Opportunity to Return Home

.

Disclaimer :

Naruto © Masashi Kishimoto

Opportunity to Return Home © Vanilla Yummy

.

For New Journey of SasuSaku and SasuSaku Fanday

.

Warnings : Canon (I try my best), OOC (maybe), Typo(s), etc.

.

Pairings : SasukexSakura, NarutoxHinata, SaixIno, NejixTenten, ShikamaruxTemari, GaaraxMatsuri

.

Rated : M (for Savety)

.

Kepulan asap hitam tak henti-hentinya memenuhi langit. Suara teriakan pilu dan kunai yang saling beradu tak lagi menggema. Perang antara rakyat Konoha dengan Akatsuki baru saja berakhir. Entah sudah berapa liter darah membasahi tanah, entah pula berapa ratus tubuh tak bernyawa tergeletak di atas tanah yang menjadi saksi bisu dari pertempuran besar ini. Kehilangan, itulah satu hal yang pasti dirasakan oleh mereka yang masih hidup. Namun semuanya tak sia-sia. Kali ini, mereka benar-benar bisa bernapas lega. Karena merekalah, yang memenangkan pertempuran sengit ini.

Di sanalah mereka. Dua orang lelaki yang masih tergeletak lemah di atas tanah. Putih pucat dan cokelat tan. Biru dongker dan pirang. Onyx dan biru langit. Dingin dan hangat. Naruto masih tak mempercayai semua ini. Sasuke, missing-nin yang merupakan sahabat, keluarga sekaligus rivalnya yang awalnya berniat menghancurkan Konoha malah berbalik membantunya dan mengalahkan Uchiha Madara, saudara se-klannya sendiri. Ia menoleh ke arah Sasuke. Dilihatnya pria itu masih memejamkan matanya. Ketika ia berniat memanggil Sasuke, samar-samar ia mendengar suara yang tak asing baginya tengah memanggilnya. Ia mengadahkan kepalanya dan tersenyum saat melihat gadis dengan bermahkotakan warna merah muda diikuti gadis bermahkotakan warna biru gelap berlarian ke arahnya dengan wajah khawatir.

"Naruto! Syukurlah kau baik-baik saja!" seru Sakura. Ia langsung mengarahkan cakranya ketika melihat luka menganga di dada Naruto. Sementara Hinata sibuk mencari sapu tangan miliknya untuk menutupi luka di tubuh Naruto. Sekilas, ia merasa iri dengan Sakura yang bisa mengobati Naruto dengan cakranya.

Naruto menggenggam perlahan telapak tangan Sakura, berusaha menghentikan aktivitas gadis bermata emerald itu, "Sakura-chan, aku baik-baik saja. Lihatlah keadaan Sasuke. Daritadi ia tak juga membuka matanya." ucapnya dengan lembut. Kali ini, Hinata meremas sapu tangan miliknya. Sakit melihat betapa lembutnya Naruto terhadap Sakura.

Sakura diam. Kepalanya tertunduk setelah mendengar ucapan Naruto. Sepertinya tak ada yang menyadari betapa ia mati-matian menolak menoleh ke arah lelaki itu. Lelaki yang selalu membuatnya tersenyum sekaligus menangis. Lelaki yang membuatnya hangat sekaligus dinging. Lelaki yang ingin dimilikinya sekaligus ingin dibuangnya. Lelaki yang...

"Hey…" panggilan Naruto tak ayal membuyarkan lamunannya, "Aku menepati janjiku kan, Sakura-chan? Aku membawa Sasuke kembali." ujarnya sambil menyengir bangga.

Sakura tersentak, andai saja sahabatnya yang bodoh ini tahu fakta yang tengah disembunyikan olehnya, pasti ia tak akan menunjukkan cengiran khasnya itu dan merasa bangga seperti saat ini.

"Hinata-chan, tolong antar aku ke rumah sakit ya." pinta Naruto.

"Ta-tapi, bukankah lebih baik diobati Sakura-san terlebih dahulu? A-aku kha-khawatir lukamu bertambah parah kalau kan memaksakan untuk berjalan." lirih Hinata. Meskipun ia senang Naruto meminta bantuannya, tetap saja ia khawatir dengan kondisi lelaki yang dicintainya itu.

"Wah, kau sangat perhatian padaku ya Hinata-chan," gadis bermata amethyst itu pun menunduk malu mendengar ucapan Naruto barusan, "Aku tak apa kok, lagipula aku tak sabar melihat reaksi orang-orang mendengar aku dapat mengalahkan Uchiha Madara, hehe." lanjutnya sombong.

Hinata pun tersenyum lembut, ingin rasanya memeluk tubuh lelakinya dan mengucapkan selamat. Namun ia tahu ia tak bisa, karena bagaimanapun, Sakuralah yang masih menempati ruang tersendiri di hati lelaki itu. Hinata pun mendekatkan tubuhnya ke Naruto, berniat membantunya bangun. Diliriknya Sakura yang mulai berjalan ke arah Sasuke. Ia merasa aneh, kenapa ia tak merasakan cakra Sasuke sedikitpun? Apakah karena Sasuke terlalu lelah?

Sakura meremas ujung roknya. Ia belum siap mendapat tatapan menusuk dari lelaki bermata hitam sekelam malam itu. Hatinya berdenyut nyeri walau hanya membayangkannya saja. Ia pun berjongkok di samping Sasuke, tangannya gemetar saat cakranya menguar perlahan mengarah ke mata Sasuke yang tertutup. Ia mati-matian menahan air matanya keluar melihat kondisi Sasuke yang menggenaskan. Ternyata, hatinya lebih sakit melihat kondisi Sasuke saat ini dibandingkan saat lelaki itu ingin membunuhnya, ataupun saat lelaki itu pergi meninggalkan Konoha 10 tahun yang lalu.

Naruto yang sudah dalam posisi duduk melihat pundak Sakura berguncang. Miris melihat gadis yang dicintainya terluka seperti ini. Hinata menatap pilu Naruto, tak tahu apa yang harus dilakukannya.

"Naruto-kun, a-apakah sedari tadi Uchiha-san ti-tidak terbangun?" pertanyaan Hinata membuat Naruto sedikit terkejut. Ada perasaan aneh ketika mengetahui Hinata ternyata memperhatikan Sasuke.

"Begitulah…" jawab Naruto sekenanya.

Hinata mengerutkan dahinya, ia tahu Naruto memiliki kyuubi dalam tubuhnya makanya ia memiliki cakra lebih. Tapi...Sasuke bukanlah orang yang lemah. Terlebih ia sudah mengalahkan Danzo, Uchiha Madara, dan Akatsuki termasuk kakaknya sendiri. Lalu, kenapa ia belum terbangun juga? Kalaupun ia sempat pingsan, pasti jangka waktunya tidak selama ini. Jangan-jangan...

Naruto terbelalak kaget saat melihat byakugan milik Hinata aktif. Tapi wajah Hinata justru terlihat terguncang, bukan waspada seperti biasanya. Ketika mendengar Hinata memekik kecil, langsung saja perasaan tak enak menghampirinya. Sepertinya, ada yang tak beres mengenai sahabat berambut pantat ayamnya itu.

"Sa-sakura-san, Uchiha-san ternyata…" pekiknya sambil menahan air mata.

Sakura menoleh cepat. Wajahnya seketika memucat. Pandangannya beralih pada Sasuke. Tanpa dikomando, tangannya yang dingin dan berkeringat mengguncang-guncang kecil tubuh Sasuke.

"Sasuke-kun… Sasuke-kun…" panggilnya lirih namun panik.

Naruto dan Hinata terdiam. Sasuke tak juga membuka matanya. Bahkan tubuhnya tak bereaksi sedikitpun menerima guncangan-guncangan dari Sakura yang semakin lama semakin keras.

"Sasuke-kun, ku mohon sadarlah!" Sakura tak peduli lagi dengan derasnya air mata yang menganak sungai di pipinya. Ia terus mengguncangkan tubuh kaku Sasuke.

Naruto berusaha bangkit, namun tubuhnya malah semakin banyak mengeluarkan darah, "Hinata-chan! Cepat panggil bantuan! Tidak, panggilkan nenek Tsunade kemari!" perintah Naruto.

Hinata yang bingung sekaligus panik tanpa sadar mengikuti perintah Naruto. Tapi kata-kata Sakura sukses membuat langkahnya berhenti.

"Jangan! Bawa Naruto bersamamu Hinata! Dia membutuhkan pengobatan segera." seru Sakura tanpa menoleh.

Hinata bingung. Tangannya dieratkan satu sama lain dan kepalanya tak henti-hentinya menoleh ke arah Naruto dan Sakura secara bergantian.

"Aku hanya memperlambat Hinata-chan memanggil bantuan Sakura-chan! Teme lebih membutuhkan bantuan dibanding aku!" balas Naruto geram.

"Percayalah padaku, Naruto…" gumam Sakura. Ia tak mau egois. Ia tahu Hinata mencemaskan Naruto lebih dari apapun. Lagipula sudah cukup, sudah cukup Naruto selalu dinomor duakan olehnya karena terhalang bayangan Sasuke. Kali ini, sebagai medic-nin profesional ia harus objektif. Naruto membutuhkan pengobatan segera, itulah kenyataannya. Meskipun hatinya menjerit ingin meminta Hinata memanggil bantuan segera, namun kali ini, ia harus berusaha sendiri.

Hinata menghampiri Naruto kembali. Ia pun menjongkokkan tubuhnya seraya mengulurkan tangannya, "Sa-sakura-san adalah medic-nin terhebat Naruto-kun. Ia tahu pasti apa yang ha-harus ia perbuat." ucapnya hati-hati.

Naruto menatap Hinata lama. Ia ragu harus berbuat apa. Tapi tatapan lembut Hinata yang seolah meyakinkan semuanya akan baik-baik saja meluluhkan hatinya. Ia pun menerima uluran tangan Hinata, secara perlahan ia bangkit dan Hinata membantu memapahnya.

"Tunggulah Sakura-chan, aku akan segera memanggilkan bantuan." ujar Naruto.

Sakura menengokkan kepalanya. Ia pun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Pelan-pelan saja, aku akan mengobati Sasuke."

Setelah Naruto dan Hinata tak terlihat, Sakura terduduk lemas di samping Sasuke. Dilihatnya wajah Sasuke yang semakin pucat, bahkan bibirnya sudah membiru. Sakura memutar otaknya, ia yakin hanya mengalirkan cakra ke tubuh Sasuke tidak akan membuahkan hasil. Sebesar apapun cakra yang ia alirkan, tak akan mampu membuat Sasukenya membuka mata. Kau mau tahu kenapa? Karena...Sakura bahkan tak merasakan jantung Sasuke berdetak...

.

.

"Karin! Kau seperti kesetanan saja! Bagaimana Sasuke dapat terlihat jika kau berlari secapat itu!" teriak Sugietsu dari kejauhan.

Ya, saat ini Karin, Sugietsu, dan Juugo tengah mencari tahu keberadaan Sasuke. Diam-diam mereka ikut bertempur melawan Akatsuki. Mungkin karena terlalu larut dalam suasana pertarungan, warga Konoha tak menyadari kalau mereka bukanlah bagian dari warga Konoha. Karena yang mereka lihat tiga orang ini ikut andil dalam mengalahkan Akatsuki.

Karin menghentikan langkahnya, kepalanya tertunduk dan napasnya putus-putus. "Akhirnya kau mendengarkanku juga." Ujar Suigetsu.

"Aku…tak bisa merasakannya…" gumam Karin yang malah terdengar seperti bisikan bagi Suigetsu dan Juugo.

"Kau bicara apa?" tanya Juugo.

"Aku tak bisa merasakan cakranya! Kita sudah mencarinya selama berjam-jam tapi tak juga menemukannya! Aku khawatir dengannya!" seru Karin histeris. Terlihat nada keputus asaan dari ucapannya barusan.

Gadis berambut merah itu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Bahunya berguncang dan isakan tangis mulai terdengar. Juugo menatap miris Karin sedangkan Suigetsu hanya mendesah pelan.

"Baka!" ucap Suigetsu sambil menarik kedua telapak tangan Karin sehingga wajah Karin yang basah karena air mata pun terlihat. "Sasuke pasti baik-baik saja. Kau mau terkena death glarenya karena bersikap lemah dan cengeng seperti ini?" tanyanya lembut.

Karin hanya membisu. Namun kemudian kepalanya menggeleng perlahan. Suigetsu masih menggenggam tangan Karin. ia pun tersenyum lembut dan menggunakan tangan kanannya untuk mengelus puncak kepala Karin. Karin tersentak. Perasaan hangat menyelubungi hatinya. Ia menyadari satu hal, Sasuke tak pernah mengelus kepalanya di saat ia menangis. Hanya suigetsu, ya, hanya lelaki bergigi seperti hiu itulah yang melakukannya.

Karin pun menghapus air matanya, "Ayo kita cari lagi." ucapnya pelan namun tegas. Ketika ia mulai melangkah diikuti Suigetsu dan Juugo di belakangnya, Juugo pun melirik Suigetsu. "Sampai kapan kau mau jadi bayang-bayang Sasuke untuk Karin?" cibirnya.

Suigetsu hanya tersenyum, miris. "Asalkan ia tetap berada di dekatku, meskipun ia dengan yang lain, aku rela."

Kali ini Juugo menatap miris Suigetsu. Cinta yang jelas-jelas ada di depan mata, justru sangat sulit dijangkau.

.

.

Sakura menatap Sasuke lekat-lekat. Inilah keputusan yang ia ambil. Ia tak peduli dampak apa yang harus ia terima karena bagaimanapun, Sasuke layak mendapatkan kesempatan untuk memulai kembali. Ia akan merasa bersalah seumur hidup jika rencananya ini tak berhasil. Ia tak mau mengenal Sasuke yang hidup hanya untuk balas dendam dan terpuruk dalam kegelapan dan akhirnya mati. Ia tak mau Sasuke dicap penghianat seumur hidup oleh warga Konoha. Mereka patut tahu yang sebenarnya, dan Sasuke layak mendapatkan kehidupan yang lebih baik setelah semua ini. Sakura ingin memberikan Sasuke kesempatan, untuk pulang sebagai warga Konoha, dan hidup bahagia.

Sakura mendekatkan wajahnya ke wajah Sasuke. Semburat merah tipis terlihat di kedua pipinya. Perlahan, tangan kirinya ia letakkan di atas bibir Sasuke yang sudah dingin dan membiru dengan bentuk melingkar sehingga ada rongga untuk mempermudah jalannya nanti. Kemudian ia posisikan bibir tipisnya persis di atas rongga tersebut. Tangan kanannya ditaruhnya di atas dada Sasuke. Tiba-tiba cahaya hijau terang menguar dari seluruh tubuh Sakura. Tanpa ia sadari, air mata kembali mengalir di kedua pipinya dan akhirnya ikut membasahi wajah Sasuke bersamaan dengan sesuatu yang berkilauan keluar dari bibirnya yang bergertar, menuju mulut Sasuke.

Sakura makin memejamkan matanya ketika dirasakannya cakranya semakin lemah. Tak boleh, tak boleh menyerah di sini. Ia pun meremas baju Sasuke yang sudah berlumuran darah sambil menguatkan kembali cakranya. Seluruh tubuhnya terasa sakit, jantungnya mulai berdetak tak beraturan, bahkan darah mulai keluar dari hidungnya. Tapi ia tak mempedulikan semua itu. Ia terus menggumamkan nama Sasuke di otaknya, berharap dapat mengurangi rasa sakitnya.

Mata Sakura membulat saat tangannya merasakan jantung Sasuke kembali berdetak walau sangat lemah. Ia kembali memejamkan matanya dan memperdalam ciuman tak langsungnya demi sang terkasih. Semakin lama detak jantung Sasuke semakin jelas terasa. Semakin keras pula erangan tertahan yang keluar dari bibir Sakura karena rasa sakit yang terus mencambuki dirinya terutama di bagian kepala dan dada. Pandangannya mulai kabur, memaksanya menyerah. Namun ia tetap keras kepala, ini demi Sasuke-kun, transfer jiwa ini harus berhasil, hanya kalimat itulah yang terus terngiang di antara rasa sakitnya.

.

.

Karin mempercepat lompatannya. Tiba-tiba ia dapat merasakan cakra Sasuke walau samar-samar. Rasa lega jelas terpancar di wajahnya. Sementara Suigetsu dan Juugo hanya saling bertukar pandang dan ikut mempercepat lompatan mereka.

Karin menapakkan kakinya ke tanah dan menengokkan kepalanya ke kanan dan kiri berusaha mencari keberadaan Sasuke. Seketika matanya terbelalak melihat pemandangan di depan matanya. Gadis itu, gadis dengan warna rambut menjijikan itu, gadis yang selalu menjadi pengganggu baginya, sedang mencium Sasukenya. Karin menggeram pelan, tangannya mengepal dan tanpa aba-aba ia melangkahkan kakinya mendekati gadis jalang itu.

Sakura memekik keras ketika kepalanya dipaksa mendongkak ke atas karena seseorang menjambak keras rambutnya. Karena sudah terlalu lemah, ia sama sekali tak bisa melawan, bahkan ia tak merasakan cakra gadis yang ia ketahui bernama Karin itu di dekatnya.

"Apa yang...kau lakukan?" ucap Sakura lemah.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu gadis jalang! Berani-beraninya kau mencuri ciuman Sasuke di saat ia lemah seperti ini! Benar-benar murahan, cuih!" bentak Karin.

Suigetsu dan Juugo yang baru saja tiba terkejut mendengar ucapan Karin. Bukannya apa-apa, hanya saja gadis berambut merah muda itu tak terlihat seperti gadis murahan yang mengejar-ngejar Sasuke dengan cara picik seperti itu. Terlebih lagi mereka tahu gadis itu pernah berniat membunuh Sasuke.

"Kau...salah paham..." ucap Sakura. Karena Karin masih menjambak rambutnya, rasa sakit di kepala Sakura pun bertambah. Tapi hatinya lebih sakit mengingat misinya untuk mentransfer jiwanya pada Sasuke terputus di tengah jalan. Ia takut usahanya akan sia-sia.

"Urusai!" Karin benar-benar gelap mata. Ia melempar tubuh Sakura hingga akhirnya punggung Sakura dan kepala bagian belakangnya sukses menghantam pohon besar di dekatnya. Sakura memekik pilu. Darah keluar dari mulutnya. Ia benar-benar tak sanggup lagi sekarang. Suigetsu segera menghampiri Karin. Lelaki itu berusaha meredam amarah sang gadis. Sedangkan Juugo berlari ke arah Sasuke. Ia menghela napas lega begitu mengetahui jantung Sasuke masih berdetak. Sementara Sakura, dengan sisa-sisa tenaga yang ada ia melihat Sasuke dari ekor matanya. Sebelum kesadarannya menghilang, ia sempat menggumamkan nama Sasuke. Tak ada yang melihat, tepat saat Sakura menggumamkan nama Sasuke, jari telunjuk lelaki itu sempat bereaksi sesaat.

.

.

"Apa yang kalian lakukan?" seru seorang gadis dengan rambut panjang yang dikuncir berwarna pirang. Mata aquamarinenya berkilat marah melihat sahabatnya tak sadarkan diri dengan posisi tergeletak di samping pohon.

Karin, suigetsu dan Juugo segera menghentikan aktivitasnya. Dilihatnya banyak ninja Konoha mengerubungi wilayah mereka saat ini. Juugo hampir sukses membawa Sasuke andai saja seorang ANBU berambut perak dan memakai masker tak menghalangi jalannya. Karin dan Suigetsu pun tak berkutik walau mereka sudah memasang kuda-kuda.

"Ya Tuhan, Sakura!" pekik seorang wanita yang juga berambut pirang namun dikuncir dua. Ia terpogoh-pogoh menghampiri murid kesayangannya yang berlumuran darah itu.

Neji, Shikamaru dan Hinata menghampiri Sasuke. Neji mengaktifkan byakugannya sebentar kemudian ia tengokkan kepalanya ke arah Hinata.

"Kau bilang Sasuke..." katanya memotong ucapannya ketika menyadari ada Shikamaru di dekatnya.

Hinata yang baru saja menon-aktifkan byakugannya ikut memasang raut wajah terkejut. Ia yakin kalau Sasuke sudah tak terselamatkan lagi dan akhirnya mengatakan hal tersebut kepada Neji. Tapi sekarang, Sasuke bahkan baik-baik saja. Hinata menolehkan kepalanya ke arah Sakura yang sedang dialiri cakra oleh Tsunade dan Ino. Kembali, ia aktifkan byakugannya dan lagi, ia terpekik melihat kejanggalan pada aliran cakra Sakura. Gadis itu, apa yang sebenarnya ia lakukan saat Naruto dan dirinya meninggalkannya?

.

.

"Kau...berani-beraninya kau...kau apakan Sakura?!" teriak Tsunade sambil mencekik Karin. karin sama sekali tak berkutik. Ia dapat merasakan kemarahan yang sangat besar dari dalam diri wanita itu.

"Shishou, jangan terbawa emosi. Mari kita bawa mereka ke Konoha baru kau tentukan mau kau apakan mereka. Sakura dan Sasuke butuh pertolongan segera." Ino berusaha mengingatkan Tsunade. Ino marah, sangat marah. Tapi seperti halnya Sakura yang memutuskan agar Hinata membawa Naruto karena lelaki itu membutuhkan pengobatan segera, maka ia pun harus bisa bersikap bijak dan profesional. Yang terpenting saat ini adalah membawa Sakura dan Sasuke kembali ke Konoha dan mengobati mereka.

"Kau benar Ino, terima kasih sudah mengingatkan." ujar Tsunade sambil melepaskan cekikannya.

"Ayo kita bawa Sakura dan Sasuke...pulang ke rumah..."

.

.

.

To Be Continue

.

.

.

Hoho~

Finally, fic rate M pertama saya jadi juga.

Jujur saya deg-degan coz saya ragu bisa bikin fic canon yang disukai readers semua.

Pasalnya pengetahuan saya soal cerita Naruto cukup minim mengingat saya baru suka Naruto saat Naruto Shippuden.

Tapi ya mudah-mudahan kalian bisa welcome sama fic saya ini ya!

Amin~

Untuk adegan eheM atau adegan iya-iya, saya sih udah nyiapin konsepnya dan harap bersabar karena chap2 awal justru saya ingin mengeluarkan konfliknya.

.

Sasuke : "tetep aje yee gw dibikin mesum."

Author : "alah, doyan juga lo maen sama sakura. Tuh sakura sampe gak bisa jalan."

Sasuke : "gmn y? Puas gw maen sama dia. Nikmat sih." *smirk

Sakura : "tetep aja masang tampang cool padahal lagi mengakui kemesumannya." *sigh

Sasuke : "Sakura, ayo kita maen lagi..."

Sakura : "Aww... Sahhh...sukeehhh... pelan...pelan..."

Author : "what the… woy jangan dikeluarin di sini mesumnya!" *nosebleed

.

Ok mas editor, tolong sensor adegan yang barusan ya (?)

.

.

Review please?

.

14 Januari 2012