"K A T á R A"

-Chaptered story-

A fanfiction © Luca-Cronis

Kuroko no Basket © Fujimaki Tadoshi

Warning : YAOI, Romance, Mitologi Yunani, AU, OOC, Typo, Fluff, smut, drama. (PEDO)

.

.

.

.

.

Kita adalah sepasang yang tak diinginkan,

Penghancur harapan besar semesta,

Bagai siang dan malam yang hendak bersatu,

Sang pagi dan sore yang cemburu,

Hukuman yang tidak pernah habisnya,

Aku tak ingin mengutuk cupid karenanya,

Kau dan aku dipertemukan

.

.

.

.

.

Selamat datang di Kiseki no Sedai Kindgarten.

"Ohayou."

Sapaan ramah dipagi hari. Entah untuk yang keberapa kalinya, tidak terhitung lagi. Pemuda yang mendekati usia dewasa itu mengedarkan pandangannya kedepan, dia bediri didepan pagar mungil dengan kemeja biru langit dan celana jeans hitam ditutupi oleh sebuah apron berwarna merah dengan corak bunga-bunga. Didada kirinya terdapat name tag bertuliskan, 'Kuroko Tetsuya'. Mata sejernih samudra miliknya sesekali menyipit membentuk purnama, menandakan ia tengah tersenyum. Menyapa objek super menggemaskan yang lima tahun belakangan ini selalu mengisi rutinitasnya.

"Ohayou, Kuloko-cencei."

Tetsuya menoleh kebawah, sedikit membungkuk memberi senyuman hangat dan kemudian mengusap rambut bocah 5 tahun yang masih cadel itu.

"Ohayou, Rika-chan. Kau cantik seperti biasanya." Seperti pagi normalnya, ucapan guru imut itu membuat rona merah dipipi bocah perempuan yang dipanggil Rika tersebut. Kemudian anak itu berjalan memasuki perkarangan sekolahnya.

Pemuda dengan surai biru itu kembali menegakkan tubuhnya. Menunggu para murid kecil lainnya berdatangan.

"Ohayou, Sensei Kawaii." Ujar seorang bocah laki-laki memeluk kaki kanan Tetsuya.

"Ohayou, Kiroki-kun. Kau selalu bersemangat seperti biasanya ya." Sahut Tetsuya, ia mengacak surai hitam bocah itu.

"Ne, sensei. Aku selalu bersemangat untuk bertemu sensei. Hahaha" Kikikan khas bocah itu membuat Tetsuya mencubit gemas pipi muridnya tersebut.

"Yasudah, masuklah kekelasmu Kiroki-kun."

"Ne, sensei." Bocah itu mengangguk, kemudian berlari-lari kecil menuju gerombolan teman-temannya dan menghilang memasuki kelasnya.

Tetsuya kembali tersenyum.

"Musim semi yang indah bukan, Kuroko-san?" sapa seseorang. Ia berjalan mendekati Tetsuya. Tangannya penuh map-map berwarna warni.

"Ohayou, Luca-chan. Ya, kau benar. Aku merasa ada yang akan berbeda di musim semi ini." Ujar Kuroko, ia memberi senyum ramah pada rekan kerjanya itu. Perempuan yang 2 tahun lebih muda darinya, dengan stelan, kemeja hijau mint dan celana belel selutut berwarna cream.

"Mungkin kau benar Kuroko-san, hari ini akan ada murid baru yang datang dari Roma. Anak itu menurut orang tuanya, sedikit berbeda dari anak lainnya. Dan aku akan menempatkan anak baru itu dikelas Emperor, milikmu. Aku yakin kau bisa mengatasinya."

Tetsuya mengangguk mengerti dengan penjelasan perempuan itu. Bagaimanapun, Luca adalah pemilik Taman Kanak-Kanak tempat ia bekerja sekarang.

"Aku mengerti Luca-chan. Terimakasih untuk kepercayaanmu padaku." Ujar Tetsuya. Dia merasa cukup percaya diri sekarang.

Dari kejauhan tampak sosok perempuan yang berlari cepat, mendekati objek yang masih asyik berbincang didepan pagar. Ia menepuk akrab bahu Tetsuya dan Luca secara bersamaan.

"Hey! Pagi Tetsu-kun, pagi Luca-chan!" Sapaan yang kelewat ceria, membuat Tetsuya dan Luca memutar matanya bosan.

"Kau telat lagi, Alex-san!" Ujar Luca, ia menyingkirkan perlahan tangan perempuan bersurai kuning sepunggung yang masih asyik menepuk bahunya.

"Hehe, hanya beberapa menit Luca-chan. Jangan cemberut begitu, lagipula kalian sendiri belum masuk kekelas kan. Hahaha" Perempuan tinggi itu tertawa.

"Summimasen, tetap saja itu telambat namanya Alex-san." Tetsuya menambahkan.

"Hah sudahlah kalian ini. Tidak asyik sama sekali. Apa Furihata ada didalam?" Wanita kebarat-baratan itu memang seperti itu, seenaknya sendiri.

"Ya, sepertinya kelas Lollipop sudah memulai terlebih dahulu. Sebaiknya kau amankan dulu murid-murid kelas Pegasus milikmu, sebelum kau menyapanya hanya untuk meminta permen."

"Ya, ya. Aku mengerti Luca-kaichou-sama. Hahahaha" Belum sempat Luca akan melempar sepatu kets miliknya, Alex sudah menghilang menuju kelas Pegasus.

"Summimasen, Luca-chan. Aku permisi dulu, murid-muridku sudah menungguku." Ujar Tetsuya. Dia membungkuk sopan kemudian berlalu meninggalkan Luca yang berpisah memasuki ruang kerjanya.

.

.

.

Heterochome merah darah dan kilau emas mengedarkan pandangannya pada setiap ruangan yang ia lewati. Ada banyak aneka coretan khas bocah seusianya, warna-warni cat dinding dan berbagai macam tokoh Disney yang tenar dikalangan anak-anak. Pandangannya kembali tertuju pada perempuan dewasa yang berjalan didepannya. Ia ikut berhenti ketika wanita yang dia temui di ruang kepala sekolah ini menghentikan langkahnya, kemudian mereka memasuki ruangan dengan pintu bercat Merah yang mertuliskan 'Emperor Class' didepan pintunya.

Heterochome miliknya kembali berpendar, memperhatikan isi ruang kelas yang benar-benar khas anak-anak. Ada 18 murid didalamnya. Anak-anak yang semula gaduh itu terlihat diam ketika menyadari murid baru itu memperhatikan mereka dengan pandangan yang tak bisa mereka mengerti. Hanya ada rasa takut dalam benak bocah-bocah itu.

"Nah, Seijuurou-sama. Ini adalah kelas barumu. Semoga kau suka dan betah disini. Bergaul dengan anak-anak lainnya. Dan ini Kuroko Tetsuya, dia yang menjadi wali kelas di kelas Emperor ini." Ujar Luca, ia menepuk pelan bahu bocah bersurai merah darah tersebut, kemudian mengarahkannya pada Tetsuya.

"Jangan menyentuhku sembarangan, nona!"

'DEG!'

Seketika suasana kelas menjadi kikuk. Luca hanya bisa mengerjabkan matanya. Tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar dari mulut anak 5 tahun tersebut. Dengan cepat ia menjauhkan tangannya.

'Mengerikan!' Gumam Luca dalam hatinya.

"Ya, aku tau aku mengerikan!" Ujar bocah itu lagi. membuat Luca merinding mendengarnya.

"Ba-baiklah. Kau dengan Kuroko-san saja. Kuroko, aku titip dia." Itu adalah ucapan terakhir Luca yang bisa didengar Tetsuya, perempuan itu sudah menghilang dari kelasnya.

'GLEK!'

Tetsuya, menatap bocah disampingnya dengan ragu. Meskipun dengan wajah yang cukup datar, Tetsuya tidak bisa memungkiri jika bocah ini berbahaya.

"Nah, Silahkan perkenalkan dirimu pada teman-teman barumu." Tetsuya berusaha sedikit tersenyum. Heterochome itu menguncinya, membuat tubuhnya kaku sementara.

"Akashi Seijuurou." Ujarnya singkat. Suasana dikelas itu kembali hening.

"Ya, Akashi-kun. Kau bisa duduk dikursi paling belakang dekat jendela. Disamping anak berambut putih itu."

"Ya, Tetsuya."

'DEG!'

Tetsuya kembali merasa ada yang aneh dengan bocah 5 tahun itu. Panggilan tidak sopan anak itupun dibiarkan sekenanya.

"Nah, anak-anak. Sekarang sensei akan membagikan buku cerita bergambar. Siapa yang suka cerita Pangeran dan putri?"

Tetsuya berusaha membuat suasana dikelas itu kembali ceria lagi. ia memasang senyum memabukkannya. Para anak lainnya pun ikut kembali ceria. Melupakan objek suram yang terlihat tidak berminat mengikuti apa yang guru manis itu lakukan. Akashi hanya menopang wajah tampannya dengan kedua tangannya.

"Baiklah, sensei akan membagikan buku-bukunya dan kalian perhatikan gambarnya ya." Tetsuya mengambil kardus ukuran sedang diatas mejanya dan kemudian membagikan satu persatu buku bergambar pada murid-muridnya.

"Tetcuya-cencei, aku mau celita binatang." Ujar antusias seorang muridnya. Kemudian Tetsuya membungkuk dan memberikan sebuah buku kecil yang sangat tipis bersampulkan kelinci.

"Kuloko-cencei, Yaka ingin buku pangelan-pangelan tampan."

"Sensei, aku ingin buku kucing."

"Aku juga mau buku kucing sensei!"

Dengan penuh kesabaran Tetsuya memberikan apa yang anak-anak menggemaskan itu inginkan. Tetapi suasana menjadi berubah ketika Tetsuya menghampiri tempat duduk bocah laki-laki bersurai merah.

"Akashi-kun, mau buku cerita apa?" Tanya Tetsuya perlahan. Ia takut-takut memandang manik tajam yang siap menelanjanginya kapan saja.

"Tidak usah, itu hanya akan membuatku semakin bodoh saja." Akashi menjawab dengan dinginnya. Tetapi kali ini Tetsuya berusaha tersenyum padanya.

"Tidak seperti yang kau bayangkan, Akashi-kun. Lihat, teman-temanmu menyukainya." Tetsuya membungkukkan badannya, agar lebih dekat dengan anak unik tersebut.

"Baiklah, jika kau memaksa. Aku akan membaca cerita itu jika kau menciumku." Akashi menyeringai. Matanya tak pernah lepas dari wajah pualam gurunya itu.

"Ya, tentu saja. Akashi-kun." Kuroko tersenyum kemudian mencium sayang pipi muridnya itu. Hanya kecupan sayang yang biasa ia lakukan dengan anak-anak kecil yang sangat menggemaskan.

"..."

Sepertinya bocah merah itu kecewa setengah mati, liat raut masam wajahnya.

'Tidak yang seperti kuharapkan, Tetsuya.' Gumam Akashi sambil terus memperhatikan punggung gurunya yang sudah sampai didepan kelas.

.

.

.

Pada awalnya, yang ada hanyalah Khaos , yaitu suatu sosok yang tidak berbentuk dan misterius. Dari Khaos ini munculah Erebos, kegelapan tempat berdiamnya kematian, dan Niks, sang dewi malam yang misterius. Selain mereka bertiga, yang ada hanyalah kesunyian, kekosongan, ketidakterbatasan. Lalu terlahirlah Eros (cinta), Gaia (bumi), dan Tartaros. Adalah cinta yang memungkinkan terjadinya hubungan untuk menghasilkan anak.

Erebos menghampiri Niks yang kemudian melahirkan seorang putra yang akan mewariskan tahta Erebos, Sang penakhluk yang ditakuti jagat raya. Dewi bumi, Sang Gaia menikahi anaknya Uranus, kemudian lahirlah Kronos. Kronos membunuh ayahnya dan menikahi saudaranya, Rea. Dari mereka terlahirlah Zeus, dewa dari segala dewa.

Diceritakanlah, Zeus menikah dengan Hera sang dewi pernikahan. Dari sekian banyak anak mereka, lahirlah seorang anak laki-laki yang parasnya disejajarkan dengan dewi kecantikan (Aprodite). Anak itu bernama Nýchta.

.

.

.

To be continiu

.

Hontou gomennasai minna, ini mungkin sulit dimengerti T^T
Maafkan Luca yang selalu terluka ini.
Bikin ini cerita idenya sudah dari dulu, pengen banget bikin cerita dimana Kuroko yang jadi guru Tk dan Akashi muridnya. *padahal Akashi seme.

Rate-M karena sulit dimengerti mungkin T^T
Makin lama juga bakal beneran SMUTT :v