#16InoFicsChallenge2016 #13
Wayang
.
Ino masih betah berkeliling pendopo. Sesekali mengabadikan momen yang ditangkap menggunakan kamera yang ditentengnya. Ia tak jemu memerhatikan benda-benda antik di tempat yang kini disinggahinya. Sebuah padepokan seni tradisional Jawa.
Ketika melewati jejeran gamelan beserta wayang-wayangnya, ia mendengar suara yang menurutnya asing namun menarik minat.
Dilihatnya pemuda seumurannya yang telaten menggerakkan wayang, seakan memberi mereka nyawa untuk bersandiwara di atas panggung.
"Syahrep data pitana. Anenggih pundi negari kang kaeka adi dasa purwa. Eka sawiji, adi linuwih, dasa sapuluh, purwa wiwitan ..."
Belum usai pemuda itu berbicara, seorang wanita yang sudah tua yang sedari tadi berada di dekatnya memotong ucapannya.
"Duh Utakata, cah bagusku, jangan seperti itu cengkoknya. Jejer itu harus halus, tenang. Namun berirama dan berwibawa."
Entah sudah kali keberapa pemuda yang menguncir rambutnya mengulang lakon itu. Ia merasa lelah. Perkataan wanita yang sudah tua itu dijawabnya dengan sebuah anggukan, kemudian kembali mendalang.
Ino mengerutkan kening. Ia tahu sedikit bahasa Indonesia, namun tidak begitu paham dengan beberapa kosa kata yang tadi diucapkan wanita tua pada pemuda yang dipanggil Utakata itu.
Sebelumnya, netra Utakata bersatu pandang dengan seorang gadis yang berdiri tak jauh dari sana sedang memerhatikannya dengan antusias. Gadis itu tersenyum padanya yang pula dibalasnya dengan senyuman.
Justru setelah itu Utakata mendadak jadi semakin bersemangat untuk berlatih mendalang. Sementara Ino mendadak salah tingkah kala Utakata bertatapan dengannya.
