~ Angel or Devil ~
Disclaimer : Naruto hanya milik Masashi Kishimoto
Genre : Drama, Romance, Ecchi
Rated : M+
Warning : AU, OOC, Miss-typo(s), dont like? dont read then
Pairing : Naruto x Shion
Chapter 1
~ "Kau Adalah Kelemahanku"~
Suasana yang hingar bingar membuat Shion mengeryitkan matanya. Dia tidak suka suasana ramai dan menyesakkan seperti ini. Dia merindukan kamarnya, kamar tenang yang damai, tempat dia bisa duduk dan membaca sambil mendengarkan musik sayup-sayup. Tapi musik yang sangat keras ini hampir melampaui batas toleransinya, ingin rasanya dia pergi dari tempat ini, tapi dia tidak bisa. Lelaki itu, lelaki jahat itu, menurut sumber yang dia dengar akan datang ke tempat ini beberapa saat lagi. Shion mencoba menarik turun rok hitam pendeknya yang mulai terasa tidak nyaman. Seragam waitress ini amat sangat tidak nyaman, dengan belahan dada yang begitu rendah dan rok yang begitu pendek, Shion seperti dipaksa menyamar menjadi orang yang tidak dikenalnya. Tetapi bukankah itu memang tujuannya? Dia tidak ingin lelaki itu mengenalnya, meskipun hal itu sepertinya tidak perlu di takutkannya. Mereka hanya pernah bertemu satu kali, pada pertemuan singkat yang tak disengaja, saat lelaki itu menemui ayahnya di ruang kerjanya.
Saat itu penampilan Shion tidak seperti sekarang, rambutnya masih panjang dengan kacamata berbingkai tebal membingkai wajahnya, bajunya tertutup dan sopan, beda sekali dengan sekarang. Shion mengernyitkan matanya lagi, Aku benar-benar berpenampilan seperti perempuan murahan, desahnya. Suara berisik dari arah pintu masuk mengalihkan perhatian Shion, matanya mencari-cari dan itu dia! Lelaki itu ada di sana, dengan kedatangannya yang begitu heboh dikelilingi banyak sekali bodyguard berbadan kekar. Tanpa sadar Shion mendengus, yah karena dia lelaki jahat yang suka menyakiti orang, dia pasti punya banyak musuh yang ingin membunuhnya. Dengan penasaran Shion menjinjitkan kakinya, berusaha melihat dengan jelas sosok lelaki itu, Namikaze Naruto. Sosok yang ditakuti dalam dunia bisnis karena tidak segan-segan menggilas siapapun yang menghalangi jalannya. Siapapun yang berani melawan Namikaze Naruto, akan berakhir dalam tragedi. Seperti ayahnya, seperti seluruh keluarganya. Desah Shion pahit.
Dulu keluarga Shion adalah keluarga berada, ayahnya adalah seorang pengusaha sukses di bidang konversi kelapa sawit. Kebun mereka ada berhektar-hektar di luar pulau, dan mereka sangat kaya. Bagi Shion keluarga mereka adalah keluarga bahagia, meskipun ibunya adalah wanita lemah yang sakit-sakitan, tapi selain itu dia adalah ibu yang sempurna. Pikiran Shion menerawang di saat-saat bahagia itu, saat dia, ayahnya dan ibunya berkumpul bersama di meja makan, menyantap sarapan pagi bersama ayah dan ibunya yang penuh cinta. Ayahnya akan bercerita tentang pengalamanpengalaman dalam perjalanan bisnisnya, dan ibunya akan menatap sang ayah dengan tatapan memuja. Semua terasa begitu bahagia, semua terasa begitu sempurna. Sampai kemudian Namikaze Naruto datang dalam kehidupan mereka. Namikaze Naruto tertarik dengan perkembangan pesat bisnis ayah Shion dan berpikiran untuk menjalin suatu hubungan kerjasama. Pada awalnya, ayahnya tidak tertarik, dia sudah cukup puas dengan bisnis yang dijalankannya sendiri. Tapi Naruto tidak menyerah, dengan berbagai cara dia berusaha mendekati ayahnya. Dan entah kenapa ayahnya akhirnya menyerah ke dalam kuasa Namikaze Naruto, ke dalam kuasa iblis kegelapan yang ketika mencengkeram tidak akan melepaskannya lagi. Naruto menghancurkan keluarganya secara harfiah, entah kenapa kepemilikan ayahnya atas bisnis itu dimentahkan begitu saja, semuanya diambil oleh Naruto dan dikendalikan di bawah tangannya. Ayahnya tidak punya hak apa-apa lagi selain jatah bulanan untuknya dan keluarganya. Keluarga Shion jatuh miskin seketika. Rumah mewah mereka disita paksa, mereka harus pindah ke rumah mungil sederhana. Mereka berusaha memenuhi kebutuhan sendiri, tanpa pelayan-pelayan yang biasanya selalu siap sedia melayani kebutuhan mereka. Shion kuat menanggung itu semua, tetapi ibunya tidak. Ibunya dari kecil terbiasa bergelimang kekayaan, seperti putri raja. Sampai menikah dengan ayahnyapun, ayahnya terbiasa memperlakukannya seperti Ratu dengan banyak pelayan yang mengelilinginya. Ibunya sudah hancur ketika dipaksa memasak sendiri dengan tangannya yang rapuh dan tidak terampil itu – karena tidak pernah memasak seumur hidupnya. Dan makin hancur ketika mereka makin miskin, makin menderita. Akhirnya penderitaan itu tak tertanggungkan lagi bagi ibunya, dia mulai sakit-sakitan… semakin kurus, semakin sering menangis di malam-malam sepi. Lalu suatu pagi, ibunya meninggal begitu saja. Shion masih ingat ketika dia berdiri di samping ayahnya yang membeku menatap wajah ibunya yang kurus dan pucat. Ekspresinya seperti tertidur, dan merasa sedih karena menyadari kenyataan bahwa ibunya mungkin lebih bahagia sekarang setelah meninggal dunia. Sepeninggal ibunya, Ayahnya hancur. Hancur Total.
Dia mulai mabuk-mabukan, kadang berteriak-teriak dan menangis sendirian di malam-malam sepi. Hingga pada suatu hari, ayahnya mengendarai mobil mereka, satu-satunya harta mereka yang masih tersisa, dan menabrakkan diri pada tembok pembatas jalan hingga mobil itu terguling beberapa kali. Ayahnya tewas seketika di tempat. Polisi mengatakan bahwa kandungan alkohol di darah ayahnya sangat tinggi, hingga dapat dikatakan, ayahnyalah yang membunuh dirinya sendiri. Shion menjadi sebatang kara dan rasa dendam yang terpendam dalam hatinya makin menyeruak setelah
kematian kedua orang tuanya. Semua ini berakar dari Namikaze Naruto. Sejak lelaki itu muncul di keluarganya, semuanya hancur dan musnah. Shion harus membalas dendam, dengan cara apapun, untuk membalaskan kesedihan ibunya, dan kematian sia-sia ayahnya. Sejak itu, dia menyelidiki semua hal tentang Namikaze Naruto, di mana dia tinggal, bagaimana jadwalnya, apa kesukaannya. Semua informasi itu dikumpulkannya baik-baik dan disusunnya. Ketika Shion mendapat informasi, bahwa Naruto sering menghabiskan waktunya dengan kekasihkekasihnya di klub kelas atas ini, Klub Konoha. Tanpa pikir
panjang, Shion meninggalkan pekerjaannya sebagai guru di taman kanak-kanak, pindah dari tempat tinggalnya dan melamar sebagai waitress di sini.
Semua butuh pengorbanan, Shion menyadari bahwa pembalasan dendam butuh pengorbanan besar. Seperti ketika dia harus berdandan sebagai wanita murahan dengan rok mini dan baju seksi. Kadang malam demi malam harus menahan diri dari siksaan kegaduhan dan hingar bingar musik, ataupun harus menahan hati karena banyaknya lelaki lelaki genit yang selalu berpikir bahwa dia wanita murahan yang bisa dibeli. Semua butuh pengorbanan, mahal
harganya. Tapi Shion merasa itu akan sebanding dengan kepuasan yang akan dia dapatkan nanti. Kepuasan untuk membunuh lelaki itu dalam siksaan menyakitkan, seperti yang dilakukan lelaki itu pada ayah dan ibunya.
Dia sudah mengoleskan racun yang tidak akan terdeteksi, di
dasar gelas yang sudah disiapkan khusus untuk Namikaze Naruto malam ini. Namikaze Naruto tidak mau menggunakan gelas yang sama dengan orang lain. Gelasnya ekslusif, khusus hanya dipakai dirinya, dan tadi siang ketika berpurapura membersihkan bar, Shion menyelinap ke tempat penyimpanan khusus itu dan mengoleskan racun yang tidak terdeteksi ke gelas tersebut. Seteguk saja minuman dari gelas yg sudah diolesi racun itu ditelan oleh Namikaze Naruto, maka seluruh dendamnya akan terbalaskan.
Naruto merasa muram malam ini. Entah kenapa, dia sedang ingin menghajar seseorang, atau kalau perlu, membunuh seseorang. Malam ini dia datang ke klub bukan untuk bersenang-senang, tetapi untuk mencari masalah. Dengan dikelilingi para bodyguard yang selalu siap menjaganya, meskipun sebenarnya tidak perlu, karena Naruto menguasai beberapa keahlian bela diri. Tetapi ketika kau punya uang banyak, memang lebih baik jika kau membiarkan orang lain melakukan segala sesuatunya untukmu. Pemilik Klub sendiri yang menyambutnya. Tentu saja, mengingat betapa besar hutangnya kepada Naruto. Dengan tergopoh-gopoh lelaki gendut itu menggiringnya ke kursi VIP terbaik.
"Anda bisa memilih siapapun untuk menemani Anda," gumam si pemilik Klub dengan nada menjilat.
Naruto menatap ke sekeliling dengan tak berminat, menatap semua perempuan di sana yang hampir-hampir seperti semut mengelilinginya, dengan tatapan berharap untuk dipilih. Terlalu murahan, gumamnya dalam hati. Semua manusia di dunia ini murahan dan penjilat. Naruto memutuskan tidak memilih siapapun, ketika tatapan matanya terpaku pada perempuan itu. Perempuan yang tampak salah tempat di klub malam mewah ini. Mengenakan baju luar biasa seksi, tetapi tampak tidak nyaman di dalamnya. Tanpa sadar seulas senyum jahat muncul di bibirnya,
"Aku mau dia," gumamnya sambil menunjuk perempuan itu.
Kalimat itu diucapkan dengan nada malas yang tenang,tetapi gaungnya terdengar ke seluruh ruangan. Entah kenapa suasana hiruk pikuk itu menjadi hening. Dan Shion merasakan semua tatapan tertuju padanya. Pada dirinya yang sedang bersandar di meja bar, sibuk dengan pikirannya sendiri.
Dengan gugup Shion menegakkan tubuhnya, berusaha membalas tatapan mata semua orang, lalu matanya terpaku pada mata itu. Mata biru saffire sehingga nyaris bening, menyebabkan pupil matanya tampak begitu dingin dan tajam.
"Cepat kesana. Dia menginginkanmu," sang bartender yang berdiri di belakangnya berbisik kepadanya, seolah takut kalau Shion tidak cepat-cepat menuruti keinginan Naruto, akan berakibat fatal. Shion mengernyit pada Naruto, mencoba menantang mata laki-laki itu, yang masih menatapnya dengan begitu tajam tanpa ekspresi.
"Apakah… apakah.." Shion berdehem karena suaranya begitu
serak, "Apakah Anda ingin dibawakan minuman?"
Naruto hanya menatapnya beberapa saat yang menegangkan, lalu menganggukkan kepalanya.
"Bawakan satu, minumanku yang biasa" ucap Naruto
Secepat kilat sang bartender meracik minuman kesukaan Naruto, minuman yang biasa. Tangan Shion gemetar ketika menerima nampan minuman itu.
'Sedikit lagi Shion' gumam Shion mencoba menyemangati dirinya sendiri.
'Sedikit lagi semua dendammu akan terbalaskan… sedikit lagi….' Shion mengucapkan kata-kata itu bagaikan doa, dengan langkah gemetar dia mendekati Naruto yang duduk bagaikan sang raja, menunggunya. Diletakkannya gelas itu di meja depan Naruto.
'Semoga kau lekas meminumnya dan lekas mati'. Doa Shion dalam hati
Tetapi sepertinya Tuhan masih menginginkan Naruto hidup, karena lelaki itu terlihat tidak tertarik untuk menyentuh minumannya. Matanya malahan tertuju pada Shion dan memandangnya tajam.
"Duduk." Naruto menjentikkan jarinya. Melirik tempat di sebelahnya. Sekujur tubuh Shion mengejang menerima perintah yang begitu arogan. Tanpa sadar matanya memancarkan kebencian, siapa lelaki ini berani-beraninya memerintahnya seperti ini?
Ketika Shion termenung, seorang waitress lain dengan gugup mendorongnya supaya duduk, menuruti permintaan Naruto. Sehingga dengan terpaksa Shion duduk di sebelah Naruto.
"Siapa namamu?" , Naruto menatap tajam ke arah Shion, sama sekali tidak melirik gelas minuman di mejanya. Shion sudah siap dengan pertanyaan ini, nama samarannya,
"Sara,. Uzumaki Sara" Jawabnya kaku Naruto mengernyit menatapnya dengan seksama, lalu jemari panjang itu tiba-tiba terulur dan menarik dagu Shion
mendekat, supaya dia bisa mengamati wajah Shion dengan cermat,
"Aku tidak pernah melihat wajahmu sebelumnya di sini"
"Eh… dia… dia pegawai baru kami, Naruto-sama, maafkan ketidaksopanannya, saya belum pernah mengajarinya bagaimana membawakan minuman untuk tamu sepenting Anda," sang pemilik klub menyela dengan gugup. Wajahnya tampak cemas melihat Shion melayani tamu pentingnya dengan setengah hati. Dengan pandangan memarahi dia memperingatkan Shion,
"Ayo Sara perkenalkan dirimu kepada Naruto-sama, Naruto-sama telah memilihmu untuk menjadi pelayan minumannya. Itu merupakan suatu kehormatan
untukmu, harusnya kau berterima kasih" Perintah itu membuat Shion menegakkan dagunya dengan angkuh,
"Saya sudah memperkenalkan diri saya, dan saya sudah membawakan minuman untuk Naruto-sama yang terhormat, karena itu saya akan pergi," jawab Shion ketus, sambil beranjak dari tempat duduknya, toh misinya sudah tercapai. Gelas minuman beracun itu sudah ada di meja Naruto, dan sebentar lagi Naruto akan mati karena sesak napas. Tetapi sebelum Shion sempat berdiri, Naruto meraih jemarinya dan menariknya kencang, supaya terduduk lagi. Kali ini di pangkuan Naruto.
"Apa… apaaan hmmpht-.," Suaranya terhenti ketika bibir yang keras dan dingin itu tiba-tiba melumat bibirnya. Shion memberontak ketika menyadari bahwa Naruto sedang memagut bibirnya dengan ciuman yang basah dan panas.
Ciuman itu sungguh tak sopan karena bibir dingin Naruto tanpa permisi langsung memagut bibirnya, melumatnya tanpa ditahan-tahan. Lidahnya langsung menyeruak masuk merasakan keseluruhan diri Shion, menghisapnya,
menikmatinya, dan menggilasnya tanpa ampun. Sekujur tubuh Shion terasa terbakar, panas karena amarah dan demam kerena gairah. Lelaki ini sudah jelas-jelas sangat ahli ketika mencumbu perempuan, sehingga Shion yang
belum berpengalamanpun terbawa oleh gairahnya, mengalahkan kebenciannya. Tetapi pikiran bahwa lelaki ini telah memanfaatkan begitu banyak wanita demi memuaskan rasa arogan dan kekuasaannya membuat Shion merasa muak. Dan tiba-tiba muncul kekuatan dari dalam dirinya untuk mendorong laki-laki itu menjauh dan menamparnya sekuat tenaga.
Plakk!
Suasana di klub itu menjadi sangat hening. Luar biasa hening. Bahkan musik yang hiruk pikuk itupun terhenti karena semua orang berhenti melakukan aktivitasnya dan menatap ke arah Shion, yang berdiri dengan terengah-engah berhadapan dengan Naruto yang membatu duduk di sofa VIPnya. Sedetik kemudian, sebuah tangan kasar mencengkeram lengan Shion. Begitu menyakitkan hingga membuat Shion menjerit,
"Kurang ajar kau ! berani-beraninya menampar Naruto-sama," teriak sebuah suara berat dan kasar. Shion menoleh dan mendapati dirinya ditelikung oleh lelaki berbadan besar yang sepertinya salah satu bodyguard Naruto. Lengan lelaki itu yang besar dan kuat menahannya sampai tangannya terasa kaku dan sakit. Tapi Shion tidak menyerah, dia meronta sekuat tenaga, mencakar, dan menggigit lengan yang tetap terasa sekeras batu itu. Napasnya terengah-engah dan wajahnya merah padam menahan amarah dan rasa malu karena sebagai perempuan kekuatannya begitu tak berdaya menahan dominasi kekuatan laki-laki.
"Lepaskan dia," suara dingin Naruto terdengar di keheningan. Orang-orang masih diam menunggu, memusatkan perhatian kepada apa yang akan dilakukan lelaki yang terkenal luar biasa kejam itu pada perempuan yang berani menamparnya. Seketika itu juga, bodyguard Naruto yang berbadan kekar melepaskan Shion, membuatnya hampir terjatuh karena kelelahan meronta-ronta. Mereka berdiri berhadap-hadapan di bawah tatapan mata banyak orang yang menanti. Naruto masih berdiri dengan wajah dingin tak berekspresi sambil mengusap pipinya, bekas tamparan Shion.
"Berapa hargamu?," suara Naruto terdengar datar dan dingin, Mata Shion membelalak, harga? Apa yang dibicarakan lelaki ini? Matanya melirik ke gelas minuman Naruto yang sudah diracuninya di meja. Semuanya berantakan, serunya menahan kekesalan pada dirinya sendiri. Semua gara-gara dia tidak bisa menahan kebenciannya. Seharusnya ketika Naruto melecehkannya dia bisa menahan diri dan berpurapura menjadi perempuan gampangan, seharusnya dia mau berkorban menahan perasaannya. Setidaknya ketika dia menurut, Naruto mungkin akan merasa senang dan lengah, lalu meminum minumannya itu dan mati. Tetapi sekarang semua sudah terlambat, Naruto tampak tidak tertarik lagi pada minumannya dan tertarik sepenuhnya kepada Shion. Lagipula Shion tidak bisa berpura-pura menyukai Naruto, kebenciannya terlalu dalam pada lelaki itu. Koyuki, primadona di bar ini mendekati Naruto dengan tatapan
merayu. Dialah yang biasanya dipilih Naruto untuk menemani lelaki itu minum ketika Naruto berkunjung, dan sekarang hatinya dipenuhi kecemburuan karena Naruto tampak begitu tertarik kepada anak baru itu. Padahal kalau dilihat dari kecantikannya, anak baru itu jauh lebih jelek daripada
dirinya,
"Sudahlah Naruto-kun," Koyuki menyentuhkan tangannya di kerah baju Naruto, "Perempuan jelek itu tidak akan bisa memuaskanmu, lebih baik biarkan aku yang menemani,,,,, aduhhh!" Koyuki mengaduh karena Naruto merenggut tangannya yang meraba kerah baju Naruto. Jemari Naruto mencengkeramnya dengan kekuatan tak ditahan-tahan lagi, menyakitinya hingga terasa menusuk ke tulang.
"Menyingkir," gumam Naruto dengan tatapan membunuh pada Koyuki, lalu menghempaskan tangan Koyuki dengan kasar sehingga tubuh Koyuki terdorong menjauh. Sambil meringis menahan nyeri dan kesakitan Koyuki lekas-lekas menjauh.
"Nah," Naruo memusatkan mata dinginnya kembali ke Shion,
"Katakan berapa hargamu, dan aku akan membayarnya"
'Aku harus memiliki perempuan ini'. Naruto memutuskan dalam hati. Aku harus memilikinya segera. Tuhan tahu dia sudah berusaha menyelamatkan perempuan ini. Tetapi entah kenapa perempuan satu ini memiliki tekad yang kuat untuk mencelakainya, hingga lupa bahwa dia sudah menantang lelaki paling berbahaya. Mata Naruto melirik gelas yang diletakkan Shion di mejanya, dia tahu kalau dia diracuni. Shion terlalu tidak berpengalaman
dalam usaha pertamanya membunuh orang. Tangannya gemetaran dan matanya gugup, berkali-kali melirik ke gelas minuman itu. Dan juga nama palsu yang menggelikan itu. Shion bahkan tidak menyadari bahwa penyamarannya sudah
terbongkar dari awal. Sebenarnya tadi Naruto memutuskan untuk menertawakan
Shion diam-diam, dengan pura-pura akan meminum minuman beracun itu. Tapi bibir ranum itu, dan penampilan Shion yang luar biasa seksi memunculkan sisi iblis dalam dirinya, sisi Iblis yang kehausan. Mungkin sudah waktunya perempuan yang satu ini menerima pelajaran atas kenekatannya.
Shion tertegun marah mendengar pelecehan Naruto atas dirinya. Berapa harganya? Hah! Dia pikir dia raja yang bisa membeli apa saja yang dia mau?
Lelaki iblis ini harus diajari, bahwa meskipun banyak perempuan yang bertekuk lutut di kakinya dan memohonmohon untuk dimilikinya, ada perempuan yang tidak sudi disentuh olehnya.
Dengan marah Shion mendongakkan dagunya menantang Naruto,
"Saya lebih memilih mati daripada menjual diri kepada Kau!" gumamnya kasar Suara di seluruh klub itu langsung dipenuhi dengungan gelisah menanti rekasi Naruto. Tidak disangka-sangka Naruto tersenyum. Lalu melirik ke arah bodyguardnya
"Tidak ada sesuatupun yang bisa menolak kalau aku ingin memilikinya," gumamnya datar dan memberikan isyarat tangannya kepada para bodyguardnya.
Semuanya berlangsung cepat, Shion tidak sempat lari ataupun panik, karena tiba-tiba bodyguard Naruto yang berbadan paling besar, merenggutnya kasar, mengangkatnya, lalu membantingnya di pundaknya seperti sekarung beras Sekejap dipenuhi rasa pusing karena posisi kepalanya dibalik mendadak, Shion tersadar bahwa dia sudah diangkat keluar dari klub itu. Sekuat tenaga Shion mencoba memberontak. Tangannya memukul-mukul punggung bodyguard itu dan kakinya menendang-nendang keras sambil berteriak-teriak
menahan marah dan frustasi. Tetapi tubuh bodyguard itu sekeras batu, tidak bereaksi atas pemberontakan Shion. Percuma meminta tolong, karena Shion yakin tidak akan ada yang berani menolongnya. Semua pengunjung klub yang pengecut itu hanya menatap kejadian di depan mereka dengan muka bodohnya. Sang pemilik klub masih memandang takjub Naruto yang melenggang dengan santai meninggalkan ruangan dengan Shion yang meronta-ronta dan
menjerit-jerit dalam gendongan bodyguardnya.
.
.
.
.
Sesampainya di tempat parkir Shion diturunkan. Sedetik setelah dia diturunkan, Shion berlari sekuat tenaga berusaha menjauh. Tetapi baru beberapa langkah, tangan sekeras batu itu menangkapnya lagi. Shion meronta tapi tak bisa berontak, dengan frustasi dia menggigit sekuat tenaga tangan yang mendekapnya itu. Sang bodyguard mengaduh sambil mengumpat-umpat, sedangkan Naruto hanya menatap kegaduhan di depannya sambil terkekeh geli.
Shion mencoba berontak, menggigit, dan menendang sampai kelelahan. Dia menatap Naruto terengah-engah dengan pandangan penuh kebencian, masih dalam cengkeraman kuat tangan bodyguard Naruto. Naruto membalas tatapannya dengan senyum manis yang jahat,
"Kalau kau berjanji mau bersikap baik, mungkin aku akan menawarimu tempat yang nyaman, di sebelahku di dalam mobil"
"Mati saja kau!," sembur Shion penuh kemarahan.
Naruto terkekeh lagi,
"Oke, kalau kau yang minta," dengan isyarat anggukan kepala, Naruto memberi perintah pada para bodyguardnya,
"Masukkan dia ke bagasi"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
~ To Be Continued ~
