Sejak awal seharusnya aku sadar jika pernikahan ini tak akan seindah yang aku bayangkan. Menikahi seorang pria mapan, tampan, berkedudukan tinggi dan mempunyai kuasa di beberapa wilayah tidak menjamin kehidupan ku akan selalu indah dan berwarna. Setiap hari semenjak hari pernikahan aku selalu hidup seperti dalam penjara.

Setiap apa yang aku lakukan selalu diawasi, kemana aku pergi akan selalu di ikuti. Aku tidak pernah bisa bebas untuk melakukan suatu hal semenjak aku menikah. Aku merana. Aku tersiksa. Dan aku sudah tidak kuat lagi untuk menanggung semua ini. Aku...aku ingin bebas. Oh Kami sama berikan aku jalan keluar, bantu aku untuk menghadapi semua masalah ini...

.

.

.

Disclaimer : Naruto punya Masashi Kishimoto

Story by Anzu

Pair : SasufemNaru

Rating : M

Genre : Romance, Hurt/comfort

Warn : Femnaru, OOC, miss typos, cerita pasaran, alur kejar-kejaran(?)

.

.

.

Naruto : 17 thn

Sasuke : 28 thn

.

.

"Naru ingin bercerai."

"Apa?"

"Naru tidak sanggup lagi hidup dengan Suke. Naru ingin bebas."

"Apa ini sebuah lelucon, Naru? Jika iya maka – "

"Ini bukan lelucon! Naru benar-benar ingin bercerai dengan Suke!" setetes air mata jatuh membasahi pipi chubby seorang gadis berusia sembilan belas tahun mengiringi pernyataan yang baru saja ia lontarkan. Saphirrenya yang berwarna secerah langit biru kini terlihat memerah karena sedari tadi menahan air mata yang hendak tumpah.

Suke adalah nama panggilan kesayangan suami dari gadis tersebut yang memiliki rambut bergaya emo dengan onyx nya yang tajam. Pria itu hanya termangu di tempatnya, wajah stoicnya sama sekali tidak menampilkan ekspresi terkejut ataupun marah namun tatapan matanya yang tertuju tepat pada saphire gadis di hadapannya sudah dapat menjelaskan bahwa laki-laki itu tengah menahan emosi yang siap keluar sewaktu-waktu.

"Pulanglah dulu, tenangkan hati dan pikiran mu. Setelah itu kita bicarakan semuanya."

Sasuke kembali menekuri dokumen-dokumen yang ada di tangannya. Tak menghiraukan istrinya yang masih berdiri di tempatnya menatapnya dengan perasaan merana.

"Naru tidak mau pulang! Naru ingin semuanya di selesaikan hari ini juga! .rang!"

"NARUTO!" Sasuke berteriak dengan kerasnya hingga membuat Naruto berjingkat kaget dan melangkah mundur.

Sekujur tubuh Naruto seperti dialiri listrik. Keringat dingin mulai bermunculan di kulit tannya. Tak pernah sekali pun ia melihat Sasuke semarah ini. Onyxnya menatap Naruto dengan tajam bahkan sekarang Naruto dapat melihat jika kedua mata suaminya berubah menjadi merah. Naruto menelan ludah gugup. Pria di hadapannya ini bukan lah suaminya.

"Sa-sasuke?!"

Dengan amat perlahan Sasuke berdiri dan mulai mengitari meja hendak menuju ke tempat istrinya yang tengah menatapnya dalam ketakutan.

TAP

TAP

"Satu kalimat lagi keluar dari bibir manis mu – "

TAP

TAP

Langkah Sasuke semakin dekat. Naruto semakin ketakutan dan reflek membuatnya melangkah mundur.

"Aku tidak akan segan-segan menghukum mu dengan berat, Naru."

Naruto menggeleng-geleng ketakutan. Apa yang hendak suaminya lakukan padanya? Menghukumnya? Sasuke pasti sudah gila!

TAP

TAP

TAP

TAP

"Sekarang, katakan pada ku siapa orang yang berani merusak pikiran polos mu, hm?"

Jarak diantara mereka semakin dekat. Dan Naruto tidak tahu apa yang sebaiknya ia lakukan atau katakan. Situasi ini berbeda dari apa yang di bayangkannya.

DUK

"Ahh!"

Punggung Naruto sukses membentur daun pintu di belakangnya. Sudah tak ada lagi tempat untuk ia menghindar dari Sasuke.

GREP!

Entah sejak kapan Sasuke sudah berada tepat di hadapan Naruto dan mencengkeram lengannya membuatnya sedikit meringis.

"Katakan, Naru, siapa orang yang telah melakukannya?!"

"Sa-sasuke..."

Naruto dapat merasakan hembusan nafas milik Sasuke yang menerpa wajahnya. Sasuke, benar-benar sangat dekat dengan Naruto. Dan hal itu membuat Naruto sulit untuk bernafas apalagi berpikir.

Sasuke menjilat bibir plum milik istrinya kemudian menggigitinya kecil-kecil membuat Naruto mengerang tak karuan. Naruto bergerak-gerak gelisah. Entah apa yang terjadi padanya saat ini tapi ketika lidah dan bibir Sasuke menggoda bibirnya, ia merasa perut bagian bawahnya melilit.

"Su...keh..."

Dengan matanya yang masih menatap tajam sang istri, Sasuke segera melumat bibir yang telah menjadi candu baginya itu dengan sedikit kasar. Ia ingin menyalurkan kekesalannya lewat lumatan-lumatan pada bibir istrinya. Semakin lama lumatan-lumatan itu semakin kasar hingga membuat Naruto kewalahan.

Di tengah-tengah kegiatan panas mereka tiba-tiba saja sebuah pemikiran terbersit di pikiran Naruto. Dengan menggunakan kekuatannya yang masih tersisa Naruto mencoba mendorong Sasuke namun percuma kekuatan Sasuke jauh lebih besar di bandingkan dengan kekuatannya. Akhirnya, hanya ada satu cara yang dapat dipikirkannya saat ini, yaitu...

DUK!

Naruto menendang bagian selatan Sasuke dengan kakinya hingga membuat sang empunya meringis kesakitan dan mengendurkan cengkraman lengannya. Mendapati ada celah untuk kabur Naruto segera mendorong dada Sasuke hingga terjatuh di lantai berkarpet bulu miliknya.

"NARUTOOO..." geram Sasuke.

Naruto cepat-cepat berbalik dan menarik handle pintu dan segera membukanya.

"Naruto, selangkah saja kau keluar dari ruangan ku, maka aku benar-benar akan menghukummu!" ancam Sasuke dan sukses membuat Naruto terpaku di tempatnya. Sasuke menyeringai kejam. Ia tahu Naruto tak akan berani melawannya. "Sekarang, berbalik dan datang pada ku," perintahnya dengan nada dingin.

Naruto menelan ludahnya dengan gugup. Jika ia berbalik maka ia akan terus menjadi burung dalam sangkar Sasuke tapi jika ia melangkah keluar ia tidak yakin apa yang akan terjadi padannya nanti. Bisa saja ia bernasib baik atau bisa jadi ia benar-benar akan di hukum oleh Sasuke. Tapi, jika ia menyerah sekarang maka bisa dipastikan ia akan selamanya berada di bawah kungkungan Sasuke.

"Go-gomen Sasuke..."

Naruto segera berlari meninggalkan Sasuke yang mebelalakkan matanya tak percaya. Lirih memang apa yang barusaja Naruto katakan tapi masih sanggup di dengar oleh Sasuke.

"NARUTOOO!" teriak Sasuke membahana hingga para pegawai yang tengah berjalan di lorong berjengit kaget dan segera menyingkir pergi.

"Brengsek!" Sasuke segera bangkit dan hendak mengejar Naruto namun langkahnya terhenti ketika seorang pria bermabut coklat panjang muncul di hadapannya.

"Menyingkir, Neji. Aku harus mengejar Naruto sekarang." Sasuke menatap lurus mata Hyuuga yang juga tengah menatapnya tapi yang di tatap hanya menelngkan kepala lalu menoleh ke belakang, arah Naruto berlari.

"Untuk apa susah-susah mengejarnya?" Neji kembali menatap Sasuke. "Kau tinggal meminta ku untuk membawanya kembali dan semua akan beres." Neji masuk ke dalam ruangan Sasuke tanpa permisi. Disusukkanya tubuhnya pada sofa yang berada di tengah-tengah ruangan. Matanya masih menatap ke punggung Sasuke.

"Saat ini ada hal yang lebih penting yang ingin aku sampaikan pada mu."

Sasuke membalikkan tubuhnya. "Apa kau yakin bisa membawanya pulang malam ini?" tanyanya dengan nada pelan namun terkesan dingin. Neji mengangguk mantap. Sasuke menghembuskan nafas lelah.

"Baiklah, sekarang apa yang ingin kau katakan?" Sasuke mengambil tempat duduk di hadapan Neji. Tangan sebelah kanannya menyangga dagu dan menumpukannya di lengan sofa. Onyx nya menatap iris Neji dengan tatapan yang sulit di artikan. Bukan dalam konteks hal romantis yang pasti.

Benar-benar khas Uchiha, batin Neji.

"Jika kau melihat berita yang saat ini sedang booming, kau pasti kaget."

"Hanya itu yang ingin kau sampaikan?"

"Tidak, tapi ada lagi yang lebih penting."

Neji mengulas senyum menjengkelkan kemudian meraih remote yang ada di hadapannya dan mengarahkannya pada layar tv yang bertengger manis di samping meja kerja Sasuke. Dengan diam Sasuke mengawasi gerak-gerik Neji yang mulai menyalakan tv dan...

"Brengsek!" Sasuke mengumpat dengan keras. Neji tersenyum miring.

"Bagaimana menurut mu, Sas? Sepertinya musuh bebuyutan mu satu ini benar-benar cari mati. Dia tidak segan-segan menunjukkan wajahnya di hadapan publik. Bahkan ia bisa tersenyum lebar seperti itu. Menjijikkan."

"Apa yang di inginkannya?" tanya Sasuke tanpa mengalihkan pandangannya dari layar tv yang menampilkan seorang pria berambut orange tengah di kerumuni para wartawan. Berani sekali dia...

"Aku dengar ia mencari adik perempuannya yang dulu di culik oleh komplotan geng dari Selatan."

"Darimana kau mendapatkan informasi itu?"

"Dia sendiri yang mengatakannya pada saat konferensi pers."

"Tak ada yang lain?"

Neji mengangkat bahu. "Aku belum mencari informasi lebih lanjut. Ku pikir sebaiknya aku menunggu perintah dari mu tapi ternyata kau masih sibuk dengan rubah kecil mu."

Sasuke beranjak dari duduknya. "Jangan ikut campur masalah pribadi ku, Neji. Naruto lebih dari segalanya bagi ku."

"Begitu," gumam Neji. "Tapi sepertinya dia tidak betah dengan mu, Sas."

"Aku tak peduli."

"Ehh?"

"Aku tidak peduli, Neji."

Sasuke berbalik menghadap Neji. "Dan sekarang bawa pulang Naruto. Aku ingin dia ada di rumah sebelum aku pulang," perintahnya dengan nada tegas.

Neji segera berdiri. Hilang sudah sikap santai yang tadi di tunjukkannya. Ia membungkuk memberi hormat lalu melangkah keluar.

Hyuuga Neji adalah salah satu orang kepercayannya yang selalu bisa diandalkan karena sikap tenangnya. Sering kali Neji bersikap santai di hadapan Sasuke meski ia tahu Sasuke tengah dalam mood buruk tapi hal itu tak membuatnya takut sama sekali. Ia adalah seorang yang cerdas membaca situasi. Seperti tadi, meski ia tahu Sasuke tengah diliputi perasaan marah namun Neji tak serta merta melangkah mundur ketika mendapat tatapan mematikan darinya. Ia bisa menghadapi semuanya dan ia tahu bagaimana cara meredam amarah Sasuke.

Tapi ketika Sasuke memberi perintah maka entah apapun itu, hal sekecil apapun itu akan Neji laksanakan dengan segera. Baginya perintah Sasuke adalah absolut.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

"Kemana lagi Naru harus pergi? Hiks...hiks...kemana pun Naru pergi, Suke pasti akan menemukan Naru...hiks..."

Di tengah-tengah guyuran hujan deras yang melanda Konoha, Naruto duduk bersimpuh di depan rumah – entah milik siapa - sambil memeluk tas ranselnya yang besar. Entah apa yang dipikirkannya ketika ia sepulang dari menemui Sasuke langsung memasukkan semua pakaian dan barang-barang yang dianggapnya penting ke dalam ranselnya lalu pergi kabur begitu saja.

Naruto bingung sekaligus takut. Ia sudah terlalu jauh melangkah. Kembali pun sepertinya tak akan membuat masalahnya akan terselesaikan mengingat bagaimana sikap Sasuke yang sangat posesiv padanya juga sifatnya yang keras kepala.

Hembusan angin menerpa tubuh mungilnya. Naruto semakin kedinginan. Petir menyambar dengan ganasnya membuat Naruto ketakutan. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada tas ranselnya.

"Kaa san...hikss...tou san...Naru rindu kalian...hiks hiks..." Naruto menenggelamkan kepalanya pada tas ransel. Ia sangat lelah. Berjalan di tengah guyuran hujan tanpa jas hujan, kelaparan, kedinginan membuatnya benar-benar kacau.

SIIING

Sebuah cahaya menyorot tepat ke tubuh Naruto hingga membuatnya tersentak dan segera berdiri dari duduknya. Dengan kedua tangannya ia berusaha menutupi saphirenya dari silau cahaya yang masih setia menyorotnya.

"Ittai." Naruto menekan kedua matanya yang terkena cahaya. Matanya terasa seperti tersengat sampai-sampai air mata keluar dari kedua matanya.

Kenapa masih menyorot ku? tanya Naruto dalam hati.

"Hey! Menyingkir dari sana!"

Sebuah suara yang Naruto yakini berasal dari dalam mobil di hadapannya berhasil membuat Naruto menyingkir. Naruto menunduk.

"Sukee..." ratapnya sambil melangkahkan kakinya menuju guyuran hujan.

Selepas Naruto pergi, mobil yang menyorot Naruto tadi segera masuk ke halaman rumah miliknya. Seorang pria berpakaian jas keluar sambil membawa payung yang di bentangkan. Pria itu hendak masuk ke dalam rumah tapi entah mengapa ia berhenti dan menoleh ke belakang. Firasatnya mengatakan ada yang tidak beres dengan orang yang tadi duduk di depan rumahnya.

Tanpa berfikir dua kali pria itu langsung berbalik dan mencari sosok tadi. Kepalanya menoleh ke kanan kiri tapi ia tak menemukan siapa pun disana. Lagi, ketika ia hendak kembali entah kenapa ia merasakan firasat yang tidak beres.

"Kuso!" umpatnya sambil berlari menjauhi rumahnya.

Setelah hampir sepuluh menit pria itu berlari kesana kemari akhirnya ia berhasil menemukan sosok yang sejak tadi dicarinya.

"Hey kau!" teriaknya dengan keras. Ingat! Hujan masih mengguyur dengan derasnya jadi aia harus berteriak keras agar yang dipanggil mendengarnya. Dan binggo! Sosok itu menoleh padanya.

Pria itu segera menghampiri Naruto. Memayunginya dan merangkulnya dengan erat. "Apa yang sebenarnya kau lakukan, hah?!" tanyanya dengan kesal. Bisa pria itu rasakan tubuh Naruto yang menggigil kedinginan juga wajah pucat pasi yang menatapnya dengan pandangan kosong.

"Sukee~"

Dan Naruto pun jatuh pingsan tepat di pelukan sang pria.

.

.

Tbc

Review minaa ^^

Shankyuu~