18 Years
.
by
GalaxyandOrbit
.
genre: family, romance, hurt/comfort
.
warning: typo, gaje, sekali lagi, multichap fic tanpa plot
.
disclaimer: Kurobasu is belongs to Fujimaki Tadatoshi-sensei
"Tecchan, hari ini saudara jauhmu akan berkunjung ke rumah kita." Pemuda dengan rambut berwarna teal itu pun menghentikan aktivitasnya yang sedang meminum segelas teh hangat di pagi hari. "Siapa itu... Okaa-san?"
"Dia... Kakakmu dan mantan suami okaa-san."
Mobil dengan warna hitam pekat mengkilat itu berhenti tepat di depan rumah sang pemuda dengan rambut teal itu. Pemuda dengan nama Kuroko Tetsuya itu duduk dengan gugup di ruang keluarga rumahnya, sedangkan ibunya seperti terlihat tenang saja. Seperti apakah sosoknya? Seperti apakah sifatnya? Apakah dia orang yang baik? Mungkin... Dia simpan saja pertanyaan itu hingga dia langsung bertemu dengan orangnya.
Ting Tong
Perempuan paruh baya itu pun beranjak dari tempatnya dan segera membuka pintu. "Halo, Tetsuna, lama tak berjumpa." sapa lelaki paruh baya itu seraya melepas jaket tebalnya. "Lama tak berjumpa juga, Hiiromi, apakah Sei-chan juga ikut bersamamu?" tanya ibu Kuroko seraya mengambil jaket tebal itu dari tangan Hiiromi dan menggantungkannya di gantungan baju yang ada di dekat pintu masuk. Memang khusus untuk para tamu yang membawa jaket atau mantelnya akan digantungnya di situ.
"Ya, dia sedang di mobil sekarang, entah apa yang dilakukannya." Ibu Kuroko pun mengangguk. Dia mengangkat tangan kanannya dan mempersilahkan lelaki paruh baya itu memasuki ruang tamu. Kuroko yang melihat kehadiran lelaki itu pun segera beranjak dari duduknya dan langsung membungkuk pelan ke arahnya. "Ah, apa kabar Tetsuya?" tanya lelaki itu seraya tersenyum. Membuat wajahnya yang dingin itu terlihat lembut walau hanya sedikit. Kuroko pun membalas senyuman itu. "Aku baik saja... Otou-san". "Hiiromi, bagaimana kalau kuseduhkan teh? Dan mungkin kalian membutuhkan waktu berdua untuk saling mengenal satu sama lain," usul sang ibu yang dijawab dengan anggukan dari Hiiromi lalu sosok perempuan paruh baya itupun menjauh dari pandangan Kuroko. Setelah kepergian Tetsuna, suasana di ruang tamu pun menjadi canggung bagi Kuroko Tetsuya. Bagaimana pun, Kuroko tak tahu apa yang harus dibicarakan hingga dia memilih lebih baik diam saja.
"Bagaimana sekolahmu Tetsuya?" tanya Hiiromi, untuk sedikit mencairkan suasana canggung itu. Kuroko mengangkat kepalanya. Agak aneh walaupun yang di hadapannya ini adalah ayah kandungnya dan dia dipanggil dengan nama kecilnya. Hei, bukankah itu wajar? Seorang ayah memanggil nama kecil anaknya? Tetapi kenapa dirinya merasa bahwa itu hal yang sangat aneh? "Baik-baik saja, Otou-san. Nilaiku tak terlalu mengecewakan," jawabnya sambil nyengir paksa. Hiiromi menghela nafas. Tunggu, kenapa dia menghela nafas? Kuroko bisa melihat jelas ekspresi sedih yang terpasang di wajah tampannya. "Sebenarnya..." Kuroko menegakkan badannya ke depan. Penasaran apa yang akan dikatakan oleh ayahnya. "Aku ingin bertemu dengan Tetsuna dan kau, aku ingin keluarga ini bersatu kembali. Menjadi keluarga Akashi."
Terkejut. Seorang Kuroko Tetsuya terkejut atas hal yang mendadak seperti ini. Dia sudah terbiasa hidup dengan ibunya selama 17 tahun dan dia akan kembali bergabung dengan keluarganya yang seutuhnya menjadi keluarga Akashi? Apakah dia bisa? Akankah mereka tak kecewa terhadap dirinya yang lemah? Setahunya tentang ayahnya adalah, dia tak bisa menerima seseorang yang lemah. Hanya itu, dan apakah jika keluarganya bersatu itu akan selalu rukun? Lalu kenapa Otou-san dan Okaa-san bercerai? Bukankah itu berarti ada suatu alasan di balik perceraian itu? "Tetsuya?" panggil ayahnya yang membuat lamunannya buyar. "A-ah... Ya, Otou-san?" Hiiromi memberi jeda sebelum dia melanjutkan bicara terhadap putra bungsu di hadapannya sekarang.
"Apakah kau mau kalau keluarga ini bersatu kembali?"
Tak ada jawaban dari yang bersangkutan. Hening pun kembali menyelimuti ruangan itu. "Aku..."
Ting tong
Hampir saja Hiiromi beranjak dari duduknya jika Kuroko tak menyergahnya. "Biar aku saja, otou-san." Kuroko pun beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah pintu masuk. Mata dengan warna teal itu membelalak. Yang di hadapannya ini adalah pemuda yang kira-kira hampir seumurannya dan dengan rambut semerah darah dan mata yang berbeda warna. Kanan berwarna merah sedangkan kiri berwarna keemasan. Dia memakai mantel tebal berwarna cokelat dan syal berwarna merah. "A-ano... Silakan masuk!" ucapnya dengan gugup. Bukannya masuk, pemuda dengan rambut semerah darah itu justru memandang Kuroko dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Ukh, dirinya benci dilihat seperti itu.
"Kau Kuroko Tetsuya, bukan?" tanyanya dengan suara yang cukup mengintimidasi di telinga Kuroko. Mata dengan dua warna itu menatap dirinya tajam, cukup membuat Kuroko keringat dingin. "Kenapa kau tak menjawab?" Apa yang harus kukatakan?
"Seijuurou, masuk." Kuroko menolehkan kepalanya. "Otou-san..." panggil Kuroko. "Tak apa Tetsuya, kau masuk saja dulu," ucap Hiiromi seraya tersenyum kearah pemuda mungil berambut biru itu dan dijawab dengan anggukan dari pemuda kecil itu. Kuroko pun duduk manis di atas sofa berwarna hijau cerah di ruang tamu rumahnya. Apakah dia... Akashi Seijuurou? Ah, bukankah ayahnya tadi memanggil dia Seijuurou? Berarti dia kakaknya? Kuroko semakin pusing saja dengan semua ini. Dia memegang kepalanya yang pusing.
"Tecchan? Ada apa?" Kuroko menoleh ke sumber suara. Okaa-san. Perempuan paruh baya itu membawa senampan berisi empat gelas berisi teh yang baru diseduhkan. Kuroko menggeleng pelan. "Tak apa, Okaa-sa..." Kuroko kembali memegang kepalanya. Pusing yang dideritanya semakin menjadi. Perempuan paruh baya itu menaruh nampan berisi teh hangat itu di atas meja dan duduk di samping Kuroko. "Kau terlihat pucat, kau yakin kau baik saja?" tanya ibunya sambil memegang pundak anaknya. Kuroko mengangguk. "Mungkin... Lebih baik kau istirahat saja di kamarmu, Tecchan." Kuroko mengangguk mengerti lalu berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah tangga, di lantai dua di mana kamarnya berada.
"Tetsuya?" Baru saja menapaki anak tangga ke enam, Kuroko menolehkan kepalanya ke arah suara yang memanggilnya. "Otou-san, ada apa?" tanyanya dengan lesu. Cepatlah, aku ingin istirahat sekarang. "Ah, tak jadi. Naiklah," Kuroko mengangguk lalu melanjutkan langkahnya.
"Kh..." Kuroko menyandarkan beban tubuhnya ke samping hingga bertemu dengan dinding. Pemuda mungil itu memegang kepalanya dengan kuat, pusing yang dirasanya semakin luar biasa, seakan-akan dia merasa dirinya jatuh dari tangga.
Atau memang kenyataannya bahwa dia jatuh dari tangga saat itu juga.
"Tetsuya!"
Otou...san?
"Astaga, Tecchan! Sei-chan, cepat panggil ambulans!"
Itu... Okaa-san...
"Tetsuya! Bertahanlah!"
Untuk detik itu Kuroko memejamkan matanya dan sayup-sayup terdengar suara ibu dan ayahnya dan... Suara siapa itu? Dia memanggil namanya. Tetapi... Siapa? Suaranya tiak terlalu dikenalnya. Bukan ayahnya ataupun ibunya. Apakah... Akashi Seijuurou?
-To be Continued-
Holaaa gomen saya lama hiatus /ga ehm, Promise sepertinya akan saya delete, jadi itu masih rencana dan saya akan melanjutkan semi hiatus hingga Mei atau Juni karena saya sibuk latihan di klub /trus dan happy reading and thank you for read my fanfic!
