Pernahkah kau merasakannya ?
Rasa suka pada seorang idola berubah menjadi rasa cinta yang sesungguhnya.
Suara merdu itu… meski aku tak bisa mengucapkan kalimat-kalimat dalam lirik lagunya secara lantang, tapi hatiku selalu menyanyikannya dengan keras.
Setiap aku mendengarkan lagu-lagunya… wajah tampannya selalu muncul dalam benakku.
Aku sudah memiliki seorang namja yang sangat mencintaiku. Aku juga mencintainya. Tapi wajahnya muncul tak sesering idolaku itu.
Seseorang yang sangat kita idolakan. Bahkan dapat menguras semua perhatian kita.
Dan saat itu tiba… saat aku dapat melihat dan menyentuhnya secara langsung, itu adalah saat yang paling membahagiakan dalam hidupku. Aku bahkan tak pernah memimpikan hal itu akan terjadi.
Tapi sungguh… aku pasti yeoja paling beruntung didunia ini.
Lee Jihoon…
Itulah aku…
.
.
.
.
A Ghost Dream
.
.
.
.
Cast : Seventeen's Member
Pairing : SoonHoon || Meanie || SeungHan || VerKwan
Disclaimer : All cast belongs to God and themselves.
Genre : Romance, Angst, Drama, Fantasy, GenderSwitch, etc
Rated : T
Summary : Terpenjara dalam tubuh roh ini membuat Jihoon tahu segalanya. Segala hal yang tak pernah ia sangka sebelumnya. Kenyataan memang sungguh menyakitkan. Tapi karena kenyataan ini terungkap membuat Jihoon dapat menemukan cinta sucinya. Cinta yang tulus mencintainya, bukan kepura-puraan.
WARNING !
Typo bertebaran dimana-mana,, penulisan tidak sesuai EYD yang berlaku,, FF GENDERSWITCH,, aneh & GJ sudah pasti.
.
.
.
.
FF ini terinspirasi dari Drama Korea yang sangat popular, laris, menarik dan sangat saya sukai yaitu 49 Days ^^
Tapi alur dan cerita ini benar-benar berbeda ! Semoga kalian menyukai FF saya ini :D
DON'T LIKE ! DON'T READ !
.
.
.
.
Chapter 1 - LOOK AT ME
.
.
.
.
HAPPY READING ^_^
.
.
.
.
"Annyeong ?!"
"Annyeong !"
"Apa kalian semua siap bersenang-senang dikonserku malam ini ?"
"Siap !"
"Oke~ Carat ! Are You Ready ?"
"Yeah~ I'm Ready !"
Suara teriakan berpuluh-puluh ribu orang didalam stadion ternama di kota Seoul yang kini sedang menjadi tempat konser seorang penyanyi terkenal itu terdengar menggema sangat keras di seluruh isi stadion.
"Kwon Soonyoung ! Kwon Soonyoung ! Kwon Soonyoung !"
Suara teriakan berpuluh-puluh ribu remaja yeoja itu terus menggema meneriakan nama idola mereka yang kini telah berada diatas panggung besar nan megah di depan mereka itu. Alunan music piano pun mengawali konser malam itu.
Kwon Soonyoung adalah nama aslinya. Namun kebanyakan penduduk Korea lebih mengenalnya sebagai 'Hoshi' si penari hebat sekaligus pemilik suara yang sangat merdu. Diusianya yang kini menginjak 22 tahun, usia yang masih sangat muda namun telah menyabet berbagai macam penghargaan.
Selalu sukses di setiap comebacknya. Lagu yang selalu mencapai all kill. Album yang selalu menduduki puncak teratas. Dan berbagai macam piala tahunan bergengsi selalu sukses ia genggam di tangannya.
Tak hanya di Korea saja, bahkan ketenaran seorang Kwon Hoshi sudah menyebar ke seluruh dunia. Tak hanya di kawasan Asia, bahkan negeri barat pun tak luput mengagungkan nama Hoshi.
Yeah~ Hoshi yang dalam bahasa Jepang berarti bintang benar-benar membuatnya bersinar terang seperti bintang. Kwon Soonyoung, itulah dia.
Setelah berjuta pasang mata di dalam stadion itu terpana oleh keahlian Soonyoung bermain piano, kini suara merdu nan tenang itu telah berganti menjadi musik band yang sangat keras. Musik keras bercampur dan saling bersautan dengan suara penonton yang masih terus menerus meneriakkan nama idola mereka. Memberi semangat dan ikut bernyanyi bersama saat suara merdu itu mulai melantunkan lagu rock yang mampu membakar suasana konser malam itu.
"Aaaaaa . . . "
"Hoshi oppa . . . !"
"Kkyyaaaa… Soonyoung oppa saranghae !"
.
.
.
.
Suara yang benar-benar sangat merdu dan powerfull. Itulah hal yang kini terlintas di pikiran seorang yeoja cantik nan imut yang tengah mendengarkan lagu dari earphone berwarna pink favoritnya yang kini terpasang dikedua telinganya itu. Sebuah lagu yang sangat ia sukai. Sebuah lagu dari seorang penyanyi papan atas Korea yang sangat ia idolakan dan ia kagumi, Hoshi.
Kepala imutnya ia gerakan maju mundur, menikmati alunan suara yang selalu menyejukkan hatinya itu. Sesekali bibir mungilnya bergerak, melantunkan lagu yang tengah ia dengar. Senyum dibibir pinknya pun juga tak lupa ia ukir setiap pikirannya membayangkan jika dirinya tengah bertemu dan bersama idolanya itu.
Hei…ayolah, semua fans diseluruh dunia ini pasti pernah membayangkan diri mereka dapat bertemu dengan idola mereka secara langsung. Bahkan membayangkan jika idola mereka saat ini tengah berada disamping mereka. Dan itu semua terjadi pada seluruh fans Hoshi, tak terkecuali yeoja mungil ini, Lee Jihoon.
Tak lama, seseorang tampak membuka pintu kaca penghubung rumah dan taman belakang tempat Jihoon sedari tadi duduk. Seorang namja yang baru saja datang itu langsung memeluk tubuh Jihoon yang tengah duduk di taman belakang rumahnya dari belakang, membuat Jihoon tersentak kaget dengan kehadirannya.
Jihoon pun menolehkan kepalanya kebelakang dan menemukan sosok seorang namja yang ia cintai itu telah memeluknya erat dan mencium sekilas pipi tirusnya. Jihoon pun tersenyum lalu menepuk sebelah bangkunya yang kosong, menyuruh agar namja yang kini berstatus sebagai tunangannya itu duduk disebelahnya.
"Apa yang sedang kau lakukan sendirian disini hem ?" ucap namja itu sambil memeluk bahu Jihoon.
Jihoon lalu menunjuk earphone pink yang masih terpasang ditelinganya, lalu melepaskan salah satu ujungnya dan memasangkannya ke telinga tunangannya. Menyalakan kembali lagu yang ia dengarkan tadi.
"Eoh ? Kau mendengarkan lagu ini lagi ?" Jihoon pun mengangguk sambil tersenyum manis menanggapi pertanyaan itu.
"Ck~ sudah kubilang kan aku tidak suka dengan penyanyi ini. Siapa namanya ? Ho…Hoshik ? Ah~ bukan hem~ ah~ Hoshi ! Benar kan ?!"
Jihoon hanya tersenyum menanggapi ucapan tunangannya tadi. Di mata Jihoon, ketidaksukaan tunangannya itu malah terlihat seperti orang yang tengah cemburu. Jihoon lalu merangkul lengan namja itu dan mencium kecil pipi sang namjachingunya. Kemudian menatapnya dengan puppy eyes imutnya agar tunangannya itu tak ngambek lagi.
"Aish~ kau ini selalu saja~ Ck…kau tahu sikapmu ini selalu saja membuatku tak pernah bisa marah padamu." Namja itu lalu mengacak-acak rambut panjang Jihoon yang terurai lurus.
"Jihoon chagi, Seungcheol-ah ayo masuk, makan malam sudah siap !" teriak seorang yeoja paruh baya dari dalam rumah membuat sepasang kekasih ini menoleh padanya.
"Eommamu sudah memanggil kita. Ayo kita masuk." Jihoon pun tersenyum dan mengangguk kemudian beranjak dari taman dan berjalan bergandengan dengan tunangannya, Seungcheol masuk kedalam rumah.
oOoOoOoOoOo
Jihoon POV
Aku kini sedang berada ditengah perjalanan ke studio televise untuk menonton pertunjukan comeback stage Hoshi. Ya… Hoshi seorang penyanyi solo yang memiliki suara yang selalu bisa membuatku meleleh setiap mendengar lagunya.
Berlebihan ? Apakah aku berlebihan ?
Aku rasa tidak karena seluruh orang yang mengidolakannya pasti akan berpikir sama sepertiku. Kulihat ramainya jalanan kota Seoul dari dalam jendela mobil yang kunaiki. Sesaat kemudian kurasakan sebuah tangan mengelus-elus rambutku dengan lembut.
Kutolehkan kepalaku dan tersenyum manis pada Seungcheol yang menatapku sesaat kemudian kembali focus pada jalanan didepannya karena saat ini dirinya tengah menyetir di sebelahku. Kubalas usapan lembutnya tadi dengan mengelus pelan pipi yang selalu aku cium setiap hari itu.
Dia tersenyum padaku. Aku pun mengalihkan kembali pandanganku ke jalanan didepanku, tak ingin mengganggu konsentrasinya saat menyetir mobil. Aku terus tersenyum sepanjang perjalanan ini. Sungguh, aku sangat senang karena sebentar lagi aku akan segera melihat secara langsung penampilan idolaku itu.
Bahkan aku semakin bahagia karena orang yang telah membelikanku tiket konser yang sedari tadi aku genggam ditanganku ini adalah Seungcheol. Aku sungguh tak menyangka, tanpa aku tahu Seungcheol telah membelikanku tiket untuk menonton comeback stage artis favoritku ini.
Saat aku alihkan pandanganku dari tiket konser ini kulihat ada sebuah majalah dengan cover Hoshi yang sangat besar dijual dipinggir jalan. Spontan aku langsung menarik-narik lengan Seungcheol yang masih menyetir membuatnya menatapku dan menghentikan mobilnya ditepi jalan.
"Wae ?" tanyanya padaku.
Aku langsung menunjuk ke luar jendela depan mobil, tepat dimana majalah itu dijual. Dan kulihat Seungcheol hanya menghela napasnya setelah melihat majalah yang aku maksud itu.
"Tunggu sebentar disini, aku akan membelikannya untukmu." Ucapnya sambil mencubit kecil pipiku sebelum akhirnya dia keluar dari mobil dan berjalan menuju penjual majalah itu.
Aku terus melihatnya hingga ia sampai di tempat penjual itu. Dia berbalik sebentar kearahku dan menatapku sambil menunjuk sebuah majalah didepannya. Aku pun mengangguk semangat sebagai tanda membenarkan majalah yang akan ia beli itu.
Cukup banyak pembeli disana. Kurasa Seungcheol akan cukup lama untuk mengantri disana. Akupun menyenderkan punggungku ke sandaran kursi dibelakangku, sedikit merilekskan diriku sebelum nantinya tubuhku akan kaku karena melihat Hoshi secara dekat. Ah~ membayangkannya saja membuatku tak henti-hentinya tersenyum dari tadi.
Aku pun menolehkan pandanganku ke sekitar jalanan itu. Cukup banyak orang yang berlalu lalang menyeberang jalanan didepanku. Kutolehkan pandanganku menuju seberang jalan yang tak kalah ramai dengan jalanan didepanku. Mataku terus menelusuri orang-orang yang berjalan diseberang jalan itu sampai pada akhirnya aku melihatnya.
Aku sungguh melihatnya. Aku tak percaya dengan apa yang tengah kulihat saat ini. Aku langsung mengucek mataku, mencoba membenarkan penglihatnku tapi apa yang aku lihat tak berubah. Itu benar dirinya. Aku melihat Hoshi tengah berjalan disana.
Dan kulihat cukup banyak yeoja-yeoja yang mengelilinginya, meminta foto dan tanda tangan. Aku tak dapat menyia-nyiakan kesempatan ini begitu saja. Aku juga harus mendapatkan foto dan tanda tangannya.
Aku segera mengambil ponsel, buku, dan pena dari dalam tasku kemudian segera berlari keluar dari mobil, mencoba menyeberang jalanan yang masih dilalui banyak mobil. Aku tak mungkin menunggu lampu merah karena Hoshi bisa saja pergi kapan saja.
Saat jalanan terlihat cukup sepi, aku langsung berlari dan menyeberang. Aku terus berlari sampai akhirnya aku sampai diseberang jalan ini. Aku hendak kembali berlari menghampiri tempat Hoshi berdiri tapi…
"Aawww~"
Aku kehilangan keseimbanganku dan tubuhku sedikit oleng, membuatku tak sengaja menabrak seorang yeoja. Aku menundukkan kepalaku sebagai permintaan maafku dan membantunya membereskan kertas-kertasnya yang berserakan dilantai karena ulahku.
Sangat banyak kertasnya yang terjatuh. Aku terus membantunya sampai pada akhirnya aku mendengar suara teriakan seorang anak kecil. Aku menolehkan kepalaku dan melihat seorang anak kecil yang terjatuh dan tengah menangis ditengah jalan besar itu.
Aku segera berlari menolongnya sebelum ada mobil yang menabraknya. Aku segera menggendongnya untuk menepi di halte yang ada ditengah jalanan. Aku tersenyum pada anak kecil itu dan memberinya sebuah permen lollipop yang ada disakuku agar dia tak menangis lagi.
Aku pun kembali menoleh keseberang jalan dan ternyata Hoshi masih ada disana. Aku mencoba menyeberang jalan ini lagi untuk berjumpa dengannya. Tapi saat aku hendak sampai ditepi jalan tiba-tiba aku mendengar sebuah suara. Sebuah suara yang membuatku diam membeku. Kutolehkan kepalaku ke asal suara itu dan …
.
TIN TIN TIN
.
BRUAKH
.
Gelap… Semua menjadi gelap seketika. Aku tak tahu apa yang telah terjadi pada diriku saat ini. Tak terasa apapun. Hanya ada rasa dingin yang menyelimuti diriku.
Takut... Aku sungguh takut. Semua terasa dingin dan menakutkan bagiku.
Sampai akhirnya samar-samar kudengar suara teriakan orang-orang yang tak jauh dari diriku. Perlahan kubuka mataku. Aku terus mengerjap-kerjapkan mataku untuk menjernihkan penglihatanku. Dan tepat didepan mataku saat ini kulihat banyak sekali orang-orang yang berkumpul mengelilingi sesuatu.
Perlahan aku bangkit dari posisi terbaringku. Mencoba berdiri dan berjalan secara perlahan menuju kerumunan orang-orang itu.
"Nona ! Nona ! Apa kau baik-baik saja ?"
"Hei kenapa ambulancenya belum datang juga ?!"
"Apa dia masih hidup ?"
Kini suara-suara teriakan itu semakin jelas kudengar. Aku yang penasaran dengan apa yang terjadi itu pun semakin mendekati kerumunan orang-orang itu. Dan saat aku sampai dikerumunan itu, aku merutuki diriku yang pendek ini. Aku mencoba melompat-lompat untuk melihat apa yang tengah menjadi pusat perhatian mereka disana.
Dan saat orang yang berdiri didepanku ini berjalan menyingkir, aku pun segera maju untuk melihat apa yang mereka semua lihat. Dan betapa terkejutnya diriku, mataku langsung terbelalak lebar saat bola mataku menemukan sosokku sendiri terkapar didepanku tanpa kesadaran dan darah bercucuran disekujur tubuhku.
Tubuhku kembali membeku melihat tubuhku sendiri. Ini berarti aku telah…
Tidak ! Ini tidak mungkin !
Aku terus menggeleng-gelengkan kepalaku. Aku masih tak mau mempercayai apa yang baru saja kulihat itu. Aku terus berjalan mundur, menjauhi kerumunan orang-orang itu. Dan kini aku benar-benar merasa takut saat aku merasakan orang lain dengan mudahnya melewati tubuhku. Mereka semua berjalan menembusku seolah aku sama sekali tak terlihat oleh mereka.
Tapi benarkah aku sekarang sudah tak terlihat ? Tak adakah yang bisa melihatku ?
Aku mencoba memastikannya. Aku menghampiri siapapun yang berjalan di jalanan itu. Berdiri didepan mereka dan menyentuh mereka. Tapi hasilnya nihil. Mereka semua tak melihat kehadiranku, bahkan aku tak dapat menyentuh mereka.
Aku takut. Aku bingung. Aku sedih. Aku terisak lirih dan air mata ini hampir keluar. Tapi tiba-tiba saja perhatianku teralihkan oleh suatu percakapan yang tak jauh dari tempatku berdiri. Kutolehkan kepalaku ke sosok dua namja bertubuh besar yang terlihat seperti preman itu.
Samar-samar kudengar pembicaraan mereka yang menarik perhatianku. Akupun berjalan mendekati mereka agar lebih jelas mendengar pembicaraan mereka itu.
"Dia sudah pergi. Bagaimana sekarang ?"
"Aish~ seharusnya kita habisi dia tadi ! Tapi kenapa sampai bisa kehilangan jejaknya ha ?!"
"Mianhae, ini semua salahku. Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang ?"
"Kita harus lapor pada boss dulu, setelah itu baru kita habisi penyanyi bernama Hoshi itu."
Mwo ? Nama itu… Hoshi ?
Mereka sedang membicarakan Hoshi ? Apa maksud mereka menghabisi ?
Mungkinkah…
Diriku terlonjak dari segala pikiranku tentang Hoshi saat mendengar suara ambulance yang telah datang itu. Aku kembali menoleh kearah tubuhku yang terkulai dijalanan itu. Aku hendak mengikuti masuk kedalam ambulance itu tapi… kulihat preman-preman itu pergi dengan seringaian mereka.
Bagaimana ini ? Hoshi oppa pasti sedang dalam bahaya !
Tapi…
Tubuhku…
Kemana aku harus pergi ?
Jihoon POV End
oOoOoOoOoOo
Jihoon terus mengikuti kedua preman itu sampai kesebuah gedung besar. Jihoon membaca nama gedung itu dan ternyata itu adalah gedung pertelevisian KBS. Jihoon hanya mengernyit bingung saat menatap kedua namja yang berjalan didepannya itu.
'Kenapa mereka kemari ?' Pikir Jihoon keras.
'Omo ! Mungkinkah mereka akan menyerang Hoshi oppa disini ?!' batin Jihoon semakin kacau saat dirinya telah sampai didepan ruangan bertuliskan 'Ruang Ganti Artis' itu.
Kedua preman itu masuk kedalam ruang ganti itu tapi terlambat bagi Jihoon untuk mengikutinya masuk karena pintu itu tertutup terlebih dahulu sebelum Jihoon sempat masuk.
'Aish~ bagaimana ini ? Apa yang akan terjadi pada Hoshi oppa didalam ?!' kalut Jihoon dalam hati sembari menghentak-hentakkan kakinya.
Jihoon terus mecoba memegang kenop pintu itu tapi semua itu sia-sia saja karena dirinya tak dapat menyentuh apapun. Jihoon semakin kalut, dipukul-pukulnya pintu didepannya itu tapi tak ada suara apapun yang tercipta.
Jihoon pun mendekatkan telinganya didepan pintu, berharap dapat mengetahui apa yang terjadi didalam sana tapi dirinya juga tak dapat mendengar apapun dari balik pintu itu. Jihoon semakin takut dengan hal yang akan terjadi pada idolanya itu.
Sampai pada akhirnya dia mendengar suara yang tak asing lagi ditelinganya. Di edarkannya pandangannya kesekelilingnya, mencari asal suara itu dan akhirnya mata imutnya yang sudah berkaca-kaca itu menangkap sosok namja yang ia khawatirkan sejak tadi.
'Hoshi oppa.' Senyum lega pun mulai terukir dibibir kecilnya.
Kakinya mulai melangkah menghampiri Hoshi yang tengah berbicara dengan seorang namja bertubuh lumayan gemuk itu.
"Ingat ! Jangan sampai ada fals di comeback stage mu malam ini !"
"Nde~ Nde~ aku tahu."
"Bersiap-siaplah dibelakang panggung."
"Nde~ O…iya Dokyeom-ah…"
"Jangan panggil aku seperti itu !"
"Wae ?"
"Karena aku disini sebagai managermu. Bersikaplah lebih sopan pada managermu ini."
"Ck~ kau itu kan sahabatku, jadi tidak usah terlalu formal begitu. I don't like that."
"Tapi aku…"
"Dokyeom-ah~ Seokmin-ah~ Lee Seokmin~"
"Aish~ baiklah, terserah padamu mau panggil aku apa. Sekarang cepat pergi kebelakang panggung !" ucap Seokmin sang manager Hoshi sembari mendorong punggung Hoshi agar artisnya itu segera pergi.
"Kau sendiri mau kemana ?"
"Makan ! Aku lapar !" ucap Seokmin sambil berjalan meninggalkan Hoshi yang kini malah menggembungkan pipinya.
"Ck~ selalu seperti ini. Dipikirannya hanya ada makan makan makan dan makanan saja. Tapi tubuhnya tak gendut gendut. Lihatlah~ astaga… betapa cekingnya dia itu. Aish~ jika ada yeoja yang naksir padanya pasti dia akan melabrakku karena berpikir aku ini artis sombong yang pelit yang tak pernah memberi makan pada managernya sendiri." Gerutu Hoshi sambil berjalan pergi.
Tanpa ia sadari seorang yeoja cantik yang kini berstatus sebagai hantu itu mengikutinya dari belakang. Jihoon terus mengikuti Hoshi sampai mereka sampai dibelakang panggung comeback stage artis favoritnya itu.
Hoshi pun mulai naik keatas panggung dan teriakan dari yeoja-yeoja yang menonton disana pun mulai menggema diseluruh studio. Dari belakang panggung, mata Jihoon terus menelusuri keindahan panggung didepannya juga para penonton disana.
Jihoon menatap beberapa bangku penonton yang kosong didepan sana. Terbesit sekilas dipikirannya jika seharusnya saat ini dirinya tengah duduk manis di salah satu bangku itu dan menonton pertunjukan Hoshi dengan hati senang.
Pikiran Jihoon tiba-tiba saja buyar begitu saja saat musik mulai mengalun di atas panggung itu. Meski saat ini ia hanya bisa melihat punggung Hoshi saat tampil tapi tetap saja suara merdu itu selalu menghanyutkan hatinya untuk tak berpaling pada hal lainnya.
oOoOoOoOoOo
Setelah konser selesai, Hoshi pun pergi dari gedung televise itu dengan penampilan yang sangat tertutup. Sebuah penyamaran agar tak ada yang mengenalinya di jalanan. Jaket hitam dan syal berwarna abu-abu menutupi tubuhnya di malam yang cukup dingin ini. Jangan lupakan kacamata hitam dan topi dengan warna senada yang menutupi wajahnya. Juga sebuah masker membuatnya seperti buronan yang tengah bersembunyi dari kejaran polisi.
Hoshi terus berjalan menyusuri jalanan kota Seoul yang masih cukup ramai itu. Hingga akhirnya dirinya pun sampai di stasiun kereta. Menaiki kereta yang akan membawanya ke tempat yang ia tuju.
Jangan lupakan seorang yeoja mungil yang sedari tadi terus mengikutinya dari belakang. Ya, Jihoon masih terus mengikutinya. Entah apa ia sadar atau tidak, tapi yang ada dipikiran Jihoon saat ini hanyalah sosok tampan Hoshi yang ada didepannya.
Setelah kereta itu berhenti di pemberhentian yang Hoshi tuju, Hoshi pun segera turun dari kereta dan tak ketinggalan Jihoon pun segera ikut turun bersamanya lalu mengikuti langkah Hoshi berjalan.
Jihoon hanya terus memandang punggung Hoshi yang berjalan didepannya. Terus mengikutinya sampai akhirnya mereka sampai di tempat yang Hoshi tuju.
'Warm & Cool Cafe.' Batin Jihoon saat membaca plakat besar di atas café itu.
Jihoon ingin masuk kedalam café itu tapi plakat besar itu membuat perhatiannya teralihkan sebentar hingga ia tak menyadari jika Hoshi telah masuk ke dalam café itu.
'Aish~ aku kan ingin masuk kesana.' gerutu Jihoon yang kini dirinya hanya bisa melihat sosok Hoshi dari luar pintu kaca café itu.
Sesaat kemudian gerutuan-gerutuan itu hilang seketika saat mata Jihoon kembali menangkap sosok Hoshi yang kini telah berdiri didepan meja kasir untuk melayani para pembeli disana.
Mata cantiknya tak dapat berpaling dari sosok mempesona Hoshi yang terus tersenyum pada pembeli-pembeli disana. Senyuman manis itu membius Jihoon seketika hingga ia tak sadar banyak orang yang berlalu lalang keluar masuk café itu.
Jihoon bisa masuk kedalam café itu untuk melihat sosok Hoshi lebih dekat lagi tapi tubuhnya suka membeku hanya dengan melihat Hoshi dari luar pintu kaca itu.
'Eoh ?' kaget Jihoon saat tatapan mata Hoshi tertuju padanya.
Cukup lama Hoshi menatap ke arahnya yang berdiri diluar pintu kaca itu. Jihoon segera melihat kesekelilingnya, mencari sosok yang Hoshi tatap nihil, tak ada siapapun didekatnya saat ini. Itu artinya…
'Dia melihatku ?'
Jihoon segera menoleh kembali ke arah Hoshi yang saat ini masih tetap menatap dirinya. Tapi Hoshi segera mengalihkan pandangannya lagi saat ada pembeli didepannya. Jihoon yang menyadari itu segera beranjak masuk kedalam café saat ada orang yang membuka pintu café itu.
Berjalan cepat ke arah Hoshi berdiri. Kemudian ikut mengantri di belakang orang-orang yang ada disana. Hingga pada akhirnya kini Jihoon berdiri tepat didepan Hoshi. Menatap intens ke arah Hoshi yang kini sibuk menulis pesananan sebelumnya.
"Kau mau pesan apa nona ?" tanya Hoshi pada Jihoon tapi Jihoon sama sekali tak menjawabnya.
"Nona, mianhae tapi kau mau pesan apa ?" ulang Hoshi yang kini menatap Jihoon.
Jihoon lalu menggelengkan kepalanya membuat Hoshi sedikit emosi.
"Lalu kau mau apa ? Tanda tanganku atau foto bersamaku ? Jika itu kemauanmu, pergi saja karena aku tak akan memberikannya." Ucap Hoshi ketus yang masih ditanggapi dengan gelengan kepala oleh Jihoon.
"Kau bicara dengan siapa hyung ?" tanya seorang barista pekerja di café itu yang baru saja kembali dari mengantar pesanan.
"Yeoja ini, dari tadi dia hanya menatapku saja." Ucap Hoshi sambil menunjuk sosok Jihoon yang ia lihat itu.
"Eoh ? Yeoja ? Kau sedang mimpi berdiri ya hyung ?!"
"Mwo ? Wae ?"
"Yeoja apa ? Tidak ada siapapun disitu !"
"Ha ? Yakh~ Minghao-ah jangan bercanda denganku." Ucap Hoshi dengan wajah sedikit takut.
"Aku rasa kau perlu memakai kacamata yang lebih besar lagi, hyung."
"Ada apa ini ?" melihat keributan yang terjadi di depan membuat Junhui, sepupu Hoshi sekaligus kekasih dari Minghao dan pemilik café itu menghampiri mereka.
"Junhui-ah kau melihat yeoja ini kan ?!" tanya Hoshi sambil menunjuk Jihoon yang masih berdiri didepan meja kasir.
"Eoh ? Nuguya ? Tidak ada siapa-siapa disana." Ucap Junhui yang membuat wajah Hoshi semakin pucat.
"Yakh~ apa kau sedang demam? Kau sedang berhalusinasi ? Atau kau sedang melihat hantu ? Jangan membuatku merinding dasar sipit ! Aku masih harus kerja sampai tengah malam." Gerutu Minghao yang tampaknya sama sekali tak di dengarkan oleh Hoshi.
Hoshi pun kembali melihat Jihoon dengan tatapan takutnya. "Hem~ Minghao-ah~ kau gantikan aku dulu ya. Aku mau ke toilet." Ucap Hoshi langsung pergi dari meja kasir itu.
Melihat kepergian Hoshi itu, Jihoon pun mengikutinya lagi. Hoshi yang berjalan dengan langkah cepat itu pun semakin gusar saat sesekali dirinya menoleh kebelakang dan melihat Jihoon masih terus mengikutinya.
"Kenapa kau mengikutiku terus sich ?!" teriak Hoshi saat tiba-tiba saja ia menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Jihoon.
Jihoon yang terkejut pun segera menghentikan langkahnya dan menundukkan kepalanya. Hoshi pun melihat tubuh Jihoon dari ujung kaki hingga ujung kepalanya. Seorang yeoja yang manis dengan gaun selutut dan rambut terurai lurus.
'Kakinya menapak dilantai kok. Dan mana mungkin yeoja manis ini seorang hantu.' Batin Hoshi menebak-nebak meski bulu kuduknya masih merinding melihat yeoja didepannya itu.
Tak mau ambil pusing, Hoshi pun kembali melangkahkan yang menyadari itupun kembali mengikutinya sampai akhirnya mereka sampai didpan toilet namja.
"Kau masih saja mengikuti ya ?! Kau juga mau mengintipku didalam ha ?!" teriak Hoshi sekali lagi membuat pipi Jihoon merona merah.
Jihoon pun perlahan berjalan mundur dan membiarkan Hoshi masuk kedalam toilet. Jihoon masih terus menunggu Hoshi diluar toilet. Bagaimanapun Jihoon harus memberitahu Hoshi tentang orang-orang yang akan menyelakakannya itu.
Cukup lama Jihoon menunggu Hoshi didepan toilet sampai akhirnya Hoshi pun keluar dari toilet itu. Hoshi hanya menghela napas beratnya saat menemukan sosok Jihoon yang masih ada disana dan kini tengah berjongkok sambil menenggelamkan kepalanya diantara lipatan kedua tangannya diatas lututnya. Benar-benar terlihat seperti anak kecil yang terpisah dari orang tuanya.
Hoshi pun mendekati Jihoon. "Ehem~ kenapa masih disini ?" ucap Hoshi yang membuat Jihoon menengadahkan kepalanya keatas menatap sosok Hoshi yang kini tengah memandangnya.
Jihoon pun segera berdiri dan menatap Hoshi yang masih menatap aneh padanya.
"Kenapa kau terus saja mengikutiku sejak tadi ha ?!"
"…"
"Kau mengikutiku sejak distasiun tv kan ?!"
"…"
"Kenapa tak menjawabku, ha ?!"
"…"
"Apa hantu sepertimu juga mengidolakanku dan mau meminta tanda tanganku atau berfoto denganku ?!"
"…"
"Jawab aku !"
"Ah ! Eh ?" Jihoon pun terlonjak kaget mendengar bentakan Hoshi tadi.
Tapi sesaat kemudian matanya membulat setelah mendengar apa yang baru saja keluar dari mulutnya itu.
"Cepat jawab aku !"
"Ehem~ hem~"
"Hei ! Apa yang kau lakukan ha ?!" heran Hoshi saat melihat tingkah Jihoon.
"Tes~ AAAA~ Omo~ aku…aku bisa bicara." Ucap Jihoon yang membuat Hoshi hanya mengangkat sebelah alisnya, heran.
"Wae ?"
"Kkyyaaaaaa~ Aku bisa bicara !" teriak Jihoon girang sembari melompat-lompat didepan Hoshi.
Hoshi yang melihat tingkah aneh Jihoon yang sedang fokus di dunianya sendiri pun segera memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur. Hoshi pun segera berlari pergi meninggalkan Jihoon yang masih melompat-lompat tak jelas itu.
"Aku tak percaya aku bisa bicara. Suara ini… ini suaraku ? Suaraku seperti ini ?" Ucap Jihoon senang dengan air mata yang mulai menggenang dimatanya.
Tapi tak lama kemudian dirinya pun teringat kembali pada Hoshi. Tapi saat dia sadar, dirinya sudah tak menemukan sosok Hoshi disana .Jihoon pun segera kembali kedalam café. Dan untung baginya karena dirinya masih sempat melihat Hoshi yang baru saja keluar dari café.
Jihoon pun segera berlari untuk mengejar Hoshi dan kembali mengikutinya. Kali ini Jihoon lebih berhati-hati agar Hoshi tak menyadari jika dirinya mengikutinya. Sampai akhirnya langkahnya sampai disebuah gedung apartement yang sangat besar.
Jihoon pun mengikuti Hoshi masuk kedalam gedung apartement itu. Terus membuntutinya hingga akhirnya langkah kaki Hoshi berhenti didepan sebuah pintu. Bukannya membuka pintu itu, Hoshi malah berbalik dan menatap tajam sosok Jihoon dibelakangnya.
Jihoon yang melihat tatapan tajam Hoshi itu hanya menunduk takut sembari menarik-narik gaun yang ia pakai. Hoshi tak mau ambil pusing, dia segera membuka pintu apartementnya dan masuk kedalam. Jihoon yang melihat itu segera berlari hendak ikut masuk kedalam tapi…
"Stop !" teriak Hoshi dari belakang pintu membuat Jihoon segera menghentikan langkahnya diluar pintu.
"Hantu sepertimu ternyata lebih parah dari seorang stalker ya !"
"Aku bukan stalker, hanya saja…ada satu hal yang harus aku sampaikan padamu."
"Mwo ?"
"Kau harus berhati-hati karena ada orang jahat yang ingin mencelakaimu."
"Eoh ? Eumph~ hahaha~ kau bercanda ya ? Yang ada juga seorang hantu yang sedari tadi mengikutiku dan membuatku hampir terkena serangan jantung sepertimu itu." Tunjuk Hoshi tepat didepan wajah Jihoon.
"Sudahlah~ pergi sana keduniamu dan jangan ganggu aku lagi !"
"Ta-tapi aku…"
BLAM
Jihoon langsung menutup matanya dan sedikit terlonjak kaget saat tiba-tiba saja Hoshi langsung menutup pintu apartementnya dengan sangat keras sebelum ia menuntaskan ucapannya tadi.
Jihoon hanya menatap sedih pintu didepannya itu dan kembali menundukkan kepalnya. Dirinya sama sekali tak beranjak pergi dari sana. Jihoon lebih memilih beristirahat dan menunggui Hoshi disana.
oOoOoOoOoOo
"Apa yang akan kau lakukan dengannya ?" suara seorang yeoja berpakaian modis berhasil membuyarkan lamunan seorang namja yang tengah termenung disebuah balkon itu.
Namja itu segera berbalik dan tersenyum pada yeoja itu dan merentangkan kedua tangannya, memberi isyarat agar yeoja itu memeluknya. Yeoja itu pun mendekat dan memeluk mesra namja yang masih memakai kemeja dengan sedikit noda berwarna merah terlihat dibeberapa ujung kemejanya itu.
"Kenapa kau membawanya kemari ? Seharusnya kau membawanya kerumah sakit dan menghubungi orang tuanya." Ucap yeoja itu didalam pelukan sang namja.
"Bukankah ini menguntungkan bagi kita, chagi."
"Tapi Seungcheol-ah, jika dia benar-benar meninggal bagaimana ?"
"Maka aku akan mendapatkan semuanya." Ucap namja yang dipanggil Sungcheol itu sembari melepaskan pelukannya dan mengelus bibir yeoja didepannya itu dan mengecupnya sekilas.
"Mati atau tidak, itu adalah takdirnya. Lagipula kan bukan kita yang membuatnya seperti itu, tapi takdir yang memihak pada kita."
"Choi Seungcheol~"
"Yoon Jeonghan~ Dengarkan aku. Jangan pikirkan apapun. Meski rencana kita sedikit berubah, tapi hasil akhirnya akan tetap sama. Kita akan bersama dan merebut semua hal yang memang menjadi milik kita."
"Seungcheol…"
"Kau mengerti ?! Sekarang kita harus segera merebut semuanya sebelum dia sadar." Ucap Seungcheol sambil menatap kedalam sebuah kamar didepan tempat mereka berdiri sekarang.
Sebuah kamar dimana terdapat sosok seorang yeoja cantik yang tengah terbaring tak berdaya dengan berbagai alat bantu kehidupan tertempel pada dirinya.
'Mianhae~ tapi aku harus melakukan semua ini padamu…Lee Jihoon.'
oOoOoOoOoOo
Jihoon masih terus duduk bersandar didepan pintu apartement Hoshi. Menelungkupkan kepalanya di kedua tangannya
'Lee Jihoon'
'Lee Jihoon'
Samar-samar Jihoon mendengar suara seseorang yang memanggil-manggil namanya. Jihoon pun mendongakkan kepalanya dan mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang memanggilnya.
Tapi tak ada seorang pun di lorong apartement itu. Dan suara panggilan itu semakin lama semakin jelas. Jihoon pun mulai berjalan mencari asal suara itu. Terus melangkah sampai akhirnya langkahnya terhenti diluar apartement itu.
Terus mengedarkan pandangannya mngelilingi taman apartement itu, tapi tak ada siapapun disana. Jihoon pun menyerah dan beranjak hendak kembali ke apartement Hoshi tapi tiba-tiba saja dirinya dikejutkan oleh sosok seorang namja yang berdiri dibelakangnya.
Jihoon mengerjap-kerjapkan matanya memandang sosok namja yang kini ada dihadapannya itu. Namja dengan pakaian serba hitam, berambut sedikit ikal, dengan wajah evilnya itu kini tengah berdiri memandang Jihoon dengan sangat tajam.
Berdiri ?
Eh~ Tunggu dulu !
Jihoon menyadari ada sesuatu yang aneh pada namja itu. Dilihatnya baik-baik namja menyeramkan didepannya itu dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Dan kaki itu ! Jihoon langsung membelalakkan matanya saat melihat namja didepannya itu tidak menginjak tanah, melainkan melayang !
Itu artinya . . .
"KKYYYAAAAA~ SETAAAAANNN . . . !"
PUK
"Aaaawwww~"
.
.
.
.
T
B
C
.
.
.
.
Hhuuwwaaaa~ akhirnya FF ini bisa publish juga ^^
Sebenernya FF ini udah lama banget ^^ udah hampir 4 tahun tapi baru aku publish di FFn sekarang tadinya aku cuma publish di FB ku aja dengan cast Super Junior ^^
Dan kali ini aku coba remake ulang dengan cast yang beda dan lebih fresh ^^
Gomawo buat yang udah baca dan review ^^
Saranghae~
.
.
.
.
- DdangKie -
