You Who Came From Galaxy

.

.

.

.

Terinspirasi dari mukanya Kris(?) dan dramanya Kim SooHyun You Who Came From The Star.

Ceritanya beda, karena ff ini murni hasil pemikiran saya dan teman saya.

.

Kris x Kyungsoo

.

YAOI

.

KrisSoo

.

. Don't like crack couple? Don't read ok.

.

.

Happy reading

.

.

.

.

.

.

.

Seorang laki-laki berumur 19 tahunan tengah tertidur pulas di kursi taman Universitas terbaik di Korea. Headset yang ia gunakan merosot, kancing jaket yang ia kenakan pun terlepas dua buah. Wajahnya terlihat kelelahan, tangan kanannya menggenggam sebuah buku tentang rasi bintang di luar angkasa. Pada awalnya, beberapa orang bertanya-tanya kenapa anak itu selalu tertidur seperti orang mati. Kenapa ia selalu terlihat berlari menuju lantai 6 di jam-jam kuliah? Kenapa?

Namanya Do Kyungsoo, mahasiwa semester satu jurusan Ilmu Astronomi di Universitas Jeguk. Ia dikenal ramah, baik, sopan dan pintar. Tapi ia juga dikenal sebagai tukang tidur, sleepaholic, sleepyhead dan berbagai sebutan lain mengenai penyakit Narkolepsi yang ia derita. Ia mudah tertidur, tidak tahu tempat, tidak mengenal waktu. Tidak hanya saat ia mengantuk saja, ia bisa langsung tidur seperti orang pingsan. Di kelas, di toilet, di kantin, di jalan, dimanapun ia bisa saja tertidur.

.

.

Kyungsoo memiliki seorang sahabat. Ia bernama Byun Baekhyun. Baekhyun berada di Jurusan Arstitektur, berarti masih satu fakultas dengan Kyungsoo. Menjadi sahabat seorang tukang tidur seperti Kyungsoo selama 5 tahun tidaklah mudah. Banyak hal yang harus ia lakukan. Contohnya, mengangkat tubuh mungil Kyungsoo ke tempat yang lebih layak untuk tidur. Membangunkan Kyungsoo ketika dosen atau guru masuk kelas.

Baekhyun selalu ada untuk Kyungsoo, dan Kyungsoo sangat menyayangi Baekhyun. Di tengah perceraian kedua orangtua Kyungsoo, hanya Baekhyun yang mampu menenangkan lahir batin Kyungsoo. Disaat Kyungsoo kesepian Baekhyun selalu ada untuk Kyungsoo. Hanya Baekhyun yang Kyungsoo miliki, hanya Baekhyun tempatnya menjadi sandaran.

"Kyungsoo, bangunlah." Suara lembut itu mengelus rambut hitam milik Kyungsoo. Kyungsoo tidak bisa bangun, syndrome kelelahan yang ia miliki sudah akut. Baekhyun menatap wajah malaikat itu dengan seksama. Begitu putih, begitu suci. Seperti bayi tanpa dosa, Kyungsoo benar-benar terlihat begitu mengagumkan. Siapapun yang melihatnya pasti akan menyukai pada pandangan pertama.

1 jam kemudian

Kyungsoo masih berada di alam mimpinya. Dimana ia terbang menembus awan, melambaikan tangan kepada semua keluarga dan teman-temannya. Seolah semua beban yang melekat di tubuhnya menghilang. Jika bermimpi rasa sakit di tubuh menghilang begitu saja, semua terasa begitu normal, semua terasa begitu ringan. Kyungsoo ingin terus berada di alam mimpi.

"Hmm.. ada apa?" Kyungsoo terbangun. Ia melirik kesekitarnya, tidak ada Baekhyun disini. Ah pasti ia sudah masuk ke ruangannya. Kyungsoo jadi harus menunggu Baekhyun disini. Kyungsoo terdiam saat melihat seorang laki-laki menatapnya sambil memegang pensil dan kertas.

"Hey, apa yang kau lihat?" Tanya Kyungsoo. Orang itu sepertinya sedang menggambar dirinya diam-diam. Kyungsoo menghampiri orang itu. "Kau menggambarku saat sedang tidur?" Kyungsoo melirik hasil karya si laki-laki pemilik rambut pirang itu.

"Seharusnya kau meminta ijinku dahulu! Itu tidak sopan tahu!" bentak Kyungsoo. Dan Kyungsoo pun melenggang pergi meninggalkan laki-laki itu diam mematung memandang punggung mungil itu menjauh.

_YWCFG_

"Badanku rasanya semakin hari semakin sakit." Kyungsoo bersandar di bahu Baekhyun, mereka sedang menunggu bus datang.

Baekhyun tersenyum kecil. "Kau kurang makan sayur. Lain kali kita membuat sayur bagaimana?" Tanya Baekhyun. Kyungsoo segera mengangguk menyetujuinya.

"Memangnya kau bisa memasak?"

Baekhyun menatap sebal kearah Kyungsoo. "Lalu siapa yang akan meneruskan masakanmu kalau kau tiba-tiba tertidur di dapur di tengah kompor menyala? Huh?"

"Arraseo Baekhyun-ah hahaha. Mau ke kost-an ku kapan?"

"Mungkin nanti malam, aku ada observasi setelah ini."

"Baiklah! Aku tunggu."

"Sipp!" lalu mereka melakukan toast bersama sebelum bus yang mereka tunggu-tunggu tiba.

Baru saja Kyungsoo dan Baekhyun duduk di bangku, Kyungsoo tiba-tiba tertidur dengan badan yang sebegitu lemasnya.

Seperti biasa. Batin Baekhyun.

Ia menyenderkan kepala Kyungsoo ke bahunya agar Kyungsoo dapat tertidur dengan nyaman.

.

.

Untung saja Baekhyun mau dengan senang hati membangunkan Kyungsoo kalau sudah sampai. Kyungsoo berjalan masuk kedalam gerbang Kost-an, tempat ini sudah ditempati Kyungsoo semenjak ia kuliah. Awalnya ia tidak akan menyewa kamar disini. Tetapi, ia sudah tidak betah berada dirumah besarnya sendirian. Semenjak orangtuanya bercerai, Kyungsoo lebih suka tinggal di tempat seperti ini. Tempat ini ada 20 kamar, dimana kamar Kyungsoo terletak di nomor 12.

Disini Ia memiliki banyak teman, walau beberapa dari mereka kadang jarang berada di kamar. Rata-rata penghuni tempat ini adalah anak-anak semester 5 yang sibuk bulak-balik kampus untuk bimbingan skripsi. Hanya Kyungsoo yang terbilang bocah disini.

"Eh, tumben pulang jam segini?" Jongdae teman kamar nomor 11 Kyungsoo terlihat sedang sibuk membereskan barang-barang. Kyungsoo mengernyit.

"Iya, hari ini hanya 1 satu mata kuliah." Kyungsoo menghampiri Jongdae. "Kau mau pindahan Hyung?" tanyanya. Tetapi benda-benda itu terlihat bukan seperti barang-barang milik Jongdae.

"Tidak. Ini barang penghuni baru. Sepertinya dia dari luar negeri, entah luar kota. Sebentar lagi ia datang kemari bersama ibu Kost— Ah itu dia!"

Kyungsoo mengikuti arah pandang Jongdae. Ia melihat seorang laki-laki tinggi, berambut pirang, baju kemeja rapi dan sepatu yang begitu mengkilat. Ia mengenalnya, dia laki-laki di kampusnya. Orang yang dengan tidak sopan melukis dirinya saat sedang tidur.

Kyungsoo sempat heran memang disini masih ada kamar kosong? Dan ia ingat kalau Minhyuk sudah pindah satu minggu lalu. Otomatis kamar no. 13 kosong. Jadi, laki-laki itu yang akan menempati kamar di sebelahnya?

"Halo Kyungsoo, halo Jongdae. Kita kedatangan penghuni baru. Ia akan mengisi kamar kosong mulai saat ini." Kata si Ibu pemilik tempat ini. Kyungsoo tersenyum kecil pada laki-laki itu. Tetapi, lelaki itu tidak membalasnya. Hanya wajah sombong dan angkuh yang ia tampak-kan. Apa ia masih marah pada Kyungsoo?

"Hai, namaku Kris." Ini pertama kalinya Kyungsoo mendengar suara berat dari lelaki bertubuh tinggi ini. Dan jika dilihat dengan seksama, warna mata Kris berwarna dark grey.

"Yap, namaku Jongdae dan ini Kyungsoo. Kita bersebelahan rupanya. Anak-anak yang lain belum pulang kuliah sepertinya. Semoga betah disini ya." Kata Jongdae. Kris mengangguk, sebelumnya ia menatap Kyungsoo yang juga sedang menatap kearahnya. Kyungsoo membuang muka lalu membungkuk untuk segera masuk kekamarnya.

"Jongdae, bantu dia bereskan barang-barangnya." Perintah si ibu

"Tidak usah, aku bisa sendiri." Kris menolak tetapi Jongdae sudah mengangkat beberapa dus milik Kris.

"Jangan begitu. Ayo aku bantu."

"Terimakasih."

.

.

Kyungsoo melepas sepatu, melempar tas, dan melepas jaketnya. Ia buru-buru masuk ke kamar mandi untuk segera mencuci muka. Kyungsoo mendengus sebal, kenapa ia harus bertemu lagi dengan laki-laki itu? bahkan kamar mereka bersebelahan. Ia sudah membentaknya dengan tidak sopan, Kyungsoo merasa tidak enak.

"Kenapa harus bertemu dengannya lagi sih?" Kyungsoo mengelap wajahnya dengan handuk. Ia duduk di meja belajarnya lalu mengambil stick note berbentuk bintang. Ia menulis sesuatu disana sebelum mengantungnya di sudut jendela.

'Tetangga baru'

Kyungsoo memiliki kebiasaan menulis hal-hal yang menarik di kertas tipis berbentuk bintang lalu menggantungnya di dekat jendela. Semakin banyak, bentuknya menjadi seperti tirai. Seperti anak perempuan memang, tapi Kyungsoo lebih suka melakukan hal itu daripada harus menulis diary atau semacamnya.

Ia membuka laptop lalu mulai menerjakan tugas yang belum selesai. Kuliah dijurusan ilmu astronomi memang tidak mudah. Walaupun ia menyukai bintang dan mekanika langit, Kyungsoo harus bertarung dengan fisika dan matematika.

"Simulasi-simulasi numerik ini menyebalkan sekali!" Kyungsoo mengambil buku mengenai politrop untuk mengetahui perilaku-perilaku bintang. Ia lebih menyukai membaca daripada menghitung. Walau pada dasarnya perilaku bintang tersebut peredarannya dihitung dengan rumus matematika.

'Tok-tok'

Kyungsoo mendengar suara ketukan pintu.

'Tok-tok'

"Iyaaa tunggu sebentar!" teriak Kyungsoo. Ia pun beranjak dari tempatnya dan membuka pintu untuk si pengganggu 'acara belajar' nya. Ia harus belajar, karena tadi ia tertidur saat kuliah berlangsung.

"Oh!" Kyungsoo membulatkan matanya saat melihat si jangkung di hadapannya.

"Hai." Sapanya. Kyungsoo mengangguk, masih terkejut untuk sekedar membalas sapaan Kris. Baru saja ia melupakan laki-laki itu 20 menit yang lalu, sekarang sudah bertemu kembali dengannya.

"Ada apa?" Tanya Kyungsoo sedikit dingin.

"Apa kau sibuk?" Tanya Kris. Kyungsoo menggeleng. Bohong sekali, padahal ia sedang sibuk menghitung pergerakan bintang dan mata angin. "Apa aku menganggu?" Kyungsoo kembali menggeleng padahal baru saja ia mengumpat tentang si pengetuk pintu sebagai pengganggu.

"Ada apa?" Kyungsoo bertanya lagi.

"Mau meminta maaf."

"Untuk?" Kyungsoo pura-pura tak tahu. "Oh! Yang tadi siang ya?" haha, harusnya aku yang meminta maaf. Aku sudah membentakmu. Maaf."

"Aku yang sudah tidak sopan. Habisnya kau begitu manis seperti anak-anak. Aku jadi menggambarmu tanpa ijin. Maaf."

Kyungsoo blushing , dan malah tersenyum.

"A-aku maafkan." Kyungsoo merasa malu berbicara pada lelaki yang lebih tinggi darinya ini. Dilihat-lihat Kris manis juga.

"Baiklah kalau begitu." Kris pergi begitu saja meninggalkan Kyungsoo. Kyungsoo hampir saja menampar dirinya sendiri mengatai Kris manis.

"Ha!" Kyungsoo menggeram kesal, hanya begitu saja? Kris pergi begitu saja? Sungguh, anak itu benar-benar tidak sopan. Sudah menganggunya yang sedang sibuk, dan sekarang malah pergi begitu saja. Harusnya Kris diberikan soal kalkulus agar ia muntah dan tahu rasa.

Kyungsoo membanting pintu, lalu menghentakkan kakinya ke lantai. 'setidaknya ia sudah meminta maaf kan?' batin Kyungsoo.

.

.

"Hahaha, sepertinya laki-laki itu menyukaimu Kyung!" Ujar Baekhyun membuat Kyungsoo melemparnya dengan beberapa potongan wortel.

"Jangan mengada-ngada. Dia memang tabiatnya tidak sopan."

"Aku jadi penasaran seperti apa rupa laki-laki itu." Baekhyun menuangkan sayur bayam kedalam mangkok.

"Dia lumayan lah, kau mau melihatnya?" Tanya Kyungsoo. Baekhyun mengangguk. Ia ingin tahu seperti apa sosok orang yang membuat sahabatnya ini menggerutu sepanjang acara memasak. "Berikan sayur ini padanya. Bilang saja dariku." Kyungsoo menunjuk sayur bayam buatan Baekhyun.

"A-apa?"

"Iya, kau bilang mau melihatnya kan? Dia di kamar sebelah." Kyungsoo mencuci tangan lalu duduk di kursi.

"Maksudmu? Aku harus ber-alasan memberikan sayur ini demi melihat orang itu? oh ayolah, seperti tidak ada hari esok saja." Gerutu Baekhyun, namun hanya dengkuran yang ia dengan sebagai balasan. Sial, Kyungsoo malah tertidur.

Akhirnya Baekhyun menuruti apa kata Kyungsoo. Memberikan semangkuk sayur pada orang di sebelah, lalu pergi. Baiklah, Baekhyun entah kenapa tertarik dan penasaran dengan sosok yang diceritakan Kyungsoo.

"Permisi." Baekhyun sudah berada di depan pintu si orang yang kata Kyungsoo menyebalkan itu. Belum ada jawaban Baekhyun mengulangnya hingga tingga kali. Dan pintu pun terbuka. Memperlihatkan sosok tampan, berambut pirang, bermata abu, memakai kaos dan celana pendek. Hampir saja Baekhyun menumpahkan semua isi sayur yang ia bawa saat ini.

"Ya?" Tanya Kris. Benar seperti kata Kyungsoo. Suaranya berat, dan berkharisma. Kata berkharisma itu Baekhyun yang menambahkan, versi Kyungsoo suara berat dan menyeramkan.

"Umm.. ini!" Baekhyun menyerahkan benda yang sudah ia pegang dari tadi.

"Itu apa? Kau siapa?" Tanya Kris. Bodohnya Baekhyun, langsung menyerahkan semangkok sayur begitu saja.

"I-ini sayur, Kyungsoo tetangga sebelahmu memberikan ini untukmu." Jawab Baekhyun. Kris tersenyum kecil lalu menerimanya.

"Oh, Kyungsoo yang di kamar 12? Baiklah, katakan terimakasih padanya. Dan kau.."

"Namaku Baekhyun."

"Oh iya, terimakasih Baekhyun-ah." Kris tersenyum manis kearah Baekhyun.

Baekhyun mengangguk lalu mengucapkan permisi untuk segera kembali ke kamar Kyungsoo.

"Apanya yang sombong, tidak sopan dan menyebalkan? Ia laki-laki yang ramah tahu!" Baekhyun menggoyang-goyangkan tubuh Kyungsoo. Percuma saja, Kyungsoo akan sulit bangun kalau seperti ini.

.

_YWCFG_

.

Kyungsoo terbangun di pagi hari, dimana ia sudah berada di tempat tidurnya. Dan ia terkejut saat mengingat ia meniggalkan Baekhyun semalam. Baekhyun pasti sudah pulang. Kyungsoo meraih secarik kertas yang ditempel di lampu tidur sebelah kasurnya.

'Jangan lupa sayurnya dimakan. Aku pulang dulu ya. Dan tugas kalkulus mu sudah aku kerjakan. Jangan terlambat kuliah! ^o^'

Kyungsoo ingin menangis saja memiliki teman sebaik Baekhyun.

.

.

Kyungsoo sudah siap pergi ke kampus, tidak lupa sarapan sayur buatan dirinya dan sahabatnya tadi malam. Ia keluar kamar dan melirik mentari yang sudah menerangi paginya saat ini.

"Matahari adalah bintang diantara 200 miliar bintang. Aku harus berterimakasih pada bintang yang satu ini." Gumam Kyungsoo. Sebelum ia meneruskan langkahnya, ia melihat Kris sedang mengunci pintu kamarnya. Menggendong tas berisi gulungan-gulungan kertas putih. Ia menyimpulkan kalau Kris adalah seorang pelukis.

"Good morning." Kyungsoo bisa mendengar lelaki itu menyapanya.

"Mo-morning." Balas Kyungsoo.

"Terimakasih sayur yang kemarin. Agak asin, tapi aku menikmatinya." Kyungsoo menekuk alisnya tidak mengerti. Astaga, ia baru ingat kalau ia menyuruh Baekhyun memberikan sayur yang mereka buat untuk Kris. Astaga, astaga.

"Sama-sama." Kyungsoo segera berlari meninggalkan Kris. Entah mengapa Kyungsoo merasa malu kalau bertemu dengan Kris. Ia berharap hari ini ia tidak akan bertemu dengan Kris lagi.

Sayang sekali, harapannya pupus. Ia bertemu dengan Kris di dalam bus. Kyungsoo ragu untuk menyapa, ia ingin pura-pura tidak mengenal tapi Kris malah berjalan dan duduk di sampingnya.

"Kau kuliah di Jeguk?" Tanya Kris. Kyungsoo mengangguk. "Jurusan?"

"Ilmu astronomi. Kau sendiri?"

"Seni rupa. Semester berapa?"

"Pertama. Kau?"

"Semester 3. Aku satu tahun diatasmu."

"Ya. Apa perlu aku memanggilmu Hyung?"

Kris tersenyum kecil. "Terserah."

Kyungsoo menatap Kris tidak suka. Kenapa harus ada orang yang sangat tidak ramah seperti itu padanya? Kris bahkan turun dari bus tanpa mengucapkan apapun padanya.

.

.

"Kau melewatkan mata kuliah professor Kim?" Baekhyun membulatkan matanya. Kyungsoo mengangguk seraya memajukan bibirnya. "Astaga, kau bisa mendapat nilai E tau!"

"Aku tidak sadar kalau aku tertidur. Dan sudah kubilang kan, badanku semakin hari semakin sakit. Apalagi kalau aku banyak berfikir, rasanya mau mati saja."

"Kau sudah meminta maaf padanya?"

"Sudah, syukurlah aku hanya di beri assignment. Aku sudah menyelesaikannya tadi."

"Syukurlah. Oh iya, ngomong-ngomong laki-laki yang tinggal di sebelah kamarmu…"

"Oh, si Kris? Dia ternyata satu Universitas dengan kita. Dia jurusan seni rupa."

"Oh namanya Kris? Benarkah? Pantas saja wajahnya begitu berseni haha. Pahatan tuhan yang sempurna. Apalagi dia sangat baik, ramah, murah seny—"

"Tunggu dulu! Kau bilang apa barusan?"

"Bilang apa?"

"Itu barusan,"

"Yang mana?"

"Yang baik, ramah—"

"Benar, dia memang seperti itu. Dia sangat baik, tidak seperti yang kau ceritakan padaku." Kyungsoo kembali bingung.

"Yang benar saja? Dia sangat sombong, angkuh, dan menyebalkan!" Suara Kyungsoo meninggi, membuat Baekhyun mencubit pipi Kyungsoo gemas.

"Jangan menilai orang dari luarnya Kyungsoo sayang, coba kau dekati. Dia ramah kok. Mungkin kau melihat dia dari sudut yang salah."

"Perasaan semua sudut sama saja. Dia memang menyebalkan."

Baekhyun tertawa. "Haha, kau ini lucu sekali. Sudahlah jangan cemberut seperti itu. Awas saja kalau kau suka padanya."

Kini Kyungsoo yang tertawa. "Hahaha. Dia bukan tipeku! Kau tahu sendiri kan tipeku itu—"

"Yes, I know! Tipemu itu Patrick star."

"BUKAN!" Kyungsoo berteriak membuat Baekhyun tertawa semakin terbahak. Astaga Kyungsoo memang seperti anak-anak.

"Neilamstrong?"

"Dia pencinta bulan, bukan bintang!"

"Sama saja perasaan."

"Berbeda!"

"Iya-iya hahaha."

.

.

Handphone milik Kyungsoo terus berbunyi, membuat Kyungsoo mau tak mau harus terbangun. Ia memandang sebal saat melihat nama 'ibu' di layar. Dan klik Kyungsoo tidak mengangkat.

Kyungsoo menyerah, panggilan itu benar-benar mengerikan. Hingga ia menyerah dan terpaksa mengangkatnya.

"Halo."

"Kyungsoo?" terdengar suara serak seorang wanita di sebrang sana. Kyungsoo hanya membuang napas kesal mendengarnya.

"Iya."

"Ya tuhan Kyungsoo, kau kemana saja nak? Ini ibu nak, ini ibu." Si Ibu menangis, namun ekspresi Kyungsoo masih tetap sama.

"Iya aku tahu. Ada apa bu? Kalau tidak penting aku tutup telponnya."

"Tunggu! Kyungsoo, sekarang kau tinggal dimana? Ayo pulang, ibu menunggumu dirumah. Kau tidak kasihan pada ibu? hiks." Kyungsoo ingin menangis mendengar ibunya menangis. Ia juga sebenarnya ingin pulang, ia juga merindukan ibunya. Tapi ia tidak bisa berada satu rumah dengan ayah tiri yang sangat Kyungsoo tidak sukai.

"Belum sekarang bu, aku tidak bisa pulang sekarang."

"Kapan nak? ibu jemput ya. Mau?"

Kyungsoo menggeleng, air mata jatuh begitu saja. "Tidak perlu, aku akan pulang nanti. Kita bisa bertemu di kampus kan? Aku ingin bertemu dengan ibu."

"Iya sayang, nanti kalau ibu tidak sibuk ibu akan menemuimu di kampus. Bagaimana kabarmu? Satu bulan kau menghilang, tidak ada kabar ibu jadi khawatir. Obatnya selalu kau minum?"

Kyungsoo memandang miris obat di atas meja yang sudah lama tidak ia sentuh.

"Baik bu, bagaimana kabar ibu? Maaf ya Kyungsoo membuat ibu khawatir. Obat? Tentu saja, aku bahkan jarang tertidur sekarang. Haha" Kyungsoo berbohong, ia hanya menangis di tengah tawa.

"Oh, syukurlah. Ibu juga baik. Kalau begitu nanti ibu hubungi lagi ya."

"Iya."

"Selamat malam sayang."

"Malam."

Kyungsoo menangis, ia menatap foto keluarganya yang di tempel di dinding kamar. Andai saja mereka tidak bercerai, Kyungsoo pasti sudah berada di rumah sekarang. Ia dengan ibunya pasti sedang menunggu ayah pulang sambil menonton drama.

Kyungsoo menghapus air matanya, lalu ia keluar kamar dan berjalan ke lantai atas. Bangunan ini terdiri dari 3 lantai. Kamar Kyungsoo berada di lantai 2. Kyungsoo termenung duduk sendiri di lantai atas, memandang bintang-bintang yang bertaburan di langit. Setidaknya ia merasa lebih baik sekarang.

"Sedang apa kau disini?" Kyungsoo menoleh, mendapati Kris sedang berjalan kearahnya dengan kamera SLR menggantung di lehernya.

"Bukan urusanmu."

"Hey kenapa kau jadi galak begitu?"

"Aku tidak galak. Hanya sedang malas berbicara."

"Sepertinya kau sedang apa masalah."

"Jangan sok tau ya."

"Hanya mengira-ngira." Kris duduk di samping Kyungsoo. "Kau sedang melihat bintang?"

"Menurutmu?"

"Haha, baru pertama kali aku bertemu orang sepertimu. Tadi siang kau begitu baik dan sekarang kau begitu dingin. Kau masih marah karena kejadian kemarin? Aku kan sudah meminta maaf."

"Dan aku baru pertama kali bertemu orang sepertimu. Tadi siang kau begitu dingin dan sekarang kau begitu cerewet. Lupakan masalah kemarin, aku sudah memaafkanmu."

"Benarkah?"

"Iya, dan sekarang aku bertanya. Kau mau apa kemari?"

"Bukan urusanmu!"

"YAK!"

"Hahaha." Kris tertawa sementara Kyungsoo memukuli bahu milik Kris. "Ekspresimu lucu sekali."

"Diamlah."

"Baiklah-baiklah, aku kemari ingin menggambil gambar bintang dilangit."

Mendengar bintang Kyungsoo langsung tertarik. "Untuk apa?"

"Aku hanya menyukainya saja, bintang terlihat sangat indah kan?"

"Ya, kau benar."

"Kau betah tinggal disini?"

Kyungsoo mengangguk pelan. "Kau sendiri?"

"Lumayan. Tidak terlalu jauh dari kampus."

"Memang kau asalnya dari mana?"

"Aku bukan dari bumi."

Kyungsoo tertawa mendengar ucapan Kris. Kyungsoo rasa Kris terlalu banyak meminum alcohol kadar tinggi.

"Biar kutebak! Kau dari luar negeri yah? Dari Amerika?"

"Bukan."

"Dari China?"

"Bukan juga."

"Dari Autralia?"

"Kubilang aku bukan dari bumi." Kyungsoo menjitak kepala Kyungsoo membuat laki-laki itu mengaduh pelan.

"Terus darimana? Dari bulan? Dari mars? Jadi kau alien?"

"Dari sana." Kris menunjuk langit dimana bintang-bintang menerangi malam mereka berdua. "Dari galaksi."

Kyungsoo terdiam. Ia menatap Kris dari atas kebawah. Oke, ia tampan dan sempurna. Apalagi saat ini ia mengenakan hoodie biru tua. Apa cahaya bulan meningkat? Kenapa ia merasa Kris bersinar sekali malam ini. Semakin ia memandang Kris, dadanya berdegup kencang dan jantungnya terasa mau lepas.

Kalau Democritus mengemukakan bahwa pita kabut putih di langit malam hari dikenal sebagai galaxy. Maka Kyungsoo mengenalnya sebagai Kris Wu.

"Kau melamun?" Kris memandang Kyungsoo sangat dekat, membuat Kyungsoo harus bergerak mundur ke belakang.

"Sialan! Kau mengagetkanku."

"Kau melamun tadi."

"Tidak. Sudah ya, aku mau ke kamar saja, disini dingin. Lanjutkan acara memotret bintangnya. Selamat malam." Kyungsoo berdiri dan berjalan untuk turun. Baru saja Kris akan mengikutinya, Kyungsoo sudah ambruk.

To Be Continued