(Tidak menerima Flamer)
Love Me Heal Me! © Elyanna Chriselda
Attack On Titan / Singeki no Kyojin © Isayame Hajime
Warnings: EYD, Typos, Yaoi, boyslove, shounen ai, BL, and others
Rating : T
Pairings: RIREN (LevixEren), ERUMIN (ErwinxArmin), and other
DontLikeDontRead!
.
.
.
Chapter 1: No Name!
[Shingashina, 10.52 AM]
Gemuruh suara para fans melengking disebuah panggung megah. Mereka tergila-gila dengan grup band yang namanya No Name. Yeah—Band itu sangat terkenal dikalangan remaja, bahkan hingga masyarakat diluar negeripun tahu band tersebut. No Name artinya tanpa nama, berarti anggota band itu tidak memiliki nama? Benar sekali, mereka tidak memberitahukan nama asli mereka kepada para fansnya, sekalipun teman dekatnya.
Hanya grup No Name sajalah yang tahu nama asli anggotanya. Tapi—mereka juga memiliki nama samaran untuk dipanggil. Pertama, leader nama samarannya adalah Rivaille, kedua gitaris nama samarannya adalah Hange, ketiga drummer nama samarannya Mik. No Name hanya memiliki 3 anggota saja, dengan 1 Manager yaitu Erwin Smith jadi jumlahnya 4. Meski jumlah grupnya sedikit, tetapi terkenalnya minta ampun.
Okay, kembali pada cerita—dimana grup band No Name dinyanyikan—
Teriakkan membahana disebuah lapangan luas yang dipenuhi oleh bunga-bunga dan rerumputan indah. Setelah acara konsernya selesai mereka—para Fans langsung mengerumuni anggota band tersebut tanpa membiarkan ketiga orang itu untuk keluar dan harus menandatangani buku mereka. Rivaille yang paling dingin dari anggota No Name, Hange yang paling ceria dari anggota No Name, dan Mik yang paling pendiam dari anggota No Name.
Mereka memiliki sikap unik dan kepribadian aneh yang tidak diketahui oleh para Fans. Iya, fans hanya melihat band yang terkenal dan anggotanya yang terjerumus ke dalam kategori Tampan dan Cantik tanpa menyelidiki kehidupan asalnya seperti apa, dan orangnya seperti apa. Karena itulah leader No Name sangat membenci fans. Dia sebenarnya tidak butuh fans, yang dia butuhkan hanya uang dan fokus untuk karirnya.
Tidak lama, Maneger mereka datang bersama para polisi untuk memberi jalan ketiga orang tersebut. Rivaille mendecak kesal sambil memandang Managernya tajam, "Lama sekali kau, alis tebal." Gumamnya seraya memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Sang Manager terkekeh melihat wajah geram dari sang leader band yang dibuatnya.
Setelah itu, mereka masuk ke dalam mobil mewah dan pergi ke apartemen megah. Para fans berteriak kecewa lalu memutuskan untuk melanjutkan aktivitas mereka dipagi hari.
Seorang gadis berambut dikuncir satu dibelakang, memakai kacamata tengah tertawa dari dalam mobil sambil menepuk-nepuk punggung Rivaille. "Haha, kau tidak berubah meskipun sudah 2 tahun menjadi vokalis profesional. Ayolah Levi~tersenyumlah kepada mereka, aku yakin 100 persen fansmu tidak pernah melihat kau dan Mike untuk tersenyum, bwahaha dasar senyum juga harus dibayar!"
Hange—sang gitaris dari grup band No Name tertawa lepas disana. Gadis itu menggerucutkan bibirnya ketika tidak melihat respon apapun dari anggotanya. Rivaille masih sibuk dengan eartphonenya, sedangkan Mik tengah berkutat dengan ponselnya sambil membalas sapaan dari fans melalui sosial media. "Heh.. kalian tidak mendengarkanku ternyata." Hange menghela nafas lalu menatap ke arah jalanan raya dengan warna mata yang sedikit berubah dari sebelumnya.
Melihat ada yang tidak beres dari gadis itu, kedua anggotanya langsung memberi sebuah pil putih kedalam mulut Hange paksa. "Uhuk.. uhuk..! Bisa tidak kalian memberinya dengan cara yang lembut? Aku bisa mati nanti.. Levi, Mike kalian tidak memakan pilnya?" Rivaille menggelengkan kepalanya kemudian memandang Hange tajam.
"Berhenti memanggilku Levi, aku tidak suka dengan panggilan itu. Taati peraturan dari Maneger gila kalian, jaga sikap kalian, jaga image kalian dan jangan berbicara yang aneh-aneh diluar mapun dirumah, bagaimana jika ada alat penyadap dari stalker kalian, tch.." Rivaille keluar dari mobilnya saat sudah sampai di apartemen yang sangat mewah nan megah.
Mereka menyediakan fasilitas khusus untuk band No Name karena permintaan dari Managernya. Kemudian, setelah mereka bertiga turun dari mobil—Rivaille dan kedua rekan temannya masuk kedalam kamarnya diikuti oleh bodyguard pribadi mereka sambil membawakan barang-barangnya kedalam kamar mereka.
Sudah 2 jam, Rivaille, Mik, dan Hange menata apartemen mereka. Gadis itu protes sambil mengerang lelah. "Levi.. kita 2 jam mengurus apartemen luas ini, biarkan kita beristirahat dulu sejenak. Ayolah~" Hange mendesah lelah, tubuhnya ia hempaskan ke sofa empuk didekat ruang televisi.
Rivaille memandang ruangan dapur dengan tajam. Matanya meneliti setiap inci dapur, lalu membersihkannya berulang-ulang. "Dasar clean freak gila. Kau sudah 3 kali membersihkan ulang semua ruangan ini, kau masih bilang ini kotor? Oh come on Levi~"
Sang leader tidak memperdulikan rekannya yang sedang memprotes kegiatannya. Dia memilih untuk membersihkannya kemudian selesai 20 menit kemudian. "Ayo berkumpul semuanya," ujar Mik seraya duduk dilantai dengan dilapisi oleh karpet mewah berwarna krem vanilla. Mendengar Mik berujar, mereka berdua duduk dihadapan Mik dengan wajah bertanya-tanya.
"Aku mendapatkan pesan dari Erwin, bahwa kita besok akan mulai kuliah kembali setelah 2 bulan kita break." Rivaille mendecak mendengarnya, dia mencabut batu ponselnya lalu melemparkannya ke sofa. "Tch, bahkan ponselku tidak luput dari pemberitahuan kuno dari Fans bodoh." Hange melompat kegirangan dan mengambil peralatan sekolahnya. "Aku tidak sabar untuk melihat wajah baru dari murid-murid universitas Shingashina~"
Mik mengangguk pelan, lalu berjalan ke ruang kosong berniat untuk melatih kemampuannya sebagai drummer. Rivaille menghela nafas kasar seraya berjalan ke arah balkon dengan memakai headset yang terpasang di kotak kecil berwarna putih. "Ck, membosankan.."
Dipagi hari yang cerah seperti biasanya seorang pemuda berambut cokelat selalu membaca buku diruangannya dengan kacamata terpasang dikedua mata emeraldnya. Penglihatannya sedikit terganggu saat membaca buku sehingga tidak nyaman untuk membaca, jadi dia memutuskan untuk memakainya dan melepaskannya saat melakukan aktivitas sehari-hari. Iris mata sang pemuda melirik ke jam dinding, masih pukul 11.43 AM, ia menghela nafas kemudian menyalakan televisi.
'Aku belum perkenalan ya? Baiklah—Namaku Eren Jeager, umurku 18 tahun. Aku kuliah di kampus elite yang namanya Shingashina, hmn—bisa dibilang aku masih new dikampus itu karena baru 1 bulan di kampus sana. Okay, kembali pada aktivitasku—seperti yang kalian lihat aku sedang menonton acara berita televisi dengan malas—
—Beritanya selalu saja tentang grup band misterius, siapa yang tidak mengenal band No Name itu. Aku menatap layar televisi insten, mataku fokus ke pertunjukkan konser yang diselenggarakan tadi pagi. Hah.. mereka menghabiskan uang hanya untuk membeli 1 kertas tidak guna dan melihat konser band tak bermanfaat itu, benar-benar jaman sekarang.' Eren mematikan televisinya lalu berjalan ke kamarnya yang sejak tadi berisik oleh teman-teman seperjuangannya.
Tangan mungil milik Eren membuka pintu kamar dan melihat teman-teman kampusnya sedang sibuk dengan game PS4 Attack on Titan. Pemuda berparas cantik itu menghampiri temannya yang namanya, Jean Krishtean, Connie Springer, Marco Both, dan Armin Arlet. "Hey Eren, bagaimana dengan kegiatan baca bukumu? Bisa tidak aku meminjamnya?" tanya Marco sambil berjalan keluar kamar, Eren mengangguk kemudian menghempaskan tubuhku ke ranjang kesayanganku.
"Nee Eren, Jean berpendapat untuk menginap malam ini, kami sudah membawa baju kami, Mikasa mengkhawatirkanmu jadi kami akan menginap disini untuk 1 minggu. Rumahmu juga terlalu luas untuk diisi seorang diri, jadi kami akan menginap disini." Armin tersenyum ke arah Eren sambil melihat Jean dan Connie bermain gamenya.
Eren menghela nafas lalu membalikkan badannya sehingga tubuhnya menghadap ke jendela besar. "Terserah kalian saja, aku juga terhibur dengan keberadaan kalian." Eren memejamkan matanya berniat untuk mengistirahatkan otak dan pikirannya. "Yeay, arigatou Eren!" Armin kembali tersenyum, kemudian menyemangati mereka berdua yang serius dengan PS milik Eren.
Beberapa jam sudah terlewatkan, akhirnya siang berganti dengan malam. Eren dipaksa tidur dilantai dengan menggunakan futon. "Tadi aku lihat disosial media yang katanya—grup band No Name akan kembali ke kampus kita lagi. Hah.. fuck!" Jean mengacak-ngacak rambutnya frustasi, Eren menaikkan alisnya bingung. "Memangnya kenapa?" tanya Eren polos sambil menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya
Jean berdecak sebal, "Kau tahu kan leader No Name itu? Si pendek kuntet yang menyebalkan! Dia selalu berkeliling dikampus dengan angkuh dan tatapan tajam menjijikannya, grrr.. menyebalkan! Aku heran para gadis menyukainya." Connie—si botak tanpa rambut itu tertawa mendengar keluhan dari sahabatnya. "'Berhenti berteriak, muka kuda. Kau membuat suasana koridor menjadi berisik.' Ahahaha!" Connie meniru gaya bicara Rivaille dengan memegangi perutnya berusaha menahan tawanya.
Mata Eren menyipit lalu menatap Jean dengan tatapan curiga. "Hmn, dia perhatian sekali padamu, Jean. Apa kalian memiliki hubungan special dengannya, hm?" goda si brunette yang langsung dibalas dengan tawa candaan mereka. Jean membulatkan kedua matanya, dan menutup wajahnya dengan gulingnya. "Sudahlah, aku ingin tidur. Eren, saat bertemu dengan Rivaille—jangan pipis dicelana! Kujamin kau akan ketakutan dengan sikap buruknya."
Armin menepuk pundak Eren pelan, "Kau akan baik-baik saja kalau tidak berurusan dengannya. Kau sih mahasiswa baru jadi tidak terlalu mengenal lingkungan kampus kami. Jujur saja, meskipun elite disana dipenuhi orang-orang cukup gila." Eren hanya mengangguk-ngangguk lalu tertidur. "Oyasumi,"
-The next day-
Cahaya matahari menelusup ke tirai cokelat muda sehingga sinarnya terpaksa menyelimuti wajah sang pemuda yang sedang tertidur lelap. Matanya terpaksa dia bukakan, kemudian menggaruk punggungnya dan mengelap air liur disudut bibirnya. Pemuda berparas manis nan cantik itu membangunkan teman-temannya karena jam menunjukkan pukul 08.32 mereka akan terlambat jika terus tertidur. "Bangun, Armin.. Marco.."
Yang dipanggil menggeliat pelan lalu bangun sambil menatap jam dinding dengan ekspresi shock. "What!? Jam setengah delapan!? Hell! Kita akan terlambat!" Jean Krishtean bangun dari tidurnya sambil pergi ke kamar mandi yang langsung ditarik oleh Marco Both. "Jangan serakah menggunakan kamar mandi, kita harus mengantri." Jean tidak terima dan menunjuk jam dinding mengunakan jari telunjuknya.
"Kita akan terlambat kalau harus mengantri! Lihat! 20 menit lagi kita akan mati dihabisi oleh si kuntet itu!" Armin membawa handuk lalu berjalan ke kamar mandi diikuti oleh si pemuda manis Eren Jeager. "Lebih baik kita mandi bersama saja, itu akan mempersingkat waktu kita. Ayo," ajak Eren seraya melepaskan pakaiannya dan membuka pintu kamar mandi.
Connie maupun Jean hanya bisa pasrah, mereka menurut saja karena memang benar jika terus protes maka akan terlambat.
20 minutes later—
Marco, Jean, Connie, Armin, dan Eren berlari-lari dengan perasaan khawatir karena sudah terlambat untuk masuk kedalam kampus gara-gara begadang bermain game. Sesampainya didepan kampus Shingashina, mereka berhenti berlari melihat kerumunan didepan gerbang. Eren menaikkan alisnya, kemudian berjalan melewati kerumunan itu sambil melihat 4 mobil berjajar dilapang luas. Saat kaki Eren melangkah mendekati ke arah kerumunan itu lebih dalam, dia sempat menutupi telinganya.
"Kyaaa! Rivaille-sama! Mik-sama! Hange-sama! Erwin-sama! Mereka keren! Sudah 2 bulan tanpa mereka hidup kita hampa!"
Eren membawa kacamata dari tas jinjing kampusnya dan memasangkannya kacamata agar bisa melihat mereka dengan jelas. Terlihat—para bodyguard memakai pakaian jas hitam itu membuka pintu keempat mobil itu dan keluar bersama. Reflek, semua mahasiswa berteriak sangat kencang dari sebelumnya. Si pemuda manis menggerutu dan mencoba untuk mengabaikan teriakkan dari fans gila No Name itu.
"Rivaille-sama menatapku! Arrghh.. dia!" para kalangan gadis terus berfangirl menjadi semakin gila. "Rivaille-senpai! Selamat datang kembali! Erwin-senpai, dan yang lainnya juga!" mereka mengucapkan salam dengan kompak. Lalu, para bodyguard menghalangi fans-fansnya untuk memberi jalan anggota No Name itu.
Hange tersenyum seraya melambai-lambaikan tangannya, Erwin dan Mik juga tersenyum. Tetapi—hanya satu orang yang tetap bermuka stoic sambil mendecakkan lidahnya saat mendengar fansnya menyeru namanya dengan suara melengking. "Tsk, fans sialan.." Rivaille mempercepat langkahnya agar bisa cepat menuju kelasnya, lalu sorot matanya melihat ke arah pemuda berkacamata yang sedang menutup telinganya.
Rivaille kembali menatap lurus ke depan dengan kedua tangan dimasukkan kedalam saku celananya. Tak lama, bel pun berbunyi menandakkan para mahasiswa yang berada diluar kelas harus langsung masuk kelas karena pelajaran akan dimulai. Sontak orang-orang disana berhenti berteriak dan berlari menuju kelas mereka masing-masing. Eren melepaskan kacamatanya lalu berjalan ke kelasnya bersama keempat temannya.
[Class-1A, 09.42 AM]
"Eren Jeager—bisakah kau menyelesaikan soal fisika didepan papan tulis ini?" pemuda yang dipanggil mengangguk sambil berjalan ke arah papan tulis, dia mengambil kapur putih dan menuliskan isi soal yang diberikan oleh dosennya. Tak lama, Eren sudah menyelesaikan jawabannya, dia memilih untuk duduk kembali dengan dihadiahi oleh tepukkan tangan. "Tepat sekali, jawabanmu sangat jelas, bagus sekali Jeager." Puji dosen itu sambil kembali mengajar.
Jean menyentuh punggung Eren lalu memberinya kertas yang digulung. "Pstt.. Eren bacalah kertas ini," Eren mengambil kertas dari Jean tanpa harus membalikkan badannya, kemudian dia membacanya dalam hati.
Hey Eren! Bagaimana kalau sepulang sekolah nanti kita latihan musik? Bukankah kemarin menyuruh kita untuk bermain musik menurut keahlian kita masing-masing? Kau harus ikut ya? Armin, Marco, Connie, aku akan ikut. Mikasa juga katanya ingin ikut!
Jean krishtean.
Eren mengangguk lalu kembali fokus pada pelajarannya sambil menopang dagunya dan melihat ke arah jendela. 'Latihan musik ya..?' pemuda emerald itu menghela nafas panjang lalu menggambar asal di buku coretannya. Ia terkekeh melihat hasil gambarnya kemudian mendengar bel berbunyi pertanda istirahat untuk seluruh mahasiswa Shingashina.
Armin menarik tangan sahabat karibnya dan berlari menuju kantin bersama Jean, Connie, Marco agar roti isinya tidak habis oleh orang lain. "Aku ingin pudding, aku malas untuk mengantri jika ingin roti isi." Eren tersenyum tipis lalu mengambil pudding kesukaannya dan berjalan ke arah taman bunga. Sesampainya disana, Armin meletakkan tubuhnya kerumput dengan tangan direntangkan.
"Ah! Aku lupa untuk membawa buku seni musikku keruangan Erwin-senpai!" Armin bangkit dan menatap Eren memelas. "Antar aku kesana ya?" Alis sang brunette terangkat pertanda bahwa ia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh temannya. "Maksudmu keruangan band No Name!? Tidak tidak tidak.. aku tidak mau bertemu dengan mereka!"
Si pirang menarik tangan sahabatnya paksa. Armin mengetuk pintu ruangan No Name saat sudah sampai diruangannya. "Masuk," mendengar respon dari sang pemilik ruangan, kedua mahluk manis itu masuk ke dalam sarang laba-laba—maksudku masuk ke dalam ruangan grup band terkenal itu. Armin mencari-cari orang yang ingin dia temui tetapi tidak ada tanda-tanda kehadiran disana, tanpa ragu dia bertanya kepada leadernya.
"M-maaf menganggu, apa Erwin-senpai ada disini? Aku hanya ingin mengambil buku yang dia pinjam. Hari ini aku ada perlu dengan buku itu," jelas Armin sambil tersenyum canggung. Eren yang berdiri dibelakang temannya hanya menatap ke seluruh ruangan dengan tatapan kagum. Bersih—begitulah dibenak Eren sekarang.
Memang benar—kebanyakan orang yang terjerumus kedalam artis atau pun vokalis biasanya tempatnya tidak sebersih ini itu juga dibersihkan oleh para pelayan. Tapi, ini berbeda—Eren percaya 100 persen bahwa ruangan ini dibersihkan dengan tangan mereka masing-masing.
"Dia sedang keluar," balas Rivaille tanpa mengalihkan pandangannya dari buku kecil yang sedang dia baca. Armin ber'oh' lalu berniat untuk pergi lagi ke kelasnya, "Kalau begitu kami permisi—" Armin membuka pintu itu dan keluar diikuti oleh Eren.
Rivaille memandang ke arah pemuda berambut cokelat itu dengan tatapan datar. Dia menatap lurus ke arah mata Eren insten, sontak si pemilik mata emerald langsung menundukkan kepalanya dan berlari keluar ruangan. Entah jin apa yang merasuki pikiran si wajah tembok itu dia sepertinya tertarik pada anak itu, tapi—pikirannya langsung ia tepis dan melanjutkan kegiatan baca-membacanya.
Hange yang melihat ketua bandnya sedang tidak fokus membaca ia tertawa, kemudian meminum air juicenya. "Tertarik padanya, hm~?" Rivaille mendecak dan menutup buku novelnya. "Hanji, aku ingin berlatih menggunakan piano, jika Erwin menanyakanku katakan aku sedang mati." Gadis berkacamata itu tertawa dan mengangguk cepat. "Sedang mati~? Lucu sekali~Iya akan aku sampaikan, kalau kau penasaran dengan anak itu dia adalah Eren Jeager."
Laki-laki raven itu membuka pintunya dengan keras. "Tch, terserah." Rivaille berjalan ke ruang musik dengan suasana hati buruk. Saat dia masuk ke dalam ruangan musik, ia melihat ruangannya diisi dengan mahasiswa lain. Terpaksa, dia mengurungkan niatnya. "Perpustakaan." Gumamnya sembari melangkahkan kakinya ke Library's room.
. . . . . . .
Dikelas 1A, seorang dosen sedang menjelaskan untuk materi yang akan dipelajari untuk para muridnya. Dosen itu menyuruh anak didiknya agar pergi ke perpustakaan sambil membawa buku materi pelajaran sains. Dengan serempak mereka langsung menyerbu perpustakaan,
Tidak menunggu lama, mereka sampai diperpustakaan lalu mulai mencari buku yang mereka inginkan. Eren berjalan menelusuri isi perpustaaan karena bisa terbilang sangat luas, kakinya dilangkahkan ke pojok sana dan menemukan buku tentang sains berserakkan dimana-mana. Dengan mata berbinar-binar dia berlari kepojok sana sambil memilih buku yang menurutnya bagus untuk dia pinjam.
Karena terlalu fokus untuk memilih buku, Eren terus bersenandung dengan suara yang cukup cempreng didengar. Tiba-tiba—
BRAKK!
Eren terlonjak kaget mendengar suara gebrakan meja disampingnya. Dia menatap orang itu dengan kesal, matanya membulat saat berhadapan dengan anggota dari grup band No Name. Eren menelankan ludahnya lalu membungkukkan badannya berniat untuk meminta maaf atas gangguannya. "S-sumimasen, R-Rivaille-san!" seru Eren dengan wajah memelas.
Orang yang dipanggil Rivaille itu menatap Eren dari atas sampai bawah. Matanya menyipit kemudian berdecak seperti biasanya. "Tsk, dasar bocah ingusan." Rutuk Rivaille sambil berjalan meninggalkan Eren. Merasa tidak terima karena dirinya dipanggil 'bocah ingusan' oleh anggota No Name itu, Eren menahan tangan Rivaille ragu-ragu.
Rivaille menarik tangannya lalu mendorong Eren hingga dia harus menabrak dinding perpustakaan yang dingin. "Jangan pernah menyentuhku, brat. Aku tidak suka disentuh, kau harus tahu itu," bisik Rivaille sembari mendekatkan mulutnya ke telinga si uke. Eren bergidik ketakutan saat seniornya berbisik ke arah telinganya. Eren memejamkan matanya dan mendorong dada sang empu dengan wajah memerah.
"Jean benar—k-kau.. orang yang paling menyebalkan.." Eren menggigit bibir bawahnya lalu mengambil buku sainsnya kemudian melenggang pergi. Rivaille menyerngitkan keningnya dan menarik tangan Eren sehingga dia jatuh ke lantai sambil menghadap leader No Name itu. Rivaille mendekatkan wajahnya ke wajah Eren, tanpa sadari dia menyeringai dan mencium bibir ranum Eren lembut,
Iris emerald terangnya membulat sempurna, kedua tangannya berhasil ditahan oleh tangan kokoh Rivaille. Eren meronta tidak jelas dan menendang-nendang ke arah lelaki berambut raven tersebut dengan sia-sia. "N-nhn.. lepaskan!" Rivaille melepaskan ciuman lembutnya dan memandang wajah Eren yang sudah memerah seperti tomat.
"Hn," Rivaille merapihkan jas hitamnya lalu berjalan meninggalkan perpustakaan dengan seringai mautnya. Eren yang masih terpaku karena perbuatan dari Rivaille—dia menyentuh bibirnya kemudian mengerang kesal. "Argh.. sialan.. DASAR BODOH!"
-Skip time-
Setelah pelajaran usai, Jean dkk tengah berada di ruang musik sambil memainkan alat musik dengan asal. Mereka sering tertawa ketika melihat tingkah laku Jean yang mirip seperti kuda. "Aku ingin memainkan biola," Eren mengambil biola dekat piano lalu memainkannya secara perlahan. Armin mendengarkan alunan musik biola dengan kagum. "Permainanmu sangat bagus, Eren! Kau pantas memainkannya, Miss.Nanaba pasti memilihmu untuk sang juara."
Pemuda berparas cantik nan manis itu tersenyum lalu menyimpan biolanya ke tempat semula saat sudah memainkannya dengan puas. "Hey kalian, aku haus. Bagaimana kalau kita membeli minuman dulu bersama?" ajak Jean dan dibalas dengan anggukkan singkat dari teman-temannya.
"Mikasa tidak datang untuk latihan," Marco berujar sambil meminum minuman kalengnya. Eren mengangguk lalu melemparkan kalengnya ke kepala Jean. "EREN!" yang dipanggil terkekeh, kemudian Jean mengajak Eren untuk bertanding melempar kaleng ke ujung pohon sana. "Baik! Aku akan menerima tantanganmu, Mr.Jean!"
Eren menendang kaleng itu ke arah pohon dan tanpa sengaja arah kaleng itu berbelok sehingga terkena kepala seseorang yang sedang tertidur dibawah pohon rindang. Eren menutup bibirnya ketika dia tahu siapa yang terkena tendangan kalengnya. Jean langsung pucat, begitu pun dengan yang lainnya. "AKU MASIH SAYANG NYAWA!" Eren berteriak lalu berlari untuk bersembunyi.
Sementara orang yang terkena tendangan kaleng itu—
Rivaille, sang leader terbangun dari tidurnya lalu meremas kaleng itu hingga gepeng. Mata tajamnya menatap ke arah Jean dkk. "Tch, siapa yang berani melempar minuman kaleng murahan ini padaku!?" Jean melangkah mundur saat Rivaille sudah ada didepan mereka. Armin dengan wajah kalem menunjuk tangannya ke arah Eren.
"Dia yang menendangnya, jadi—kami tidak berurusan dengan anda." Armin membungkukkan badannya lalu mendorong Eren untuk berhadapan dengan raja singa. "Kau lagi, bocah sialan."
Eren memalingkan wajahnya gugup. "M-maafkan aku.. itu—aku tidak sengaja melempar kalengnya d-dan.." Rivaille menaikkan alisnya saat Eren tidak melanjutkan kata-katanya.
'Apa yang harus aku lakukan!? Dia akan membunuhku! Tidak tidak tidak.. aku tidak ingin dibunuh olehnya! Cita-citaku belum tercapai! Dan aku masih belum memiliki pacar untuk mati! Oh tuhan.. selamatkan aku! Ah!'
Pemilik iris hijau emerald itu menggigit bibir bawahnya dan memandang Rivaille insten. 'Aku harus menembaknya agar dia tidak jadi membunuhku! Aku tahu kalau orang ini sangat tidak suka dengan cinta! Jadi aku akan menembaknya!'
"R-Rivaille-san.. a-aku.. m-menyukaimu!" Eren membungkukkan badannya dan memejamkan matanya berharap rencananya berhasil. Sang leader terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh juniornya itu. Tapi ekspresinya dia simpan menjadi seringaian.
"Ho? Jadi kau menyukaiku, brat?" Rivaille menyentuh dagu Eren dan menatapnya dengan seringai seperti biasanya. "Turuti perintahku selama 3 bulan,"
'Shit... kenapa masalahnya jadi runyam seperti ini!?' "Mulai hari ini, kau milikku Eren Jeager—tidak ada yang boleh kau bantah untuk apa yang aku perintahkan padamu."
"KUSSOOO!"
.
.
.
TBC
Next Chapter 2 : Undercover Personality
"Hey, kalian tahu murid baru dikelas kita?"
"Siapa?"
"Petra Ral, aku dengar dia pacar Rivaille-sama."
"What!? Imposibble, Rivaille-sama tidak mempunyai pacar!"
.
"Eren, aku menyukai Rivaille. Jadi, bisa kau jaga jarak dengannya? Aku sangat terganggu denganmu karena setiap saat kau terus menempel pada Rivaille'ku."
"E-Eh? Tentu.. aku bisa jaga jarak dengannya."
.
"Kau gadis sialan! Berhenti menyentuhku, atau aku akan menusuk jantungmu sekarang. Aku serius."
"Hey slow down, Rivaille~Aku kesini bukan untuk menyentuhmu—tetapi ingin bicara denganmu, penting."
End Next Chapter 2
.
Konbanwa Minna-san! Saya Author baru dari Fandom Attack On Titan atau Singeki no Kyojin. Maaf kalau tulisannya rancu dan tidak enak buat dibaca T-T
Maklum saya masih SMP. Wkwkwk :v Terima kasih sudah menyempatkan waktu para readers untuk membaca fanfic gaje saya!
-Elyanna Chriselda-
