Disc. © Tokoh beserta semua yang ada di cerita ini adalah Kepunyaan Tuhan YME, Orangtua, Agensi, serta para penggemar-ssi sekalian. Semua kecuali cerita ini, karena cerita ini murni kepunyaan saya. Sekian, terima cinta Jihoonie :)


Segaris
- KekepUC –

.

.

Cast: Kwon Soonyoung, Lee Jihoon, Lee Seokmin, Kim Mingyu,
Jeon Wonwoo, Hong Jisoo, Choi Seungcheol.
Dan masih banyak lagi.

.

Pair (s): SoonHoon / Hozi slight MeaNie / GyuWon.
Dan masih banyak lagi.

.

Length: words.

.

Rating: T

.

Genre: friendship-romance-humor

.

Warning (s): typo(s), alur sesat, humor garing, AU! Seventeen FICT!/YAOI FICT!

.

.

Enjoy!

.

Summary: Andai saja, tadi kedua opsi pertama itu tidak Ia lakukan, sehingga Ia tidak perlu mendapat luka lebam di sudut bibirnya dari seorang siswa bocah orange pendek dan harus berurusan dan guru tata boga merangkap guru konseling itu. /Bad Summary /Second FF! /SoonHoon /Seventeen FICT!


Oke.

Mari salahkan Lee Seokmin dan kadar otak mesumnya yang hampir menyaingi Kim Mingyu sehingga harus membuat mereka bertiga terdampar dengan indahnya di depan meja Kim Heechul-ssaem.

Pemuda yang memiliki kelebihan lemak di pipinya itu menunduk cemberut kala merasa Heechul-ssaem menatapnya tajam, sebelum kembali melanjutkan tauzia' panjangnya dengan penuh penghayatan dan penekanan. Sesekali pemuda yang memiliki luka lebam di sudut bibirnya menghela nafas lelah dan merutuki kebodohannya –yang entah sudah berapa kali berhasil menjerumuskannya ke dalam masalah.

Andai saja, sekarang Ia mendapat sebuah meteran ukur waktu seperti Diper Pines untuk mengatur ulang waktu lemparan bolanya agar tidak mengenai pelipis mata kiri Wendy.

Andai saja, saat itu Ia membuat permohonan agar kebodohannya bisa dikontrol seperti saran Jisoo-hyung saat pergi ke gereja dua minggu yang lalu.

Andai saja, tadi Ia menolak ajakan Mingyu –hoobae yang berstatus sahabat sejak kecilnya itu- untuk bermain dan melanjutkan tidurnya di atap sekolah.
Andai saja, tadi Ia menolak melakukan dare bodoh Seokmin, menerima truth, dan menjawab renretan pertanyaan tidak penting kedua sahabat bodohnya itu.

Dan andai saja, tadi kedua opsi pertama itu tidak Ia lakukan, sehingga Ia tidak perlu mendapat luka lebam di sudut bibirnya dari seorang siswa bocah orange pendek dan harus berurusan dan guru tata boga merangkap guru konseling itu.

Baiklah, ini sudah terlalu banyak renretan kata 'andai saja' yang tengah dikumandangkan oleh pemuda bermarga Kwon di dalam kepalanya ini. Ia pun kembali menghela nafas lelah saat sederet kalimat dari guru kepala tiganya ini kembali menyergap indra pendengarannya.

"Jangan bertingkah seolah-olah kau adalah korban yang paling menderita, Kwon Soonyoung! Disini kau, dan kedua teman gilamu ini adalah pelaku, dan aku adalah korbannya!" sembur Heechul-ssaem saat merasa pemuda Kwon di hadapannya akan melontarkan jawaban acuhnya.

"Iya iya, Ssaem! Kau adalah korban, dan kami adalah pelaku kelembutan seksual yang hanya mengincar bokong-bokong semok," ujar Soonyoung dengan nada sarcast yang coba Ia buat.

"Kami? Maaf, mungkin kau sendiri kali, ya? Aku tidak merasa tuh," Soonyoung menoleh pada Seokmin yang mengangkat bahunya acuh.

Mingyu yang berada di sebelah kiri Soonyoung pun, mengangguk menyetujui ucapan Seokmin, "Kupikir aku juga tidak Hyung, disini kau lah yang paling berperan utama dalam kelembutan seksual itu, Aku hanya menonton, dan Deokyeom-hyung hanya-

-hanya memberi ide, dan kau yang hanya menonton setelah ikut andil dalam memberiku catatan siapa-siapa saja yang memiliki bokong semok. Begitu?" potong Soonyoung dengan nada sarcast nya yang kembali Ia tekankan.

"Kau memberi catatan bokong semok pada Soonyoung?!" pekik Heechul-ssaem tidak percaya saat pertanyaannya yang ini disambut anggukan lelah dari Seokmin. "Kalau kau mau tahu, dari jumlah seluruh siswa lelaki di sekolah ini yang memiliki bokong semok dan keren itu ada empatpuluh enam Ssaem," ucap Mingyu setengah tidak peduli dengan bagaimana aksi jatuhnya rahang Heechul-ssaem.

Soonyoung memutar matanya jengah.

Jujur, Ia lelah dengan hidup yang selalu membuat skenario menyebalkan untuknya. Maksudnya, kenapa pada akhirnya Heechul-ssaem harus menugaskan Ia seorang diri? Kenapa harus dia, yang harus melaksanakan hukuman mengepel lantai kamar mandi selama seminggu penuh? Dan kenapa kedua temannya tidak?

"Hidup memang selalu dipenuhi oleh ketidakadilan, Soonyoung, kau harus selalu bersabar karenanya," tutur Hong Jisoo sambil menyesap pelan Americano panasnya. Soonyoung menggerang tidak terima.

"Maksudku adalah, Hyung, kenapa hanya Aku? Kenapa yang lain tidak? Kenapa Seokmin dan Mingyu tidak?" tanya Soonyoung frustasi, tanpa menghiraukan tatapan aneh yang orang-orang layangkan padanya. Jisoo hanya mengangguk pelan tanpa menjauhkan belah bibirnya dari gelas Americano nya.

"Kurasa ini ada hubungannya dengan ulangan tengah semester mendadak yang diumumkan oleh Yoongi kemarin, Soon. Kau kelas dua kan?" tanya seorang pemuda berbulu mata satu senti yang langsung disambut anggukan oleh Soonyoung. Choi Seungcheol menoleh pada Jisoo yang menatapnya heran.

"Memangnya kelas yang diadakan ulangan tengah semester ada berapa Cheol? Bukannya hanya kelas tiga saja ya?" tanya pemuda berdarah Amerika itu masih dengan segelas Americano panas di tangannya. Seungcheol mengangguk sebelum ikut-ikutan menyesap ice cappuccino nya.

"Kan kemarin Jang-gyojangnim sudah mengumumkan bahwa yang akan melaksanakan ujianitu adalah kelas satu dan tiga. Mungkin itulah sebabnya Heechul-ssaem hanya menghukummu. Mingyu kelas satu, kan?" Soonyoung mengangguk, "Nah, apa kau tahu? Pelajaran yang diujikan itu adalah empat mata pelajaran utama, dan para guru berharap hasil yang terbaik darinya –bahkan kami semua. Kau kan kelas dua, tidak mengikuti ujian. Sedangkan Mingyu kelas satu, dan ia harus belajar. Wajar, kan?" tanya Seungcheol mengakhiri penjelasannya.

Jisoo mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Dahi putih mulus tanpa cacat Soonyoung berkerut dibalik helai pirangnya, merasa tidak setuju dengan pendapat Hyung-nya, "Tapi Seokmin kelas dua dan sekelas denganku hyung!" cela Soonyoung.

"Seingatku bukannya Seokmin itu ninety-seven line sama seperti Mingyu ya?" tanya Jisoo.

Seungcheol angkat bahu, "Kalau itu, aku tidak tahu Soon, aku hanya mengeluarkan pendapatku agar kau bisa memaklumi Mingyu. Kau tahu sendiri ya kan, Vernon, adik sepupuku itu, juga berteman dengannya," ujarnya sembari mengaduk-aduk ice cappuccino nya.

Soonyoung terduduk lemas sembari memijat pangkal hidungnya. Seungcheol yang sudah selesai dengan minumannya pun menghela nafas sebelum menatap Soonyoung aneh. Soonyoung yang merasa diperhatikan oleh Seungcheol hanya mengangkat sebelah alisnya, "Apa ada yang aneh denganku, Hyung?" tanya Soonyoung keki. Seungcheol hanya mengangguk pelan.

"Kau berkelahi?"

Soonyoung sedikit bingung sebelum tersenyum masam saat menyadari maksud Hyung yang sudah menjadi sahabatnya saat Ia masih sekolah dasar, "Ah pelipis mata ini? Ani, aku tidak berkelahi," Seungcheol mengerutkan dahinya. Pandangannya pun tertuju pada Jisoo, mencoba meminta penjelasan padanya.

"Dia ditonjok," jelas Jisoo kalem. Soonyoung yang merasa ditatap oleh Seungcheol hanya mengangguk dengan senyum masam yang masih setia di bibirnya. Seungcheol tegelak, "Kau bisa ditonjok? Astaga! Kupikir kau berkelahi! Tidak kusangka kau Sang pemegang sabuk tertinggi di klub taekwondo di sekolah menengah pertama dulu bisa dipukul orang hingga seperti ini!" gelak Seungcheol. Jisoo yang masih menyeruput Americano nya pun berhenti minum dan tegelak menyahuti ledekan Seungcheol.

Soonyoung mempoutkan bibirnya, dan segera menyeruput milkshake chocolate nya yang mulai mencair. Tak lupa pula tangannya ikut mencomot sepotong cake milik Jisoo. Sedangkan sang pemilik cake, Jisoo, hanya menggeleng-geleng melihat donsaeng nya yang asal mencomot cake nya tanpa seizinnya. Soonyoung nyengir. Jisoo menghela nafas, "Tanpa rasa bersalah ya, Soon?" sindir Jisoo halus. Soonyoung hanya terkekeh meminta maaf. Jisoo menghela nafas sebelum kembali membuka topic baru, "Ngomong-ngomong Soonyoung, kau belum menceritakan detail bagaimana kau bisa kena tonjok seperti itu," ucap Jisoo. Seungcheol mengangguk menyetujui ucapan Jisoo.

"Ceritanya panjang Hyung, lagipula sebentar lagi istirahat akan segera berakhir dan kita harus kembali ke kelas," tolak Soonyoung.

Jisoo mengangkat sebelah alisnya, "Apa ini Soonyoung yang kukenal? Dengar, guru-guru kami sedang mengadakan rapat jadi kami dapat free class tanpa tugas, khusus hari ini,"

Soonyoung menyela, "Tapi kelasku tidak dapat free class seperti kalian, Jisoo-hyung."

"Eeyy, bukankah kerjaanmu dan ketiga temanmu yang biasa adalah membolos? Ada apa denganmu Soonyoung? Kau bertaubat?" tanya Seungcheol aneh. Soonyoung hanya tersenyum canggung. "Buatlah free class mu yang biasa Soon, kau membolos bersama kami yang menyuruhmu membolos. Jadi cepatlah bercerita!"

Soonyoung manyun, "Untung di kalian rugi denganku Hyung, kalian tega sekali."

"Santai sajalah, nanti kuberikan perlindungan. Kau tahu kan? Aku anak emas guru," pamer Jisoo bangga. Seungcheol dan Soonyoung muntah imajinatif sehingga membuat Jisoo mengeluarkan tawanya. Namun sejurus kemudian, Soonyoung tersenyum lebar –hingga membuat mata sipitnya kembali menyipit- ke arah Jisoo seraya berucap, "Terimakasih Hyung, kau yang terbaik!" yang hanya dibalas anggukan dan ancungan jempol oleh Jisoo.


Seorang pemuda sipit yang tengah duduk santai di bankunya menguap lebar seraya mengangkat kedua tangannya ke atas mencoba merenggangkan otot-ototnya yang sedikit kaku. Kedua mata sipitnya ia edarkan ke seluruh penjuru kelas yang masih terdapat beberapa teman-teman sekelasnya.

Pandangannya sedikit terhenti kala mendapati jarum jam yang tergantung di atas papan tulis, bergerak ke arah angka dua. Sang pemuda bername-tag Kwon Soonyoung itu menggerang malas, dan menelungkupkan kepala pirangnya di dalam lipatan-lipatan lengannya.

"Kau kenapa Kwon?"

Tanpa menoleh pun pemuda yang sering dijuluki 'Hoshi' itu tahu, bahwa yang memanggilnya adalah sahabat berhidung runcingnya. Si Kwon pun hanya menyahut dengan gumaman yang masih dapat didengar oleh sang sahabat.

"Eyy, aku bertanya teman, kau tidak ke kantin?" tanya pemuda hidung runcing itu lagi. Si Kwon masih saja menggumam tidak jelas. Pemuda berhidung runcing itu hanya menghela nafas. Sahabatnya ngantuk, mau dibangunin disuruh cuci muka takut nanti kena semprot Soonyoung. Yah, dia bisa apa?

Wajahnya yang semula suram dan sendu seketika terganti dengan senyum sumringah yang kelewat lebar hingga matanya pun hilang kala melihat sesosok jakung berkulit eksotis berjalan masuk ke dalam kelasnya dan celingak-celinguk seperti mencari sesuatu.

"Bagus sekali kau berhasil menjawab telepatiku Mingyu!" serunya saat pemuda bername-tag Kim Mingyu datang menghampirinya. Mingyu mengangkat sebelah alisnya kebingungan tidak mengerti maksud dari ucapan Sunbae yang juga berstatus sebagai sahabatnya itu. Merasa mengerti dengan kebingungan adik kelasnya, Lee Seokmin mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Mingyu sambil nyengir, "Abaikan, sekarang kau bantu aku!" perintahnya sembari melirik seekor babi yang masih pulas di atas bangkunya.

-ups.

Mingyu mengangkat sebelah alis, tangannya terulur untuk mengguncangkan bahu Si Kwon, "Hyung, kau kenapa? Sakit?" tanyanya yang lagi-lagi hanya disahut dengan gumaman tidak jelas dari Soonyoung. Mingyu menatap Seokmin mencoba meminta penjelasan yang hanya dijawab yang lebih tua dengan endikan-endikan bahu. Mingyu menghela nafas sebelum berjongkok disamping Soonyoung dan mencolek-colek pinggang ramping Si Kwon. "Hyuung, banguuunn," rengeknya.

Si Kwon menggeliat tak nyaman. Merasa bahwa Hyung pemalasnya bergerak dan akan segera bangun, Mingyu dan Seokmin tersenyum lega. Dan senyuman mereka terlihat luntur kala Si Kwon hanya memutar kepalanya menghadap jendela sembari bergumam manja, "Lima menit lagi, Mamiii,"

Mingyu yang baru saja bangkit dari posisi jongkoknya mau tak mau kembali menghela nafas dan berjongkok lagi. Tangannya kembali terulur ke arah pinggangnya, bukan untuk menjawil atau mencolek lagi, tentu saja ia tidak mau menggunakan cara yang sama.

"Gelitik ketiaknya Gyu, kupikir itu akan berhasil," celetuk Seokmin menginterupsi pergerakan tangan Mingyu. Mingyu menolehkan kepalanya ke arah ketiak Soonyoung sebelum mengernyitkan dahinya dan membawa tangannya menjepit kedua lubang hidungnya.

Seokmin menatapnya dengan pandangan bertanya. "Kenapa?" tanyanya polos.

Mingyu berdiri sembari mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya, "Ketiaknya bau Hyung, kau saja yang membangunkannya, aku merasa alergiku kambuh," ujar Mingyu masih dengan kibasan tangannya yang hanya disambut kikikan Seokmin.

"Baiklah~" Seokmin pun berjongkok di belakang bangku Soonyoung yang terdapat pemandangan bokong Soonyoung. Mingyu yang melihatnya pun ikut berjongkok di samping Seokmin, bedanya ia berada di samping pinggang Soonyoung tempat ia mengendusi ketiak Soonyoung tadi.

"Kau mau apa Hyung?" Seokmin hanya tersenyum devil sebelum melirik-lirikkan matanya ke bokong Soonyoung yang dilapisi oleh celananya.

"Kau ingat nggak? Pas SMP dulu Soonyoung berkata bahwa titik sensitive nya hanya ada ada satu. Yaitu bokongnya," ucap Seokmin. Mingyu menelengkan kepalanya bingung.

"Memangnya Soonyoung-hyung pernah bilang gitu?"

Wajah sumringah Seokmin pun seketika digantikan dengan cemberut, "Kelas satu sudah lupa, itu kan dua tahun lalu, masa kau sudah lupa? Mikir apaan aja sih? Nilai ulangan matematika Eunhyuk-ssaem?" omel Seokmin kesal.

Mingyu merengut, "Tidak- tidak- bukan itu, tapi ya- salah satunya itu- tapi bukan itu, sungguh!"

Seokmin mengangkat sebelah alisnya, "Lalu apa? Hutang dalaman sama Seungkwan? –ih, masa hutang dalaman sama Seungkwan sih? Padahal udah murah lho, kualitasnya juga nggak kalah-kalah bagus sama toko-toko lain, serius deh, masa kamu ngutang sih? Aku aja sebulan langganan sama dia bayarnya full terus lho! Seungkwan aja sampai janji ngasih aku kartu member dan bakalan dikasih diskon –tapi katanya tunggu bulan depan karena kartunya belum jadi dan-"

"Aduh Hyung! Nyerocos mulu!" potong Mingyu kesal.

"Lha terus?! Kan tadi aku tanya, ya, kamu sih nggak jawab-jawab!"

"Ih Hyung aku-kamu-aku-kamu! Geli woy!"

"Berisik tem! Kau kan juga daritadi kutanyai, nyela mulu!" balas Seokmin kali ini dengan serius. Mingyu hanya terkekeh meminta maaf. Seolah memiliki rambut yang panjang, Seokmin pun mengibaskan tangannya ala-ala aktris iklan shampoo. "Ya sudahlah, jadi apa?" tanyanya jutek.

Mingyu nyengir, "Cinta yang selalu ditolak Wonu-hyung, hehehe,"

Seokmin memutar matanya, "Terserah, pokoknya, kau cubit-cubit bokong kiri-kanannya, Aku urus tengahnya," perintahnya. Mingyu mengernyitkan dahinya.

"Kalau dia kentut? Kau tidak takut Hyung?" tanya Mingyu memasang ekspresi ngeri.

"Kentut babi tidak akan berpengaruh denganku Gyu, aku sudah membawa banyak persediaan parfume untuk berjaga-jaga kalau ada yang kentut sembarangan." jelas Seokmin yang lagi-lagi hanya disambut oleh anggukan oleh Mingyu yang entah sejak kapan sudah ada di sampingnya.

"Siap?" tanya Seokmin lagi. Mingyu mengangguk pelan menyahuti Seokmin. "Hana, dul, set! Segariiisss!"

Kelopak mata indah Kwon Soonyoung tiba-tiba terbuka kala merasakan jari-jari tangan seseorang tengah mencubit kedua bokongnya empuknya, dan sebuah pola garis lurus yang dibuat jari seseorang di belahan bokongnya. Ia menoleh cepat di belakang bangkunya yang menampilkan kedua makhluk absurd tengah tertawa-tawa, sebelum berteriak meminta tolong dengan suara hebohnya yang menggelegar.

"AAAAAAAA!"

Cepruuttt…

Kedua sosok yang masih berada di belakang bangku Si Kwon, secara tiba-tiba segera mengerutkan dahinya, dan menutup lubang hidungnya. Mingyu yang pertama mundur menjauh dari posisi awalnya sebelum berteriak, "YA! SEOKMIN-HYUNG! MANA PARFUME NYA?!"

Seokmin mengerjapkan matanya masih belum tersadar dari wangi memabukkan yang keluar dari belahan bokong Kwon Soonyoung. Mingyu yang frustasi akan baunya segera berlari menuju bangku Hyung berhidung runcingnya, menyambar dan segera mengobrak-abrik isi ransel Hyung nya, mencari keberadaan sang parfume.

Ketemu, batin Mingyu segera menyambar botol plastic berwarna pink dengan gambar kartun Minnie Mouse berlabel 'E*kulin' dan segera mengarahkannya pada bangku Soonyoung. Dirinya menghitung hitungan satu sampai tiga sebelum berteriak menyemprotkan cairan putih itu ke arah bangku Soonyoung.

"AAAA! MUSNAHLAH KALIAANN!" teriak Mingyu tanpa memedulikan tatapan bingung penjuru kelas. Seokmin yang mencium bau parfume nya segera tersadar dan menyeret dirinya pada kaki Mingyu yang berdiri tidak jauh darinya.

Soonyoung? Jangan tanyakan dirinya yang tengah terbatuk-batuk sembari mengibas-ngibaskan tangannya, mencoba menghalau wewangian parfume E*kulin masuk dalam indra penciumannya.

Merasa ada yang sepasang tangan yang memeluk erat betis kirinya, Mingyu menoleh ke bawah, menampakkan seonggok pemuda dengan hidung yang berbentuk seluncuran yang sangat disukai oleh adik tetangganya, Lee Chan. Seokmin tersenyum letih memandang ke arah Mingyu yang menatapnya heran, "Kau pahlawanku," ujarnya mengundang hawa dingin masuk ke dalam tubuh Mingyu. Singkatnya, Mingyu ngeri guys.

Seokmin masih saja memamerkan senyum letihnya yang sekarang entah mengapa terlihat mengerikan di mata Mingyu. Pemuda yang bersepupu dengan Kim Taehyung –bajingan kelas sebelah- ini pun cepat-cepat segera membebaskan betisnya dari pelukan erat Lee Seokmin.

"Ya! Lee Seokmin! Kau mengerikan! Enyahlah!" seru Soonyoung yang menonton dengan ekspresi jijik bercampur ngeri dan geli yang ada di wajahnya. Mingyu yang masih berusaha membebaskan kakinya hanya mengangguk-ngangguk menyetujui seruan Soonyoung.

Seokmin pun hanya tertawa dan-


"Oke, lewati yang itu Soon, langsung saja di bagian Seokmin dan Mingyu yang mengajakmu bermain truth or dare! Apa memang sudah sedari awal kau berniat untuk bermain game itu, atau kau dipaksa oleh mereka?" tanya Jisoo menelan salivanya gugup. Ia pun mulai melambaikan tangannya pada pelayan, dan kembali memesan Americano panasnya lagi.

Seungcheol bergidik, "Ya, langsung saja bagian itu, aku sudah dapat membayangkan ekspresi senyuman-letih-Seokmin yang kau maksud Soon. Apa kau ingat saat pentas seni tahun lalu? Yang aku dan Jeonghan mengajakmu menonton drama tapi kau menolaknya?"

Soonyoung berpikir sebentar, sebelum mengangguk mengiyakan pertanyaan Seungcheol, "Yang aku bilang, aku tidak ingin jadi hamster peliharaan kalian kan?"

Seungcheol memutar bola matanya, "Ya, ya, yang itu. Percayalah, kami –aku dan Jeonghan menonton acting dramanya –Lee Seokmin bersama Jung Hoseok tahun lalu, dan astaga, ekspresi mereka –duo kuda itu benar-benar menggelikan!" ucapnya sembari mengingat-ngingat drama pentas seni tahun lalu yang dimaksudnya. Soonyoung pun tegelak.

"Hei hei! Soon! Kau ingat? Aku menyuruhmu untuk bercerita kembali dari bagian Seokmin dan Mingyu mengajakmu untuk bermain ToD, bukannya kembali mengenang ekspresi menggelikan Seokmin!" omel Jisoo yang entah sejak kapan sudah kembali memegang segelas penuh Americano panasnya.

Soonyoung memasang pose berpikir, sebelum menarik seulas senyum lebar yang membuat kedua pipi berkadar lebihnya naik ke atas, dan membuat sepasang mata sipitnya hilang.

"Ah itu, ya! Tadi, saat empatbelas menit sebelum bel masuk, kami –aku, Seokmin, dan Mingyu keluar kelas. Awalnya sih, mau bolos ke atap. Tiduran di sana, berjemurlah," Soonyoung nyengir.


"Ya! Kwon! Kita mau kemana?" tanya Seokmin yang berjalan di sebelah kiri Soonyoung. Mingyu yang berada di sebelah kanan Soonyoung mengangguk-ngangguk pertanyaan Seokmin yang tidak digubris sedikit pun oleh Si Kwon. Seokmin memandang bertanya pada Mingyu yang juga balas menatapnya bingung, lewat 'telepatinya'.

Si Babi ini kenapa sih Ming? –Seokmin

Kenapa Hyung? Apa di gigiku ada bekas makanan? –Mingyu sambil menyapu gigi-gigi putihnya dengan lidah.

Hah? Sakit gigi? Mungkin kali yah… eh nggak deh kayaknya, dia kan tadi udah teriak-teriak saat kau menyemprotnya dengan parfume. –Seokmin sambil lirik-lirik.

Gadis berambut pirang itu? Yah Hyung, masa kau lupa? Itu kan kakak sepupuku yang kukenalkan kemarin, namanya Kim Jennie -kalo memang kau benar-benar lupa. –Mingyu sambil gerakin bibir, nyebutin nama 'Kim Jennie' tanpa suara.

Sakit gigi? Memangnya kau tahu darimana hah? –Seokmin tidak percaya.

Iya namanya memang Kim Jennie, kalau nggak percaya ya sudah. –Mingyu kesal.

Seokmin menaiki tangga terlebih dahulu, mengahalangi jalan Kwon Soonyoung yang sudah menguap untuk yang ketiga kalinya. Soonyoung memincingkan matanya, sebelum mengayunkan tangannya, memerintah Si Lee untuk menyingkir.

"Apa kau sakit gigi Soon?" tanya Seokmin langsung. Soonyoung mengernyitkan dahinya, sebelum menggeleng dan berjalan santai menaiki tangga, mendahului Seokmin yang sebelumnya ingin menghalanginya. Seokmin yang didahului pun mengejar Soonyoung, mencoba menyamai langkahnya dengan Si Kwon.

"Kau yakin? Mingyu bilang kau sakit gigi," ujarnya melirik Mingyu yang berjalan santai di belakang mereka.

Mingyu yang merasa namanya disebut-sebut oleh Hyung kudanya ini pun mengerutkan dahinya. Sejak kapan aku bilang begitu? batin Mingyu bingung. Soonyoung menggeleng menjawab pertanyaan Seokmin.

Seokmin pun berlari mendahului Soonyoung dan merentangkan kaki tangannya lebar-lebar mencoba menghalangi Soonyoung yang lagi-lagi menguap di depannya. Sembari menguap ia hanya mengendikkan kepalanya bertanya pada Seokmin. Seokmin menautkan alisnya.

"Oh ayolah Kwon! Jawab jujur saja!" lagi-lagi pertanyaan Seokmin dijawab dengan gelengan lemas dan ayunan tangan yang menyuruhnya menyingkir. Seokmin berdecak kesal, "Seharian ini kerjaanmu hanya diam, bagaimana mungkin aku membiarkan temanku membisu seperti ini, sekarang jujurlah padaku dan Mingyu! Apa kau benar-benar- Ya! Kwon Soonyoung apa yang kau lakukan bodoh?!"

Seokmin menutup selangkangannya yang barusan dilewati oleh pemuda Kwon tanpa rasa bersalah sedikit pun. Mingyu yang berada di belakang Soonyoung tertawa sebelum ikut melangkah ke arah Seokmin, hendak melakukan hal yang sama. Baru saja Mingyu hendak membungkuk, dahinya diangkat oleh jemari Seokmin yang membuatnya langsung menghadap ke wajah kudanya.

"Kau mau apa hah?" tanya Seokmin galak. Mingyu terkekeh sebelum menunjuk Soonyoung yang lagi-lagi sudah jauh dari pandangan mereka. Seokmin dan Mingyu pun segera berlari menyusul Soonyoung yang kini tengah melangkah, hendak membuka pintu atap. Tangannya baru saja hendak menyentuh kenopnya, namun Seokmin sudah memblokir jalannya.

Soonyoung berdecak malas, "Menyingkirlah Lee! Aku mau lewat!"

Seokmin balas menatapnya galak, "Jawab dulu pertanyaanku Kwon! Kau sakit gigi?!"

"Aku tidak sakit gigi bodoh! Lagipula siapa yang bilang kalau aku sakit gigi?!" balas Soonyoung. Seokmin menunjuk Mingyu yang baru saja sampai dengan nafas yang terengah-engah di belakang Soonyoung. Pemuda bermarga Kwon itu pun menoleh pada sang hoobae berkulit tannya.

Mingyu yang ditunjuk pun menunjuk dirinya. Seokmin mengangguk. Pandangannya tertuju pada Soonyoung mencoba meminta penjelasan. Soonyoung berdecak malas, "Si kuda ini bilang, kau bilang padanya kalau aku sakit gigi." Mingyu menggeleng sebelum menunjuk Seokmin.

"Kau fitnah Hyung! Aku tidak pernah berkata seperti itu padamu!" teriak Mingyu tidak terima.

"Kau sendiri yang bilang padaku Kim!" balas Seokmin yang juga tidak terima.

"Kapan?!"

"Tadi!"

"Tadi kapan?!"

"Telepati lantai satu bodoh! Kau sendiri yang bilang padaku, dia sakit gigi!"

Mingyu mengerutkan dahinya, "Aku tidak bilang Soonyoung-hyung sakit gigi! Tadi kan, aku bertanya padamu Hyung! Apa di gigiku ada bekas kotoran makanan? Itu yang kutanyakan!" jelas Mingyu dengan helaan nafas frustasinya. Seokmin menggeleng keras, masih tetap bersikukuh dengan argumennya.

"Tadi kau bilang Soonyoung sakit gigi!"

"Astaga, kau ini kenapa jadi menyalahkanku sih Hyung?! Aku tidak bilang Soonyoung-hyung sakit gigi!"

"Lalu yang kau bilang tadi?!"

"Apa?! Hah?! Aku bilang apa?!"

"Tadi katamu 'Dia sakit gigi'" jelas Seokmin sembari menggerakkan bibirnya tanpa suara. Mingyu menghela nafas frustasi. Ia menarik nafasnya, kemudian membuangnya perlahan, sampai akhirnya Ia menatap Seokmin dengan wajah campur aduk antara kesal, sabar, ingin tertawa, dan menahan buang air besar (?)

"Oke, oke mungkin disini ada kesalah pahaman," lerai Soonyoung yang sedari tadi hanya berdiri lemas menatap kedua sahabatnya bergantian, "Ada baiknya kalau kalian jelaskan ini di dalam sini," Soonyoung mengayunkan jempolnya ke arah pintu atap.

Seokmin memandang aneh Si Kwon, "Babi, ada baiknya kalau kita tetap mengikuti jam pelajaran tanpa membolos di atap,"

"Tapi Kuda, aku lelah, tak bisakah kau mengasihaniku~ Dan biarkan diriku beristirahat~"

"Kwon, kurasa nadanya bukan seperti itu deh,"

"Lee, kita tidak sedang membicarakan nada lagu Peterpan,"

"Memangnya siapa yang membahas lagu itu? Aku hanya bilang, Ayo kembali ke Kelas! Shindong-ssaem sebentar lagi masuk,"

"Lee, ingatkan Aku untuk memukul kepalamu,"

Seokmin mengangkat alisnya, "Apa kepalaku punya salah denganmu Kwon?"

Soonyoung menggeleng, "Sepertinya kepalamu terbentur sesuatu Lee, maksudku, ini kau! Lee Seokmin! Sejak kapan kau bertaubat dari membolos kelas sejarahnya Shindong-ssaem?"

"Kupikir kita bertiga tidak perlu membahas ini Hyung," sela Mingyu yang membuat kedua hyung-nya menoleh arahnya, "Saranku, bagaimana kalau kita bertiga segera ke kantin?" Seokmin melotot pada Mingyu yang hanya membalasnya dengan kibasan tangan.

"Ayolah Hyung! Aku sama sekali belum makan dan sekarang perutku sudah berbunyi!" rengek Mingyu "Lagipula setelah ini kelasku adalah pelajarannya Krys-galak-tal-ssaem! Big No to go back to class!" pekik Mingyu tidak setuju.

"Halah sok Inggris!" cibir Seokmin.

Mingyu mengacuhkannya dan kembali memandang Soonyoung dengan puppy-eyes andalannya, berharap bahwa Hyung sipitnya itu bersedia dengan idenya. Soonyoung memutar mata, "Baik, baik, mari makan dan tinggalkan atap ini," ujar Soonyoung dengan wajah terpaksa segera berjalan menuruni tangga mendahului Seokmin dan Mingyu di belakangnya.

Mingyu pun menyeringai, "Nice!" pekiknya senang, sembari ikut berjalan di belakang Soonyoung meninggalkan Seokmin di belakangnya.

Seokmin pun menggemelatukkan giginya, sebelum berjalan cepat menuruni tangga, dan menghampiri kedua sahabatnya dengan sambutan jari yang menggarisi kedua belah bokong mereka.

"Segarisss!" teriak Seokmin segera berlari cepat ke bawah meninggalkan Mingyu yang berteriak kesal memanggil Seokmin, "Aku tunggu kalian di lantai dasar! Okeee!" sahut Seokmin dengan suara yang berlalu.

Mingyu yang masih memasang muka kesalnya segera menoleh ke arah Hyung berwajah hamsternya –mengingat Hyungnya yang satu itu belum bersuara sejak tadi. Dan sejurus kemudian, wajah kesalnya pun berubah kala melihat wajah Soonyoung yang masih terdiam pucat pasi.

"Astaga! Yah! Kwon Soonyoung!" gelaknya tanpa bisa ia bendung.

Bagaimana tidak? Wajah Kwon Soonyoung yang terdiam dengan kulit yang pucat pasi, dan mata sipit yang berusaha membulat, ditambah lagi dengan bentuk mulutnya yang bergelombang membentuk huruf 'W' itu. Ia persis seperti sedang menahan buang air besar.

Mingyu yang sudah hampir genap lima menit terpingkal itu pun, segera sadar dan merubah ekspresi wajahnya menjadi khawatir. Pasalnya, wajah Si Kwon yang awalnya memang lucu itu, entah mengapa kini malah membuat Mingyu khawatir. Maka, tanpa basa-basi lagi, Mingyu pun segera menggoyangkan bahu Soonyoung sekencang-kencangnya.

Tidak berhasil. Rasa panik hampir saja menyergap Mingyu, kalau ia tidak segera menarik nafas dan menenangkan dirinya. You can do it, Kim Mingyu! Soonyoung-hyung itu kuat! Dia tidak akan mati berdiri hanya karna belah guava nya telah dinodai oleh Kuda-hyung! Ujar Mingyu menyemangati dirinya di dalam hati.

Bagaikan hidup di dalam komik, Mingyu pun menjentikkan jarinya seolah di atas kepalanya sudah muncul sebuah bola lampu yang bersinar terang. Mingyu pun segera mencubit pinggang Soonyoung sekencang-kencangnya.

Tidak ada respon. Mingyu tidak menyerah, Ia masih saja mencoba mencubit di tempat-tempat lain seperti pergelangan tangan, paha, lengan, bahkan pangkal pahanya. Namun tetap tidak ada respon.

"Yah! Kim Mingyu! Kwon Soonyoung! Kalian lama sekali! Cepatlah! Junhui bilang kedai ramyun hampir mau habis!" terdengar suara Seokmin berteriak dari bawah.

Mingyu menggeram, "Ini semua salahmu Hyung! Soonyoung-hyung bahkan mati berdiri!"

"Halah! Kau nya saja yang bego! Kalau lagi loading gitu sebaiknya kau tampar saja pipi bokongnya!" balas Seokmin lagi.

Mingyu mengernyit heran, "Bokongnya kau bilang?! Digarisi saja Ia sudah mati begini Hyung! Apa jadinya kalau nanti ditampar?! Mati bersujud seperti legenda kuno di Indonesia sana?"

"Lakukan saja!" sahut Seokmin kesal.

Mingyu pun menghela nafas, "Kuharap, tidak akan terjadi yang aneh-aneh padamu, Hyung," doa Mingyu sembari memejamkan matanya. Bagaikan slow motion, telapak tangan Mingyu yang besar nan pekat itu pun terayun dengan lentiknya ke arah bokong Soonyoung.

Dan syukurnya, Soonyoung segera sadar dengan wajah yang kembali normal. Dan segera membuat Mingyu bersujud, mengucap syukur kepada Tuhan, mengabaikan wajah Hyung bulatnya yang sudah berubah merah menahan kesal dan amarah.

"Yah! Kau keterlaluan Lee Seokmin!" teriak Soonyoung parno, mengingat belah bokongnya sudah banyak menjadi korban kenakalan dua temannya dalam sehari ini.

Dan-


"Telat oke!" pekik pemuda cantik berambut pirang panjang yang duduk di samping Seungcheol, "Apa kau memang selamban ini? Atau efek garis bokong seperti itu memang berdampak kuat seperti itu padamu?" tanya Yoon Jeonghan sembari menyeruput ice cappuccino milik kekasih bermata bulatnya. "Ah! Ice cappuccino nya tambah satu ya!" pesan Jeonghan tersenyum manis pada pelayan.

Merasa semua masih melihatnya, Jeonghan pun melotot pada tiga manusia yang memandangnya aneh, "Aku tau aku itu tampan, tapi bisakah kalian tidak menatapku seperti itu? Ketampananku ternodai tau!" ujar Jeonghan sembari mengibaskan kunciran rambut pirangnya.

"Just stay calm, babe! Tidak akan ada yang menodai kecantikanmu selain aku, chupp!" Jeonghan merona saat menyadari bahwa kekasihnya sudah merebut kecupan di bibir merahnya.

"La-lanjut Soon, jangan hiraukan mereka, ahahahah…" Jisoo tertawa canggung.

"Ba-baik Hyung, eheheheh…" balas Soonyoung segera menegak habis milkshake nya sebelum kembali bercerita. "Setelah itu-

"Langsung saja bagian mereka mengajakmu!" ujar Jisoo menunjuk Soonyoung dengan kelingkingnya, sebelum kembali menyeruput Americano nya. Belum sempat Soonyoung menjawab kalimat American-hyung nya, Jisoo kembali memotong, "To the point! Jangan bertele-tele!"

Soonyoung hanya mengangguk pasrah sebelum kembali memandang Jisoo yang kembali melotot ke arah kalian dan berkata dengan penuh penekanan, "Dan kalian! Teruslah tunggu kelanjutan cerita abal Soonyoung! Jangan kemana-mana! Tetap ikuti alur cerita bertele-tele ini!"


Maapkeun Khe yang kembali buat cerita baru tanpa meneruskan cerita lama ='v
Tetaplah sayangi Khe =D
Saranghae =*

-Bengkulu, 3 Maret 2018