NARUTO © Masashi Kishimoto.

standard warnings applied.

a/n AHAHA AKHIRNYA BISA KE DUNIA BIRU LAGI! gada yg kangen jg hiks:( maafkan diriku yg tidak kunjung aktif, abis unbk ada sbmptn:( doain ya biar bisa jeblos(?) ke kriminologi! btw, follow wpku dong;) unamenya sama kaya yg ini kokkk ehe... well, there's a ficlet (dr dulu gabisa nulis panjang) nih! nyoba pake narusaku sbg pair UTAMA, semoga nyambung deh yaa:(((

Listening to Sewindu – Tulus while writing the story.


cerita tanpa judul

by azuramethyst


"Pagi, Sakura-chan!"

Ia menggeser pintu kayu jati itu dengan perlahan. Setelah itu, seutas lengkungan kurva terlukis manis di bibir tipisnya. Iris hijaunya menyipit, tanda lebarnya senyum yang ia buat. Rambut sebahu gadis Haruno itu melambai pelan tertiup angin. Aku pun membalas senyumannya.

"Pagi juga, Naruto."

Kami berjalan beriringan. Ia di sebelah kananku, dan aku di sebelah kirinya. Tanpa bergandengan, kami berjalan bersama menuju sekolah kami. Yah... kegiatan itu sudah berjalan sejak kami masuk taman kanak-kanak. Ia, Haruno Sakura, adalah temanku sejak kecil. Dia adalah tetanggaku,

―Dan orang yang pertama kali merebut hatiku.

Sesekali, ku buat topik obrolan yang menarik untuk membuatnya tertawa. Seperti keisengan Kiba dan Yamato-sensei yang lucu sekali bila diusili.

Tentu saja, ia tertawa dengan renyahnya. Yang membuatku gemas ingin memeluknya. Namun hanya dapat mengusap helaian merah mudanya.

Lalu, malamnya kami akan bertemu di halaman belakang rumahnya. Bersenda gurau, menyanyikan berbagai lagu seraya diiringi gitarku, atau hanya memandangi langit malam yang ditaburi bintang-bintang. Dan tak sehari pun kami melewati hal ini.

Semua terdengar indah, bukan?

Namun, semua tak lagi sama. Ketika seseorang bernama Uchiha Sasuke datang.

Ia bagaikan pangeran berkuda putih yang datang menjemput sang putri. Dan aku hanyalah seorang bayang-bayang dari pangeran itu sendiri. Yang tak mungkin melawan tubuh aslinya.

Aku kesal, ingin marah. Tapi, aku bisa apa? Ketika gadis musim semi itu yang dengan sendirinya menjatuhkan dirinya sendiri ke dalam pelukan sang pangeran.

"Mu-mungkin, Na-naruto-kun harus melihat gadis ya-yang ada di sekitar Naruto-kun..." cicit teman sekelas―sekaligus teman curhatku―Hyuuga Hinata seraya memainkan kedua telunjuknya.

"Tapi sulit sekali, Hinata. Sudah dari kecil aku selalu bersamanya, semacam sudah terbiasa." jawabku lalu melempar gumpalan kertas ke arah tong sampah.

"Kalau begitu, Na-naruto-kun harus be-berusaha. A-aku selalu me-mendukungmu!" balas gadis indigo itu dengan wajah memerah.

Berusaha? Tapi, sebelum aku berusaha pun, aku sudah kalah...

"Hahh... aku pusing," gerutuku lalu memejamkan kedua mataku. Hal yang terakhir kali kulihat adalah senyuman Hinata yang menyejukkan.

"Selamat tidur, Naruto-kun. Mimpi indah," bisik Hinata lalu mencium pipiku.

Andai aku jatuh cinta pada Hinata, bukan Sakura...

.

.

Waktu menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Aku sedang memandang langit malam yang cerah... sendirian. Sakura sudah tidak pernah menemaniku. Jangankan menemaniku, ia lebih memilih berangkat bersama Sasuke dibandingkan denganku. Kulirik jendela kamar Sakura yang ditutupi tirai gordyn, lalu tersenyum kecut.

Aku mengambil ponsel pintarku, mencoba untuk membidik foto langit malam yang terlihat lebih cerah kali ini.

WUSH!

Iris biru langit milikku menangkap ribuan bintang jatuh, yang membuat langit semakin cerah. Aku mengepalkan kedua tangan, lalu memejamkan kedua mata. Aku membuat sebuah permohonan yang kulemparkan bersamaan dengan Kami-sama yang melempar bintang-bintang itu. Sejauh mungkin, hingga Kami-sama mungkin dapat mengabulkannya.

'Kami-sama, kumohon biarkan aku bahagia. Walaupun kebahagiaanku pergi meninggalkanku.'

Ini keputusanku, aku akan melepas sang putri untuk sang pangeran. Lalu mencari putriku sendiri.

.

.

tamat?