Disclaimer: Katekyo Hitman Reborn adalah milik Amano Akira, penulis tidak mengambil keuntungan material dari penulisan fanfik ini
Warning: AU, OOC, OC, kekerasan, slash, typo, etc
Rating: T
Genre: Romance, Adventure
Pairing: 1827
BLACK BIRD
By
Sky
Pernahkah kalian merasakan bagaimana rasanya tergelincir ke sebuah lubang misterius yang tak memiliki ujung akhir dan terus berlanjut sampai kau tak merasakan apapun kecuali perasaan sakit serta ketakutan yang mendalam? Itulah yang ia rasakan pada suatu hari yang tak pernah ia duga, tergelincir ke dalam sebuah lubang layaknya dirinya adalah Alice dalam dunia mimpi. Tapi ia sangat yakin kalau dirinya bukanlah Alice maupun berada dalam negeri dongeng, dan ia pun memastikan kalau dirinya juga tak berada dalam buku cerita apapun terakhir kali ia menyadari ada di mana dirinya berada.
Perasaan jatuh dan turun secara terus menerus membuat perutnya mual, ditambah pula dengan kegelapan pekat beserta ketakutan akan monster bayangan yang tiba-tiba akan menyerangnya tentu tak membuat perasaannya menjadi membaik, malah berakibat kebalikannya. Ia ingin berteriak, hanya saja mulutnya tak mau terbuka seperti apa yang diperintahkan oleh otaknya, dan ia pun menduga andaikata mulutnya mau terbuka belum tentu ada suara yang akan keluar dari sana. Badannya menolak semua perintah yang otaknya berikan, bahkan bayangan gelap dalam lubang tempatnya jatuh pun semakin lama semakin mencekam.
Ia merasa takut, namun anehnya pada saat yang sama ia tak merasa takut. Rasanya seperti kejadian berbahaya yang ia alami tidak lebih dari sebuah mimpi buruk yang pernah ia lihat dan beberapa menit kemudian akan sirna begitu saja. Semua ini membuatnya bingung, tapi bingung tentang apa? Ia tak tahu akan jawabannya, hal ini membuatnya sedikit marah meski ia tahu dirinya tak tahu apa yang menjadi sumber kemarahannya. Ia terus jatuh ke dalam, gravitasi menariknya ke dalam dan secara reflek ia membuka mulutnya yang sedari tadi tertutup sebelum teriakan tanpa suara miliknya membuat tenggorokannya merasa sakit.
Cahaya yang berasal dari bawah mulai terlihat, ia tak bisa melihatnya dengan jelas karena cahaya tersebut berubah menjadi semakin terang dan terang sampai tubuhnya tertutupi oleh cahaya putih itu. Kesadarannya pun memudar akibat reflek jatuh yang ia alami.
Rasanya seperti terjungkal ke belakang namun dengan efek yang lebih dramatis, ia pun terbangun dari tidurnya dan serta merta langsung membuka kedua matanya dengan begitu lebar. Gelap adalah apa yang ia lihat pertama kali setelah ia tersadar, hanya cahaya bulan yang berasal dari luar pintu shoji yang membatasi ruangan itu dengan dunia luar menjadi cahaya yang meneranginya secara sementara. Tubuhnya yang bersimbah peluh pun tidak rileks sama sekali meski dirinya tidak lagi melihat adanya lubang besar yang menelannya, sebagai gantinya adalah ruangan besar berstruktur Jepang tradisional. Kamarnya.
Perlahan ia pun mengganti posisinya dengan duduk di atas futon tempatnya berbaring tadi, dan ia pun mengamati ruangan tempatnya berada saat ini untuk beberapa saat lamanya. Ruangan tersebut adalah kamarnya, namun pada saat yang sama ia merasa asing akan tempat itu seperti ia baru pertama kali melihatnya. Andaikata tempat ini adalah ruangan pribadi miliknya pasti ia akan merasa familier dan tidak merasa asing seperti ini. Rasanya seperti ia pernah berada di sini dan pada saat yang sama ia tak ada di sini, begitu membingungkan.
Ia mencoba untuk memutar otaknya, mencari tahu informasi yang otaknya simpan akan apa yang terjadi sekarang ini. Ia ingat dirinya bernama Hibari Kyoya, pewaris dari keluarga Hibari dan tengah berada dalam usia delapan tahun. Tapi siapa Hibari Kyoya? Ia tak tahu, dan terakhir yang ia ingat dirinya bukanlah Hibari Kyoya namun seseorang yang lain, seseorang yang bukan Hibari Kyoya serta bukan seorang bocah laki-laki yang baru berusia delapan tahun. Kalau dirinya bukan Hibari Kyoya, lantas siapa dirinya? Ia tak bisa mengingat namanya selain Hibari Kyoya meski ia tahu Hibari Kyoya bukanlah dirinya dan dirinya bukanlah Hibari Kyoya. Amnesia, hal pertama yang muncul di dalam benaknya ketika ia tak bisa mengingat siapa dirinya yang sebenarnya dan hanya ingatan mengenai Hibari Kyoya yang tergambar di dalam otaknya, hanya saja ide tersebut langsung ditolak oleh dirinya karena ia bisa mengingat dengan jelas informasi-informasi yang asing namun familier pada saat yang sama.
Mimpi dimana dirinya terjatuh ke dalam lubang kelinci layaknya Alice dalam cerita dongeng yang pernah ia baca adalah apa yang mendasari dirinya berada di tempat asing ini, namun anehnya ia sama sekali tak mengingat siapa dirinya meski beberapa gambaran mengenai peristiwa dalam kehidupannya yang lalu muncul secara samar dalam kepalanya. Ia terbangun dalam tubuh seorang bocah berusia delapan tahun, apa itu artinya ia mengambil tempat dari pemilik asli tubuh yang ia miliki ini?
"Siapa aku yang sebenarnya?" suara yang terdengar asing di telinganya namun ia yakin kalau itu adalah suara Hibari Kyoya keluar dari mulutnya. Ia merasa tak nyaman berada dalam tubuh orang lain.
Karma, kalimat itu terngiang. Karma adalah bagian dari kosmik hidup seseorang serta bagian dari reinkarnasi jiwa lama ke dalam tubuh baru setelah seseorang meninggal di dunia lamanya. Ia tak tahu dari mana pengetahuan tersebut muncul, namun yang jelas ia sangat yakin kalau pengetahuan itu adalah pengetahuan dari kehidupan lamanya. Kalau benar karma itu memang ada, maka dirinya memang terlahir sebagai seseorang yang baru dan ingatannya terhapus untuk menutupi jejak dosa yang pernah ia buat dalam kehidupan lamanya. Hanya saja, bagaimana ia bisa mengingat semua itu kalau siapa dirinya saja tak dapat ia ingat? Dan terlebih lagi bagaimana ia bisa tahu kehidupannya sebagai Hibari Kyoya kalau ia merasa dirinya tak berada dalam kehidupan barunya dan merasa seperti baru bangun tidur lalu mendapati semua ini dilemparkan pada pangkuannya?
"Uggh..." erangnya dengan suara berat kala semua informasi mengenai bocah berusia delapan tahun bernama Hibari Kyoya langsung menyerang otaknya.
Kepalanya terasa begitu pening dan berat, membuatnya terjatuh ke belakang dan kepalanya menghantam bantal di belakangnya. Selama lima belas menit penuh semua informasi dasar mengenai Hibari Kyoya ditangkap oleh otaknya. Membuatnya tak mampu beristirahat maupun terjaga penuh, hanya bisa merintih kesakitan akibat kepalanya serasa dibelah menjadi dua. Peluh membanjiri badannya ketika kepalanya serasa dihantam oleh palu raksasa dalam jumlah yang banyak, dan pada saat itu juga ia tak bisa melakukan apapun kecuali tiduran di atas futon serta menahan semua rasa sakit akibat informasi yang berjumlah banyak mengenai kehidupan Hibari Kyoya. Kehidupannya saat ini.
Hibari Kyoya. Delapan tahun. Pewaris keluarga Hibari. Pelindung Namimori. Brutal. Dingin. Sendiri. Menyedihkan. Monster.
Ingatan itu membuat Kyoya membelalakkan kedua matanya, membuatnya terlihat seperti seekor hewan kecil yang berada di hadapan hewan buas yang siap menerkam dirinya begitu saja. Mengingat hal itu tentu membuat bagian dari diri Kyoya langsung mencelos sebelum ia menghantam pikiran buruk serta tak masuk akal tersebut untuk pergi dari dalam kepalanya. Masih terjaga dari tidurnya serta dengan kepala yang masih berdenyut-denyut tidak karuan, Kyoya yang berbaring di atas futonnya itu menatap langit-langit kamarnya yang dilapisi oleh kayu yang kuat. Ia mencoba menganalisa akan apa yang tengah terjadi serta apa yang tengah ia rasakan saat ini, dan meski ia tak terlalu menyukai kesimpulan yang ia buat sendiri ia tak memiliki pilihan lain kecuali untuk menerima kenyataan kalau ia adalah seorang Hibari Kyoya dan harus hidup sebagai seorang anak kecil usia delapan tahun.
Meski demikian, bukan berarti ia menyerah begitu saja untuk melupakan identitasnya yang lama. Ia tahu dirinya tak mampu mengingat akan siapa dirinya sebelum menjadi seorang Hibari Kyoya, namun beberapa gambaran singkat mengenai kehidupannya yang lalu adalah petunjuk yang berharga. Bila ia bisa menggunakannya dengan baik, mungkin Kyoya akan mampu melihat siapa dirinya yang sebenarnya.
Lima jam telah berlalu dan tidak sedetik pun Kyoya mampu kembali larut dalam tidurnya lagi. Memori yang ia terima mengenai kehidupannya yang sekarang bisa dikatakan sebagai penyebab utama mengapa Kyoya terjaga, dan sampai pagi datang pun anak itu masih tidak bergerak dari tempat tidurnya maupun mampu memejamkan kedua matanya untuk mengejar rasa kantuk yang sudah sirna. Merasa dirinya tak akan mampu terlelap dalam waktu sekarang ini, ia rasa tidak ada gunanya untuk berdiam diri di dalam ruangan ini.
Semalaman penuh setelah Kyoya terbangun dalam mimpi yang seperti tidur ia sudah memutuskan untuk menerima identitas barunya sebagai Hibari Kyoya, dan rasanya personalitas di antara dirinya yang lama dengan yang baru sama sekali tidak memiliki perbedaan sedikit pun. Kyoya mampu untuk melangkah maju, memeluk kehidupannya yang baru meski ia memiliki misi yang sangat penting dalam hidupnya.
Setelah menyelesaikan ritualnya di pagi hari, anak laki-laki yang masih berbalut yukata warna hitam di tubuhnya itu langsung melangkah keluar dari dalam kamar pribadinya. Koridor panjang yang ada di kediaman utama rumahnya itu benar-benar bernuansa Jepang kuno, dan dari sekali lihat Kyoya bisa menyimpulkan kalau keluarga Hibari adalah sebuah keluarga tradisional yang mengutamakan kedisiplinan. Mengagumkan, itulah yang ada di dalam pikiran Kyoya kala ia berjalan untuk menuju dapur yang tak jauh dari kamarnya berada.
Ketika Kyoya mendapati sebuah taman Jepang tradisional beserta kolam ikan koi yang terpampang di samping rumah besarnya itu, ia pun memutuskan untuk menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah pemandangan tersebut. Taman yang ada di rumah besar kediaman Hibari tersebut terlihat terawat dengan baik meski pemilik yang menciptakan taman tersebut sudah tiada, dari apa yang Kyoya dapatkan dari ingatannya taman itu dibangun oleh sang Ayah untuk Ibunya, dan sang Ibu lah yang terus merawat taman tradisional itu ketika ia masih hidup. Mungkin beberapa pelayan yang bekerja di rumah besar ini yang meneruskan pekerjaan tersebut, atau mungkin sang Ayah yang melakukannya sendiri meski Kyoya memiliki keraguan mengenai teorinya mengenai sang Ayah yang merawat taman milik Ibunya. Mungkin memang sang Ayah lah yang sudah membangun taman tersebut, namun Kyoya tak yakin pria yang terkenal akan ketegasannya tersebut memiliki kesabaran ekstra dalam merawat sebuah taman tradisional. Rasanya seperti lelucon yang sama sekali tidak lucu.
Harus Kyoya akui kalau taman milik mendiang Ibunya terlihat begitu indah, terlebih bila musim semi tiba maka taman tersebut akan dipenuhi oleh beberapa bunga tradisional lainnya. Kyoya ingat kalau pemilik tubuh ini sangat menyukai duduk di koridor luar kamarnya sambil memandang keindahan taman milik sang Ibu selama berjam-jam tanpa ada rasa bosan sedikit pun. Mungkin Kyoya akan melakukannya nanti ketika musim semi sudah tiba.
Menggeleng kepalanya untuk mengusir pikiran-pikiran yang tidak ia butuhkan saat ini, anak laki-laki yang berusia delapan tahun tersebut akhir meneruskan langkahnya kembali untuk menuju ke arah dapur di dalam kediaman besar keluarga Hibari.
Harus Kyoya akui kalau rumah besar ini terlihat begitu kosong, sangat tidak nyaman untuk ukurannya karena betapa besar ukurannya namun ia tidak merasakan satu pun kehadiran individu di dalam rumah ini ketika ia menyusuri koridor tengah. Apa mungkin para pelayan masih tidur? Kyoya mengusir pikiran tersebut karena menemukannya sangat mustahil untuk terjadi, dan teori yang menjelaskan mengenai betapa sepinya kediaman miliknya ini adalah karena Kyoya satu-satunya penghuni rumah besar ini. Dalam diam Kyoya mendengus kecil, ia bertanya-tanya Ayah macam apa yang meninggalkan putera semata wayangnya yang masih berusia delapan tahun untuk tinggal sendirian di rumah besar seperti ini. Mungkin memang Ayah yang tidak bertanggung jawab kelihatannya.
Memasuki area dapur, Kyoya pun memulai rutinitas hariannya dengan memasak sarapan tradisional untuknya serta menyeduh teh hangat untuk menjernihkan pikirannya. Akomodasi tubuh barunya ini sangat membantu Kyoya, rasanya seperti secara otomatis Kyoya tahu hal apa yang harus ia lakukan karena tubuh kecil miliknya ini mengingat semua ini. Dan Kyoya pun merasa sedikit tertarik ketika ia merasakan pikiran-pikiran liar yang sangat haus darah terlintas dalam benaknya, kelihatannya pemilik asli tubuh seorang Hibari Kyoya adalah anak kecil yang haus darah, dan kalau Kyoya tidak tahu dengan baik maka ia akan menyebut anak kecil ini adalah seorang berserker. Kyoya berharap teori tersebut hanya sebuah teori yang tidak terbukti, karena bila pemilik tubuh ini adalah seorang berserker maka ia akan memiliki sedikit kesulitan untuk mengontrol keinginannya untuk membunuh.
Setelah Kyoya menyelesaikan sarapannya, ia pun membuat nyaman tubuh kecilnya di atas kursi yang tengah ia duduki dengan segelas teh hangat yang ia pegang. Aroma melati dengan sedikit karamel dari seduhan teh yang ada di dalam gelas Kyoya pun tercium, aromanya begitu menenangkan dan setelah menyesah cairan tersebut Kyoya bisa merasakan tubuhnya menjadi lebih rileks ketimbang sebelumnya. Mungkin ia harus membiasakan meminum teh seperti ini, setidaknya dengan meminum teh ia bisa membuat tubuhnya menjadi rileks dan nyaman, selain menggunakan metode meditasi tentunya.
Kyoya melanjutkan kegiatannya meminum teh seraya otaknya berputar dengan kencang. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan kecuali menjadi Hibari Kyoya, dan apa yang harus ia lakukan saat ini adalah pergi ke sekolah dasar Namimori untuk melanjutkan pendidikannya, atau itulah yang ia Kyoya ingat dari ingatan tubuh ini. Untuk sementara waktu ia tidak akan melakukan hal yang ekstrim, ia harus membiasakan diri dengan tubuh kecil miliknya sekarang, dan untuk itu ia pun juga harus membiasakan dengan rutinitas Hibari Kyoya yang ada di dunia ini. Menghela nafas pelan, anak laki-laki yang berusia delapan tahun tersebut meletakan gelas kosong di atas meja sebelum ia beranjak dari tempat duduknya. Ia harus mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah dan mempertahankan daerah teritorialnya.
Anak itu mengedipkan kedua matanya. Mempertahankan daerah teritorialnya? Ia tidak mengerti darimana pikiran itu muncul, namun tubuh serta kepalanya mengingatkannya kalau ia harus menjaga area kekuasaannya dari pengganggu-pengganggu kecil macam berandalan ataupun orang bodoh yang ingin menjadi predator. Menggeleng kepala kecilnya, Kyoya pun meninggalkan dapur untuk mempersiapkan dirinya.
Setelah mengganti yukata hitam yang ia kenakan dengan seragam sekolah dasar beserta tas ransel kecil yang ia panggul di punggungnya, Kyoya pun sudah siap untuk berangkat sekolah. Tak lupa dengan sepasang tonfa kayu yang terselip pada balik lengan dalam seragamnya, Kyoya pun sudah lebih dari siap. Meski anak itu tidak terlalu yakin untuk apa ia harus membawa sepasang senjata berbahaya macam tonfa ke sekolah, tapi ia tetap melakukannya karena instingnya mengatakan ia harus membawa senjata terpercayanya itu untuk membantunya menjaga daerah kekuasaannya, dan dari semua hal yang Kyoya percayai maka hal itu adalah instingnya. Ia melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, meskipun waktu masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah namun Kyoya memiliki merasa ini sudah waktunya untuk berangkat. Untuk patroli pagi serta alasan lain.
Beranjak dari kediamannya setelah mengunci semua pintu dan pagar ia pun berjalan kaki untuk menuju ke arah sekolah dasar Namimori. Di sepanjang jalan menuju sekolah, ia mengambil kesempatan untuk melihat areal yang bernama kota Namimori. Namimori, entah mengapa Kyoya merasa begitu menyukai kota kecil ini dan memiliki ketergantungan tersendiri terhadap tempat ini, mungkin karena itulah Kyoya memutuskan untuk menjadikan Namimori sebagai daerah kekuasaannya. Dan sebagai seorang penguasa maka sudah sepatutnya ia menjaga keamanan beserta kedisiplinan yang ada di tempat ini, entah pikiran macam apa yang orangtua Kyoya tanamkan pada pemilik asli tubuh ini yang secara langsung membuatnya berpikiran sama, namun yang jelas Kyoya menyalahkan kedua orangtua anak ini.
Merasa tak ada gunanya memikirkan hal itu lagi, Kyoya pun meletakkan pemikiran yang mengganggu tersebut di belakang kepalanya. Ia terus berjalan menyusuri jalanan yang tersaji di hadapannya dengan tenang, ekspresi wajahnya tak mengisyaratkan apapun dan ia akan terlihat begitu rileks kalau bukan sorot matanya yang mengisyaratkan Kyoya tengah dalam mode berjaga. Ia tak akan segan menghajar siapapun yang mengganggunya, dan dari dulu ia sudah hafal akan sifatnya kalau dirinya paling tidak menyukai gangguan dalam bentuk apapun. Orang-orang yang melintas di jalanan langsung menyingkir ketika mereka melihat sosoknya maupun merasakan aura membunuhnya yang menguar begitu pekat, sangat bagus karena itu artinya mereka tidak akan mengganggunya ketika Kyoya tengah dalam perjalanan menuju sekolah. Kyoya mungkin baru berusia delapan tahun, namun dirinya sudah ditakuti serta disegani oleh penduduk kota kecil ini melihat bagaimana mereka memilih untuk menyingkir dari jalanan ketika mereka melihatnya, dengan ekspresi takut yang terpasang pada wajah mereka.
Kyoya sempat heran akan apa yang pemilik tubuh ini lakukan sampai membuat penduduk takut pada seorang bocah yang usianya saja belum genap 10 tahun. Apa mungkin Kyoya pernah menghajar kelompok yakuza lokal karena mengganggu keamanan sehingga aksinya tersebut membuat mereka semua segan padanya? Entahlah, dirinya tak bisa mengingat hal itu meski Kyoya sudah menemukan gambaran mengenai Hibari Kyoya secara garis besarnya. Mengendikan bahunya secara tak kasat mata, anak laki-laki itu pun meneruskan langkahnya.
Kyoya lupa betapa membosankannya sekolah dan ia setengah menyesal karena sudah datang ke sekolah ini. Anak itu tahu kalau sebenarnya ia adalah orang dewasa yang terperangkap dalam tubuh anak-anak, yang secara garis besar dirinya tahu akan semua pelajaran yang diajarkan sampai tingkat perkuliahan. Ia tak tahu mengapa dirinya harus menghadapi semua siksaan tak berguna seperti ini yang dinamakan sebagai sekolah, tapi begitu cepat pertanyaan tersebut muncul di dalam benak kepalanya maka cepat pula hilangnya. Ia baru ingat alasan utama Kyoya datang ke sekolah dasar Namimori. Kyoya datang ke sini bukan untuk menimba ilmu maupun untuk bersosialisasi, melainkan ia datang untuk menjaga daerah kekuasaannya beserta mendisiplinkan para herbivora yang tidak tahu diri itu. Namimori adalah daerah kekuasaan Kyoya seperti apa yang Ayahnya katakan padanya, maka dari itu sudah sewajarnya kalau ia mengawasi tempat ini dari dekat.
Sang pewaris keluarga Hibari tersebut merasa bersyukur ketika jam makan siang akhirnya tiba, itu artinya jam untuk tidur siang baginya telah tiba dan tanpa menyia-nyiakan hal itu Kyoya segera beranjak dari bangkunya sebelum keluar dari dalam kelas tanpa mengindahkan guru kelasnya masih berada di dalam kelas.
Anak-anak yang melihat sosok Kyoya berjalan di dalam koridor pun langsung lari terbirit-birit untuk menghindar. Mereka tidak ingin berurusan dengan iblis Namimori yang bernama Hibari Kyoya, untuk itu mereka mencari aman dengan cara menghindarinya.
"Menyedihkan," gumam Kyoya dengan lirih dan pada dirinya sendiri ketika kedua mata kelabu tajamnya melihat pemandangan tersebut. Bukan urusannya, ia pun terus berjalan.
Mereka yang dijuluki sebagai hewan pengerat maupun pemakan tumbuhan adalah kelas hewan yang lemah, begitu herbivora sehingga ketika mereka melihat seorang karnivora seperti Hibari Kyoya mereka langsung pergi dari hadapannya karena takut menjadi mangsa dari sang Karnivora. Di dalam kamus Kyoya semua hal yang berbau herbivora tersebut sangat menyedihkan, tak pantas untuk mendapatkan perhatiannya.
Langkah yang Kyoya ambil terhenti di tempat ketika ia merasakan sesuatu menabraknya dari belakang sebelum suara derap langkah kaki terdengar mendekat. Alis kiri Kyoya berkedut, ia merasa kesal karena seseorang berani menyentuhnya tanpa seijin dirinya, dan meskipun ia merasa kesal wajahnya masih mengisyaratkan ekspresi datar seperti semula.
"Sakit..." keluh seseorang dengan suara lirih, suarah herbivora yang berani menabrak punggungnya.
Tanpa mengucap apapun lagi, Kyoya pun menoleh sedikit dan ia pun menemukan seorang anak laki-laki berambut kecoklatan yang terlihat begitu fluffy dan sekiranya dua atau tiga tahun lebih muda dari Kyoya tengah terduduk di lantai. Anak itu –herbivora- mengusap hidungnya yang merah sementara kotak bekalnya terjatuh di lantai. Kyoya baru akan membuka mulutnya untuk menegur herbivora fluffy tersebut namun niatnya ia urungkan ketika suara derap langkah kaki orang berlari mendekat, dan tidak jauh dari sosok herbivora fluffy tersebut berdirilah gerombolan herbivora yang berjumlah empat orang di sana. Mereka semua terlihat seperti pengecut karena dari sekali melihat sorot mata sang pewaris Hibari mereka langsung gemetar ketakutan.
"Hi-Hi-Hibari-san..." seorang herbivora dari kumpulan menyedihkan tersebut membuka mulutnya, dan dengan takut-takut mengucap nama dari Kyoya.
"Hn," hanya itu yang Kyoya utarakan sebelum dirinya memutar tubuhnya untuk memudahkannya melihat mereka semua.
Sepertinya herbivora fluffy tersebut masih belum menyadari kalau Kyoya ada di sana karena perhatiannya tertuju pada kumpulan empat herbivora menyedihkan di hadapan mereka. Terlihat jelas sekali kalau herbivora fluffy tersebut merinding ketakutan, ia mencengkeram kotak makan siangnya dengan erat di dada seraya mencoba untuk menahan air matanya agar tidak jatuh, yang tentu saja tak berhasil ia lakukan. Kyoya menyimpulkan kalau kumpulan empat herbivora menyedihkan tersebut adalah kumpulan bully, dan herbivora fluffy yang masih gemetar ketakutan tersebut adalah korban dari mereka. Melihat sosok herbivora fluffy secara seksama Kyoya bisa melihat kalau ia selalu menjadi korban bullying.
"Berlari di dalam koridor sekolah termasuk pelanggaran ketertiban," ujar Kyoya dengan kalem. Anak itu mengeluarkan sepasang tonfa dari tempat penyimpanan mereka dan langsung ia gunakan di kedua lengannya, membuat keempat herbivora menyedihkan tersebut berjengit melihatnya. "Begitu pula dengan berkerumun di hadapanku. Aku akan menggigit kalian sampai mati!"
"UWAAA...!"
"KABURR!"
Teriakan penuh ketakutan dari keempat herbivora menyedihkan tersebut mulai terdengar di sepanjang koridor di hadapannya sebelum mereka pergi menjauh dari sosok sang Predator yang siap menerkam mangsanya. Mereka berempat memilih untuk mencari aman ketimbang mendapat luka-luka lebam akibat dihajar oleh Kyoya, untuk itu mereka meninggal Kyoya dan herbivora fluffy sendirian di sana.
Kyoya mendengus kecil melihat pemandangan tersebut, ia bisa saja mengejar mereka berempat lalu menghajar mereka sampai mati karena sudah berkerumun di hadapannya, hanya saja Kyoya mengurungkan niatnya tersebut karena ia tak ingin jam tidur siangnya berkurang. Jam tidur siang Kyoya itu jauh lebih penting ketimbang harus mengurusi keempat herbivora yang tidak berguna tadi. Ia pun langsung menyimpan kedua tonfanya lagi sebelum berbalik dan berjalan lagi, sama sekali tak mempedulikan herbivora fluffy yang masih berdiri layaknya orang bodoh di sana.
"A-ano... te-terima ka-ka-kasih," sebuah suara yang tidak Kyoya kenal pun terucap kepadanya, dan saat ia menoleh ia pun mendapati herbivora fluffy yang tadi dibully oleh keempat herbivora tak berguna tersebut tengah mengikutinya dengan langkah gontai yang mengisyaratkan kalau herbivora fluffy tak tahu akan apa yang ia lakukan tersebut.
Kyoya menyipitkan kedua matanya mendengar ucapan terbata tadi. Hibari Kyoya tak membutuhkan ucapan terima kasih, tidak dari siapapun termasuk herbivora fluffy ini. Ia melakukan apa yang ia lakukan tadi karena ia tak menyukai ada orang yang melanggar peraturan sekolah maupun mereka menciptakan kerumunan yang tidak berguna di dekatnya. Bila ada si pelanggar macam itu sudah pasti Kyoya akan menggigit mereka sampai mati, sebab Kyoya tahu ini adalah tanggung jawab dari seorang predator seperti dirinya untuk menjaga daerah yang sudah ia klaim sebagai daerah kekuasaannya, dan sekolah dasar Namimori adalah satu dari beberapa di antaranya. Mungkin Kyoya merasa bosan akan pelajaran yang ada di dalam sekolah ini, namun bukan berarti ia akan bosan untuk menambahkan sekolah dasar ini menjadi satu dari bagian daerah kekuasaannya. Seperti sifat seorang predator, mereka akan selalu menjadikan tempat yang menarik sebagai bagian dari daerah kekuasaan, dan hal inilah yang mendasari Kyoya untuk menguasai sekolah dasar Namimori.
Kembali pada apa yang tersaji di hadapannya, Kyoya hanya menatap sosok herbivora fluffy tanpa mengucap apapun meski ia sangat tahu kalau herbivora fluffy tersebut merasa tidak nyaman dengan tatapan yang Kyoya berikan padanya, bukan urusannya. Kyoya bisa melihat bagaimana herbivora fluffy tersebut berusaha untuk tidak takut di bawah tatapan tajam dari seorang Hibari Kyoya, hanya saja usahanya untuk menjadi berani tersebut malah terlihat sangat menyedihkan karena sang Herbivora fluffy tersebut tak mampu untuk diam di tempat. Mengesankan, pikir Kyoya.
"Hn," ujar Kyoya singkat sebelum dirinya kembali melanjutkan perjalanannya, meninggalkan sosok herbivora fluffy yang masih menatap sosok Kyoya dari belakang.
Bukan urusan Kyoya kalau herbivora fluffy tersebut merasa takut akan dirinya. Ia tak peduli akan hal itu, asalkan para herbivora (termasuk herbivora fluffy) tidak membuatnya kesal dengan melanggar peraturan yang Kyoya buat maka Kyoya tidak akan menggigit mereka sampai mati. Pikiran animalistik seperti ini tentu membuat Kyoya sedikit terkesan, hanya saja apa yang pemilik asli tubuh yang Kyoya gunakan ini benar-benar menggabung dengan baik kepada dirinya dan ia pun menerima hal itu tanpa ada konflik internal di dalam tubuhnya.
Dan hari itu menjadi hari pertama seorang Hibari Kyoya bertemu dengan seorang herbivore fluffy. dan hal ini bukanlah menjadi hal yang terakhir kalinya terjadi dalam hidupnya. Roda takdir dari pertemuan ini pun menyegel Kyoya dengan kehidupan milik seorang Sawada Tsunayoshi tanpa ia ketahui.
AN: Terima kasih sudah mampir dan membaca
Author: Sky
