Ventus Hikari note: Hey guys! Ini fic kerja sama dengan author lain! Prologue-nya aku yang buat, selanjutnya akan di buat oleh Tie-manganiac-bgt yang akan membuatnya! Met baca~

To reviewer name Nophie-Chan: makasih sudah memberitau kejanggallannya! aku da perbaikinya...

Just the two of us

Prologue

Di malam yang gelap dan dingin, terlihat dua orang anak kecil berumur sepuluh tahun yang tengah berlari dengan tergesa-gesa seakan-akan di kejar oleh sesuatu. Terkadang keduanya sesekali menoleh kebelakang ketika mereka berlari. Wajah kedua anak kecil itu terlihat ketakutan, salah seorang anak kecil yang berambut blond itu memegangi tangan anak kecil berambut brunette yang berlari bersamanya dengan erat sekali. Dia takut bahwa dia akan berpisah dengannya, yang merupakan satu-satunya saudaranya yang tersisa setelah keluarganya mati dibunuh oleh orang yang tidak mereka kenal…

"Sora! Berlarilah lebih cepat atau kita akan tertangkap oleh mereka!" kata anak kecil berambut blond itu pada anak kecil yang berambut brunette itu.

"A… aku tidak bisa berlari lebih cepat dari ini, Roxas!" kata anak kecil berambut brunette bernama Sora dengan napas yang terengah-engah, dia terlihat kelelahan sekali.

"Berusahalah, Sora! Kita harus berlari secepat mungkin atau kita juga mati!" Desak anakkecil berambut blond yang bernama Roxas, dia juga terlihat kelelahan juga, sama seperti Sora.

Maka Sora mengangguk dengan pelan dan mengusahakan agar kecepatan larinya meningkat, tetapi kecepatan larinya sudah mencapai maximal, sehingga kecepatan merekapun tidak bertambah. Mereka berdua berlari memasuki hutan yang gelap dan sepi dengan tergesa-gesa, saking tergesa-gesanya mereka, Sora terjatuh karena tersandung oleh akar pohon yang keluar dari tanah.

"Ouw!" Sora merintih kesakitan ketika dia terjatuh.

"Sora!" teriak Roxas yang kaget melihat saudara kembarnya jatuh.

"A…aku tidak apa-apa…" kata Sora yang segera bangun. "Ouw…" katanya merintih kesakitan lagi.

"Kenapa?" Tanya Roxas cemas.

"Kakiku terkilir…" jawabnya sambil menahan rasa sakit.

Dari kejauhan, terdengar suara larian yang menuju kearah mereka. Dengan cepat, Roxas memapah Sora untuk bersembunyi di balik semak-semak. Dengan perasaan tegang, Roxas memeluk Sora yang gemetaran akibat ketakutan dengan seerat mungkin. Jantung Roxas mendetak dengan sangat cepat dan Sora dapat mendengarnya dengan jelas karena kepalanya tepat berada di dada Roxas.

"R…Roxas…" kata Sora sambil berbisik dengan nada lemah.

"Shh…" kata Roxas yang memeluk Sora lebih erat.

"Mereka berada di dekat sini…" Kata salah seorang yang mengejar Sora dan Roxas. "…Aku dapat merasakan keberadaan mereka."

Jantung Sora dan Roxas berdetak semakin kencang mendengar kata-kata dari salah seorang yang mengejar mereka. Sora memegang baju Roxas dengan erat dan mulai menangis karena ketakutan. Roxas dengan wajah yang pucat hanya bisa memegangi Sora sambil berharap bahwa mereka tidak akan menemukan mereka berdua…

Tiba-tiba dari depan Sora dan Roxas, muncul sebuahtangan dan dengan cepat menangkap tangan Roxas dan menariknya dari Sora…

"Roxas!" Teriak Sora sambil menangis ketika melihat seseorang menangkap Roxas.

"Lepaskan!" teriak Roxas sambil meronta-ronta.

Tiba-tiba, dari belakang Sora ada yang memegangi kedua tangannya dan menariknya.

"Ah!" Teriak Sora terkejut ketika seseorang menariknya.

"Sora!" Roxas terlihat panic melihat Sora juga tertangkap.

"Akhirnya kita menagkap dua anak kecil yang merepotkan ini…" Kata orang yang menangkap Sora.

"Ya…" kata orang yang menangkap Roxas.

"Lepaskaaaaaaaaaaaaaaaaan! " Teriak Roxas dengan marah.

Roxas lalu menggunakan seluruh kekuatannya untuk lepas dari pegangan orang yang menangkapnya. Pegangan orang itu terlepas ketika Roxas menggunakan seluruh kekuatannya untuk lepas dari pegangan orang itu.

"H… hey!" kata orang yang menangkap Sora. "Hati-hati sama anak kecil itu! dia memiliki darah vampire itu! Kekuatannya hampir sama dengan orang dewasa!" katanya memberitaukan temannya yang menangkap Roxas. "Hanya dia yang berbahaya, saudara kembarnya tidak memiliki darah vampire!" jelasnya.

"Lepaskan Sora!" Teriak Roxas marah sambil berlari kearah orang yang menyerang orang yang menangkap Sora dan hendak meyerangnya.

Dengan satu pukulan, Roxas berhasil membuat orang yang memegangi Sora melepaskannya, tetapi tidak sampai membuat orang yang memegangi Sora itu pingsan.

"Shit!" teriak orang yang memegangi Sora tadi.

"Roxas!" Teriak Sora yang memanggil namanya setelah lepas dari genggaman orang tadi.

Keduanya lalu mencoba melarikan diri lagi, Roxas lalu mencoba menggendong Sora di punggungnya ketika orang yang mengejar mereka cukup jauh karena Sora tidak dapat berlari akibat lagi kakinya yang terkilir…

"Roxas,kumohon tinggalkan aku saja! Larilah dan selamatkanlah dirimu sendiri…" kata Sora memohon.

"Tidak!" Teriak Roxas yang menolak permohonan Sora dengan marah. "Sampai kapanpun aku tidak akan meninggalkanmu Sora! Tidak akan…" katanya mempercepat larinya.

"Roxas…" kata Sora memeluk punggungnya dengan erat. "…maaf aku hanya menjadi beban bagimu, maaf…" katanya sambil menangis. "…aku sungguh lemah, aku tidak sekuat kamu yang kuat seperti ayah…" katanya dengan terisak-isak. "…aku tidak pernah bisa membantumu ataupun ayah meski hanya sedikit. Aku selalu merepotkan kalian…"

"Sora, jangan berkata begitu. Kau tidak pernah merepotkanku, ini memanglah tugasku untuk melindungimu sebagai kakakmu (A/n: Di sini Roxas lebih tua beberapa menit dari Sora ^^.) dan kau merupakan satu-satunya anggota keluargaku yang tersisa, Sora! Jangan pernah meminta aku untuk meninggalkanmu! Karena sampai kapanpun, sampai kapanpun…" kata Roxas dengan mata yang mulai di penuhi air mata. "…Kau adalah adikku yang kusayang dan aku akan terus melindungimu hingga maut memisahkan kita, sama seperti saat ini, di mana maut telah memisahkan kita dengan ayah dan ibu…" katanya yang mulai menangis.

"R… Roxas…" kata Sora yang menangis terisak-isak.

Malam yang dingin dan sangat gelap di lalui keduanya dengan perasaan sedih dan gelisah. Kedua orang yang mengejar Sora dan Roxas kehilangan jejak mereka berdua. Sora dan Roxas tidak sengaja menemukan sebuah gubuk yang sudah hampir hancur dan sudah tidak terpakai lagi selama beberapa tahun. Debu yang banyak menumpuk di dalam gubuk yang hampir hancur itu, keduanya memutuskan untuk istirahat di gubuk yang sangat kotor itu tanpa mengeluh sedikitpun…

"Roxas…" Sora memanggilnya sambil memegangi lengan bajunya dan menyandarkan kepalanya di bahu Roxas.

"Hm?" Tanya Roxas yang duduk di sampingnya.

"Kira-kira, bagaimana nasib kita di hari esok ya?' Tanya Sora dengan wajah lelah dan mengantuk.

"…aku tidak tau…" jawab Roxas sambil menatap Sora yang mulai tertidur karena lelah. "…tapi yang pastinya, Sora…" katanya pada Sora yang sudah tertidur. "…apapun yang terjadi esok, aku pasti akan terus melindungimu." Katanya sambil mendekatkan Sora lebih dekat dengannya agar dia merasa hangat…

Ketika pagi hari tiba, Sora membuka matanya dan melihat Roxas tidak berada di sampingnya. Dia langsung panic dalam sekejap melihatnya tidak berada di sampingnya. Sora berlari keluar dari gubuk dan mencari Roxas…

"Roxas!" teriak Sora memanggilnya, tetapi tidak ada jawaban. "Roxas!" teriaknya sekali dengan mata yang dipenuhi oleh air mata. "!" Teriaknya sambil menangis.

"Sora…" kata seseorang yang tidak asing bagi Sora memanggilnya.

Ketika Sora mencari keberadaan orang yang memanggilnya, dia melihat dia tidak berada jauh darinya. "Roxas!" katanya dengan senang sambil berlari mendekatinya. " Kukira kau ditangkap oleh mereka…" katanya yang langsung memeluk Roxas.

"Tidak, aku hanya mencari makanan untuk kita makan pagi ini. Tetapi setelah mondar-mandir keseluruh hutan, aku tidak menemukan satupun makanan, maaf…" kata Roxas meminta maaf.

Sora lalu melepas pelukannya dan menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Tidak apa-apa, aku tidak terlalu lapar saat ini…" Katanya dengan senyum. Sebenarnya Sora berbohong pada Roxas bahwa dia tidak lapar, sebenarnya dia sangatlah lapar sejak tadi malam akibat berlari dan Roxas tau bahwa dia berbohong karena dia adalah saudara kembarnya.

"Maaf…" kata Roxas meminta maaf sekali lagi.

"Roxas, aku sungguh tidak apa-apa. Lebih baik kita mencoba keluar dari hutan ini…" kata Sora menyarankan.

"Ya…" jawab Roxas dengan wajah sedih.

Mereka berdua berjalan mencari jalan keluar dari hutan ini. Hutan ini sangatlah luas, sehingga membuat mereka berdua tersesat dengan mudah. Dari pagi hingga siang hari mereka mencari jalan keluar, tetapi mereka berdua tidak berhasil menemukan jalan keluar dari hutan ini.

Sora terlihat lemas,pucat, dan sangat lelah akibat perut yang kosong…

"Sora, bertahanlah…" kata Roxas sambil memapahnya.

"Hm…" Kata Sora dengan lemah dan hampir pingsan.

'Sora…' Pikir Roxas sambil menatapnya dengan cemas.

Roxas mencari jalan keluar dari hutan ini sambil memapah Sora yang telah pingsan. Dia tidak berhasil keluar dari hutan ini hingga siang menjelang sore hari. Di saat Roxas hampir putus asa, dia bertemu dengan seorang lelaki berambut blond dengan tujuh anak muda yang umurnya sedikit lebih tua sekitar satu hingga tiga tahun dari Roxas dan Sora.

Roxas langsung berlari kearah mereka dan segera meminta pertolongan pada mereka. Merekapun segera menolong Roxas dan Sora dan membawa mereka keluar dari hutan ini. Mereka berdua di bawa kesebuah kota yang bernama Twilight Town dan memasuki sebuah rumah dengan papan yang tertulis 'Panti Asuhan'.

Sora lalu di baringkan di salah satu ruangan yang ada di tempat itu, lalu datanglah seorang dokter yang hendak memeriksakan keadaan Sora…

"Kondisinya cukup parah, dia kekurangan cairan dan juga nutrisi…" kata dokter itu menjelaskan. "… kurasa dia akan sadar beberapa saat lagi setelah dia di infuse…" katanya memberitau.

"Terima kasih, dokter." Kata lelaki yang berambut blond yang menolong Sora dan Roxas pada dokter itu.

"Sama-sama…" Jawab dokter itu dengan tersenyum.

Dokter itu lalu berjalan keluar dan meninggalkan termpat ini. Roxas masih terus berada di samping Sora sambil menggenggam tangannya, lalu lelaki yang berambut blond yang menolong mereka berdua mendekati Roxas.

"Apa yang telah terjadi pada kalian, nak?" tanyanya pada Roxas.

"…" Roxas hanya terdiam dan tidak menjawab. 'Apakah mereka akan percaya dengan apa yang terjadi sebenarnya?' pikir Roxas sambil menatap Sora terus menerus.

"…" lalu lelaki blond itu menghela napas. "Siapa namamu, nak?" tanyanya.

"…Roxas…"jawab Roxas sambil menatap lelaki itu. "…dan dia Sora, saudara kembarku."

"Roxas dan Sora, namaku Ansem the Wise, pemilik panti asuhan di sini. Anak-anak di sini selalu memanggilku Ansem." Kata lelaki blond itu memperkenalkan diri. "Roxas, di manakan orang tua kalian?" tanyanya.

"Ayah dan ibu…" Roxas berhenti sejenak sebelum melanjutkannya. Wajahnya terlihat sangat sedih ketika di tanyai tentang orang tua mereka. "… mereka telah meninggal di bunuh." Jawabnya.

"Di bunuh? Berarti kalian ini yatim piatu?" Tanya Ansem dan Roxas hanya mengangguk. "Apakah kalian mempunyai kerabat yang dapat mengurus kalian?" tanyanya.

"Tidak…" Jawab Roxas sambil menunduk. 'Seluruh kerabat ayah maupun ibu pasti telah di bunuh oleh mereka…' pikirnya dengan sedih.

"Lalu, apakah kalian punya tempat untuk bernaung? " Tanya Ansem dan Roxas mengelengkan kepalanya dengan pelan. "Bagaimana kalau kalian tinggal di sini?" tanyanya lagi.

"Tinggal… di sini?" Tanya Roxas.

"Ya…" jawab Ansem sambil mengangguk pelan. "Di sini masih tersisa banyak tempat untuk anak yatim piatu seperti kalian." Katanya sambil tersenyum. "Di sini kalian mempunyai banyak teman yang senasib seperti kalian, yaitu kehilangan atau tidak mempunyai orang tua(Maksud kasarnya di buang)." Katanya memberitau.

"…" Roxas terdiam sejenak. 'Kurasa tinggal di sini merupakan satu-satunya pilihan, kami sudah tidak mempunyai tempat yang bisa kami sebut sebagai rumah lagi…' Pikirnya.

"Bagaimana? Kau tidak perlu segera menjawabnya. Kau boleh menunggu sampai dia terbangun…" kata Ansem dan Roxas hanya terdiam…

Beberapa jam berlalu dan Sora akhirnya sadar. Dia langsung terbangun karena terkejut melihat tempat yang tidak dia kenal, tetapi langsung merasa lega karena Roxas berada di sampingnya sambil memegangi tangannya.

"Akhirnya kau terbangun…" Kata Roxas sambil tersenyum.

"Roxas…" Kata Sora sambil tersenyum, tetapi senyumannya menghilang ketika mengingat bahwa dia berada di tempat asing. "…ini di mana?"

"Kita ada di sebuah kota bernama Twilight Town…" Jawab Roxas. "…kita berada di panti asuhan, tempat orang yang menolong kita." Katanya menjelaskan.

"Panti asuhan?" Tanya Sora bingung.

"Ya, panti asuhan. Tempat di mana anak-anak yang kehilangan orang tuanya di tampung di sini supaya mempunyai tempat tinggal." Kata Roxas menjelaskan. "Sora, apakah kau mau tinggal di sini?" Tanya Roxas.

"Hum, aku mau tinggal di sini jika kau ingin tinggal di sini, Roxas." Jawab Sora sambil tersenyum. "Ngomong-ngomong, ini apa yang tertusuk di tanganku?" tanyanya dengan bingung sambil menatap tangannya.

"Itu namanya infuse. Kau kekurangan cairan dan pingsan saat kita mencari jalan keluar dari hutan…" Kata Roxas menjelaskan.

"Oh…" kata Sora sambil menatap selang infuse.

Lalu terlihatlah tujuh orang anak yang tadi bersama Ansem saat Roxas meminta tolong padanya memasuki kamar di mana Sora dan Roxas berada.

"Hey, dia sudah sadar guys!" kata seorang anak berambut merah sambil menunjuk Sora.

"Dia sudah sadar, Lea?" Tanya seorang anak berambut biru panjang pada anak yang berambut merah yang menunjuk Sora itu.

"Yup!" kata Lea sambil tersenyum.

Lalu ketujuh anak itu mendekati Sora dan Roxas…

"Siapa nama kalian?" Tanya anak yang berambut hitam yang di ikat pada Sora dan Roxas.

"Roxas…" Jawab Roxas. "…dan dia Sora, saudara kembarku."

"Hm, pantas saja kalian mirip, itu karena kalian kembar…" kata seorang anak berambut blond panjang sambil menatap Sora dan Roxas.

"Itu sudah pasti, Even…" kata anak berambut silver pada anak berambut blond panjang itu. "…setiap anak yang lahir kembar, pasti wajah mereka sangatlah mirip."

"Tapi belum tentu setiap anak yang lahir kembar selalu mirip, Ienzo." Kata anak berambut blond panjang bernama Even kepada anak berambut silver itu.

"Kalian… siapa?" Tanya Sora dengan bingung.

"Ah, kurasa kita belum memperkenalkan diri kita ya? Namaku Braig…" Kata anak yang berambut hitam yang di ikat.

"Namaku Dilan…" kata anak berambut hitam yang panjang di samping Braig.

"Namaku Even…" katanya memperkenalkan diri disamping anak berambut silver bernama Ienzo..

"Namaku Aeleus…" kata anak berambut blond pendek memperkenalkan diri di samping Even.

"Ienzo…" Kata Ienzo di samping Even juga.

"Namaku Lea, get it memorized? (A/n: Kalau Axel bilang got it memorized, maka ketika dia kecil berkata get it memorized! ^^ bgt yg kudapat di wiki.) dan di sampingku ini sahabat sejatiku, Isa." Kata Lea memperkenalkan dirinya dan temannya yang berambut biru itu.

"Uh, senang berkenalan dengan kalian…" Kata Sora dengan canggung.

"…" Roxas hanya terdiam saja tanpa berkata apa-apa.

"Apakah kalian akan tinggal di sini?" Tanya Lea penasaran.

"Iya…" jawab Roxas sambil mengangguk.

Lalu ketujuh anak itu tersenyum. "Selamat datang di Panti asuhan Ansem the Wise." Kata mereka mengucapkan salam pada Sora dan Roxas.

"Terima kasih!" kata Sora tersenyum.

"Terima kasih…" kata Roxas dengan datar.

Maka Sora dan Roxas memutuskan untuk tinggal di panti asuhan itu selama beberapa tahun…

To Be Continued…

Ventus Hikari note: Any review?
Oh ya! jika ada yang tidak tau tentang Braig, Dilan, Even, Aeleus, Ienzo, Lea dan Isa, mari kukasih perkenalan singkat. Braig = Xigbar, Dilan = Xaldin, Even = Vexen, Aeleus = Lexaeus, Ienzo = Zexion, Lea = Axel dan Isa = Saix. ini nama asli mereka sebelum menjadi Nobody, tidak percaya? cari saja di wikipedia. jika masih ada pertanyaan, tolong di review saja~