Hey! Mr Stalker
.
Boku no Hero Academia (c) Horikoshi Kouhei
.
TodoDeku, MxM, Yaoi, Explicit Sex Scene, OOC, typos, R18, PWP (Porn Without Plot), Twoshot.
.
Fanfiksi ini dibuat khusus untuk memeriahkan event OFA-TODODEKU
TERIMAKASIH KEPADA MBA TYTYD/KISSMANJA... DOZO~
.
.
Yang Midoriya Izuku tahu adalah, ia tak ada bedanya dengan seorang kriminal.
Langkah kaki berlapis sepatu kets merah milik pemuda itu membawanya ke tempat yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
Izuku hanya ingin mengikuti kegiatan seseorang yang ia sebut "Si pemikat hati". Namun, yang pemuda itu temukan adalah orang itu kini masuk ke sebuah bangunan yang tak pernah disangka olehnya, di mana pusat surga dunia berkumpul di tempat itu.
Selama dua puluh tahun Izuku hidup sebagai manusia, ia tidak pernah menginjakkan kaki ke tempat itu. Tempat yang menyajikan berbagai macam hiburan di dalam sana. Orang-orang yang datang rata-rata memiliki niat yang sama, untuk melepas stres yang membelenggu fisik dan psikis mereka. Meminum satu gelas hingga sebotol vodka. Bahkan, dibarengi dengan narkotika.
Tapi yang harus diingat, Izuku tidak memiliki niat untuk pergi ke bangunan yang ada di sisi seberang itu. Lalu, apa yang harus ia jawab kepada dua orang laki-laki berbadan besar yang menjaga pintu utama klub malam itu?
Izuku bingung. Pemuda berambut hijau itu berjalan mondar-mandir. Jempol dan telunjuk mengapit dagu, kepalanya tertuntuk, bibir mungil komat kamit, merapalkan seribu satu alasan agar lolos dari ketatnya penjagaan gedung berisi surga dunia itu.
Izuku berhenti. Pemuda yang memiliki bekas jerawat di kedua pipinya itu menatap papan bertuliskan Noche Cielo Club¹.
Tungkai mulai berjalan, menyeberang ke gedung depan, menapak mantap pada jalan aspal.
Sesampainya di depan gedung tujuan, dua laki-laki berbadan besar menghalangi jalannya. Menutup akses bagi Izuku untuk masuk melihat sang pemikat hatinya.
"Kau tidak boleh masuk ke tempat ini, Bocah," ucap mutlak salah satu dari dua laki-laki itu.
Kesal.
Memiliki wajah seperti ini lebih banyak memberikan kerugian bagi Izuku. Usianya legal untuk menghamili seorang wanita akil balig, tapi sebutan bocah selalu mengikuti dirinya.
Terkutuklah kau, wahai wajah tak menua, sumpah Izuku membatin.
"Si... siapa yang kau sebut Bocah, Tuan?" tanya Izuku. Kedua laki-laki itu memicingkan mata. Seolah mengejek sosok pemuda di hadapan mereka.
"Jika kau ingin masuk ke dalam, bersabarlah hingga kau legal menghamili seorang pelacur, Nak."
Cukup sudah. Kesabaran keluar dari tubuhnya. Ingin mengamuk, tapi itu bukan gaya Izuku menyelesaikan masalah.
Izuku merogoh saku celana jeanshitam bagian belakang miliknya. Mengambil benda yang menyimpan informasi tentang data dirinya.
Tangan kasar itu membuka dompet setelah berhasil mengeluarkan benda yang ia cari dari saku celana. Menarik sebuah kartu lalu menepukkan benda itu ke kepala orang yang menyebutnya bocah.
Merasa tidak terima diperlakukan kurang ajar oleh seorang remaja di bawah umur, lelaki berbadan besar penerima hadiah tepukkan cinta dari Izuku mengambil benda yang masih menempel di keningnya. Laki-laki itu menatap Izuku tak suka, lalu beralih ke kartu yang ada di tangannya.
Kelopak mata laki-laki berbadan besar terbuka lebar. Ia tatap Izuku dan kartu di tangan bergantian, hingga kdua orang itu terkejut kala Izuku mengambil paksa kartu identitasnya.
"Sudah cukup?" tanya Izuku dengan nada mengejek balik. Balas dendam sepertinya.
"Maafkan kami, Tuan."
Izuku mendecih. Terlalu sering menerima perlakuan seperti ini.
"Kalian beruntung hanya berurusan denganku, Tuan-tuan berbadan besar."
"Maafkan kami. Silakan menimkati malam Anda, Tuan."
Izuku tidak membalas. Sudah terlalu muak meladeni orang seperti kedua laki-laki itu. Ia lebih memilih melangkah cepat, ingin segera bertemu si pemikat hati.
Sebelum tubuhnya benar-benar masuk ke klub malam itu, Izuku berhenti dan berkata dengan nada mengejek, "Tidak hanya pelacur, bahkan istri atau kekasih kalian pun legal untuk kuhamili, bukan?"
Tubuh kurus namun berotot itu pun memasuki gedung itu, meninggalkan dua orang bertubuh besar yang memandangnya tak suka. Namun, tidak dapat menyalurkan amarah mereka. Karena...
"Tamu adalah Raja."
.
(Hey! Mr Stalker)
.
Dentuman musik memenuhi sudut ruangan. Manusia haus hiburan menari riang. Bergerak kiri dan kanan, kepala terangguk dan menggeleng secara bergantian. Dada besar wanita sering beradu dengan dada bidang pria. Tangan nakal pun ikut serta. Menggerayangi tubuh lawan jenis yang tidak mereka kenal.
Bukan rahasia umum bahwa one night stand menjadi candu bagi pengunjung klub malam. Termasuk pemuda bermata dwi warna itu.
Pemuda itu menatap sekitar, menyisir satu persatu manusia yang bisa menarik perhatiannya. Laki-laki maupun wanita tidak jadi masalah. Asalkan hasrat terpuaskan.
Tak ada vagina, dubur pun jadi.
Memikirkan malam yang panjang dan kegiatan panas membikin pemuda itu menyeringai senang.
Pemuda itu adalah Todoroki Shoto. Dua puluh tahun, belum menikah tapi kawin sudah menjadi rutinitasnya.
Mahasiswa semester empat itu merupakan langganan tetapNoche Cielo Club. Tidak perlu memeriksa kartu identitas miliknya, penjaga klub pasti membuka pintu selebar yang Shoto inginkan.
Sementara mata dwi warna Shoto menentukan target, dengan perlahan seorang bartender mengisi gelas bening dengan cairan berwana hijau. Tepian gelas tertempel butiran garam kosher kasar. Irisan jeruk nipis juga ikut andil mempercantik tampilan minuman beralkohol itu. Satu pesanan siap disajikan untuk pemuda berambut unik di hadapannya.
"Silakan, Tuan."
Shouto menatap minumannya singkat—hanya satu detik, lalu beralih menatap bartender yang berdiri di balik meja bar. Bartender itu selalu mengenakan topeng ketika bekerja. Tidak ada yang tahu seperti apa rupa bartender itu, dan itulah yang menjadi ciri khasnya.
"Berhenti bersikap formal, Kurogiri. Aku tidak suka."
Kurogiri, nama bartender itu, tertawa singkat. Sudah paham dengan sikap pelanggan setia tempatnya bekerja. Topeng yang ia kenakan tidak mampu menghalau tawa renyah untuk sampai ke telinga Shoto.
"Tamu adalah raja, Tuan Todoroki," ucapnya.
Shoto. Ia ingin bebas dari keformalan di hidupnya. Cukup di rumah dan di hadapan pria tua sialan itu saja Shoto bersikap layaknya bangsawan. Kutuk dia sebagai anak durhaka karena berani menyebut ayah kandung sendiri dengan nama "Pria tua sialan".
"Jadi, siapa hari ini?" tanya Kurogiri
Shoto memejamkan mata. Ia menghela napas lalu kembali menatap kerumuman manusia yang dibuat gila oleh dentuman musik EDM² dan alkohol yang mereka konsumsi sebelumnya.
"Malam ini tidak ada yang menarik," jawab Shoto.
Hidung mancung pemuda itu membaui alkohol kesukaannya. Mencari wangi yang sangat ia gemari. Shoto menjilat pinggiran gelas singkat, mengecap garam kosher³ lalu meneguk sedikit demi sedikit Margarita-nya.
"Menyegarkan, sama seperti biasa," puji Shoto. Pemuda itu dapat menebak jika bartender yang berdiri di hadapannya ini sedang tersenyum senang karena minumannya dipuji.
Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi seorang bartender, selain karyanya dipuji oleh pelanggan.
Setelah meneguk habis Margarita⁴ miliknya, Shoto berdiri, memperbaiki kemeja yang ia kenakan. "Tidak ingin gelas kedua, Todoroki-kun?" tanya Kurogiri.
"Tidak. Terimakasih."
Shoto menjauh dari meja bartender, berjalan menuju lantai dansa yang sesak akan manusia. Laki-laki atau perempuan yang menggeliat dasyat, menarik lawan jenis. Mencoba peruntungan mendapat teman sex rupawan dan kaya raya. Siapa tahu iPhone terbaru menjadi hadiah untuk mereka.
Belum sampai Shoto melangkah ke tempat tujuannya. Tubuh tinggi pemuda itu bertabrakan dengan seseorang. Dia laki-laki, mungkin usia mereka sama. Tingginya sedikit di bawah Shoto, bekas jerawat yang menghitam bertengger manis di kedua pipinya.
"Midoriya?"
Suatu kebetulan, Shoto dan Izuku bertemu di tempat yang tak terduga.
.
(Hey! Mr Stalker)
.
Dentuman musik EDM semakin lama semakin mengeras. Pencari hiburan semakin bertamabah jumlah. Tak terhitung berapa botol minuman keras yang masuk ke tempat pembuangan, maupun yang baru saja diambil dari gudang.
Shoto dan Izuku. Dua pemuda yang memiliki usia sama. Dari universitas yang sama, bahkan fakultas yang sama. Bertemu secara tidak sengaja di tempat surga dunia.
Tubuh kedua pemuda itu saling berbenturan beberapa waktu lalu. Terkejut bukan main kala mata dwi warna Shoto bersibubruk dengan iris milik Izuku. Niat awal Shoto mencari target berbagi cinta malam ini, urung karena pertemuan ajaib dengan Izuku.
Setelah berhasil mengatasi rasa kaget yang melandanya, Shoto mengajak Izuku untuk menikmati malam bersama. Membawa remaja yang memiliki jerawat di kedua pipinya itu ke meja bar, tempat Shoto menikmati minuman beralkohol beberapa waktu lalu.
Dua menit sudah terlewat dengan keheningan. Tidak ada yang mau membuka topik kala keterkejutan masih sedikit hinggap di dalam diri masing-masing. Kurogiri pun tidak mau berbaik hati memulai topik, ada banyak pelanggan haus racikan tangannya.
Menghela napas singkat, Shoto akhirnya mengalah.
"Ingin memesan apa?"
Izuku tersentak. Degupan jantungnya semakin tak karuan. Menoleh ke arah lawan bicara, bibirnya kaku berucap.
Bukan berucap, namun mengakui bahwa ia tidak pernah mengecap 0,1 mili pun minuman memabukkan itu. Bahkan, nama-namanya saja Izuku tidak tahu.
Jangan menertawakannya, tolong.
"A... aku—aku tidak pernah—tidak tahu harus minum apa."
Alis Shoto terangat, tak memahami jawaban pemuda di hadapannya. Kecurigaan pun muncul.
Seketika, senyuman tipis dan mengejek berkembang di bibir Shoto kala yakin dengan kecurigaannya. Izuku yang melihat itu sontak merajuk. Namun, bibirnya tidak manyun seperti wanita-wanita berdada besar yang memaksakan diri agar terlihat imut.
"Kenapa kau tersenyum seperti itu, Todoroki-kun?"
Shoto paham kekesalan Izuku. Maka dari itu, pemuda yang dijuluki Mr. Dispenser itu menormalkan mimik wajahnya. Menghormati perasaan pemuda yang duduk di sampingnya.
"Tidak apa-apa. Hanya saja ada sesuatu yang lucu terlintas di pikiranku," jawab Shoto.
Pemuda itu memangku dagu pada tangan kanannya, menatap setia pada Izuku yang duduk di sampingnya.
Izuku masih setia menunduk, keberanian saat menghadapi dua lelaki berbadan besar beberapa waktu lalu terbang entah kemana.
"Ingin kupesankan jus?" tanya Shoto. Izuku kembali menatapnya. Bibir tipis pemuda berambut hijau itu memandang Shoto tak suka. Jangan salah sangka, tatapan pemuda bermarga Todoroki itu seolah mengejeknya—lagi. Jelas saja Izuku tidak terima.
"Ka—kau bercanda? Jus di tempat seperti ini? Memalukan," ucap Izuku tak ingin malu.
Shoto terkikik geli. Manis sekali, pikirnya.
"Baiklah. Jadi kau ingin memesan apa?" tanya Shoto untuk kedua kalinya.
Sempat terdiam untuk beberapa detik, akhirnya Izuku berhasil menemukan pesanannya.
"Bir saja."
"Oh... baiklah."
Shoto mengangkat tangan, meminta perhatian kepada Kurogiri. Bartender bertopeng itu pun menghampirinya. Mata yang terlihat dari lubah topeng yang ia gunakan seolah menunjukkan tanya ketika melihat sosok Izuku.
"Satu Margarita lagi untukku, dan satu jus jeruk untuknya," pesan Shoto, Izuku melotot tajam.
"Hei, aku memesan bir, Tuan Todoroki."
Kurogiri menatap keduanya bergantian. Seringai tipis berkembang di balik topeng itu.
Kurogiri mengangguk, paham. Tangan handal bartender itu meracik pesanan. Memasukkan satu persatu bahan sesuai takaran. Mengocok kencang shaker lalu menuangkan perlahan pada gelas yang sudah tertempel butiran garam. Bartender itu pun langsung memberikan gelas mungil pada Shoto.
Setelah menyelesaikan pesanan pertama, Kurogiri membuatkan minuman untuk Izuku.
Izuku menatap jengkel kepada Shoto maupun Kurogiri. Ia tahu pasti, tubuhnya tidak akan tahan dengan alkohol. Pun, belum pernah mencicipi minuman memabukkan itu. Namun, akan sangat memalukan jika Izuku mengakuinya, bukan?
Mari kita lihat, bagaimana usaha Izuku untuk terlihat jantan dengan mengelak minuman yang dipesankan Shoto untuknya.
Izuku menatap garang. Alis turun menukik tajam, percaya diri bahwa wajahnya membentuk ekspresi seram dan jantan.
Dan... gagal total. Tidak ada wajah seram, tidak pula jantan. Yang ada hanyalah wajah aneh mirip dosen mereka, dosen yang sangat senang dipanggil All Might oleh semua mahasiswanya.
"Tenang saja, Tuan. Walau hanya jus jeruk, saya menambahkan alkohol sesuai porsinya. Jika Anda ingin memesan yang lain, bisa panggil saya. Permisi."
Kurogiri mengundurkan diri. Berjalan menuju pelanggan yang duduk di pojok kiri meja bar. Namun, sebelum beranjak seutuhnya, ia dan Shoto sempat beradu pandang. Kepala bartender itu pun mengangguk kecil, tanda perintah sudah dilaksanakan.
Shoto menyeringai di balik pinggiran gelas Margarita, iris dwi warna melirik Izuku. Menunggu reaksi yang diinginkan dari pemuda berambut hijau itu.
Iziku risih dengan keadaannya saat ini. Bukan karena asap rokok dan bau alkohol yang mengganggu indra penghidunya, namun karena tatapan Shoto yang seakan menelanjanginya.
Ingat, Izuku bukanlah orang bodoh yang tidak menyadari situasinya saat ini. Ditatap dengan pandangan yang... entahlah, Izuku tidak tahu harus mengartikan tatapan Shoto seperti apa.
Izuku meraih jus jeruk yang sedari tadi hanya ditatapnya. Ia tenggak cairan berwana kuning itu hingga tak bersisa.
Kening berkerut. Tidak ada yang aneh dari jus jeruk yang diminumnya. Izuku mengalihkan pandangan pada pemuda berambut unik di sampingnya.
"Enak?" tanya Shoto tersenyum tipis.
Izuku merengut, ia menatap Shoto nyalang, dan berkata, "Ini jus jeruk biasa, Todoroki-kun. Kau dan orang bertopeng itu menipuku."
Tawa halus menghampiri telinga Izuku. Shotolah pelakunya, siapa lagi?
"Berhenti tertawa, Todoroki-kun. Aku tersing..."
Ucapan Izuku terputus seketika. Pemuda berambut hijau itu memijat keras keningnya. Keringat dingin mulai memunculkan eksistensi di tubuh itu. Napas Izuku pun tersengal-sengal, entah karena apa.
"Aneh. Ada yang aneh dengan tubuhku," bisik Izuku pada dirinya sendiri.
"Midoriya, kau baik-baik saja?" panggil Shoto, namun pemuda berambut hijau itu mengindahkannya. Iris Izuku bergerak ke kanan dan ke kiri. Mencari jawaban atas keadaan tubuhnya.
Racauan terus keluar dari mulut Izuku, tak peduli bahwa bahunya kini diguncang pelan oleh Shoto. Sesekali mata dwi warna itu melirik bartender yang juga sedang menatap mereka.
Shoto memicingkan mata, melihat gerakan singkat yang dilakukan oleh Kurogiri yang berada lumayan jauh dari posisinya. Shoto menyeringai tampan, ya... selalu tampan.
"ADA YANG ANEH DENGAN TUBUHKU, TODOROKI-KUN!" teriak Izuku tepat di depan wajah Shoto, sebelum kepala berambut hijau itu rubuh dan bersandar di dada bidang si Mr. Dispenser.
To be Continued
Catatan
¹ Noche Cielo Club:Dikutip dariBahasa Spanyol yang artinya Klub Surga Malam. Tidak ada na Spanyol yang artinya Klub Surga Malam. Tidak ada nama klub itu di dunia nyata. Hanya pemikiran saya saja.
² Garam kosher: Disebut puresea salt atau rock salt,adalah garam air laut murni tanpa tambahan mineral apa pun.
³ EDM : Electronic Dance Music
⁴ Margarita: Salah satu minuman khas Meksiko yang terbuat dari campuran tequila dan bahan lainnya.
.
.
Chapter satu sampai di sini saja.
Chapter dua naena.
Rencananya mau bikin oneshot. Tapi karena saya ingat ada komis ff yang harus diselesaikan segera, maka dari itu, saya potong sampai sini dulu.
Doakan saya supaya bisa up tepat waktu.
Psssttt... Jika ada typo, silakan kasi tau ya. Post tanpa edit/plak
Batulicin, 17 November 2017
Sign
Rino Ana
