Title : "Who's More Possessive?"
Genre : Romance, General, possible to Hurt/Comfort, et-ce-tra…
Rating : T
Casts : KYUMIN!
Length : ?
Disclaimer : KyuMin MUTLAK milik Tuhan YME, dirinya sendiri, keluarganya, dan saling memiliki! But as usual, the story is MINE ^^
Summary : -
Warning : Yaoi-BL-BxB ,, OOC ,, Typo(s) ,, Weird Story ,, EY(T)D ,, de-el-el m(_ _)m *deep bow*
…
©The story based from my another dream about KyuMin on Friday (13/07/19)
Just enJoY~~~^^
[A 'lil note: Would u mind to gimme some other title for this FF? I think the title above not really suitable.. yeah, I'm not good on it -_-"]
…
.
.
…Don't Like Don't Read, Please…
.
Don't Copas Without Permission ^^
.
Happy Reading
.
.
KYUHYUN POV
Pernakah kau mengalami suatu keadaan dimana terdapat seseorang yang selalu mengikutimu kemana pun kau pergi? Seseorang yang entah karena alasan apa tampaknya tidak mau lepas darimu. Meskipun sudah berulang-kali kau katakan kesibukanmu, ia selalu memiliki alasan untuk bisa berada didekatmu. Bahkan kau sudah memintanya dengan baik bahwa kau menginginkan waktu privasi sedikit, tapi ia akan memutar setiap perkataanmu dan membuatmu kembali menuruti kemauannya. Pernakah kau mengalami hal tersebut?
Bagaimana perasaanmu jika pernah mengalaminya?
Jengah?
Kurasa iya, karena hal itu sedang terjadi padaku. Dan orang yang kumaksud diatas adalah orang yang sangat dekat denganku.
.
"Saranghaeyo, Kyu."
.
Aku masih bisa mengingat dengan jelas pernyataan cintanya sekitar enam bulan yang lalu itu. Aku? Tentu saja menerimanya. Tidak ada alasan untuk menolak, toh dia memang namja yang kusukai. Eh, apakah aneh jika aku yang seorang namja menyukai namja juga? Coba pikirkan secara serius jika cinta sudah berbicara, mungkin lautan pun bisa kau sebrangi. Baik, cabut perumpamaan aneh itu. Kembali kepermasalahanku…
Yah namja-ku itu, seperti yang sudah kudeskripsikan diatas, adalah seseorang yang selalu berada didekatku. Mengikutiku kemana pun, berada disampingku kapan pun. Bukan, itu bukan karena kami ingin setiap detik beromantis-ria, aku bukan tipe orang yang mudah melakukan hal yang romantis. Lupakan saja jika kau berharap aku adalah namja yang pintar merayu!
Ehem, maaf.
Ah, tampaknya aku lupa memberi-tahu hal penting. Namja-ku bernama Lee Sungmin. Ia dua tahun lebih tua daripada aku, tapi wajahnya sama sekali tidak menunjukan umurnya yang asli. Selain wajah yang awet muda, sepertinya sifat yang ia miliki pun juga awet muda. Sedikit kekanakan dan agak manja, yah walau dimataku ia begitu menggemaskan. Kebiasaannya yang menjadi permasalahanku adalah dirinya yang tidak mau jauh dariku, ia benar-benar seperti koala yang selalu menempeli induknya…ya Zhoumi, jangan memukulku!
Ehem, sekali lagi maaf. Jadi.. begitulah keadaanku.
Aku senang berada didekatnya, dia selalu bisa membuatku merasa nyaman. Tapi jika setiap waktu selalu berada disampingnya, lama-lama sedikit membuatku agak…lelah? Tidak! Kalau kau bilang rasa sukaku padanya telah berkurang, itu salah besar! Aku sangat menyukainya tapi, maksudku eng, bagaimana aku menjelaskannya pada kalian…? Hahh.. aku jadi sulit menjelaskannya sendiri. Kuharap kalian mengerti..
Terus—
Drrt.. drrt.. drrt…
Ah, tunggu sebentar. Ada panggilan masuk dari ponsel-ku.
Ming
Yah itu adalah panggilanku untuk Sungmin, dan memang benar…Sungmin lah yang meneleponku. Sudah kukatakan bukan, ia sulit jauh dariku. Jika kita sedang tidak bertemu secara tatap-muka, paling tidak ia pasti akan menghubungiku lewat ponsel atau mengirimkanku e-mail.
Fuhh..
Baiklah, lebih baik aku mengangkat panggilannya.
KYUHYUN POV END
.
.
.
Drrt.. drrt.. drrt…
Seorang namja bertinggi-tubuh 183cm itu merogoh saku celana seragamnya, mengambil ponsel silver yang beberapa detik lalu mulai bergetar. Terdapat sebuah panggilan masuk dari ponselnya. Namja yang diketahui bernama Cho Kyuhyun itu pun menatap layar ponselnya yang berkedap-kedip, ingin melihat nama yang menjadi peneleponnya saat itu. Menduga-duga sesuatu, memastikan bahwa panggilan itu dari…
"Ming?"
—dan dugaannya tidak salah.
"…" Kyuhyun masih menatap ponsel yang betah berkedap-kedip didepan matanya.
"Kyu, kenapa tidak menjawab teleponmu?" seorang namja berlesung pipi dan terlihat gentleman itu menoleh pada Kyuhyun, agaknya ia bingung melihat Kyuhyun yang hanya memandang layar ponsel tanpa sedikit pun gerakan untuk menekan tombol 'answer'.
"Eh, ah, ne.." secepat kilat Kyuhyun menggeser icon hijau dilayar touchscreen ponselnya, dan mendekatkan speaker ponsel pada lubang telinga kirinya. Ia mengabaikan tatapan bingung yang sedang dilayangkan oleh ketiga sahabatnya.
Pik.
"Yeoboseyo, Ming?" Kyuhyun tidak merendahkan suara panggilannya, untuk apa juga? Toh, ketiga temannya kembali meneruskan pekerjaan mereka setelah paham siapa yang menghubungi Kyuhyun.
"Ini aku."
Kyuhyun menyerngit. "Kibum, kenapa meneleponku dengan ponsel Sungmin?" Ia heran, tentu saja.. nama yang tertera sebagai penelepon dan suara yang terdengar jauh berbeda, mana mungkin Kyuhyun tidak menanyakannya.
"Ck,"
Kyuhyun dapat mendengar dengan jelas suara decakan pelan dari line sebrang, hal tersebut membuat alisnya kian membentuk curam.
"Bisakah kau kesini?"
"Mwo?" hanya itu respon Kyuhyun.
"Kubilang, bisakah kau kesini? Sekarang?"
"Iya aku dengar, tapi maksudku apa alasannya?" Kyuhyun masih menautkan alisnya, ia terkadang dibuat bingung sendiri dengan namja yang irit bicara ini. Sekedar informasai, Kibum atau Kim Kibum adalah tetangganya.. entah darimana ia mendapatkan ponsel Sungmin, meskipun ia memang sangat akrab dengan makhluk kelinci satu itu. Toh Sungmin dan Kibum memang sekelas, apalagi mereka juga duduk sebangku.
"Sungmin ketiduran dirumahku."
Jawaban singkat yang membulatkan kedua mata Kyuhyun. Apa dia bilang? Sungmin tertidur dirumahnya? Rumahnya yang berada persis disamping rumahku? Batin Kyuhyun.
"K-kenapa Sungmin bisa disana?"
"Sudahlah, cepat kau kesini. Aku harus pergi dengan orangtua-ku."
Pip!—panggilan terputus secara sepihak.
Kyuhyun masih mematung dengan ponsel ditelinganya, mungkin akan terus begitu jika seorang temannya -Lee Donghae- tidak menepuk pundaknya.
"Ya, ada apa? Sungmin hyung kenapa?" Donghae menaikan sebelah alisnya, gerakan khas bertanya.
"Kenapa kau menyebut nama 'Kibum', bukankah kau menyebut nama 'Sungmin' awalnya?" namja berlesung pipi menawan itu -Choi Siwon- ikut membuka suaranya.
"…" Kyuhyun hanya menggeleng pelan, jawaban ambigu yang pastinya sama sekali tidak menjawab pertanyaan mereka.
"Kyu?" kali ini namjachingu Donghae -Lee Hyukjae atau Eunhyuk- menggerakan tangannya didepan mata Kyuhyun, menggerakannya kekanan-kiri seperti ingin menyadarkan keterdiaman Kyuhyun.
Kyuhyun hanya menghela napas pelan. "Hyungdeul, kerjaanku aku teruskan dirumah saja ya? Aku harus segera pulang." Kyuhyun mulai memberesi setiap buku tulis dan cetak yang terbentang dihadapannya, memasukan buku setebal ratusan halaman tersebut kedalam tas ransel birunya.
"Kau bermaksud mengerjakannya sendirian dirumah?" Siwon menautkan kedua alis tebalnya, meski Kyuhyun adalah murid akselerasi terpandai disekolahnya tetap saja yang sedang mereka kerjakan sekarang adalah tugas kelompok.
"Ani. Maksudku, kalian kirimkan saja lewat e-mail setiap materi yang harus kucari. Setelah aku mengerjakannya, besok kita diskusikan lagi dikelas." Kyuhyun menutup ransel biru miliknya dan menyematkannya dipundak kiri.
Siwon hanya mengangguk. "Baiklah, nanti kukirimkan."
"Ya sudah, aku kembali dulu hyungdeul. Annyeong." Kyuhyun membungkuk dan membalikkan tubuhnya, ia pun berjalan keluar dari perpustakaan kota itu.
Sepeninggal Kyuhyun, ketiga namja disana kembali membuka suaranya untuk berbicara.
"Pasti selalu berhubungan dengan Sungmin hyung." mulai Eunhyuk sambil menggeleng.
"Yah.. memang begitulah mereka berdua, chagi." Donghae menimpali sambil mengusap rambut blonde Eunhyuk penuh sayang, "Ah, lalu kau bagaimana Siwon?" lanjutnya sambil menoleh pada Siwon.
"Aku kenapa?"
"Kapan kau akan menembak tetangga Kyuhyun itu?"
"Ne, Won, kapan kau akan menembak Kim Kibum?"
Siwon sedikit menyeringai, "Lihat dan saksikan saja sebentar lagi."
Eunhyuk dan Donghae hanya dibuat penasaran dengan perkataan si sulung keluarga CHOI didepannya tersebut.
.
.
KyuMin
.
.
Brush~
Kyuhyun menaruh dengan perlahan tubuh mungil Sungmin dikasur empuk miliknya. Kenapa tidak membawanya kerumah Sungmin, itu gara-gara Kibum…
"Dirumah Sungmin saat ini juga sedang sepi, makanya ia main kerumahku. Kalau aku sedang tidak ada acara dengan orangtua-ku, aku akan membiarkannya tidur disini. Lebih baik kau bawa dia kerumahmu saja."
—begitulah katanya.
Kyuhyun menatap wajah semulus porselen dihadapannya. Sungmin memang sudah terkenal sebagai seorang namja yang memilki kulit bagus, tidak heran wajah terlelapnya saja bisa terlihat begitu berkilau saat ini. Meski sering menyentuhnya, Kyuhyun tetap merasa tergoda dengan kulit putih susu itu. Kyuhyun pun mengulurkan tangannya menuju pipi bulat Sungmin. Halus. Pipi Sungmin terasa halus dipermukaan telapak tangan Kyuhyun, tangan itu pun sedikit bergerak untuk mengusap pelan pipi chubby tersebut.
Kyuhyun terkekeh. "Pulas sekali tidurnya."
Drrt.. drrt…
Kyuhyun mengangkat tangannya dari pipi Sungmin, mengulurkan tangannya itu menuju kantung celana seragamnya yang bergetar. Ponselnya berkedip menandakan sebuah e-mail baru saja masuk kesana.
.
From: Siwon hyung
Subject: Materi Tugas
Kyu, ini materi yang bisa kau cari. Tidak usah semuanya, beberapa saja…
.
Dan terlihatlah daftar judul maupun sub-judul pada isi e-mail tersebut. Tanpa menutup e-mail dari ponselnya, Kyuhyun pun membalikan tubuhnya dan berjalan keluar kamar. Ia tidak berniat mengerjakan pekerjaannya didalam kamar tidur, gerakan jari tangannya pada keyboard laptop bisa saja mengganggu tidur sang namja tercinta. Jelas sekali Kyuhyun sangat menjaga namja pujaannya itu…
Cklek.
Blam!
Sepersekian detik setelah pintu coklat itu tertutup, namja yang terbaring dikasur berbalut sprai biru laut itu mulai menggerakan kepalanya. Sedikit-demi-sedikit kedua kelopak tipis miliknya tertarik keatas, memperlihatkan fox-like eyes milik namja bernama lengkap Lee Sungmin. Yap, ia terbangun…
"Kyunnie sudah keluar, syukurlah.."
…atau sengaja membangunkan diri?
.
.
KYUHYUN POV
Aku menggerakan kesepuluh jariku dengan lincah, mengetik setiap kata yang menjadi topik bahan tugasku. Meski Siwon hyung hanya memintaku mengerjakan beberapa, tapi rasanya aku ingin mengerjakannya semua. Jangan sebut aku sombong, aku hanya sedikit sulit mengabaikan tugas yang terpampang didepanku. Aku bisa saja mengerjakan tugas ini terus-menerus dan akan berhenti saat sudah lelah atau sudah selesai.
Ctek. Ctek. Ctek.
"Ah, buku tentang ini lupa kubawa." Aku menepuk keningku pelan dan mendirikan tubuhku dari bangku sofa. Baru aku ingin berjalan menuju lantai atas, seorang yeoja berumur kurang dari setengah abad melongokan wajahnya dari balik tembok dapur.
"Kyu, Minnie sudah bangun?"
"Ani eomma, kurasa belum." Aku tersenyum simpul pada yeoja yang berstatus eomma-ku tersebut.
"Sayang sekali, padahal eomma ingin mengajaknya makan bersama." Ia menggelengkan kepalanya, eomma-ku memang sudah menganggap Sungmin sebagai anaknya sendiri.. tidak heran ia selalu membiarkan Sungmin tidur dikamarku, padahal dirumah ini ada kamar tamu.
Aku tertawa pelan, "Nanti kalau sudah bangun aku yakin Ming pasti turun kesini, eomma."
"Apa Minnie akan menginap?"
"Entahlah, mungkin orangtua Ming akan pulang nanti malam." Aku mengindikan bahuku, dan berniat meneruskan langkahku.
"Kyu, kalau kau melihat Minnie sudah terbangun langsung panggil dia untuk makan dibawah ne?"
"Ne, eomma."
.
.
"Lalu sekarang bagaimana, Bummie?"
Tap.
Langkahku terhenti.
"Eeh, meneruskan tidur? Tapi aku benar-benar tidak mengantuk, Kim Kibum~"
'Bukankah itu suara Ming? Ia sudah bangun?'
"Ne, maafkan aku, memang aku yang salah.. seharusnya aku tidak meminta hal konyol seperti itu."
'Apa yang sedang ia bicarakan dengan Kibum?'
Aku merapatkan daun telinga kananku pada pintu kamar, menempelkannya agar suara Sungmin dapat terdengar lebih jelas.
"Jadi bagaimana sekarang? Aku benar-benar tidak mengantuk, apa aku harus memaksakan diri untuk pura-pura tertidur terus?"
Hegh!
'Apa? Pura-pura?'
Aku menjauhkan pusat pendengaranku dari acara menguping ini. Tanpa mendengar lebih banyak lagi pun aku sudah tahu apa yang sedang mereka berdua bicarakan. Kututup pelan kedua mataku, menghembuskan napasku teratur dan melangkah mundur. Kusenderkan tubuhku pada dinding dan kusedekapkan kedua lenganku, "Dasar." Ucapku singkat.
"Jadi aku sudah boleh bangun kan?"
Kembali kudengar suara Sungmin dari arah dalam.
"Ne, Bummie~ gomawo sudah membantuku membuat alasan untuk ini. Annyeong~"
Kali ini aku mendengar langkah dari balik pintu didepanku. Aku tetap diam disini, menunggu seseorang yang dalam hitungan detik ini akan berada didepan mataku. Pandanganku menusuk pada handle pintu yang mulai bergerak memutar,
Cklek.
Deg!
Sekejap Ia langsung terlonjak disana. Aku bisa melihat kekagetannya dari kedua bola mata yang memandangku penuh, sorotnya meleburkan perasaan kaget yang sangat termasuk…perasaan takut. Yah aku tahu apa alasannya, saat ini kedua mataku menatapnya dengan dingin.
Perasaan jengah itu perlahan mulai melesak keluar dari ulu hatiku.
"Bisakah kau berhenti melakukan itu, Ming?" suaraku bernada rendah dengan intensitas pandangan yang tidak berubah.
"Eh?" ia mengerjapkan mata bulatnya.
Kembali aku menutup kedua mataku dan menghembuskan napas pelan, "Aku sudah katakan padamu hari ini kalau aku sedang mengerjakan tugas kelompok, bukan?"
"N-ne…" nada suaranya agak teredam, dapat kutebak ia sedang menundukan kepalanya.
"Lalu, tidak bisakah kau memberiku waktu bebas sedikit saja?!" aku tidak berteriak padanya. Sudah dari dulu aku memantapkan diri, aku tidak akan pernah mau membentaknya dengan suara keras.
"…" tak kudengar suara apapun darinya.
Aku mengepalkan kedua tanganku, menetralkan napasku dan mulai membuka mata. Dari pandanganku aku melihat pundak namja dihadapanku sedikit bergetar, aku tahu ia sedang menahan tangisnya. Aku memang tidak membentaknya, tapi aku yakin nada suaraku terdengar begitu menyeramkan ditelinganya. Kuhembuskan napasku perlahan. Kulangkahkan kakiku mendekat.
Puk.
"Mianhae." Kutangkup kedua pipi bulat milik Sungmin dan mendongakannya keatas, mempertemukan iris obsidian milikku pada iris caramel miliknya yang berselimut air. Ia pasti mati-matian menahan tangis, dapat kulihat dari bibir bawahnya yang bergemeletuk dan sedikit ia gigit.
"Kyu—"
"Sudah, lebih baik kau kebawah. Eomma sudah menunggumu, ia ingin mengajakmu makan bersama disini Ming." Kulepaskan rengkuhan tanganku pada pipinya dan segera beranjak dari sana. Aku lebih memilih untuk kabur dari bulatan bening yang semakin berair itu, jika terus melihatnya bisa-bisa aku tidak tahan untuk sekedar menyesap rasanya.
.
.
Tik tok. Tik tok. Tik tok.
Dentang jam diruangan itu terdengar jelas ditelingaku.
"Kyu, kau bilang Minnie sudah bangun, kenapa tidak terlihat juga?" eomma menyerngit bingung sambil melirikku.
Aku menggeleng cepat, "A-aku juga tidak tahu, eomma. Tadi Ming benar-benar sudah bangun, tapi…?"
"Coba kau susul, sana." Eomma menepuk lengan atasku, suaranya sedikit bernada menyuruh.
Aku hanya mengangguk dan mendirikan tubuhku dari kursi meja makan.
'Apa jangan-jangan…'
.
Cklek.
"Ming?"
Blam!
Kulangkahkan kakiku disepanjang kamar bercat biru-putih ini. Bola mataku dapat menangkap dengan jelas seseorang yang sedang duduk membelakangiku dipinggir kasur, meski ruangan ini -entah kenapa- agak gelap.. aku tahu bahwa tubuh itu milik namja-ku. Milik Sungmin-ku.
"Hiks."
Benar kan? Ia pasti sedang menangis. Bahunya yang agak bergetar sudah membuatku curiga, lalu ditambah satu isakan kecil dari sana. Membuatku semakin yakin kondisinya saat ini. Langkahku agak kupercepat. Khawatir? Tentu saja! Pasalnya, aku dapat menebak dengan jelas apa alasan bahu itu bergetar dan isakan itu terdengar.
Grep.
Kurekatkan kedua telapak tanganku pada kedua sisi pundaknya. Kubuat diriku menjadi duduk dibawah lantai, mendongakan kepalaku agar bisa menangkap rupanya saat ini. Basah dan sembab adalah hal pertama yang kulihat dari bola matanya. Belum lagi dengan hidungnya yang memerah dan bulir kelingat yang sedikit mengalir dari pelipisnya. Ia menangis untuk kesekian kalinya.
"Ming.."
"Mian-hiks! Mianhae, Kyu…" ia mengusap matanya kasar, membuatku menghentikan usapan kasar itu.
"Berhenti menggosok matamu seperti itu, Ming." Kuarahkan tangkupan kedua tangan putih Sungmin menuju kedadaku, tatapan kami kembali bertemu.
"Mianhae.. hiks! Mian.. aku cuma ingin berada disisimu…"
"Hei, aku tidak marah padamu."
"Tetap saja aku sudah-hiks!…sudah berbohong pada Kyunnie.. aku jahat…hiks!"
"Sudah kubilang aku tidak marah, Ming chagi."
"Tap—"
"Aku tidak marah, Ming, hanya agak…tidak suka dengan kebiasaanmu." Ucapku jujur. Mungkin sedikit menyuarakan isi hati tidak ada salahnya.
Ia membelalak dalam pandangannya padaku, tentu saja ia kaget.. aku baru pertama kali mengatakan ini padanya. "Eh?"
"Ne, aku agak lelah Ming. Kebiasaanmu yang tidak bisa jauh dariku, aku tidak terlalu suka dengan itu."
"Kyun-kyunnie benci aku?" ia semakin mengepalkan kedua tangannya dalam tangkupan didadaku.
Aku menggeleng cepat, "Ani! Kau salah paham, chagi."
"L-lalu?"
"Hahh.." kuhembuskan napasku perlahan, "Aku hanya ingin sedikit memiliki waktu bebas."
Ia masih mengerjap bingung.
"Berkumpul dengan temanku, sedikit hiburan seorang diri, dan mengerjakan suatu hal lain dengan tenang. Aku menyukaimu, menyukai kebersamaanku denganmu, hanya saja aku takut jika terlalu sering bersama nantinya akan tercipta perasaan bosan."
"Kyunnie bosan…hiks!…padaku?"
"Ani chagiya, bukan begitu. Apa kau tidak akan merasa bosan jika terus-terusan berada disampingku hem?" kusentuh pipinya yang mulai mengering, mengusapnya dengan nyaman.
"Aku tidak akan pernah bosan pada Kyu!" ia menggeleng yakin.
"Haha.. aku juga tidak akan pernah bosan padamu, tapi tetap saja aku takut perasaan itu suatu saat akan tumbuh dengan sendirinya."
"…" ia menundukan wajahnya.
"Kau mengerti maksudku kan, Ming?" kembali kudongakan kepalanya menghadapku, kutatap matanya yang tersirat perasaan bimbang.. sebelum akhirnya ia mengangguk.
"Ne, arraseo."
Cup!
Menahan gejolak memang rumit, setelah teredam sebentar saja ternyata malah semakin ingin membuncah. Mengecup kelopak bawah matanya dan sekedar menikmati sensasi air mata kelinci ini, keinginan akan hal-hal semacam itu entah sejak kapan mulai muncul dalam diriku saat melihat Sungmin pertama kali. Namun aku mencoba untuk menyimpan baik-baik keinginanku itu, apalagi selama setengah tahun aku menjadi namjachingu-nya.
But well.. mungkin disinilah aku sudah tidak dapat menahannya lagi.. dan mulai merealisasikannya.
"K-kyunnie, apa yang—"
"Mmhh.. menghapus air matamu, anggap saja begitu.. mmmhh…" terus kulayangkan bibirku pada dua kelopak yang mulai basah lagi, namun bukan karena air matanya yang turun kembali.
Cup. Lick~ cup. Lick~
"Kyuuhh…"
Kujauhkan wajahku dari wajahnya yang mulai dijalari warna merah tomat. Ia memandangku dengan tatapan yang…
"Kau manis sekali, chagi."
"Kyaaa!"
Brush~
Kurang dari lima detik aku langsung mendorong tubuhnya kekasur. Bola matanya pun kian membulat saat tiba-tiba aku menindih ringan dirinya. Kutopang tubuhku dengan kedua lenganku, mencegah agar tubuh mungilnya tidak terlalu tergencet dengan tubuhku yang lebih besar darinya. Sudah kubilang, menahan gejolak itu sangat menyiksa. Saat sudah terkumpul banyak bukannya tidak mungkin hasrat itu akan menghilang, malah bisa jadi semakin besar.
"K-kyu?"
Aku tersenyum simpul.
"Mmmmmmpph—!"
Dan tanpa aba-aba aku menubrukan bibir tebalku pada bibir bershape-M miliknya. Rasanya manis, masih manis dan akan selalu manis dimulutku. Sepertnya, mencium bibir tipis ini tidak akan bertahan sebentar. Tidak mungkin menikmati rasa lembut serta kenyal miliknya ini akan kuhentikan dalam sekejap, paling tidak aku akan terus mengecap bibir didepanku ini sampai membengkak.. ataupun…
"Nnnggggh~ hh Kyuuhh…"
Sampai pemiliknya meronta untuk dilepaskan.
.
.
See? Seorang Cho Kyuhyun sampai kapanpun memang akan selalu sulit untuk membenci Lee Sungmin. Kekanakan ataupun manja, menggunakan segala cara agar tidak jauh dariku ataupun agar selalu berada didekatku. Nyatanya.. aku memang menyukai seluruh sifat dan kebiasaan yang dimilikinya.
Dan pada akhirnya? Diriku juga kan yang malah takluk semakin dalam pada Lee Sungmin?
KYUHYUN POV END
.
.
.
Ruang Makan
"Aish, jadi aku makan sendiri disini?"
Nyonya Cho tampak menyuapkan potongan kalbi kedalam mulutnya yang mengerucut, ia pun menguyahnya dengan tampang yang merengut. Bukannya tidak mungkin Nyonya Cho tidak mendengar lengkingan suara Sungmin dari lantai atas, dan suara itu bukanlah suatu pertanda baik untuk menantunya yang manis. Ehem! Calon menantu maksudnya.
Cklek.
Blam!
"Aku pulang."
Terdengar suara yang menggema dari arah ruang depan.
"Syukurlah aku tidak jadi makan sendiri." Gumam Nyonya Cho sebelum ia mendorong kursi meja makan dan bergegas menuju suaminya. "Ne~ selamat datang, yeobo~" ucapnya riang.
.
.
.
.
TBC/END
.
.
A/N ::
Menurut kalian, apa yang akan kalian lakukan jika memimpikan KyuMin disiang bolong?
Kalau aku?
Yap. Menuliskannya menjadi FF!
Jadi mohon maaf kalau aneh, ne? Begitu bangun semua mimpiku langsung bertebaran gak tentu arah dan ngacak tanpa susunan yang jelas, jadi agak sulit untuk menyusun dan mengingatnya lagi. Sejujurnya mimpiku waktu itu belum berakhir disini, makanya aku kasih tanda TBC/END.. karena menurutku, kalau END disini juga udah pas dan gak ngegantung kok. Iya kan? (reader: Ngggaaaaa) #ngarep :3
.
.
Jja, wanna R-E-V-I-E-W? ^O^/
