Naruto © Masashi Kishimoto

Genre: Adventure, Romance

Pairing: Naruto U. & Sakura H.

Warning: AU, OOC, kata-kata tidak baku, gaje, abal

Don't like don't read~!

~Happy Reading~!

Summary:

Sepasang suami istri yang telah lama manginginkan seseorang anak tapi tidak bisa karena sang istri mandul. Lalu datanglah DIA yang menawarkan kalau dia bisa memberikan anak untuk mereka. Tapi apa jadinya kalau bayi itu adalah bayi berdarah hitam yang banyak di incar. Bahkan sewaktu kehamilan itu dia tidak mengandung selama Sembilan bulan tapi Sembilan tahun.

Kini sang bayi itu akan membawa dampak bagi kehidupan di bumi,dialah sang terpilih. Yang mereka lakukan adalah mamastikan bahwa anak itu jangan sampai jatuh ditangan musuh.

Mampukah mereka…

Capther 1

Kini tampak alun-alun kerajaan sedang ramai. Mereka mendengar bahwa hari ini sang Ratu akan segera melahirkan. Anak dari Raja Kizashi dan Ratu Mebuki. Setelah hampir menunggu selama sembilan tahun, kini anak yang telah di nantikan oleh mereka berdua, dan tentunya rakyat-rakyatnya juga, kini sebentar lagi akan tiba lahir kedunia.

Kini tampak raut wajah sang Raja sangat khawatir dan gelisah menunggu kelahiran bayi mereka. Entah laki-laki atau perempuan yang akan mereka dapatkan. Tapi apapun jenis kelaminnya yang penting istri dan anaknya selamat. Hanya itu yang diharapkan Kizashi.

Sang Raja hanya bisa menunggu di depan kamar sang istri yang saat ini sedang berjuang hidup dan mati untuk melahirkan anak mereka. Sesekali terdengar teriakkan kesakitan sang istri di dalam, tapi dia tidak bisa apa-apa selain hanya menunggu. Ingin sekali rasanya dirinya mengurangi rasa sakit istrinya itu.

"Argggghhhhhh···'' kesekian kalinya Mebuki berteriak. Mengejan.

"Ayo yang mulia ratu, anda harus berusaha.'' Ucap Shizune yang saat itu membantu persalin ratu Mebuki.

"Ta-tapi ini sakit sekali. A-aku··· tidak sanggup lagi Shizune. I-ini sangat sakit···'' Ucap Mebuki menangis, sungguh dia tidak kuat lagi. Rasanya dia ingin mati saja.

"Aku tahu yang mulia Ratu pasti bisa. Ayo Ratu sekarang mengejan lagi.'' Ketika Mebuki merasakan kontraksi datang segera saja dia mengambil nafas dan mulai mengejan dengan keras.

"Hu hu hu, Arrggggghhhhh···''

Setelah teriakan panjang sang Ratu kini terdengarlah suara tangisan, tangisan yang telah lama di inginkan. Sungguh perawat yang membantu persalinan sang Ratu menjadi terharu.

"Putri yang cantik yang mulia Ratu.'' Ucap Shizune sambil menggendong bayi mungil Mebuki yang telah dibersihkannya, dan menyelimuti dengan kain bersih putih. Dan segera saja Shizune menyerahkan bayi itu pada ibunya.

"Hm. Kau benar Shizune··· terimakasih.'' Sungguh Mebuki menangis bahagia melihat anak yang telah lama dia kandung selama sembilan tahun, ini telah lahir tanpa cacat sedikitpun.

"Mebuki!'' Kizashi segera saja masuk setelah di beri tahu para dayang bahwa istrinya telah melahirkan dengan selamat. Raut bahagia dan khawatir jelas terlihat di wajahnya. Bagaimana tidak dia sangat khawatir sekali mendengar istrinya berteriak kesakitan untuk mengeluarkan sang buah hati mereka. Tapi kini semua terbayar bahagia, setelah melihat buah hatinya di dalam dekapan sang istri. Kini sempurna sudah hidupnya. Dia telah menjadi ayah.

"Kizashi. Selamat kau sudah jadi ayah.'' Ucap haru Mebuki. Dia senang melihat sang suami bahagia.

"Terimakasih Mebuki. Terimakasih.'' Jawab Kizashi sambil mengecup kening istrinya. Walau masih pucat dan kelelahan tapi dia bahagia melihat suaminya bahagia dan anak yang telah di nantikannya telah lahir.

"Selamat paduka dan yang mulia.'' Ucap para dayang-dayang dan perawat yang mengurus kelahiran anak mereka. Mereka tampak terbawa suasana melihat Raja dan Ratu mereka bahagia.

"Hm, terimakasih.'' Raja segera saja menerima menggendong bayi yang ada di dekapan Mebuki. Dia melihatnya, putri mereka. Bayi yang sangat cantik bahkan warna rambutnya pun cantik. Soft pink, dengan dilengkapi mata hijau terang. Sungguh Kizashi terpesona melihat sang buah hati. Persis apa yang telah diramalkan oleh DIA.

"Kau ingin memberi nama siapa Kizashi?'' Tanya sang istri

"Sesuai dengan permintaannya, aku memberikan nama Sakura, Haruno Sakura.'' jawab tegas Kizashi.

"Selamat datang di dunia putriku.''

.

.

.

.

Ternyata tidak semua langit berwarna biru. Tidak semua awan berwarna putih. Di atas padang rumput ini ada langit yang berwarna hitam, seperti jelaga. Ada awan yang bergerak lamban berwarna terang seperti lahar gunung berapi. Merahnya warna awan itu bertaburan menyebar ke seluruh bentangan langit hitam.

Langit seperti terbakar. Suara teriakan manusia yang sangat menyakitkan terdengar. jeritan pilu, memohon. Sungguh sangat mengerikan bagi siapapun yang mendengar malam ini.

.

.

.

"Kita berhenti di sini."

"Kenapa berhenti? Apakah kita sudah sampai?"

"Belum. Tapi ada sesuatu yang harus kami lakukan di sini, kami akan coba menahan mereka. Pergilah…'' Ucap sang pria kepada sang wanita atau bisa disebut istrinya.

"Tapi Kizashi?''

"Ssttt, tidak ada tapi-tapian. Kau harus pergi, selamatkan anak kita. Bawa dia keluar dari lingkungan kerajaan. Berjanjilah kau akan melindunginya. Percayalah aku akan melindungi kalian.'' Ucap sang suami. Seraya memeluk istri dan anaknya. Dan mencium keningnya.

Terdengar suara segerombolan orang berlari mendekati mereka.

"Paduka, mereka mendekat…'' ucap seorang bawahan mereka.

"Cepat kalian harus perg!'' perintah Kizashi.

"Tapi Kiashi a-aku?''

"Tidak ada tapi-tapian, cepat komohon pergilah Mebuki. Demi anak kita!'' Mohon sang suami.

Kini terdengar suara tangisan bayi, ya bayi mereka. Seakan dia tahu bahwa dia akan berpisah dengan ayahnya. Seakan dia tahu bahwa dia tidak akan merasakan lagi kehangatan sang ayah. Kiazhi memandang sendu kepada buah hatinya.

"Ayah menyangimu Sakura. Ayah mencintaimu.'' Ucap Kizashi sedih sambil mencium kening anaknya dalam gendongan sang istri. Sedangkan Mebuki hanya bisa menangis. Kenapa hal ini harus terjadi pada di saat mereka lagi berbahagia, dengan hadirnya buah hati mereka. Padahal baru saja mereka merayakan kehadiran sang buah hati. Sang pemimpin kelak di Istana Kerajaan mereka kelak. Tapi takdir berkata lain untuk mereka saat ini.

"Aku mencintaimu suamiku.''

"Aku juga mencintaimu Mebuki. Sekarang pergilah..''

Mebuki pun pergi meninggalkan sang suami dengan perasaan sedih dan khawatir. Tapi saat ini yang paling penting adalah menyelamatkan buah hati mereka. Sedangkan Kizashi yang melihat istrinya pergi hanya bisa sedih.

Kini dia harus menghentikan penjahat itu. Agar sang istri dan anaknya selamat. Walau harus mengorbankan nyawanya sekaligus, akan dia lakukan.

Terdengar suara teriakan yang sangat mengiris hati. Tapi Mebuki harus lari secepatnya. Tak ada waktu untuk membantu suaminya. Dia tahu hal ini akan terjadi. Dia harus membawa putrinya lari dari tempat itu.

Mebuki berlari dengan sekuat tenaganya. Menerjang hutan yang lebat. Tidak perduli dengan luka yang ada di sekujur tubuhnya.

.

.

.

16 year ago

Pagi yang cerah menaburkan kesejukan embun bening. Sejuknya embun terasa dalam hati. Kini dalam sebuah rumah mungil tampak seorang wanita bersurai merah panjang sedang berkutat dengan alat-alat dapurnya.

"Pagi sayang.'' Ucap seseorang di belakangnya sambil memeluk pinggangnya dan menaruh dagunya di pundak sang wanita tersebut atau istrinya.

"Kau mengangetkanku tuan sabaku.'' Raut kaget tampak jelas sekali wajah wanita itu, tapi tak lama tergantikan wajah tersenyum bahagia. Segera saja suaminya membalikkan badannya. Sungguh wajah memerah istrinya membuatnya ingin memakan sang istri. Sebelum dia mendaratkan ciuman di wajah istrinya, kini terdengar suara jeritan yang berasal dari lantai dua rumah mereka.

"Kyaaaaa, kaa-saaaaannn… Gaara nii menganggu ku lagi.''

Oh yeah, tak ada kehidupan tenang di pagi hari mereka, selalu saja ada peganggu suasana. Siapa lagi kalau bukan si bungsu berteriak karena sering dijahili kakaknya. Bahkan suaranya itu bisa membangunkan seluruh kompleks. Ckckck.

"Gaara, sudah berapa kali kaa-san bilang jangan menjahili adik mu.'' Tegur kaa-sannya ketika Gaara ikut bergabung bersama ayahnya di meja.

"Hn.'' Jawab singkat Gaara, dia heran dengan anaknya satu ini. Kalau sudah berbicara dia akan sedikit sekali berbicara, tapi berbeda kalau sudah berurusan dengan adiknya. Dia kan berubah 180 derajat, jahilnya minta ampun.

Kini terdengar suara kaki di tangga turun dengan tergesa-gesa.

"Gaara-nii dimana kau sembunyikan sepatuku.'' Teriak sang gadis yang baru turun dengan tergesa-gesa tadi. Tampaknya kali ini Gaara membuat Sabaku Sakura sangat kesal. Gaara tidak menjawab hanya tersenyum licik kepada si bungsu.

"Tou-chan, Gaara nii…'' rengek sakura kepada ayahnya. Manja.

"Gaara…'' tegur ayahnya. Dan sukses membuat gaara mendengus, pasalnya dia tidak bisa membantah ucapan ayahnya. Terpaksa Gaara mengembalikan mengembalikkan sepatu yang dia sembunyikan di dalam tasnya.

Kini terpampang wajah penuh kemenangan dari sang adik tercinta. Setelah mengambil sepatu dari tangan Gaara segera saja Sakura mengolok Gaara sambil menjulurkan lidahnya.

"Weeekkk.'' Kini giliran Gaara merengut melihat kelakuan sang adik membuat Sakura terkikik geli.

"Hi hi hi.'' Ayah dan ibu mereka yang melihat kelakuan anaknya hanya bisa tersenyum geli. Sungguh suasana seperti ini yang mereka suka, ya walau harus menganggu acara romantis mereka tadi. Semenjak hadirnya si bungsu kehidupan mereka di penuhi kebahagiaan dan ramai.

"Ada apa dengan wajahmu itu Gaara.'' Kali ini yang berbicara adalah si sulung yang baru saja ikut bergabung di meja. Sabaku Temari.

"Seperti biasa Nee-chan, Gaara Nii kalah telak sama aku. He he he.'' Jawab Sakura sambil mengambil nasi goreng yang di buat kaa-channya tadi.

"Kau hanya beruntung karena di tolong tou-chan tadi.'' Balas Gaara tidak terima. Sebelum adu mulut itu terjadi segera saja ayah mereka berdehem untuk memperingati bahwa saat ini mereka sedang berada di ruang makan untuk sarapan.

"Sudah- sudah jangan bertengkar lagi. Kalian ini sudah besar masih aja kelakuan kayak anak kecil.'' Ucap ibunya.

"Gaara Nii yang diluan kaa-chan.''

"Kau juga sama saku-chan.'' Ucap sang ayahnya

"He he he.'' Sakura hanya bisa tertawa kaku. Sedangkan Temari dan ibunya hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya.

.

.

.

.

"Kami berangkat kaa-chan.'' Teriak Sakura sambil melambaikan tangannya. Yang kini sudah ada di motor bersama Nii-channya, dan mulai jalan.

"Ya hati-hati di jalan. Dan Gaara jangan ngebut.'' Jawab sang ibu setengah berteriak sambil membalas lambaian tangan Sakura tadi. Sakura hanya bisa menganguk atas jawaban sang ibu tadi.

Ya setiap pagi sakura berangkat sekolah bersama gaara, sedangkan Temari kuliah yang saat ini tengah menyelesaikan magisternya sarjana hukumnya. Sebenarnya mereka ada empat bersaudara tapi anak kedua dari Sabaku itu sedang berada di Kyoto, kuliah disana. Dia akan pulang Kerumah ketika liburan sekolah.

.

.

.

.

Setelah sampai disekolah, segera saja Sakura meninggalkan Gaara di parkiran motor. Dan menuju kekelasnya. Sepanjang menuju ke kelasnya, dia selalu saja jadi pusat perhatian orang-orang. Siapa yang tidak terpesona dengan kecantikan alami Sakura. Sakura sendiri kini telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik bagaikan boneka porselen yang hidup.

Mempunyai kulit putih, halus, lembut, seperti kulit bayi. Matanya tidak terlalu besar namun berbentuk indah, memiliki bola mata hijau. Alis matanya tidak terlalu lebat namun juga membentuk keindahan tersendiri dengan bulu mata yang lentik bak bulu mata boneka.

Hidung mancung itu serasi sekali dengan bibir yang sensual menggairahkan. Ia gadis yang berperawakan mungil, sekal, dan padat. Rambutnya pink yang panjang sepunggung dengan sedikit kriting bagian bawahnya. Sungguh siapapun yang melihatnya pasti langsung akan terpesona olehnya.

Bahkan tidak jarang Sakura banyak menerima surat-surat cinta, bahkan ada yang menembaknya secara langsung. Tentu saja Sakura menolak dengan halus agar mereka tidak tersinggung atau menganggap dirinya sombong. Tapi siapa sangka gadis semanis Sakura mempunyai sifat yang sangat keras kepala dan cepat emosi. Tapi itu semua tidak mengurangi rasa sukanya kepada sakura.

.

.

.

"Ohayou semuanya.'' Ucap Sakura ketika masuk kedalam kelasnya dengan ceria.

"Ohayou Sakura-chan.'' balas teman-temannya tak kalah ceria dari dirinya. Setelah menyapa teman-temanya segera saja Sakura duduk di bangkunya dekat jendela. Suasana ribut tak terhindar lagi, pasalnya bel masuk sekolah belum berbunyi.

Kalau tadi dalam kelas ribut, kini langsung sepi ketika para pemuda-pemuda itu memasuki kelas. Sungguh aura-aura mereka membuat para siswi-siswi terpesona. Tapi tidak untuk bebrapa gadis misalnya seperti Sakura, Ino, Hinata, Tenten, mereka akan mendengus geli.

Ya siapa lagi kalau bukan Uzumaki Naruto, Uchiha Sasuke, Hyuga Neji, Nara Shikamaru, dan Simura Sai. Sungguh tak diragukan lagi pesona-pesona mereka. Bahkan mereka mempunyai fans girls masing-masing.

Tapi sayang masing-masing dari mereka telah mempunyai orang yang disukai. Bahkan berpacaran. Tapi tidak untuk beberapa orang. Segera saja pemuda-pemuda itu mengambil tempat duduk mereka masing-masing.

Tidak lama habis itu, bel masuk pun segera berbunyi dan para guru mulai masuk ke kelas dan mengajar.

Skip time

"Kau yakin dia tinggal di rumah ini?'' Tanya seseorang pria bermasker kepada teman wanita yang ada di sampingnya.

"Hm, seperti yang ku ketahui dari DIA, bahwa putri Sakura tinggal dengan tuan Sabaku. Apa kau ingin langsung bertemu Sakura atau keluarga angkatnya dulu?'' sang wanita itu tahu bahwa pria di sampingnya ini sangat ingin sekali bertemu dengan putri Sakura. sudah beberapa lama mereka tidak bertemu, 16 tahun tepatnya mereka tidak bertemu semenjak penyerangan itu.

Sungguh dia sempat depresi ditinggal sang putri. Tapi berkat DIA dan keluarga, pria itu bisa bangkit dan berjanji kepada dirinya sendiri kalau dia bertemu putri Sakura nanti dia akan lebih hebat dari sebelumnya.

"Tidak perlu, ada waktunya kita bertemu dengan putri nanti.'' Jawabnya santai.

"Baiklah kalau itu maumu.'' Segera saja wanita dan pria itu membalikkan badannya meninggalkan tempat atau rumah tempat tinggal keluarga Sabaku.

.

.

.

"Kita tidak boleh sampai gagal kali ini. Tuan besar tidak akan suka.''

"Kau tenang saja. Kita yang akan mendapatkan terlebih dahulu putri Sakura.'' senyum licik terpampang diwajah mereka. Tak lama lagi pikirnya.

Tbc

Ini adalah fanfic pertamaku. Jadi harap makluminya kalu fict ini hancur dan banyak typo. dan mau ngucapin juga omedetou saku-chan ^^

Kalau berkenan silahkan tingglkan review. Pleaseee…