Baiklah...

Halo...Akuma kembali dengan cerita baru untuk naruto. Yang kali ini tentang konflik fairy verse

Setelah satu juta skenario dikepala yang mengganggu akhirnya kisah ini muncul!

Naruto akan mengambil peran sebagai kakak besar yang tidak berpihak pada siapapun dan hanya bertindak untuk keselamatan adik-adiknya.untuk romannya silahkan voting!

A.Erza B.Irene C.Mavis D.Sayla E.Anna

aku tidak punya ide untuk yang lain.

oke silahkan baca dan tinjau

P.S. : Aku membutuhkan Beta.

P.P.S : Aku berniat menerjemahkan cerita2 ku ke bahasa inggris.

P.P.P.S.: oke aku selesai.

Prolog

Tempat tak diketahui : 400 tahun lalu dari canon.

Kelopak matanya terbuka ke langit-langit yang tidak biasa. Sambil membuang pandangan tajamnya, dia diam-diam menganalisis sekelilingnya. Rak-rak buku bertebaran di sekitar tempat itu, bersama meja sederhana yang berdiri di sampingnya, juga dipenuhi buku. Jendela besar disamping tempat tidur memberikan intensitas sinar matahari pagi yang menggelitik.

Dia merasa tidak memiliki kemewahan untuk menikmati pemandangan yang ditawarkan suasana pagi itu. Terburu-buru memonitor otaknya untuk menemukan alasan keberadaannya. Sambil berjuang untuk duduk, dia meringis saat dia membuka beberapa jahitan jaringan luka segar. Rona pekatnya merah menyebar di sela-sela perban yang membungkus tubuh, lengan dan kaki kecilnya.

Rasa sakit menghantam tubuhnya saat dia beringsut menjauhi tempat tidur, terhuyung-huyung menuju pintu keluar. Dia jatuh dengan gedebuk keras ke lantai lalu segera disusul suara langkah kaki keras dan terburu-buru mendekati ruangan. Dia segera merangkak menjauh dari pintu tanpa memikirkan noda merah mengotori lantai kayu. seketika, pintu terbuka. dia tidak sempat mendatarkan apapun dalam pikirannya ketika tangan besar segara meraupnya hanya untuk dibawa kembali ke tempat tidur dan dia dihadapkan langsung ke wajah cemas seorang pria dewasa berambut merah muda yang jelas tidak senang dengan tindakannya.

"Apa yang kau lakukan bocah bodoh!."

"Huh?" adalah jawaban cerdas terbatas yang dapat dikelola kepalanya yang berdenyut pusing saat itu. Pria itu jelas tidak puas dengan jawabannya.

"Kamu bodoh, kamu hanya bisa bertahan dengan kulit gigimu Jika aku tidak menemukanmu, kamu akan mati atau dimakan binatang buas di hutan ini Jangan lakukan sesuatu yang bodoh seperti keluar dari tempat tidur dan istirahatlah disitu, kau dengar aku?!."

Dia dengan pelan mengelengkan kepala pirangnya mencoba menghilangkan getaran menyakitkan dikepalanya yang bertambah dengan sangat efekif. "Terima...kasih."

Pria berambut merah muda itu tampak tercengang dengan ucapan terima kasih yang tiba-tiba. Dia bersandar kembali dari posisi menjulang di atas kepala Naruto, terengah-engah. "Terserah, jangan lakukan sesuatu yang bodoh lagi!. "

"Ah... perbanmu perlu diganti." Kepalanya tersentak kesamping saat seorang wanita berambut gagak membuat kehadirannya diketahui tepat disamping pria merah muda pemarah itu, tersenyum lembut kearahnya. "kemarilah."

Dia hanya menurut ketika wanita untuk melucuti perban berdarah yang melilit tubuhnya. disudut penglihatannya dia bisa melihat si pria mengawasinya dengan mata elang.

"Siapa namamu nak?" suara lembut dari wanita gagak itu membawa beberapa kenyamanan tersendiri untuknya. setidaknya dia merasa dilindungi dari ancaman pontesial seorang pria berambut merah muda itu. penyelamatnya.

"Namaku Melef Dragneel dan dia suamiku, Raizel Dragneel."

"Naruto... Namikaze" jawabnya jujur dengan sedikit keraguan menyebutkan nama belakangnya. sejauh yang dia ingat para mentornya melarangnya untuk menyebutkan nama itu karena beberapa alasan tertentu yang tidak dia ingat, tapi dia merasa tidak bisa berbohong didepan penyelamatnya. Apa yang tidak diharapkannya adalah ekspresi terkejut dari keduanya.

"E-eh... Tadi kamu bilang apa?"

xxxx

Untuk semua hal yang baik dan buruk didunia. Melef Dragneel menemukan situasi yang dihadapinya cukup luar biasa mencengangkan. Hal ini disebabkan oleh penganalan identitas anak yang baru kemarin diselamatkan oleh suaminya dari kelompok serigala lapar dihutan.

Anak itu kurus dan sangat kecil untuk anak seusianya, kulitnya sangat pucat akibat kondisi kekurangan cahaya matahari dan darah dari luka-luka yang seharusnya bisa membuat orang dewasa menangis. Melef mencatat dengan murung saat dia menemukan banyak bekas cambukan dam lembam yang pasti bukan perbuatan serigala atau sesuatu dihutan ditubuh kecilnya menceritakan dengan jelas penderitaan pemiliknya.

Tapi informasi selanjutnya mengejutkannya lebih dari itu.

Namanya Naruto Namikaze.

Orang lain mungkin akan melewatkan informasi kecil itu, dia dan suaminya adalah cerita lain. Sebagai bagian dari orang-orang yang menghargai pengetahuan, kedua pasangan suami istri Dragneel mengetahui nama anak itu bukanlah nama yang umum di negeri mereka sejak dulu, bahkan negeri besar seperti Fiore dan Bosco atau bahkan Seven, yang berarti hanya mungkin berasal daratan terbuang yang terletak diantara wilayah para naga dan tempat itu sudah berakhir beberapa lalu dengan meletusnya perang yang terus berkecamuk. Naruto kecil pasti tertangkap dari karavan atau semacamnya yang berhasil melarikan diri dari negeri itu dan berakhir sebagai budak atau sesuatu yang mirip mengingat bekas penyiksaan verbal yang diterimanya.

Informasi mengejutkan lainnya adalah, Namikaze yang merupakan marga anak lelaki itu adalah nama dari satu keluarga Bangsawan tinggi kerajaan yang telah dihancurkan setahun lalu di bawah serangan kelompok saingan politiknya. Bagaimanapun informasi itu hanya diketahuinya karena berita kehancuran keluarga itu cukup besar dan diketahui oleh seluruh dunia.

Tenggorokannya tiba-tiba terasa kering. Melef dengan tenang menyelesaikan ikatan perban si pirang kecil. menggumamkan kata 'selesai' dibawah nafasnya. Dia menepuk kepala anak itu sayang dan tersenyum padanya.

"Istirahatlah sebentar. Makanan akan segera siap."

Kedua pasangan Dragneel itu meninggalkan Naruto sendirian lagi diruangan itu. Melef hanya cekikikan lembut saat matanya melihat Anak itu melotot kearah suaminya saat dia mengira keduanya tidak memperhatikan.

"Raizel... Aku yakin Zeref kita tidak keberatan dengan kakak laki-laki baru"

Dia mendengar suaminya tertawa ceria disampingnya. "Tentu, Tentu, Tentu saja~..."

"...Tapi bagaimana kalau kita membuat yang lain lagi?, setelah punya kakak, Zeref kecil pasti akan senang memiliki adik juga."

Dia hanya bisa tersenyum dan menatap pria yang sangat dicintainya itu dengan sayang. Tangannya meraih dang mengenggam tangan kapalannya suaminya dengan tegas tapi lembut, memberikan jawabannya tanpa kata.

"T-Tunggu... Kamu yakin!!!." Pria bermata jade itu tergagap indah, bersemangat dan penuh harap.

Hari itu Raizel tahu bahwa prospect bayi tambahan bukanlah sesuatu yang akan memakan waktu lama.

Dia menjadi seorang ayah hari ini setelah hari lalu dan percaya bahwa dia akan jadi ayah lagi dimasa depan.

Sebuah rencana telah dibuat.

To Be Continued

()Uyeeah()