Annyeonghaseyo! Masih dengan Minrin disini. Sekarang aku mau bagi-bagi ff yang baru muncul di pikiran aku. Hm, yang "Truth Or Dare" nya kapan-kapan aku lanjutin lagi ya. Hehe. Masih bergenre Hurt/Comfort kok, wkwk.
Cast:
Cho Kyuhyun
Kim Ryeowook
Lee Sungmin
Dan pemain lain sesuai jalan cerita^^
Pair:
Kyumin
Kyuwook
WARNING!
Typo(s), and transgender/genderswitch. Belum tega ngeliat bias Yaoi soalnya, hwhw.
Don't like, Don't Read ya:D
Summary:
Kyuhyun menyebut dirinya sudah tidak memiliki tujuan hidup ataupun semangat hidup. Namun Kim Ryeowook, memunculkan tujuan hidup Kyuhyun lagi. Namun yeoja itu kini kembali, merenggut kebahagiaan Ryeowook ditengah sakitnya. / Kyuhyun, Ryeowook, Sungmin / Kyumin, Kyuwook
Note:
Judul sama cerita nggak begitu nyambung. Bingung bikin judul apa hwhw.
.
Let's Read!
.
.
.
-Author POV-
Seorang namja tengah duduk terdiam di bangku taman. Ia menghirup oksigen dalam diam. Ia sendiri tak tahu, apa yang ia tuju untuk sekolah di sekolah ini. Padahal jelas-jelas tujuan utama ia masuk sekolah ini adalah karena ia berjanjian dengan mantan kekasih yang sangat ia cintai, Lee Sungmin.
Namun Tuhan sepertinya belum mengabulkan doa mereka. Lee Sungmin pindah ke luar negeri ditambah lagi, ia akan menikah dengan namja lain di luar negeri. Dan itulah yang membuat namja bermarga Cho ini tak punya tujuan hidup.
Lee Sungmin, yeoja pemalu, pendiam, kalem dan sesuai dengan tipe Cho Kyuhyun. Semua keinginan namja bermarga Cho ini, ada pada Lee Sungmin. Sudah lima tahun mereka menjalani hubungan yang spesial. Namun, apa daya? Mereka sepertinya memang belum jodoh.
"Hey!" tegur seorang yeoja manis yang tiba-tiba muncul di depan Kyuhyun.
Kyuhyun tidak kaget ataupun apa, mungkin dia malah tidak punya tenaga untuk kaget. Kyuhyun hanya mengangkat alis sebagai respons pada yeoja tersebut.
"Kok responnya biasa aja sih?" tanya yeoja itu sembari ia memunculkan poutnya itu.
"Kau siapa?" tanggapan Kyuhyun dingin.
"Hey! Akhirnya kau bicara juga. Nama aku Kim Ryeowook, panggil saja Ryeowook. Siapa namamu? Mengapa sejak tadi aku melihatmu, kau selalu saja murung… Terlihat jelek tau!" ucap yeoja itu cerewet.
"Pertanyaanmu banyak sekali. Aku bingung menjawab." Jawab Kyuhyun masih dingin.
"Baiklah, ku ulangi. Namaku Ryeowook, namamu siapa?"
"Kyuhyun."
"Oooh, Kyuhyun. Sejak tadi aku melihatmu murung, kau kenapa? Banyak fikiran?"
"Tidak."
"Lalu kau kenapa?"
"Tidak ada fikiran."
"Kalau tidak ada fikiran kenapa kau seperti itu? Kau sedang putus cinta?" tanya Ryeowook terus menggali kebenaran.
"Tidak. Aku tidak punya tujuan hidup. Aku bosan hidup."
"Kenapa seperti itu? Hey, di luar sana banyak orang-orang yang tengah terkena penyakit parah, bahkan mereka sekarat, hampir mati tapi mereka ingin tetap hidup demi membahagiakan orang di sekitarnya… Huh! Baru kali ini aku mendengar orang 'bosan hidup' layaknya kau!" Balas Ryeowook dengan nada orang sok bijak.
"Apa kau masih ingin hidup kalau orang yang paling kau sayang akan menikah dengan orang lain?" kali ini Kyuhyun dengan tampang frustasi.
"Kau ini tidak mengerti hidup ya? Kita hidup di dunia bukan hanya untuk kekasih kita. Ne, arraseo, kita memang membutuhkan kekasih. Tapi kita masih memiliki keluarga, teman dan lain-lain yang sayang dengan kita. Harusnya kita membalas rasa sayang mereka, tersenyum untuk mereka, bahagia bersama mereka. Bukan malah kita terlalu tergantung dengan seorang kekasih." Komentar Ryeowook panjang lebar.
Kyuhyun hanya menjawab dengan decakannya dan pergi berlalu begitu saja. Membuat Ryeowook menghembuskan nafasnya, sehingga rambut ponynya berkibar.
-Author POV end-
-Kyuhyun POV-
Siapa sih dia? Tiba-tiba datang dan mengomentariku panjang lebar seperti itu? Dasar yeoja cerewet.
Aku tak habis fikir. Bagaimana bisa aku bertemu yeoja seperti itu. Dia juga tidak takut melihatku. Jujur saja, yeoja kebanyakan memang menjauhiku, alasan mereka hanya satu, takut denganku. Mereka takut denganku karena aku yang terlihat selalu merenung. Kalau difikir-fikir memang benar juga sih.
.
.
.
Mengapa harus ada yeoja itu lagi disini? Apa dia selalu menguntitku? Apa dia selalu mengikutiku?
"Sedang apa kau disini?"
"Eh, ada kau, Kyuhyun!" serunya.
"Mau apa kau kesini?" tanyaku ulang.
"Ah, tidak… Aku sangat menyukai udara disini. Disini pun aku bisa berteriak sepuasku tanpa ada yang mengetahuinya." Jelasnya. Padahal aku hanya bertanya sedikit, tapi dia selalu menjawab dengan panjang. Dia itu, benar-benar. "Kau tahu? Menjadi murid baru disini menyebalkan ya, setiap pagi aku terkena bully. Huh, sepertinya memang tidak ada yang suka berteman denganku.." tambahnya, kali ini dengan nada yang berbisik dan dia sedikit mendekatkan bibirnya pada telingaku.
"Ne arrasseo, aku pernah merasakannya."
"Jeongmal? Hah… Akhirnya aku punya teman yang senasib denganku." Responnya seraya menghembuskan nafasnya. Bermaksud seperti terlihat, lega. Lagipula siapa juga yang menganggapnya sebagai temanku?
Aku tak mau banyak berfikir, aku hanya mengangkat pundakku. "Kau tahu, mungkin satu tahun baru kau tidak dibully mereka lagi!" ledekku dengan maksud menakut-takutinya.
"Jinjja?" responnya dengan raut wajah panik, ditambah dengan menggigit kukunya. Aku tertawa geli, dalam hati.
"Kau mempercayaiku?" tanyaku masih dengan tatapan dingin.
"Iya, mukamu terlihat dapat dipercaya sekali."
"Kau memang babbo! Tidak dapat membedakan mana yang benar dan bohong." Ucapku dengan memukul kepalanya pelan.
"Aw! Sakit tau!" Ryeowook mengusap kepalanya, ditambah dengan muka cemberut sok marahnya itu. Dia terlihat lucu.
Aku tersenyum menatap kelakuannya. "Ini wilayah kekuasaanku, kalau kau ingin kesini juga, kau harus membayar sewa padaku. Nanti jam-jamnya akan ku tentukan, agar jam kita tidak bertabrakan, dan pada akhirnya kita akan bertemu." Ujarku.
"Memangnya ada peraturan seperti itu ya? Kok aku barutau? Mengapa sekolah ini begitu boros? Selalu saja harus membuang-buang uang." Dia selalu saja terlihat sok bijak dan sok dewasa.
"Kau ini tidak pernah sekolah ya? Dimana-mana kalau sudah menjadi daerah kekuasaan itu seharusnya membayar. Dan kau tidak tahu? Sekolah ini sekolah ternama. Tentu saja yang masuk ke sekolah ini adalah orang-orang yang berduit. Jadi apapun, siapapun, dimanapun, kapanpun, bagaimanapun, pasti akan berhubuangan dengan uang!" Jelasku panjang.
"Begitu ya? Ah, lebih baik aku tidak menyewa daerah kekuasaanmu saja."
"Dasar yeoja babboooo! Kau fikir aku serius hah? Isshh babbo! Babbooo!" kali ini aku memukulnya dengan buku yang ku bawa berkali-kali.
"Sakit tahu! Lagipula aku tidak babbo! Kau saja yang memang darisananya hobby sekali berbohong. Kau tidak takut berdosa?"
"Kau tahu? Sikapmu masih terlihat sangat kekanakan!"
"Benarkah? Aish, mengapa semua orang berkata seperti itu. Aku ingin terlihat dewasa." Kali ini responnya dengan kembali berpout. Aku menyukai pout khasnya itu. Manis.
Aku dalam hati tertawa melihat tingkahnya. Meski aku belum bisa tertawa seperti dulu, tapi Ryeowook cukup bisa mengembalikan tawaku, meski sedikit. Yeoja babbo. Dan disini, di atas tangga menuju lantai empat, ruang musik. Pertama kalinya aku tertawa, setelah Sungmin yang membuatku tertawa—dan kemudian menangis.
-Kyuhyun POV end-
.
~TBC~
.
.
.
Baru perkenalan nih, baca terus yaaaaaaaaa!
Mind to review? Thanks!:D
