Pairing: SasuxNaru
Rated: T
Genre: Humor/ Romance
Disclaimer: Om Kishi-kishi…^^' –d'tendang massal- (ganti nama orang)
Tsuki nggak tahu nih, humornya kayaknya aneh dan garing. Maaph ya, nee…
"Sandal Cinta"
Chapter 1
by: Aoi no Tsuki
Und
SaRaYuCi_ShimA
Suara takbir berkumandang dimana-mana. Lebaran Idul Fitri telah tiba, Konohagakure melaksanakan shalat Idul Fitri berjamaah di masjid Konoha.
"Naruto! Cepatlah!" teriak Minato dari garasi mobil.
"Iya, ayah! Sebentar!" seru pemuda bermata biru langit yang baru saja keluar dari pintu rumah.
"Jangan lupa bawa koran! Nanti tak dapat tikar!" seru Kushina berjalan mendekati Naruto.
"Iya, bu. Sudah kubawa kok korannya." Ujar Naruto lunglai. "Aku masih ngantuk!" lanjutnya. Rasa kantuk masih menguasai pemuda berambut pirang ini.
"Cepat naik ke mobil! Ayahmu sudah menunggu dari tadi!"
"Hm,"
***
Setelah beberapa menit perjalanan menuju masjid Al-Konoha sampailah Naruto pada sebuah bangunan masjid yang sangat besar dan megah. Dengan wajah yang masih belum sadar betul Naruto menerawang ke arah orang-orang yang sudah berdatangan dan duduk sambil mendengarkan suara takbir.
"Wah, banyak sekali orangnya!" seru Naruto masih dalam keadaan setengah sadar.
"Tentu saja! Ini shalat Idul Fitri bukan shalat jenazah!" seru Kushina menanggapi anaknya. "Cepat kau susul ayahmu, nanti kau tertinggal!" lanjut Kushina lagi.
Tanpa menjawab Naruto pun berlari kecil mendekati Minato.
"Tempat di sini sudah penuh! Kau di belakang saja ya, Naruto!" ujar Minato tersenyum.
"Ayah!" keluh Naruto. "Akh! Baiklah!" lanjutnya sambil melangkah menjauhi Minato.
Mata biru langitnya mencari-cari tempat yang kosong untuk di duduki.
"Itu dia!" seru Naruto dengan nada datar. Dengan langkah yang gontai Naruto pun mendudukkan dirinya di tempat yang kosong itu.
"Hah..." Naruto menghela nafasnya. "Kapan ini akan di mulai? Cepat! Aku mau melanjutkan tidurku!" lanjut Naruto sambil berpangku dagu pada pahanya.
"Dasar Dobe!"
Mendengar itu pun Naruto langsung memalingkan wajahnya ke arah orang yang berada di sampingnya. Dari baju hingga wajahnya yang putih pucat dan mata onyxnya yang tajam. Yang membuat pemuda pirang ini menahan tawanya adalah rambut hitam pantat ayam yang dimiliki pemuda tersebut.
"Apa?" tanya pemuda bermata onyx itu dingin.
"Rambut yang unik, Teme!"
"Apanya?"
"Rambut pantat ayammu!" seru Naruto sambil menunjuk-nunjuk rambut pantat ayam itu.
"..."
"Hahaha..." Kali ini tawa Naruto pun terlepas dari mulutnya hingga membuat orang-orang di dekatnya memandang sinis ke arahnya. "Maaf!"
"Hmmph..."
"Tak ada yang lucu, Teme!"
"Terserah kau, Dobe."
"Kalian berdua jangan berisik!" ujar seorang pria paruh baya berperawakan besar dengan jenggot tebal yang menghiasinya yaitu Asuma.
"Ma-maaf, pak!" seru Naruto sambil menundukkan kepalanya. "Dasar Teme!" bisik Naruto.
SET...
"Eh?"
"Nah! Lebih baik begini kan! Kalian tak akan berisik lagi!" seru Asuma yang sekarang barada di antara Naruto dan Sasuke.
"Hah..." Kedua sejoli itu pun hanya menghela nafas panjang hingga pada akhirnya kegiatan shalat Idul Fitri berakhir.
***
"Hwaa~ Selesai juga akhirnya!" seru Naruto sambil merenggangkan otot-ototnya. Setelah itu dia pun menoleh ke arah sampingnya.
'Loh, mana Teme?' tanyanya dalam hati.
"Naruto, ayo pulang!" Pandangan Naruto pun menoleh ke arah seseorang yang sama dengannya.
"Ayah!" Dengan segera Naruto pun beranjak dari duduknya.
"Cepatlah! Kita belum bersilaturahmi dengan yang lainnya."
"TIDAKK!!" teriak Naruto frustasi.
"Ada apa?" tanya Minato dengan wajah bingung.
"Sandalku, sandal baruku! Mana? Mana? Ini bukan sandalku, warnanya bukan seperti ini. Mana?" Naruto pun berjongkok mencari-cari dimana sandal barunya itu berada. Tapi kenyataannya tak sesuai dengan harapannya. Sandal barunya pun menghilang.
"SANDALKU!!"
Di tempat keluarga Uchiha berada terdengar pula suara teriakan yang serupa.
"TIDAK MAU!!"
"Sasuke, sudah pakai saja!"
"Tidak, warnanya terlalu mencolok!"
"Itu salahmu, bagaimana bisa sandalmu itu tertukar, hah? Adikku bisa juga ya seperti ini?"
"Diam kau, Itachi!"
"Hei, ingat ini Idul Fitri! Jangan membuat kesalahan lagi!"
'Sial! Dimana sandalku? Bodohnya diriku, kenapa bisa tertukar sih? Gara-gara si Dobe!'
"Akh!!" teriak Sasuke.
"Sasuke, ingat! Jaga emosi, sucikan hati!" seru Itachi menggurui. "Oh, ya! Cepat ganti bajumu, nanti tamu-tamu ayah pasti datang kesini."
"Hn,"
Namikaze's House
"Menyebalkan! Menyebalkan!" teriak Naruto sambil menghentak-hentakkan sandal yang tersesat pemiliknya itu. "Warnanya terlalu gelap!" keluhnya. "Aku harus menemukannya, harus!!"
Mata biru Naruto terus memandangi sandal berwarna biru tua itu selama beberapa detik.
'Teme?'
"Eh! Kok ingat orang itu sih! Memang dasar Teme!"
"Teme-teme kenapa?" seru sebuah suara dari belakang Naruto.
"Ibu? Tidak, bukan apa-apa. Teme itu makanan lebaran."
"Hah? Kau ini. Cepat ganti bajumu! Kita akan berangkat ke rumah teman bisnis ayah untuk bersilaturahmi. Jangan lama-lama!"
"Ya,"
Beberapa lama kemudian...
"Kau sudah siapkan, Naruto?" tanya Minato pada anak tunggalnya.
"Hm,"
"Ayo bersemangat, nak! Rumah yang kita datangi ini kan rumah keluarga Uchiha, kau pasti dapat banyak fitrah dari sana!" seru Kushina mempengaruhi Naruto.
"Benarkah?" tanya Naruto bersemangat kembali.
"Tentu," jawab Kushina dengan senyum.
"YES, fitrah! Fitrah yang banyak!"
"Jaga sikapmu nanti disana! Uchiha itu keluarga terpandang, jadi-"
"Jangan bertindak macam-macam!" potong Naruto.
"Bagus, kau mengerti! Baiklah, ayo kita berangkat!"
Minato pun menyalakan mobil Mercedes hitamnya lalu mengemudikannya dengan tenang.
"Naruto, paman Fugaku juga punya seorang anak lelaki seumuranmu loh!"
"Hah?" Naruto memandang ayahnya yang sedang menyetir.
"Dia juga tampan." lanjut Minato tersenyum ke arah Naruto.
"Setampan aku kah?"
"Hahaha... Kau ini!" Minato mengacak-acak rambut anaknya.
"Kalau ya berarti dia sainganku, ayah!" gerutu Naruto.
"Ya, itu kita lihat saja nanti. Rumahnya setelah gang ini."
Setelah Minato membelokkan mobilnya, terlihatlah sebuah rumah yang sangat besar dan luas untuk di tinggali.
"Ini rumahnya ya?" tanya Naruto sambil keluar dari dalam mobil.
"Ya, ayo kita masuk!"
TING! TONG!
Sebuah bel rumah pun berdenting nyaring. Tak lama kemudian pintu rumah itu pun terbuka dengan seorang wanita paruh baya yang membukakannya.
"Minato-san, Kushina-san silahkan masuk! Fugaku, keluarga Namikaze sudah datang!"
"Ya," seru sebuah suara bapak-bapak dari dalam.
"Kushina-san, mohon maaf lahir batin ya!" seru Mikoto sambil mencipika dan mencipiki Kushina.
"Iya, sama-sama juga."
"Fugaku, teman lamaku! Maaf lahir batin ya!" seru Minato sambil berjabat tangan dengan Fugaku.
"Hm, hm," Fugaku hanya menepuk-nepuk punggung Minato.
"Ayo silahkan duduk dulu!" tawar Fugaku.
"Terima kasih!"
"Eh, Naruto ya? Ini Naruto ya?" seru Mikoto mendekati Naruto lalu memegang kedua pundaknya.
"I-iya," jawab Naruto gagap.
"SASUKEE!!" teriak Mikoto dengan keras.
"Iya, iya aku datang." ujar seseorang menuruni anak tangga.
"KAU?!" seru Naruto dan Sasuke bersamaan sambil tunjuk menunjuk.
"Wah, kalian sudah saling kenal ya rupanya!"
"Tidak," jawab keduanya bersamaan.
Mata biru Naruto memperhatikan lagi pemuda yang pernah di temuinya. Kali ini penampilannya sangat berbeda. Dari atas hingga kebawah...
"SANDALKU!! Itu sandalku!" teriak Naruto sambil menunjuk ke arah sandal yang di pakai Sasuke.
"Ssstt, diam Dobe! Jangan berisik!" seru Sasuke sambil membekap mulut Naruto.
"Emphh..."
"Okaa-san, aku keluar sebentar!"
"Ajak Naruto juga!"
"Hn,"
Dengan segera Sasuke membawa Naruto ke tempat yang lumayan jauh dari orang-orang yang ada di rumahnya.
"Uwaah... Kau mau membunuhku apa, hah?!" Naruto berusaha mengambil nafas.
"Dasar Dobe! Kau membuatku malu!"
"Tidak, kembalikan sandalku! Kembalikan!!"
"Diam, Dobe!"
"Jadi kau ya yang menukar sandalku?"
"Jangan bodoh tak ada yang mau memakai sandal dengan warna mencolok seperti ini!" seru Sasuke dengan nada merendahkan.
"TEME!!"
"Berisik!"
SET...
Sasuke pun melepas sandal berwarna oranye itu dari telapak kakinya lalu menyodorkannya di hadapan Naruto.
"Tidak mau!" seru Naruto sambil melipat tangannya.
"Kenapa, Dobe?"
"Itu sudah kau pakai dan kotor."
"Jadi?"
"Aku tak mau memakainya sebelum kau cuci sandalku itu."
"Akh! Kau ini gila apa?"
"Aku tak gila, Teme!"
"Merepotkan!"
"Aku juga menemukan sandal yang sama dengan itu. Tapi warnanya saja yang berbeda, agak gelap. Ini dia!" seru Naruto mengeluarkan sepasang sandal dan memperlihatkannya di hadapan Sasuke.
"Hah? Itu milikku, Dobe!" Sasuke pun dengan cepat mengambil sandal yang ada di genggaman tangan Naruto.
"Dari mana bisa kau mengaku kalau ini sandal milikmu, Teme?"
"Hah... Coba lihat baik-baik sandal itu. Pasti ada lambang sebuah kipas kecil."
"Emm..." Naruto dengan seksama memperhatikan sandal itu. "Ah! Iya, ada sebuah kipas kecil! Benar berarti itu milikmu, Teme! Tapi kenapa bisa sama sih? Kalau di sandalku ada lambang spiralnya."
"Hn,"
"Sudah aku mau kembali ke rumahmu, disini sepi." Naruto pun melangkahkan kakinya tapi sebuah tangan menghentikannya. "Eh?"
"Tunggu disini saja, Dobe!" seru Sasuke tanpa memandang Naruto. "Temani aku!" pinta Sasuke.
"Baiklah, aku akan menemanimu, Teme. Memangnya kenapa kau tak mau pulang?"
"Aku benci keramaian."
"Oh... Sebenci itukah?"
"Hn," Sasuke mendudukkan dirinya di atas rumput-rumput taman diikuti Naruto yang duduk di sampingnya.
"Dasar Teme! Kenapa bisa bertemu lagi ya kita? Hahaha... itu lucu."
"Mungkin kita jodoh, Dobe!"
"A-apanya yang jodoh?"
"Pertemuan kita." Mata onyx Sasuke bertemu dengan mata biru langit milik Naruto. Mereka berdua tersenyum.
Suasana di sekitar rumah Sasuke sangat sepi. Semua tetangganya sudah mudik ke desanya masing-masing. Tinggal keluarga Uchiha saja yang tidak memudikkan diri karena semua anggota keluarganya tinggal di satu kediaman yang sama.
"Sasuke! Naruto! Ayo kembali! Kalian belum sungkem kan?"
"Siapa dia?" tanya Naruto.
"Kakakku," jawab Sasuke sambil berdiri dari tempatnya. "Ayo, Dobe! Kau mau dapat fitrah tidak?"
"MAU!!" Naruto pun menyusul Sasuke yang sudah agak jauh darinya. "Tunggu, Teme!"
"Pokonya sandalku tertukar gara-gara kau, Teme!"
"Terserah kaulah, Dobe!"
***
Di dalam rumah kediaman Uchiha sudah banyak orang yang berdatangan. Sangat ramai, semuanya saling berjabat tangan. Ada juga yang sampai menitikkan air matanya.
"Ayah, maafkan semua kesalahan, Naru ya! Ibu juga." ujar Naruto sambil mencium tangan ayah dan ibunya.
"Iya, nak. Pasti ayah dan ibu maafkan kok."
"Bibi Mikoto, paman Fugaku mohon maaf lahir batin ya?" seru Naruto mencium tangan Mikoto dan Fugaku.
"Anak yang baik. Ini bibi kasih fitrah buat kamu!" seru Mikoto sambil memberikan selembar uang lima puluh ribuan kepada Naruto.
"Wah, terima kasih bibi!"
"Ya, ya sama-sama."
Naruto pun berjalan lagi ke arah sampingnya untuk sungkem lagi. Terlihat di situ seorang pria berambut jabrik nan nyentrik yang sedang duduk di sebuah sofa.
"Kakek, ini Naruto Dobe!" seru Sasuke memperkenalkan Naruto dihadapan kakeknya, Uchiha Madara.
"Keren!! Maaf lahir batin ya, kek!" seru Naruto mencium tangan Madara.
"Hentikan tingkah konyolmu itu, Dobe!"
"Biarkan, aku sudah dapat fitrah, Teme. Kau?"
"Aku tak perlu fitrah!" ucap Sasuke dingin.
"Tak mungkin! Bilang saja tak ada yang memberimu fitrah."
"..."
"Kau itu terlalu judes, dingin, sok, yang jelek buatmulah makanya tak ada yang memberimu fitrah.!"
"Diam, Dobe!"
"Setelah ini cuci sandalnya ya, Teme!"
"Kau yang mencucinya, aku hanya menemanimu saja."
"Baiklah, jika sandalku bersih berarti aku hebat!"
"Dasar Dobe! Sandal baru tak usah di cuci bersih-bersih! Kau mau jadi tukang cuci sandal apa?"
"Huh?" Naruto menggembungkan kedua pipinya.
"Iya, iya, Dobe!" seru Sasuke mencubit pipi Naruto. Naruto hanya diam kaku di tempatnya.
'Te-Teme? Apa yang ia lakukan tadi padaku?' Semburat merah pun muncul di wajah caramel Naruto.
...BER-SAM-BUNG...
Wah, gimana nih? Gimana ya? –nanya GaJe-
Nee~ jadinya kayak gini... Maaph jika masih ada saLah-saLah di fict ini, humornya jadi iLang ya... Haduh... Tsuki bingung, tapi ini fict jadinya cuma dua chapter doang...
Ya udah Lah skaLi ripiew tetep ripiew ayo maju kasih ripiew... –dapet fitrah dari author FFN- (menghayaL) =.='a
