Title: After A Minute
Cast: Kyuhyun, Donghae, Changmin, and others
Desclaimer: Semua cast milik Tuhan YME, but this story is mine
Genre: Family, hurt, brothership, friendship
Rating: Fiction T
Warning: just fanfic, don't like don't read, typos, OOC, masih author baru, alur membosankan, cerita pasaran
Summary: Keadaan yang memaksanya untuk berubah. Hanya ingin membalas semua rasa sakit yang ia terima di masa kecil.
Happy reading
Puput257™
Chapter 1
"Hei, dasar bocah lemah! Begini saja sudah menangis." Kata seorang bocah kecil yang berdiri paling depan. Ia berkacak pinggang di depan seorang bocah kecil lain yang terduduk di bawah pohon maple sambil terisak.
"Dasar lemah! Pantas kau tidak punya teman. Ku terlalu payah!" Kata bocah kecil lain yang berdiri di belakang bocah kecil yang berkacak pinggang.
Sedangkan bocah kecil berkulit pucat itu hanya bisa menangis terduduk. Ia terus menunduk, menghindari pandangan meremehkan dari keenam bocah kecil di depannya.
"Eomma...aku takut," bocah pucat itu membatin. Ia sangat takut sekarang. Ia butuh sang eomma.
Bocah yang berkacak pinggang-yang diketahui merupakan bos dari mereka-mendekati bocah yang masih terduduk. Ditariknya kuat rambut belakang bocah pucat itu, menghasilkan ringisan dari bibir pucatnya.
"Heh! Dasar cengeng! Kau tidak pantas menjadi teman kami. Sana! Bermainlah bersama perempuan saja." Bocah itu mendorong kuat bocah pucat yang masih terisak. Membuat bocah pucat itu terjengkang ke belakang, membentur batang pohon maple yang terlihat keras.
"Ugh," ringis bocah pucat itu. Ia menangis saat merasakan sakit di kepala bagian belakangnya. Menghasilkan seringaian dari bocah lain di depannya.
"Cih, benar-benar lemah!"
Entah bagaimana seorang bocah yang masih kelas 4 tingkat dasar bisa berbicara sekasar itu pada teman sebayanya.
Keenam bocah itu bahkan tidak berhenti mengolok bocah pucat yang masih memegangi kepala belakangnya. Mereka bahkan nampak puas dengan apa yang telah mereka lakukan. Mereka juga tidak segan meludahi bocah kecil yang terlihat rapuh itu.
Bocah lain yang berdiri di belakang sang bos terkejut saat melihat sesuatu yang berwarna merah. "Omo! Bos, dia berdarah," pekiknya saat melihat darah mengotori tangan bocah pucat yang masih memegangi kepalanya.
Bocah pucat itu sontak menarik tangan dari kepala lalu melihatnya. Ia sempat terkejut. Benar, memang ada noda darah di telapak tangannya.
"D-darah," gumamnya pelan.
"Hei! Apa yang kalian lakukan pada adikku?!"
Keenam bocah itu langsung berlari saat mendengar teriakan dari ujung jalan. Meninggalkan seorang bocah yang terlihat lebih tua dari bocah pucat itu, yang berlari ke arah bocah pucat yang hampir kehilangan kesadarannya.
"Astaga, Kyuhyunie!" Pekiknya saat mendekati bocah kecil yang merupakan adiknya. Ia menepuk pelan kedua pipi chubby adiknya yang dihiasi bekas air mata.
Bocah kecil itu membuka kedua matanya yang hampir menutup saat mendengar suara sang hyung yang sangat ia kenal. "Hae... hyung," gumamnya lirih sambil tersenyum. Sedetik kemudian bocah pucat itu kembali menurup kedua manik coklatnya.
"Kyunie!"
.
Kyuhyun, bocah kecil berusia 10 tahun itu hanya bisa pasrah setiap kali mendapat bully-an dari teman sekelas yang selalu menganggapnya lemah.
Ia tidak tahu. Ia tidak mengerti. Apa salahnya sampai keenam bocah yang merupakan teman sekelasnya itu selalu berlaku sekasar itu padanya? Padahal ia anak yang pintar dan tidak pernah mencari masalah dengan mereka.
Ia bahkan rela memberi contekkan saat mereka belum mengerjakan pr. Berharap mereka mau berteman dengannya yang tidak punya teman dekat sampai sekarang. Kyuhyun berharap bisa berteman dengan mereka. Ia ingin dianggap setara dengan mereka. Namun kenapa mereka justru melakukan hal ini padanya? Ia hanya ingin mereka menganggapnya sebagai salah satu temannya. Apakah ia salah?
.
Kyuhyun menggeliat pelan. Ia menyerit saat merasakan nyeri di bagian kepalanya. Ia menyentuh kepalanya pelan. Ada perban yang melingkari kepalanya.
Ia ingat, karena mereka lah ia sampai harus di perban.
Kyuhyun kecil memejamkan matanya erat saat merasakan sakit di hatinya. Sakit. Sungguh sangat sakit. Ia bahkan mengepalkan kedua tangannya, membuat buku-buku jarinya menembus kulit tangannya.
"Cih, mereka tidak akan berani melakukan ini lagi." Suaranya terdengar berdesis. Menunjukkan sisi lain dari bocah 10 tahun yang biasanya terlihat selalu ceria.
"Aku bukan anak lemah. Aku tidak akan kalah." Katanya lalu kembali menutup manik coklatnya, sambil merapalkan setiap kalimat yang ia ucapkan tadi sebagai sebuah sugesti. Ia tertidur masih dengan kalimat yang ia patri di hati kecilnya.
.
.
.
Kyuhyun hanya diam saat mereka kembali membully dirinya. Wajahnya datar tanpa emosi. Baru seminggu lalu ia harus masuk rumah sakit karena kepalanya robek. Dan sekarang, mereka tanpa henti melemparinya dengan tomat busuk.
"Menangislah, bodoh!" olok salah satu dari mereka. Keenam bocah itu tertawa, masih tanpa henti melempar tomat - tomat ditangan mereka.
Kyuhyun tetap bungkam seolah tidak peduli dengan bau busuk yang menguar dari tomat - tomat itu. Ia tidak akan menangis lagi. Ia juga tidak akan memohon pada mereka.
"Kenapa diam, dasar payah!"
Tawa menggema disekitar halaman belakang sekolah yang sepi. Hanya ada mereka berenam dan Kyuhyun -tentunya.
Keenam anak itu mendekati Kyuhyun yang sedari tadi hanya memandang mereka datar. Tidak seperti sebelumnya, Kyuhyun tidak menangis. Ia justru berani memandang mereka.
"Kau!" seorang anak yang berdiri paling depan mencengkeram wajah Kyuhyun. Membuat wajah pucatnya berhadapan langsung dengan wajah anak didepannya itu.
"Merengeklah lagi, anak haram!" anak itu tersenyum senang merasakan rahang Kyuhyun yang mengeras. "Kau bahkan tidak punya appa. Cih!"
Kyuhyun terhempas kesamping setelah anak itu melepas cengkeramannya. Ia masih diam. Namun terlihat jelas raut wajahnya yang kaget.
Keenam anak itu pergi dari sana. Meninggalkan Kyuhyun yang termenung menyadari sebuah kemungkinan yang menjadi jawaban dari setiap pertanyaannya.
"Eomma, semua teman sekelasku selalu datang bersama appa dan eommanya saat pengambilan rapor di sekolah." Kyuhyun memainkan kancing baju sang eomma -Kim Hanna.
Kim Hanna mengelus surai kecoklatan Kyuhyun yang sedang tertidur dipangkuannya. Ia menatap Donghae yang tersenyum sedih kearahnya.
"Apa maksud, Kyunie? Eomma tidak mengerti." ucapnya dengan senyum getir. Kyuhyun bangun dari pangkuan sang eomma lalu duduk bersila disampingnya. Pipinya menggembung lucu dengan bibir yang mengerucut.
"Ish... eomma... masa tidak mengerti?" tanyanya merajuk.
Donghae beranjak kemudian duduk disamping Kyuhyun. Ia menarik kedua pipi Kyuhyun, menimbulkan erangan kesal dari pemiliknya.
"Hyung... appo. Eomma... Hae hyung tega sekali," rajuknya manja. Sang eomma tersenyum melihatnya.
"Kau ini. Jangan bermain teka - teki bersama eomma." Donghae mengacak rambut Kyuhyun pelan. Namun Kyuhyun justru menahan tangannya.
"Aku serius, hyung. Aku selalu ingin menanyakan hal ini." ucap Kyuhyun serius. Namun hal itu terlihat lucu dimata Donghae. Ia menarik tangannya lalu menoleh pada sang eomma yang hanya tersenyum melihat kedua putranya.
"Bagaimana wajah appa? Apakah ia tampan seperti Hae hyung?"
DEG
Donghae dan Kim Hanna merasakan hatinya berdenyut nyeri saat Kyuhyun menanyakan hal tersebut. Senyumnya luntur seiring dengan debaran jantung yang meningkat. Keduanya diam kehilangan kata untuk menjawab pertanyaan polos Kyuhyun.
"Eung... bukankah sudah eomma bilang. Appa itu tampan, sangat tampan malahan. Ia namja tertampan yang pernah eomna temui." Kim Hanna mencoba tersenyum meski terasa getir.
"Eomma benar. Appa adalah namja paling tampan." Donghae merangkul pundak Kyuhyun.
"Benarkah eomma tidak punya satupun foto appa? Padahal, aku selalu ingin melihat wajah tampan appa." ucap Kyuhyun sendu. Bocah 10 tahun itu menunduk memainkan ujung bajunya. Donghae dan Kim Hanna mengatupkan mulutnya.
"Maafkan eomma, sayang. Semua foto dan kenangan tentang appa terbakar tanpa sisa dirumah itu."
Kyuhyun menggeleng. Ia menyeka air mata yang mengalir di pipi sang eomma. "Aniya. Eomma tidak salah. Aku mengerti, eomma." katanya lalu memeluk sang eomma.
Kim Hanna balas memeluk sang putra. Bulir - bulir air mata berjatuhan di pipinya tanpa izin. Rasanya sakit melihat putranya harus hidup dalam kebohongan.
Donghae ikut memeluk Kyuhyun dari belakang. "Kyu... bersabarlah." ucap Donghae ambigu. Bocah kelas 2 tingkat menengah itu cukup mengerti dengan keadaan keluarganya.
"Hae hyung beruntung masih bisa melihat wajah appa. Sedangkan aku?" rengek Kyuhyun dengan suara parau. Bocah kecil itu rupanya ikut menangis. Kim Hanna dan Donghae semakin mengeratkan pelukannya.
'Hyung bahkan berharap tidak pernah melihat wajahnya'
.
TBC or END?/
Annyeong readersdul. Ada fanfic baru nih. Ada yg tertarik? Tolong reviewnya kalo mau ini fanfic diterusin. Target 10 review dulu deh.
Last, please read and review.
