CPRATT CPRATT

Seorang anak beriris biru sapphire sedang berlari di tengah hujan yang deras. Tetapi, langkahnya terhenti ketika ia menyebrangi jalan kota.


.

Those Days by RiviereAmaterasu

Chapter 0: Prologue

Rating: T

Warning(s): AU, OOC(maybe), misstypo, jalan cerita nggak jelas, romance hancur, humor gagal, BL, Yaoi

Pairing(s): Unconfirmed

Kalau nggak suka jangan dibaca, anda masih mempunyai kesempatan untuk meng-klik back

.


"D-dimana aku?" tanya anak beriris biru sapphire tadi, ia sedang keadaan terbaring. Ia beranjak duduk dari posisinya yang terbaring lalu melihat ke kiri dan ke kanan, ternyata tempat ia ditabrak tadi. Ia melihat dirinya sendiri yang berada tepat di depannya, sedang dalam keadaan tidak sadar. Selain itu, ia juga melihat orang bersurai dan beriris merah yang sedang menggoyang-goyangkan tubuhnya itu sembari berkata "Hei! Bangun!"

"Oh, ternyata ada orang yang meninggal tanpa dijadwalkan." ujar seorang wanita bersurai turquoise.

"M-meninggal? T-tidak dijadwal? A-apa maksudmu?" tanya si surai sapphire kebingungan sekaligus syok mendengar perkataan si turquoise.

"Ah, maafkan aku untuk tidak memperkenakan diri terlebih dahulu, namaku Suiko. Kau pernah mendengar kata-kata malaikat maut? Bisa dibilang aku semacamnya. Tugasku hanya untuk mengurus orang-orang yang meninggal." si surai turqoise yang memanggil dirinya Suiko ini berkata. Si sapphire hanya bisa semakin syok sekaligus kebingungan dan membulatkan matanya ketika mendengar perkataan Suiko tadi.

"Mungkin kau tidak akan percaya saat awal-awal, semua orang juga bergitu. Tapi kau akan mulai membiasakan diri dengan ini nanti. Juga, kalau boleh tahu, siapa namamu?" lanjut Suiko.

"Ugh… S-sendou Aichi." jawab si sapphire yang bernama Aichi dengan agak gugup.

"Oh, Aichi-kun, kah? Kalau begitu akan kujelaskan apa yang sudah terjadi. Seperti apa yang ku katakan sebelumnya, kau baru saja tertabrak orang itu dan sekarang dalam keadaan meninggal. Tetapi, kau tidak dijadwalkan untuk meninggal, jadi kau sekarang hanya dalam keadaan koma atau sekarat, bisa ku bilang juga diambang hidup dan mati." jelas Suiko panjang lebar. Aichi hanya bisa terdiam dan membatu di tempat begitu medengarkan penjelasan Suiko yang panjang lebar itu.

"Juga, karena kau meninggal tanpa dijadwalkan, kau mempunyai dua pilihan." ujar Suiko yang terdengar serius.

"Eh? D-dua pilihan? Apa itu?" tanya Aichi kebingungan.

"Ya, dua pilihan. Kau ingin hidup lagi, atau kau ingin menamati riwayatmu?" tanya Suiko.

"A-apa maksudmu?" tanya Aichi tidak mengerti.

"Jadi, maksudku kau kan meninggal tanpa jadwal, kau mau hidup lagi atau menamati riwayatmu?" tanya Suiko setelah menghela nafas panjang.

"E-eh? A-aku tidak tahu." jawab Aichi gugup sembari menundukkan kepalanya.

"Huuuh… kalau begitu aku sedang tidak ada tugas dan sedang bebas, bagaimana kalau kau pergi berbelanja baju bersamaku sambil memikirkannya?" tanya Suiko.

"Eh? Berbelanja baju?" tanya balik Aichi yang tidak mengerti.

"Ya, berbelanja baju. Aku tidak suka kau memakai baju yang penuh darah seperti itu." lanjut Suiko sembari menunjuk ke arah baju Aichi yang berlumuran darah.

"Eh? Oh, oke." hanyalah jawaban Aichi.

"Kalau begitu ayo." ajak Suiko sembari menglurkan tangan untuk membantu Aichi berdiri dari posisi duduknya.


-Those Days-


Aichi's P.O.V

"Silahkan dipilih, kau mau yang mana? Aku akan memberimu satu baju gratis." ujar Suiko-san yang berada di depanku sembari menunjuk kearah baju-baju.

'Toko apa ini? Aku tidak pernah melihatnya. Juga, mengapa tidak ada clerk yang menjaga? Dan kenapa tidak ada pelanggan disini?' batin Aichi bertanya-tanya.

"Ermm… Suiko-san, tempat apa ini?" tanyaku.

"Ini toko baju, apalagi?" jawab Suiko-san.

"Tapi kenapa tidak ada clerk yang menjaga? Juga mengapa tidak ada pelanggan?" tanyaku lagi penasaran.

"Oh, kalau soal itu, ini adalah toko baju para malaikat maut." jawab Suiko-san lagi.

"E-ehh?!"

'Apa?! Toko baju para malikat maut?! Ternyata malaikat maut juga mempunyai toko baju, toh. Dan aku tidak menyangka bahwa para malaikat maut mempunyai selera yang lumayan bagus.' batin Aichi sembari mengangguk mengerti.

"Ya sudah, kita pilih baju sekarang saja, yuk." ajak Suiko.

"Ah, oke." dengan begitu pun aku mulai mencari baju yang cocok untukku.

"Aichi-kun, bagaimana kalau yang ini?" tanya Suiko. Kemeja kotak-kotak yang berwarna merah dan baju putih polos dengan celana panjang berwarna biru.

"Hm… boleh ku coba." jawabku. Mungkin aku sudah mulai agak terbiasa dengan Suiko-san. Dengan begitu pun aku mulai bergegas ke kamar ganti dan mencoba pakaian yang disarankan Suiko-san. Begitu selesai, aku keluar dari kamar ganti dan memperlihatkan penampilanku pada Suiko-san.

"Wah, bagus. Terlihat casual. Kalau Aichi-kun bagaimana? Nyaman, kah?" tanya Suiko-san.

"Terima kasih. Kalau menurutku nyaman juga. Lalu aku juga tidak ingin berlama-lama." jawabku. Aku sudah memikirkannya tadi saat perjalanan kesini. Aku memilih untuk hidup lagi. Ya, walaupun aku juga bingung aku hidup untuk apa, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba, kan?

"Baiklah, selanjutnya kita ke taman kota." kata Suiko-san.


-Those Days-


"Kita sampai di taman kota." ujar Suiko. Aku melihat ke kiri dan ke kanan, banyak anak kecial yang sedang bermain, tetapi sepertinya tidak ada yang melihatku dan Suiko-san sama sekali.

"Suiko-san, seharusnya aku mengatakan ini sedari tadi, tapi kenapa sepertinya tidak ada yang melihat kita?" tanyaku, ya aku baru sadar sekarang karena tadi tidak ada yang melihatku saat aku tertabrak, hanya ada si penabrak. Tetapi kalau dipikir-pikir si penabrak juga tidak melihatku yang ini tadi. Oh, betapa bodohnya aku.

"Karena kita sudah meninggal, ingat?" jawab Suiko-san.

'Oh, ya! Memang aku sangat bodoh.' batinku sembari facepalm karena kebodohanku.

"Apa ada masalah?" tanya Suiko-san.

"T-tidak ada apa-apa." jawabku.

"Ya sudah, mari kita duduk di bangku disana." ajak Suiko-san.

"Oh, baiklah" hanyalah kata-kata yang keluar dari mulutku.

Dengan begitu aku dan Suiko-san duduk di bangku pinggir taman.

Begitu duduk, Suiko-san bertanya "Jadi, bagaimana? Apa kau sudah memikirkannya?"

"Sudah, aku ingin hidup kembali walaupun aku tidak tahu hidup untuk apa. Aku hanya tidak ingin riwayatku sampai disini saja." jawabku.

"Baiklah. Tapi ada yang harus kamu lakukan." balas Suiko-san yang terdengar serius.

"Apa itu?" tanyaku.

"Kau harus mencari dua orang yang mencintaimu dari lubuk hati mereka."


To Be Continued


A/N: Halo minna-san. Fic baru dari Rivi, nih! Juga, ini fic pertama Rivi yang bahasanya Bahasa Indonesia.(Fic lama blom selesai ehh Rivi malah buat yang baru. Yah, kepingin bikin fic yang kayak begini, sih, yaudah.)

Ehh, baydewey baydewey, kok kayaknya aneh juga ya, Suiko jadi malaikat maut? XD Sama Aichi disini jadi penggemar Jokowi, nih, kayaknya, pake kemeja kotak-kotak warna merah segala. Yah, intinya cuman dimulai dari iseng-iseng mengkhayal(?) orang ketabrak mobil aja. Ehh, malah punya ide untuk bikin fic ini. XD Dan maaf kalo kependekan ya, minna, soalnya ini baru prologue. Juga, maaf kalau ada misstypo ya, minna, soalnya Rivi suka nulis tapi kayaknya nulis benci sama Rivi, deh, trus hasilnya jadi misstypo sana-sini. Pokoknya intinya review yah, minna. Kritik dan saran diterima *menunduk*