-Se Na Oh present-
FRIEND ZONE
It's KAISOO fanfic
Start with KAISOO
End with KAISO
NO gs! It's YAOI ! It's YAOI ! and always YAOI !
Jika tidak berkenan dengan gendre cerita saya, silahkan tekan tombol 'back' .
Jika berkenan, silahkan menikmati sambil review juseyo~~~
Don't be silent readers please
Review yang diterima adalah review yang membangun dan tidak bersifat kasar
Okay, last from me
Happy reading yorobun ^^
.
.
.
-FRIEND ZONE chap. 1-
.
.
.
.
Ini adalah kisah tentang perjuangan seorang Do Kyungsoo untuk mempertahankan seorang Kim Jongin tetap di sisinya. Walau pada faktanya, dia tidak yakin apakah Jongin juga megharapkan dirinya.
.
.
.
.
Kyungsoo menggenggam kedua tangannya erat, menghentikan pergerakan mereka yang terus bergetaran. Sesekali juga dia menggigit bibir berbentuk hatinya, menetralisir detak jantungnya yang terus berpacu dengan detak waktu, kemudian pria kecil itu menghembuskan napas pelan lalu menghirup oksigen pelan lagi, begitu seterusnya. Tapi harapan Kyungsoo hanya harapan, rasa gugup yang menyelimutinya sekarang lebih besar daripada saat dia harus berhadapan dengan ayahnya karena ketahuan mencuri uang untuk membeli game baru, atau ketika ia berhadapan dengan guru matematika super killer karena ketahuan tidak mengerjakan pr.
Bagi Kyungsoo, rasa gugup ini berkali-kali lebih menakutkan. Walaupun udara musim gugur mulai mendingin, namun pria kecil itu merasa udara telah berubah menjadi udara musim dingin, darahnya serasa beku, lalu mengalir dengan lancar dari ujung kepala hingga kaki, berdesir dingin, hingga ia menggigil dan gemetaran hingga sekarang.
"Kyungsoo!"
Iris mata Kyungsoo membulat ketika telinganya menangkap suara yang tak asing lagi baginya, si pemilik suara inilah yang membuat tubuhnya jadi gemetaran tak karuan, membuat kepalanya terasa kopong dan tak bisa berpikir jernih, si pemilik suara yang rupawan itulah yang membuatnya jatuh dalam lubang hitam yang dalam hingga dia terjebak dan tidak bisa keluar, terjebak dalam sebuah kata yang kita sebut dengan 'Cinta'.
"Ah! Kau Sudah datang Jong"
Dengan setenang mungkin, atau lebih tepatnya, ketenangan yang dibuat-buat Kyungsoo berbalik, melangkahkan kaki kecilnya menuju pemilik suara, walau masih menggenggam tangannya yang belum mau berhenti gemetaran. Saat jarak yang memisahkan mereka tersisa satu meter, Kyungsoo menghentikan langkahnya. Dia tak bisa berjalan lebih dekat lagI kepada orang itu, Kyungsoo merasa kaki-kakinya mulai meleleh, namun dia setengah mati berusaha tetap berdiri, lalu menatap orang dihadapannya sekarang.
Hati Kyungsoo berdesir lagi, kini lebih hangat dari yang tadi. Disana, dengan jarak satu meter, seorang Kim Jongin sedang berdiri, sambil membalas tatapan Kyungsoo. Pria tinggi itu tersenyum, walau hanya senyum biasa yang sudah sering Kyungsoo lihat, tapi sekarang keadaannya berbeda, senyum dari pria berkulit kecoklatan itu serasa menghipnotisnya.
"Kyung! Hey! Kau melamun"
Jongin melangkah mendekat sambil melambaikan tangannya tepat d depan wajah Kyungsoo, sikap Kyungsoo yang sedang terhipnotis olehnya itu diartikan oleh Jongin sebagai Kyungsoo yang sedang melamun.
"MWO! Aniya!"
Kyungsoo merasa dirinya seakan terkena serangan jantung, ketika dia sudah kembali pada dunia nyata dari dunianya sendiri yang hanya dipenuhi Jongin, Jongin dan Jongin. Kyungsoo mendapati sang pujaan hati telah berdiri lebih dekat dengannya, sambil melambaikan tangannya, membuatnya bisa mencium bau tubuh Jongin yang khas, bau parfumnya yang manly, dan bau deterjen baju Jongin yang menurutnya mirip bau mawar di musim semi. Dengan kaget, Kyungsoo berteriak, cepat-cepat melangkahkan kakinya mundur, dia tak mau Jongin melihat rona merah di pipi tembamnya sekarang.
"Kau kenapa Kyung? Kau agak aneh"
Jongin menghentikan aktifitas melambaikan tangannya, kemudian berganti menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia hanya sedang bingung saja sekarang.
"Ne? Aku-aku an-aneh? Da-darimananya?"
Kyungsoo ini sekali menampar mulutnya. Kenapa disaat-saat penting seperti ini, bisa-bisanya dia menjadi gagap, dihadapan Jongin lagi, Oh Tuhan! Ini benar-benar memalukan. Bagaimana jika Jongin bisa mengetahui maksud Kyungsoo sebenarnya dari gerak tubunya yang aneh dan tak seperti biasanya? Oh tidak! Kyungsoo tak akan pernah membiarkan itu terjadi, dia sudah mempersiapkan segalanya dengan segenap jiwa raganya, dan dia tidak mau rencana 'Mari menyatakan cinta kepada Kim Jongin' ini hancur hanya karena dia tak bisa megontrol tubuhnya sendiri.
"Tuh kan! Ada apa Kyung? Bicara mu jadi aneh begitu?"
Jongin mencoba mendekat lagi, namun sebelum pria berkulit coklat itu berhasil mendapatkan langkah pertamanya, Kyungsoo menghentikannya.
"Jong! Tetap-tetap disitu, disitu saja"
Tak tahukah Jongin bagaimana perasaan Kyungsoo sekarang, kadar kegugupan dalam diri pria kecil itu sudah melewati batasnya, dan Kyungsoo rasa kalau tidak cepat-cepat, dia akan segera pingsan.
"Arraseo. Jadi ada hal penting apa kau menyuruhku datang ke atap sekolah di hari minggu seperti ini Kyung"
Jongin sebenarnya hanya bertanya dengan intonasi biasa, tapi dasarnya Kyungsoo sudah kecanduan dengan seorang Kim Jongin, dia merasa suara itu bahkan lebih merdu dari pada suara nyanyian opera sabun yang terkenal itu. Baik, sepertinya Kyungsoo sudah berubah menjadi orang kolot yang berlebihan hanya karena seorang Jongin.
"Itu, sebenarnya aku... ada yang i-ingin aku sampaikan Jong"
Jongin tidak merespon, dan itu membuat Kyungsoo gelisah.
"Kenapa tidak menjawabku Jong!" Kyungsoo berteriak kesal
"Apa yang perlu kujawab Kyung? Kau bahkan tak bertanya"
"Oh itu..."
Kyungsoo merutuki kebodohannya, kenapa IQ nya jadi turun se-rendah-rendanya kalau sudah menyangkut seorang Kim Jongin.
"Jadi?"
Jongin bertanya lagi, Kyungsoo yang labil seperti ini sebenarnya terlihat sangat imut sekaligus menyebalkan dalam satu paket. Walaupun Jongin penasaran, tapi dia tak mau memaksa Kyungsoo untuk segera memberitahunya.
"Aku... Kau duluan saja!"
Kyungsoo memalingkan wajahnya, dia butuh waktu lebih sebelum benar-benar menggungkapkan perasaannya, sebenarnya bukan kesulitan mengucapkan satu kalimat keramat itu, tapi dia terlalu takut jika reaksi Jongin tidak seperti yang ia harapkan.
"Hah? Kenapa aku?" Jongin terbengong-bengong
"Kau bilang di telpon tadi, kau punya sesuatu yang ingin kau sampaikan juga padaku"
Intonasi suara Kyungsoo, sudah berangsur membaik. Walau belum sepenuhnya.
"Ah itu! Tapi janji jangan marah denganku ya Kyung, aku bukannya bermaksud tidak memberi tahumu, tapi karena jadwal Klub basket ku yang padat, aku benar-benar tidak punya waktu untuk memberitahumu tentang hal ini. Sungguh, aku sebenarnya ingin kau orang pertama yang tau, Kau sahabatku Kyung, sahabat baikku..."
Raut wajah Kyungsoo yang tadinya antusias dengan penuturan Jongin, kini menghilang. Hingga saat ini, bahkan perasaan Jongin tak berubah padanya, Jongin tetap menganggapnya sebagai temannya, sahabatnya, sahabat terbaiknya. Bukannya Kyungsoo tak berterimakasih atau apa, tapi perasaan cinta yang tumbuh di hati Kyungsoo untuk Jongin, membuat pria mungil itu sakit sendiri jika berdengar satu kalimat itu dari Jongin.
'Kau sahabat baikku Kyung...'
Kyungsoo kadang-kadang menyalahkan dirinya sendiri, kenapa dia bahkan bisa menyukai Jongin. Mungkin status sahabat ini tidak terlalu menghalangi langkah Kyungsoo. Toh, banyak orang-orang yang berpacaran berawal dari pertemanan. Ya, itu tak masalah jika pertemanan itu terjalin antara laki-laki dan perempuan. Namun, halangan terbesar itu datang dari jenis kelamin mereka yang sama.
Kyungsoo menyukai Jongin, dan mereka sama-sama lelaki. Kyungsoo tau dengan amat baik kalau Jongin itu straight, dia bahkan sempat beberapa kali berpacaran selama mereka menjadi sahabat. Namun saat itu Kyungsoo tak terlalu perduli, walau kadang dia merasa sedikit marah dan kesal pada Jongin. Ya, suatu perasaan tidak enak yang kita sebut dengan 'Cemburu'.
Tapi sekarang, Kyungsoo rasa dia harus bertindak, dia tak bisa terus menerus menyakiti hatinya dengan melihat Jongin yang terus menerus gonta-ganti pasangan di hadapannya, sedangkan si pria berkulit kecoklatan itu hanya menganggapnya sebagai sahabat baik. Kyungsoo sudah cukup tersiksa dengan semua itu, jadi dia membulatkan tekad untuk mengatakannya pada Jongin. Kyungsoo sudah siap dengan segala konsekuensi buruk yang akan diterimanya, mungkin nanti Jongin akan memandangnya jijik sebagai gay, atau mengkin mencampakkannya. Dia tidak perduli.
"Sebenarnya, aku ingin memberitahumu Kyung, kalau aku sebenarnya..."
Jongin melanjutkan kalimatnya lagi, dan Kyungsoo jadi semakin penasaran. Dalam hati, dia berharap hal yang akan Jongin disampaikan padanya adalah hal yang sama seperti yang akan Kyungsoo sampaikan pada Jongin. Namun, Kyungsoo menggeleng pelan. Jongin sudah menyebutnya sebagai 'sahabat baik' dan kalau sudah begitu, harapan Kyungsoo akan tinggal harapan, yang terbang dibawa angin musim gugur.
"Krystal menerimaku Kyung! Kami resmi berpacaran"
Jongin berbicara dengan intonasi lumayan keras, pria tinggi itu tersenyum lebih lebar dari senyum pertama yang Kyungsoo terima tadi. Samar-samar, Kyungsoo dapat melihat pipi tirus Jongin memerah di tengah kulitnya yang kecoklatan. Kyungsoo berharap itu hanya halusinasinya, atau wajah Jongin yang terkena sinar matahari hingga wajahnya berwarna. Kyungsoo terdiam, menatap perubahan raut wajah Jongin yang bahkan terlihat lebih cerah dari saat mereka bertemu tadi, mata Jongin terlihat lebih berbinar, dan Kyungsoo sadar, sesadar-sadarnya malah. Itu bukan ilusi buatan atau halusinasinya, pipi Jongin tengah merona sekarang.
Dan yang menyakitkan, Jongin merona bukan karenanya, tapi karena orang lain, karena gadis lain, karena pacarnya yang lain, karena pacarnya yang baru, karena Kyungsoo akhirnya hanya terjebak pada cintanya yang membingungkan sendirian. Kyungsoo yang malang, semakin terjatuh dalam kebodohannya mencintai Jongin, yang bahkan tengah melangkah bersama cinta barunya. Kyungsoo sendirian, dia sendiri tanpa Jongin.
Kyungsoo tergagap. Sekarang Jongin tengah menatapnya antusias, menantikan reaksi dari 'sahabat baiknya' . Dan Kyungsoo tau, dia harus cepat-cepat merespon, sebelum Jongin menemukan sesuatu yang aneh darinya. Setitik air mata kesedihan dari seorang Do Kyungsoo kembali jatuh hanya untuk Jongin seorang, walau dia tidak mengetahuinya.
"Ah! Jong! Kenapa baru memberi tahuku? Selamat kawan! Aku turut senang"
Kyungsoo mengacungkan kedua jempol tangannya ke arah Jongin, kemudian tersenyum. Inilah Kyungsoo yang menyedihkan, dia kembali bersandiwara di hadapan Jongin. Untuk kesekian kalinya, ketika Jongin mendapatkan cinta baru, seorang Kyungsoo akan selalu mengucapkan selamat pada sahabatnya itu. Dialah orang paling pengecut di dunia, seorang Kyungsoo pada kenyataannya tetap tak bisa menyatakan perasaannya pada Jongin. Dia takut Jongin menjauh darinya, dia takut Jongin mencampakannya, dia terlalu takut menyakiti Jongin, dia tak bisa menjadi sedikit egois barang sedikitpun di hadapan pria itu. Seorang Do Kyungsoo terlalu mencintai Kim Jongin.
"Terimakasih teman"
Jongin melangkah mendekat, merentangkan bahunya yang bidang ke arah Kyungsoo. Kyungsoo kembali memalingkan wajahnya, berharap Jongin tidak mendapati jejak air matanya. Kyungsoo menyambut Jongin, hingga tubuh keduanya saling berhimpitan. Mereka berpelukan.
Kyungsoo meletakkan kepalanya di bahu kanan Jongin, menyesap aroma Jongin yang menenangkan, setidaknya menghiburnya atas rasa sakit yang ia rasakan karena Jongin kembali menjadi milik orang lain. Desir keperihan itu terlalu menyayat hati Kyungsoo, tanpa Jongin sadari, pria kecil di pelukannya itu kembali menangis.
"Terimakasih kawan, kau memang sahabatku yang terbaik Kyung. Aku pasti akan menjaga Krystal dengan baik kali ini"
Jongin berkata dibalik punggung Kyungsoo. Dalam jarak sedekat ini, Kyungsoo bisa merasakan hebusan napas Jongin yang menggelitik lehernya, terasa menyenangkan.
Namun, kata-kata yang diucapkan Jongin kembali melukai hatinya. Kyungsoo ingin berteriak kepada orang dipelukannya untuk berhenti. Berhenti mengejar cinta lain, berhenti memandang orang lain selain dirinya. Tapi Kyungsoo sadar, memangnya dia siapa, memangnya dia siapa Jongin?. Kyungsoo hanya tak lebih dari sahabat bagi Jongin. Dan Kyungsoo rasa, hubungannya dengan Jongin tak akan berkembang lebih dari ini, terus seperti ini, dengan dia yang terus tersakiti tanpa Jongin ketahui, dengan dia yang terus menangis tanpa Jongin perdulikan. Seorang Do Kyungsoo yang berakhir menyedihkan.
"Aku turut senang Jong"
Tapi Kyungsoo hanyalah seorang pengecut, dia tak bisa berteriak berhenti pada Jongin.
"Sekali lagi, Terimakasih Kyung"
Jongin tersenyum lembut di balik punggung Kyungsoo, kemudian mulai melonggarkan pelukan mereka. Dengan cepat, Kyungsoo menghapus jejak air matanya, hingga pelukan mereka benar-benar terlepas. Kemudian Kyungsoo melangkah mundur, sedikit menjauhi Jongin.
"Jadi, Tuan Do, apa yang akan kau sampaikan padaku, huh?"
Jongin menagih janji Kyungsoo. Kyungsoo tercekat, dia bahkan belum sempat berpikir bagaimana ia harus menjawab Jongin. Pikirannya terlalu kalut, hatinya terlalu sakit, Kyungsoo tak bisa berpikir jernih. Satu-satunya hal yang dapat dia pikirkan saat ini adalah pergi. Ya, Kyungsoo ingin segera pergi dari hadapan Jongin.
"Kyung?" Jongin bertanya lagi
"Maaf Jong, aku lupa. Aku punya janji dengan ibu, aku harus membeli daging, hari ini pamanku datang dari Busan, jadi kami akan merayakan kedatangannya. Aku minta maaf karena sudah memintamu datang ke atap sekolah hari minggu begini. Aku pergi dulu Jong! Bye!"
Belum sempat Jongin menjawab, Kyungsoo dengan tergesa berlari menjauhinya, turun dengan cepat sambil menapak tangga. Hingga tubuhnya yang mungil benar-benar tak bisa lagi tertangkap oleh penglihatannya Jongin, Kyungsoo benar-benar pergi meninggalkan Jongin yang berdiri mematung sendiri di atas atap sekolah.
Tanpa Kyungsoo ketahui, pria berkulit kecoklatan itu menyentuh bahu kanannya, bagian bajunya yang melapisi bagian itu terasa lembab. Itu adalah bahu tempat Kyungsoo menangis tadi. Jongin meremas bahunya, matanya yang tajam itu berubah sendu, menatap juntaian daun pohon ek yang terus berguguran, lalu melayang pasrah dibawa angin musim gugur.
Jongin memejamkan mata, sambil terus menggenggam bahunya. Dan dia menyebutkan satu nama yang hanya dia, tuhan dan si pohon ek yang tahu.
"Do Kyungsoo"
.
.
.
.
TBC
Review for chap.2
Kamsahamnieda ^^
