Halo readers!

Saya membuat cerita ini karena terinspirasi dari sebuah lagu Jepang, dan saya merasa lagu ini pas banget sama pairing Sasuke x Sakura. :)

Maka dari ituuu…saya ambil judul ini sesuai dengan judul lagunya. :D

Sebenarnya fanfic ini kurang lebih merupakan terjemahan dari salah satu English fanfic yang saya buat, hehe. Cuma kalo yang itu, terinspirasi dari lagu barat. :D Tapi saya curiga jangan-jangan malah Indonesian fanfic-nya yang beres duluan. -_- Yah,tapi ga tau juga sih, hohohoho. :3

Oke, sebelum dimulai, saya beri info dulu kalo alur cerita ini maju-mundur, cerita ini AU, dan akan mengandung hal-hal berbau 'lemon', makanya ratingnya M. Yang belum cukup umur tolong jangan baca ya, demi kebaikan kita semua, hehe. :))

Tanpa panjang lebar lagi, selamat membaca! ^_^

A/N : Kalo kalian mau liat baju kerja Sakura di chapter ini, bisa diliat di link profile saya. :)


Prisoner of Love

~ Chapter 1 : My Sinful Secret ~

...

...

...

'heiki na kao de uso wo tsuite
waratte iyake ga sashite
rakubakari shiyouto shiteita'

...

...

...

Disclaimer : Naruto beserta karakter-karakternya bukan milik saya, full punya Masashi Kishimoto. Saya cuma punya plot cerita dan OC yang beberapa akan muncul di chapter-chapter berikutnya. :D


Usia Karakter Utama :

Sasuke Uchiha : 25

Sakura Haruno : 24

Kousuke Uchiha : 5

Kaori Akiyama/Uchiha : 26

Note :

- italic/cetak miring : bahasa selain Bahasa Indonesia, atau suara/percakapan di masa lalu, atau lirik lagu

- ' '/tanda petik satu : inner si karakter berbicara atau karakter berbicara dengan dirinya sendiri (dalam hati), atau yang lainnya

WARNING : Slight 'lime' atau fluff stuff


[Prolog; Sakura POV]

Aku tahu, 'hal' yang aku lakukan ini…adalah SALAH BESAR, dari sudut pandang manapun juga. Tetapi apa daya, cinta yang selama ini aku simpan hanya untuknya tidak pernah pudar, meskipun telah diombang-ambing oleh banyak cobaan. Masalah selalu datang silih berganti, seolah dunia ini menguji ketulusan cintaku padanya. Semua rasa bisa bercampur aduk menjadi satu bila berbicara tentang dia. Ada rasa takut, senang, bahagia, gugup, sedih, sakit, gemas, terkejut, aman, nyaman, tentram, bahkan terkadang aku merasa gila sendiri akan semua ini. Terkadang, ketika aku tengah sadar diri, aku ingin sekali rasanya mengakhiri 'permainan' kotor ini, karena aku tau ini tidak baik untuk kita berdua. Sama halnya dengan dia. Ketika dia sedang sadar, secara tiba-tiba dia akan mengacuhkanku, seolah aku tak ada, dan pergi kembali ke keluarganya untuk menghabiskan sisanya waktunya. Ya, memang itu yang seharusnya dia lakukan…

Tetapi ketika aku sedang tenggelam dengan perasaanku sendiri, keinginanku untuk mengakhiri 'hubungan' ini akan segera hilang seperti debu ditiup angin, tanpa jejak sedikit pun. Belum lagi bila ditambah dengan sikapnya yang setuju dan malah seakan memohon untuk tidak mengakhirinya. Untuk kesekian kalinya, lagi-lagi aku membuka tanganku lebar-lebar untuknya agar ia mau kembali ke dekapanku lagi..dan kalian tau apa? Yang lebih buruknya, tanpa pikir panjang ia kembali dan membalas pelukanku dengan erat, seolah tak ingin melepaskannya.

Apa yang harus aku lakukan kalau ia pun seperti itu? Menjauh darinya?

Sungguh, aku sudah mencobanya ribuan kali. Tetapi ia selalu saja mencoba mencariku dan membawaku kembali bersamanya, baik itu secara paksa maupun tidak. Entah karena ia dikelilingi keberuntungan ataukah memang takdir, ia SELALU saja berhasil menemukanku.

Jujur saja, selama ini aku merasa AMAT SANGAT kotor bila aku sedang bertemu dengan istrinya, terutama anak lelaki semata wayangnya. Mereka selalu bersikap baik dan ramah kepadaku. Sasuke bilang, anaknya sangat menyukaiku dan menganggapku sebagai idolanya.

Kenapa…? Kenapa mereka berdua masih bisa tersenyum manis, tulus dan ikhlas seperti itu? Sementara selama ini, aku memiliki hubungan 'gelap' dengan dia.

Apa yang akan terjadi seandainya mereka tahu? Aku telah mengkhianati kebaikan hati mereka berdua, membuatku semakin merasa terpuruk, hina, bahkan tak pantas untuk hidup di dunia ini lagi.

Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Aku, Sakura Haruno, memang SANGAT mencintai Sasuke Uchiha dan aku tahu apa yang kita lakukan adalah kesalahan yang fatal. Ia juga menyadari hal ini dengan sangat jelas, tetapi tidak menghentikan tindakan yang…tampak penuh 'perasaan' itu terhadapku, yang membuatku selalu berpikir lagi. Kenapa? Kenapa kau tidak menghentikan dirimu sendiri? Kenapa aku pun tidak bisa menghentikan diriku sendiri?

Aku selalu berdoa, berharap…semoga suatu hari nanti, Kami-sama akan menunjukkan jalan keluarnya…sehingga kita berdua dapat hidup bahagia tanpa kebohongan dan rahasia lagi…


[General POV; Siang Hari]

"Mmphn...Sasuke-kun...ki-kita...tidak-k bisa..."

Pria itu mencium dan menjilati leher wanita di hadapannya dengan penuh nafsu, meninggalkan bekas berwarna merah dan saliva dari lidah yang masih bermain disana. Salah satu tangan yang agak besar layaknya seorang pria berada dipunggung wanita itu, sedangkan yang lain memegang kepalanya. Perempuan berambut merah muda itu memejamkan mata dengan erat, mencengkram pundak kokoh lawan mainnya, sebagai penopang agar ia tidak jatuh. Badan mungil yang dihimpitkan ke dinding bercat putih oleh pria bernama Sasuke itu sudah hampir kehilangan tenaga, tak berdaya karena sangat menikmati perlakuan yang tengah dirasakan.

Sasuke menghisap dan menggigit titik sensitif yang menghasilkan lenguhan kaget nan pelan. Tidak puas hanya dengan sebuah lenguhan, lelaki berambut hitam itu memperkuat gigitan tadi. Ia turunkan tangan dan melingkarkannya di pinggang Sakura, memijat-mijat daerah tersebut dengan mesra.

"Nnn...aah...S-Sasuke-kun..." Ia menyeringai karena berhasil mendapatkan desahan yang sejak tadi dia tunggu-tunggu.

'Tidak cukup keras', pikir Sasuke. Tangannya berpindah lagi dari kepala ke bagian tubuh Sakura yang lain, yaitu payudaranya. Diremasnya kedua gunung kenyal itu dengan keras, berharap wanitanya mendesah lebih keras lagi. Lagi-lagi, dia berhasil, dan merayakannya dengan senyum penuh kemenangan. Sakura merasakan sunggingan bangga itu dilehernya. Uchiha memang selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Diulangi lagi perlakuannya tadi, yang kini membuat mereka berdua mendesah nikmat akan sensasi yang mereka rasakan. Sasuke memundurkan kepalanya, menatap mata emerald dengan sepasang onyx miliknya. Ia menaruh bibirnya di ujung mulut sang gadis, menciumnya dengan pelan.

"Sakura…" Ia berbisik dengan seksi sambil mencium tepi bibir merah muda itu, membuat Sakura semakin melayang dibuatnya.

Ingin rasanya waktu berhenti saat itu juga, berharap momen ini tidak akan pernah berakhir. Tiba-tiba tanpa kemauannya, gadis itu membuka mata perlahan-lahan, mencoba memfokuskan pandangannya dan menyadari apa yang sedang mereka lakukan.

'Ini salah, ingat Sakura, ini SALAH BESAR. Aku harus menghentikannya. Kalau tidak, bisa-bisa akan berlanjut ke tahap yang lebih panas dari ini." ujar Sakura dalam hati.

Sakura mencoba mendorong tubuh kekar namun sempurna itu pelan-pelan. Kini berbalik, ia yang menatap mata onyx yang terasa semakin gelap karena dilanda nafsu itu. Sasuke kemudian menatap balik mata hijaunya yang begitu cantik. Tersirat kebingungan yang mendadak di mata pria ini.

"Ada apa, tenshi?" Sasuke berbisik lagi sambil menghujani pipi porselainnya dengan kecupan-kecupan lembut.

Badan Sakura bergetar senang hanya dengan mendengar suaranya, terutama ketika ia memanggilnya 'tenshi'. Digelengkan pelan kepala dengan rambut bubble-gumnya itu.

"Sasuke-kun…kau tahu kan, kita harus berhenti sekarang. Ini tidak bisa dilanjutkan lagi, kita kan sedang di~"

"Aku tidak peduli." Balasnya to-the-point lalu mendorong bibirnya dengan kuat ke bibir Sakura dalam gerakan sangat cepat.

Sasuke mengangkat kedua kaki jenjang milik sang gadis dan ditempelkan di samping pinggangnya, rok hitam Sakura segera terangkat tinggi melebihi pahanya. Sakura mendesah di dalam ciuman mereka dan secara tak sadar melingkarkan kedua tangannya di leher Sasuke, menggenggam rambut raven di tengkuk tersebut. Bibir bawah Sakura dihisap kuat, seakan ia meminta untuk membukanya. Tanpa ragu Sakura membuka mulut, ia pun segera memasukkan lidahnya, tidak sabar untuk merasakan lagi bagian dalam mulutnya. Pergulatan lidah terus terjadi, desahan demi desahan keluar sebagai pertanda rasa nikmat, satu sama lain berusaha saling mendominasi, yang berujung dengan kemenangan sang pria.

Akhirnya ia mendesah dan menggeram, semakin tidak sabar untuk menjelajahi tubuh elok itu lebih jauh lagi. Ia sudah merasakan betapa hangat dan basahnya bagian terlarang milik Sakura, akibat dari gesekan celana dalamnya dengan milik Sasuke yang masih tertutupi kain, sudah mulai membesar karena terangsang, dan hanya mempersempit celana kerjanya yang sudah pas itu. Ketika jari-jari tangannya masuk ke dalam rok dan menyingkapkan underwear Sakura yang telah basah itu tiba-tiba…

TOK-TOK-TOK!

Mereka terpaku seketika.

"Haruno-san? Ini Hikari." Sebuah suara kecil terdengar dari balik pintu kayu mahogani.

"Ah, h-hai, Hikari-san! Emm…tunggu sebentar ya!"

"Hai, Haruno-san."

Sakura mendengar Sasuke menggeretu pelan, merasa kesenangannya diganggu, dan hal ini membuat ia tertawa kecil melihat sikap kekanakkannya. Sasuke melepaskan tubuh Sakura, lalu mereka merapihkan baju dan rambut masing-masing. Sebelum Sakura membuka pintu, Sasuke telah duduk di sebuah sofa berwarna merah maroon.

"Hikari-san! Aku kan sudah pernah bilang, panggil aku Sakura saja, jangan Haruno-san."

"A-ah, iya, Haru~ maksudku, Sakura-san, Tsunade-sama memanggil anda untuk datang ke ruangannya. Oh, selamat siang, Uchiha-san. Maaf saya tidak tahu kalau anda ada disini." Gadis berambut pendek sebahu berwarna biru langit dan bersegaram suster itu sedikit membungkuk ke arah Sasuke. Sasuke yang tetap duduk mengangguk sopan padanya.

"Aku akan segera kesana. Terima kasih telah memberitahuku, Hikari-san." Sakura tersenyum penuh terima kasih.

"Hai! Sama-sama, Sakura-san. Kalau begitu, saya permisi dulu." Hikari membungkuk lagi dan pergi meninggalkan ruangan kerja itu. Sakura menutup pintu dan bersandar disana. Ia menghela nafas sambil memegang dadanya.

"Hampir saja. Tuhan…" Ia pijat-pijat dahinya dengan pelan, berusaha menghilangkan sakit kepala yang tiba-tiba datang tanpa sadar.

Sasuke pun ikut menghela nafas, merasa cukup tegang akan situasi dadakan tadi. "Ya, aku tahu. Seandainya yang datang tadi Tsunade, pasti…"

"PASTI KITA AKAN MATI! Aku kan sudah pernah bilang, terlalu berbahaya untuk melakukan 'itu' di ruang kerjaku! Aku juga sudah berusaha menghentikanmu, tahu." Sakura meninggikan suaranya sedikit, setengah berbisik, takut jika seseorang akan mendengar mereka.

"Tch. Aku tidak mendengar ada yang mengeluh disini.." ujar Sasuke sarkastik.

Wajah Sakura langsung memerah karena malu, paham akan apa yang dimaksudkan Sasuke, dan ia pun menundukkan wajah itu, mencoba menyembunyikannya. "A-aku…setidaknya a-aku mencoba me-menghentikanmu…" bisik Sakura.

Sasuke menyeringai, bangga telah membuat gadis ini tersipu malu. Ya, hanya dia. Hanya dia yang bisa dan boleh membuatnya begini. Sasuke beranjak dari sofa dan menghampirinya. Diangkatnya dagu kecil itu, membuat mereka saling bertatapan kembali. Matanya menunjukkan keheranan dan penuh tanda tanya. Sasuke hanya tersenyum dan sebuah ciuman mendarat di bibir Sakura. Bukan ciuman panas, ataupun terburu-buru, atau yang penuh dengan nafsu. Ciuman murni, pelan tapi pasti dan penuh kelembutan yang membuat Sakura memejamkan mata menikmati setiap detiknya.

Ini…ini adalah alasan mengapa disisi lain ia membencinya. Ia benci ketika Sasuke menunjukkan kelembutannya yang penuh dengan perasaan cin~ tidak, dia sendiri masih meragukan apa hal ini bisa disebut seperti itu. Namun ia pun tidak memungkiri, bahwa ia menyukai sisi lembut Sasuke ini. Berapa kali pun pemikiran tentang apa yang mereka lakukan ini salah terlintas dipikirannya, tetap saja ia akan selalu menyukai…momen ini…

Saat Sasuke melepas kecupannya dan kembali menatapnya, ia berkata, "Kau sebaiknya pergi…" Ujar Sakura setengah berbisik.

Pelan-pelan Sasuke menyandarkan kepalanya di kepala Sakura, dahi mereka pun bertemu. Dirangkulnya pinggang ramping Sakura. Mereka berdiri, diam sejenak dengan posisi itu untuk beberapa saat. Keheningan menyelimuti mereka untuk sementara.

"Aa…aku tahu. Aku hanya…tidak ingin…" Sasuke menjawabnya dengan berbisik, menutup kelopak matanya. Sakura tersenyum miris sambil menggigit pelan bibir bawahnya, merasa sedih mendengar apa yang diucapkan Sasuke.

"Hey...ayolah, Sasuke-kun, kau harus. Jangan buat Kousuke menunggu lebih lama lagi. Kau seharusnya menjemput dia di playgroupnya kan? Ini sudah mulai sore, Sasuke-kun." Sakura memegang pipi Sasuke dengan kedua telapak tangannya, mengelus pipi itu perlahan dengan ibu jari.

"Hn." jawab Sasuke. Setelah membuka mata, dikecupnya kening Sakura dengan lembut, menandakan bahwa ia akan segera pergi. Sakura membalasnya dengan senyuman, sudah mengerti akan hal itu dengan mudah. Sasuke melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut. Sesaat setelah ia pergi, setetes air mata berhasil lolos dari pelupuk matanya, dan jatuh membahasi lantai putih pijakan Sakura. Ia tersenyum pahit lagi…

'Bagaimana caranya aku menghentikan ini? Aku sangat kotor…'

Wanita berambut pendek dengan warna merah muda itu kini memegang wajah dengan telapak tangan kanan dan yang kiri memegang dadanya. Tanpa sadar mencengkram kemeja merah dibalik jas dokternya, berusaha menahan isak tangis dan rasa sesak di dada…


[Sakura POV; Sore Hari]

Akhirnya, pekerjaanku tuntas untuk hari ini. Tsunade-sama memberikanku dokumen-dokumen lagi untuk diselesaikan. Sebagai anak didiknya, dia memperlakukanku dengan sangat baik. Buktinya, ia memberikanku ruangan kerja khusus untuk sendiri. Padahal aku masih bisa dikategorikan sebagai trainee disini. Aku baru saja menyelesaikan program sarjana kedokteranku dan kini berada dibawah bimbingannya untuk bekerja di Konoha Hospital Center ini. Aku sedang berjalan menuju gerbang rumah sakit ketika terdengar seseorang memanggil namaku.

"Sakura Ba-chaaannn!"

Kuhentikan langkahku dan tersenyum kearah gerbang. Disana berdiri seorang pria seusiaku menggandeng tangan seorang anak laki-laki, yang memanggil namaku dengan suaranya yang kecil dan imut. Kousuke Uchiha, melambaikan tangan dan disebelahnya, Sasuke Uchiha, berdiri dengan senyum menyeringai yang khas. Aku masih tetap tersenyum dan berjalan menghampiri mereka.

"Kousuke-kun! Bagaimana sekolahmu hari ini?" Aku membungkuk setinggi kepalanya dan mengusap-usap acak rambut coklat mudanya itu. Lelaki kecil ini tertawa dan wajahnya memerah seketika. Entah mengapa responnya selalu seperti ini ketika aku melakukan hal yang sama.

"Menyenangkan! Sepelti biasa! Aku tidak sabar untuk datang kesyini, tepat dicaat Sakura Ba-chan harr~lus pulang…hee." Kata-kata terakhir diucapkannya sambil berbisik. Cara bicaranya yang lucu ini, menunjukkan bahwa ia memang masih berumur 5 tahun. Kepolosan dan semangatnya selalu meluluhkan hatiku.

"Ooh...begitu. Jadi...kau merindukanku, ne?" Aku tersenyum hangat dan memiringkan kepalaku sedikit, mencoba melihat wajahnya yang sedang ia tundukkan sekarang. Ia menarik tangannya ke belakang dan mengangguk pelan. Aku langsung tersenyum lebar saat itu juga sehingga gigi-gigiku sedikit terlihat.

"Kawaiiii! Jadi kau benar merindukanku, yay!"

Aku memeluknya tiba-tiba karena rasa senang memenuhi hatiku melihat pengakuannya. Tubuhnya mundur sedikit, seakan kehilangan keseimbangan. Tampaknya aku mengagetkannya. Tetapi Kousuke hanya diam, tangannya tepat disamping badan dan dia tidak membalas pelukanku. Apa dia sungguh-sungguh kaget? Perlahan aku melepaskan pelukanku dan meliriknya. Astaga, wajahnya merah SEKALI. Dia benar-benar malu kali ini! Aaww, dia benar-benar cute, sungguh! Aku pun tersenyum lagi dan kali ini mengelus-elus rambutnya dengan manja.

Jujur saja, Kousuke rasanya seperti 'malaikat kecil'ku. Ia akan selalu mengambil seluruh perhatianku padanya tanpa ia harus meminta. Meskipun dia bukan anakku sendiri, tetapi aku amat sangat menyayanginya. Aku sudah jatuh hati sejak pandangan pertama.

"Kousuke, sudah waktunya pulang. Kau sudah bertemu dengan Ba-chan kesayanganmu kan?" Tiba-tiba Sasuke bicara dan kini giliran wajahku yang memerah karena dia menekankan kata 'kesayanganmu' itu.

Kousuke berpaling melihat ke arah ayahnya. "Ne...Tou-san...pulang sekarrlang?"

"Kenapa? Kau masih merindukan Sakura Ba-chan?"

"E-euh,emm..i-ituu..a-aku…" Kousuke tampak gugup ketika menjawab. Ayahnya menyeringai sambil memperhatikan tingkah anaknya itu.

"Ayahmu benar, Kousuke-kun. Ini sudah sore sekali. Kau harus pulang. Aku yakin ibumu pasti sedang menunggumu sekarang." ujarku dengan senyuman tipis. Ya, kuakui rasanya sedih ketika menyebutkan ibunya. Hal ini membuatku sadar kalau aku bukanlah ibu kandungnya, aku bukanlah siapa-siapa.

"Ne...Sakura Ba-chan...maukah Ba-chan ke rumah berrlsama kita? Plwiiiss...onegai, Sakura Ba-chan..." Kousuke merengut dengan wajah memelas dan memohon kepadaku. *sigh* Aku tidak tahan melihat wajah memelas dan bibirnya yang kecil itu cemberut manja, dan rasanya membuatku untuk menerima ajakannya. Tapi aku harus menolaknya dengan sangat halus. Ini harus, tidak ada kompromi lagi. Aku hanya tidak ingin bertemu dengan ibunya saat ini. Aku menghela nafas dengan berat, sungguh sulit menolak malaikat kecil ini. Terutama disaat dia menunjukkan wajah memelas itu.

"Gomen, Kousuke-kun...tapi..." Aku tersenyum sedih menatapnya.

"Nani? Doushite?" Ia bertanya dengan wajah yang sedih, seperti sudah tahu apa yang akan kukatakan bukan sesuatu yang ia sukai untuk didengar saat ini.

"Ada yang harus aku kerjakan di rumah, ini sangat penting. Kalau tidak, Tsunade Baa-chan akan marah padaku." Aku tersenyum penuh maaf.

Kousuke menunduk, seperti akan menangis. Seketika itu juga aku merasa sangat bersalah padanya. Kesentuh pipi kanannya dan kuusap lembut untuk menenangkannya.

"Ne...Kousuke-kun? Kau kenapa? Kau marah padaku ya?" Hanya gelengan pelan yang kudapat sebagai jawaban. Terdengat suara helaan berat dari Sasuke.

"Kousuke, jangan bersikap seperti itu. Kita bisa bertemu Sakura Ba-chan lagi besok, atau kapanpun yang kau mau, oke? Tolong jangan marah padanya. Kau akan membuatnya sedih." Sasuke berkata sambil memegang rambut depannya dengan mata tertutup.

Tiba-tiba saja Kousuke berbalik menghadap ke arah ayahnya. "Aku tidak malah pada Sakura Ba-chan! Aku menyayanginya! Dan suatu hari nanthi, aku akan menyyikah dengan perrlempuan sepelti Ba-chan!"

Kousuke berteriak pada ayahnya yang sontak membuat ayahnya kaget. Aku pun sangat kaget dengan apa yang baru saja aku dengar. Kupeluk malaikat kecil itu, dan kali ini ia membalas pelukanku. Ia membenamkan wajahnya dileherku, kuelus punggung pelan-pelan dan mengangkat wajahku untuk melihat Sasuke, memberikan raut wajah bertanya. Ia memejamkan matanya dan mengangguk. Akhirnya aku menggendong Kousuke.

"Baiklah…aku akan ikut mengantarmu pulang, tapi sekarang kau istirahat dulu ya? Aku yakin kau pasti lelah seharian sekolah." Si kecil mengangguk dan memeluk leherku. Kupegang kepalanya untuk membiarkannya menunduk di pundakku.

"Kau yakin ini tidak apa-apa?" Sasuke bertanya meyakinku.

Aku membalasnya dengan senyuman, yang ia balas dengan senyuman kecil. Tak berapa lama kami berjalan pulang, aku bisa merasakan nafasnya yang teratur di leherku. Ah, tampaknya dia tertidur pulas. Refleks, kukecup lembut kepalanya dan entah kenapa, aku merasa Sasuke melihat adegan tadi dengan mata penuh…ah, entahlah. Aku tidak mau berharap banyak. Memikirkannya saja sudah membuat perutku terasa geli, seperti ada kupu-kupu didalam sana. Itu kan perasaan gadis umur 13 atau 17 tahun, dan aku sudah tidak pada masa itu lagi.

20 menit kemudian pun sampai di depan rumah Sasuke. Jarak dari rumah sakit kesini memang tidak terlalu jauh. Kita bisa berjalan kaki sekitar 15 atau 20 menit. Aku menghadap kearah Sasuke, melepaskan Kousuke dari tanganku pelan-pelan agar ia tidak terbangun. Sasuke yang sudah mengerti langsung menggendong Kousuke.

"Kau tidak mau masuk dulu?" tanya Sasuke.

"Tidak, terima kasih, Sasuke-kun. Kan aku sudah bilang, ada dokumen yang harus aku selesaikan dari Tsunade-sama." ujarku tersenyum miris karena teringat di dalam rumah itu pasti ada istrinya.

"Aa. Kalau begitu, aku masuk ya."

"Ya, tak apa. Istrimu…pasti sudah menunggu dari tadi…" suaraku setengah berbisik mengucapkannya.

"Sakura…" Ia memanggil namaku…tapi aku tak mau melihatnya.

"Sudah ya, aku pergi dulu. Ja! Sayonara, Sasuke-kun!" Aku segera berlari dari sana.

"Sakura! Tunggu!"

Aku tak peduli, seolah tak mendengar panggilannya. Kupercepat langkahku dan segera mencari taksi. Ketika kulihat satu, kulambaikan tangan untuk menghentikannya. Kuberitahu alamat tujuanku kepada sang supir dan ia pun mengemudikan taksinya. Memandang keluar jendela selama perjalanan, tak terasa air mata sudah menghujani mata dan pipiku. Kucoba hapus beberapa tetes yang membasahi pipiku…rasa sesak mulai muncul di dalam dada ini...

'Ya…menangis tanpa suara itu memang menyakitkan…'

...

...

...

TBC


*Terjemahan:

- gomen : maaf

- Kami-sama : God (Tuhan)

- tenshi : angel (malaikat)

- hai : ya

- nani : apa

- doushite : kenapa

- ba-chan/ba-san : tante/bibi

- baa-chan/baa-san : nenek

- ja : dadah

- sayonara : sampai jumpa


A/N :

Haaah...akhirnya beres juga nih chapter pertama.

Gimana menurut kalian? Bagus? Biasa? Jelek? Jelek banget? Parah?

Menenurut kalian lirik lagunya perlu ditranslate ga?

Review yaaa..pleasee..biar saya bisa tau menurut kalian layak dilanjutin apa engga, dan kalo ada yang kurang atau kelebihan mohon kasih tau saya yaa, hehe. Supaya ke depannya bisa saya perbaiki. :)

Tapi tolong diinget ya temen-temen, NO FLAME PLEASE. Disini saya membutuhkan kritik dan saran yang membangun supaya cerita-cerita saya kedepannya bisa jadi lebih baik lagi. Saya tau temen-temen semua para readers pastii pinterr-pinterr, so pasti ngeti lah yaah…hehe ;D

Maaf kalo masih ada miss-typo, ceritanya jelek, kosakata ancur, lemonnya kurang, dll deh. Saya juga masih agak bingung dengan bahasa anak seusia Kousuke. Takutnya salah sih, hehe. Yaah, namanya juga saya masih belajar, dan akan terus belajar dari kalian semua. :DD

Kalo kalian punya ide tambahan, ada pertanyaan, dll, boleh PM saya ya. :D Oia, saya juga sangat membutuhkan beta reader nih. Tolong yang bersedia, segera PM saya pleasee…yah yah yah? *memelas*

Arigatou ne! JA! \(^o^)