FAN FICTION

AUTHOR : SILENTPARK VINDYRA

TITLE : MY HEART'S FLOWER

CHAPTER 1

CAST :
-)UZUMAKI NARUTO
-)HYUUGA HINATA
-)INUZUKA KIBA
-) HARUNO SAKURA

OTHER CAST:
FIND BY YOURSELF!

DISCLAIMER:
MASASHI KISHIMOTO

GENRE:
PERHAPS… ROMANCE. (^_^)

DON'T LIKE IT? NO PROBLEMO. JUST ENJOY IT!

HAPPY READING…


Hinata POV's

Hari ini hari yang cerah, sangat cerah. Tapi tidak dengan suasana hatiku saat ini. Kalian ingin tahu ada apa denganku? Ya, aku patah hati. Aku benar-benar patah hati saat ini, karena cowok yang kusukai, Inuzuka Kiba-san, pacaran dengan temanku sendiri, Haruno Sakura-chan.

"Maafkan aku, Hinata. Tapi aku betul-betul menyukainya. Saat dia menyatakan perasaannya, aku tidak sanggup menolaknya. Maaf, aku memang bukan teman yang baik, Hinata."

Kata-katanya saat itu masih terngiang di kepalaku. Sungguh sakit rasanya ditikam teman sendiri dari belakang. Harusnya kalau dia menyukai Kiba dia bilang padaku, bukan main pacaran saja seperti ini! Jahat! Sakura-chan, kau jahat!

"Lebih baik aku ikut pelajaran setelah istirahat saja. Aku tidak ingin melihat wajah Sakura-chan untuk sementara," ujarku dalam hati.

Akhirnya aku memutuskan untuk bolos jam pelajaran sebelum istirahat pertama. Hhh… aku ini menyedihkan, ya. Kabur dari sesuatu yang sebenarnya harus aku hadapi… tapi, kurasa begini lebih baik. Daripada nanti emosiku meluap dan menyerang Sakura-chan, bagaimana jadinya? Rasanya aku ingin menangis tapi air mataku tidak bisa keluar…

Sunyi, tak ada yang menemaniku di taman luas ini. Hanya ada aku disini, sendiri. Ya ampun, menyedihkan sekali…

"Setidaknya tidak ada yang bisa menyakitiku disini, ya…" gumamku lirih.

Hinata POV's end

Sakura POV's

Hinata kemana, ya? Padahal absennya hari ini "hadir". Apa dia bolos? Apa dia bolos karena marah padaku, ya…?

"Hinata, kamu marah, ya…?" desisku pelan.

Ah! Aku benar-benar merasa bersalah padanya. Harusnya aku jujur saja kalau aku memang menyukai Inuzuka-kun, tapi aku malah menyembunyikannya! Aku sudah menusuknya dari belakang! Maaf, Hinata!

"Sakura, ada apa? Kok melamun?"

"Eh… Inuzuka-kun…"

Suara Inuzuka-kun membuyarkan fikiranku. Aku langsung gelagapan saat melihat wajah Inuzuka-kun yang sangat menawan.

"Mau ke kantin bersamaku, Sakura?" tanyanya lembut.

"Eh, tapi sebentar lagi 'kan bel pelajaran pertama bunyi…"

"Tak apa, 'kan? Sekali-sekali telat masuk kelas 'kan, tidak masalah. Hehehe…" Inuzuka-kun menarik tanganku dengan semangat.

"He, hei… Inuzuka…"

"Harus berapa kali kukatakan, sih? Panggil aku Kiba."

"A, aku tidak biasa…" jawabku gugup.

"Nanti juga biasa…" ujarnya dengan senyuman khas-nya yang begitu kusukai.

"Baiklah… Kiba… kun…"

Hinata, maafkan aku. Tapi aku memang sangat menyukainya, jadi aku tidak bisa melepaskannya. Namun kalau kau tidak memaafkanku… aku… tidak akan baik-baik saja karena kau teman baikku. Kumohon Hinata, kembalilah… maafkan keegoisanku…

Maaf karena aku telah mengkhianatimu, Hinata. Tapi aku tidak mau menyerahkan Kiba-kun padamu. Ini memang egois tapi… aku tidak bisa melepasnya… maaf, maaf…

Sakura POV's end

Hinata POV's

Ah… angin hari ini sungguh sejuk. Setidaknya ini bisa membuatku melupakan kesedihanku sementara, karena dikhianati teman sendiri. Akupun berlari kesana kemari, menikmati udara sejuk dan luasnya taman Konoha. Sementara aku tidak bisa menangis, lebih baik dilupakan dengan bersenang-senang seperti ini saja. Ah, sungguh mengasyikkan!

Aku berlari-lari sambil tersenyum melepas kegalauan dalam hati. Sesekali aku tertawa pelan karena begitu senangnya, yaah… meski hatiku masih sakit sekali, sih…

"Rasanya jadi ingin memetik bunga, deh," gumamku pelan.

Perlahan aku menyusuri sekeliling taman dan mencari-cari Himawari (Bunga Matahari), bunga favoritku. Ah, ketemu!

"Wah, cantiknya…" akupun memetik beberapa bunga untuk kubawa pulang nanti, Hanabi pasti juga menyukainya karena ia memang cinta dengan bunga.

Terkadang aku iri dengan Himawari, warnanya yang cerah terlihat meskipun di malam hari, seperti melambangkan keceriaan hati dan semangat. Berbeda sekali denganku, yang tak berdaya ketika melihat cowok yang kusukai bersama cewek lain, dan memilih kabur daripada harus menghadapinya. Yah, mungkin ini salahku juga, sih. Aku tak berbuat apapun dan memperjuangkan apapun untuk mendapatkan hati Kiba-san. Tapi daripada itu, lebih sakit saat aku memikirkan Sakura-chan yang berkhianat dibelakangku…

"Bagaimana caranya, ya? Aku ingin menangis tapi air mataku nggak mau keluar. Rasanya sesak kalau tertahan begini…" aku terus bercerita pada Himawari yang kupetik.

"Mungkin aku marah pada Sakura-chan karena dia tak jujur padaku, tapi dia tidak pernah menyembunyikan apapun dari Kiba-san, 'kan? Dia jujur dengan perasaannya terhadap Kiba-san, walau mungkin satu-satunya orang yang tidak tahu dan tidak menyadari hal itu adalah aku… Sakura-chan selalu bersikap apa-adanya pada Kiba-san, sedangkan aku? Aku tidak pernah jujur, selalu menghindar jika bertatapan dengan Kiba-san… pura-pura kuat didepannya padahal tidak… pura-pura melirik orang lain padahal yang kulihat hanyalah dia…" lanjutku panjang lebar, lirih.

Mungkin setelah inipun, Kiba-san takkan pernah tahu perasaanku yang sebenarnya. Disaat nanti mereka akan berjanji setia sehidup semati, mungkin dia juga takkan pernah kalau hatiku bisa mati hanya karena melihatnya bahagia. Seharusnya aku juga bahagia, tapi entah kenapa tidak bisa. Betul-betul menyedihkan. Sekarang aku merasa sebenarnya yang egois itu aku… tidak berbuat apapun dan tidak pernah jujur, tapi marah saat orang lain mendapatkannya…

"Tapi kenapa rasanya aku tidak mau memaafkan atau minta maaf pada Sakura-chan, ya? Ah, Himawari, aku ini sungguh manusia yang menyebalkan, 'kan?"

Akhirnya aku terus bercerita pada Himawari yang tidak akan pernah memberiku solusi karena dia memang tidak dapat berbicara. Sungguh seperti orang gila, tapi hanya ini yang ingin aku lakukan. Aku tak ingin kembali ke sekolah dan melihat mereka berdua bergembira, benar-benar deh. Hatiku ini benar-benar hina…

Aku kembali berjalan dengan lesu karena memikirkan hal itu terus. Sampai saat ditengah jalan, aku menemukan hal yang kufikir… momen yang sedikit istimewa. Aku bertemu Uzumaki Naruto, kakak kelasku di Konoha High School. Dia sedang berbaring sambil memandang langit biru, terlihat cukup keren. Tapi ini 'kan sudah jam pelajaran pertama? Apa dia juga bolos?

"Hnggh… Naruto-senpai…?" kucoba untuk menyapanya.

Dia menoleh padaku, tapi tak menjawab sapaanku. Dan dia kembali memandang langit.

"A, anu… Senpai? Sedang apa disini…?"

Lagi-lagi dia tak merespon kata-kataku. Tapi aku tak menyerah.

"Naruto-senpai…?" kali ini aku benar-benar berharap dia menjawab.

Akhirnya dia benar-benar memandangku dan menjawab sapaanku sedari tadi.

"…apa?" singkat, padat, dan ngenes.

"Senpai sedang apa disini…?"

"Maunya?" Jawabannya itu membuatku sedikit kesal.

"Kan, aku bertanya…"

"Oh…" gumamnya.

Kurasa ia memang cari masalah denganku.

"Tidak ada, hanya memandang langit. Dilihat juga tahu, 'kan?" lanjutnya dingin.

"Iya, aku tahu. Maksudku… senpai tidak ikut pelajaran pertama? Atau memang waktu bebas?" ujarku pura-pura polos padahal tanganku sudah mengepal-ngepal serasa ingin mengeluarkan Kaiten-ku saking kesalnya.

"Kau sendiri? Hari ini murid kelas dua tidak ada waktu bebas, 'kan?"

"Aku memang bolos. Bagaimana dengan senpai?!" amarahku mulai keluar.

"Bolos," jawabnya singkat lagi.

"Oh… begitu," gumamku singkat pula.

Uzumaki Naruto, walaupun ia kakak kelas yang populer hanya sedikit yang kutahu tentang dia, sekedar tahu bahwa ia suka Ramen. Para siswi kelas dua sering membicarakannya yah, sesuai dengan perkataanku karena ia populer. Dia berkumpul dengan gerombolan siswa kelas tiga yang memang populer, sih, yaitu Uchiha Sasuke, Sai, Gaara dan Hyuuga Neji, kakak sepupuku. Menurut kabar sebenarnya dulu Naruto-senpai itu siswa yang ceria dan penuh semangat, tapi entah apa yang membuatnya jadi dingin seperti ini. Sekarang sifatnya terlihat tidak berbeda dengan Sasuke-senpai, dingin dan acuh pada sekeliling terutama perempuan.

"Kenapa senpai bolos?" lanjutku.

"Mau tahu banget, ya?"

"Iya!" jawabku sedikit membentak karena sebal.

"Yah…" gumamnya.

"Karena malas saja ikut jam pelajaran pertama. Kau?" lanjutnya sambil bertanya.

"Eh, aku? Ah, kalau aku… karena pelajaran pertama di kelasku pelajaran yang tidak kusuka dan membosankan," jawabku yang meleset jauh dengan kenyataan.

"Hmm, begitu," ia pun kembali menatap langit.

Ada yang kusadari saat ia memandang langit. Tatapannya yang dingin dan sulit ditebak berubah menjadi pandangan kosong dan begitu sedih, seperti mengingat sesuatu yang amat memilukan. Entah apa itu… atau itu hanya sekedar perasaanku?

Kamipun duduk berdua tanpa sekalipun bercakap-cakap lagi.

Hinata POV's end

Author POV's

Waktu berlalu dengan cepat. Bel tanda istirahat berbunyi kencang hingga terdengar sampai ke tempat Hinata dan Naruto bersantai. Mereka berdua (tanpa disadari) menghela nafas bersamaan, tanda merasa berat harus kembali ke sekolah.

"Senpai sudah ingin kembali ke sekolah?" tanya Hinata.

"Ya, kalau tidak nanti aku ditandai "absen". Padahal aku sudah mengisi "hadir" di absensi kelas," jawab Naruto dingin.

"Aku juga sama…" Hinata kembali menghela nafas. Dia bingung harus bereaksi seperti apa jika bertemu dengan Sakura dan Kiba nanti.

"… hei, kau… mirip dengan Neji," tiba-tiba Naruto bertanya pada Hinata.

"Eh? Iya… soalnya Neji itu sepupuku."

"Oh… pantas," ujar naruto singkat.

"Jadi… namamu siapa?" lanjut Naruto.

"Namaku? Namaku Hinata," jawab Hinata sambil tersenyum kecil.

"Kenapa kau bisa tahu namaku?" pertanyaan Naruto yang seperti itu membuat Hinata sedikit terkejut.

"Karena siswi di kelasku sering membicarakanmu?" ujar Hinata sedikit bingung.

"Membicarakanku?"

"Iya, soalnya senpai 'kan, populer dikalangan kelas dua…"

"Oh, ya?" gumamnya dingin (lagi).

Hinata memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Orang ini dingin sekali, sih!" gumamnya kesal dalam hati.

"Hei… ummm, siapa namamu tadi?"

"Hinata, senpai!" jawab Hinata malas.

"Ya, Hinata. Ayo, kita bareng ke sekolah," ujar Naruto padanya.

"Hmm?"

"Aku malas kalau jalan sendirian lagi," jawab Naruto dengan wajah datar nan dingin.

"Oh… baiklah…" Hinata pun beranjak dari duduk santainya dan mengikuti Naruto dari belakang.

Tanpa seseorang dari mereka yang sadar, ini adalah awal kisah seru di kehidupan mereka.

Author POV's end


To Be Continued…

Nah, selesailah chapter pertama dari cerita "My Heart's Flower" ini! Gomen kalau agak gaje, tapi diharap penasaran sama cerita selanjutnya, ya! Ingat, don't be silent reader, okay? See you next time! XD