Disclaimer © Fujimaki Tadatoshi – KnB (I own my story).

Warning : Miss typos, slight OOCness, sedikit gaje, ide pasaran, OC dan AU (only for this story). Segala sesuatu yang ada dalam cerita ini hanyalah rekayasa belaka. Jika ada kesamaan dalam bentuk dan hal apapun, hal itu merupakan suatu ketidaksengajaan. Hope you can enjoy it. Happy reading~!

.

.

.

A KnB fanfiction

C.I.N.T.A

.

~ 1st Part ~

(Kagami Taiga X OC: Kaminari Fuko)

.

.

.

C untuk Cooking

"Kagami-kun, kau bisa membuat ini?" Gadis berambut coklat sebahu itu menyodorkan sebuah resep pada pemuda berambut merah kehitaman itu. Kagami menerima resep itu dan membacanya sekilas.

Alisnya yang unik bertaut. "Katsudon?" Manik rubinya menatap heran pada sang gadis yang tersenyum cerah dan mengangguk riang di hadapannya.

"Hmm, katsudon!"

Kagami melempar tatapan yang seolah berkata apa-kau-sedang-bercanda?! Kekehan renyah gadis bernama Kaminari Fuko itu menjadi jawaban yang membingungkan bagi Power Forward tim basket Seirin itu.

Kaminari menggelengkan kepalanya dan menarik tangan Kagami lalu menyeretnya menuju dapur di apartemen miliknya.

"Cho-chotto matte! Kaminari?"

Lagi-lagi Kaminari hanya tersenyum penuh makna dan mengedipkan sebelah matanya. Sedikit genit. Membuat Kagami tersipu dengan awkward-nya. Kaminari segera memasangkan apron merah pada Kagami dan dirinya.

"Ajari aku memasak katsudon, Kagami-kun!"

Dan Kagami hanya bisa geleng-geleng kepala sambil terkekeh geli.

"Siapkan dirimu, Kaminari! Aku pengajar yang displin, lho!"

.

I untuk Ice Cream Sandwich

"Haah, panasnya!"

"Kagami-kun, Kaminari-san mencarimu. Dia ada di luar."

"Eh? Oh, baiklah. Sankyuu, Kuroko!"

Kagami pun berdiri dari bench tempatnya melepas lelah setelah menyelesaikan bagian latihan neraka dari Pelatih mereka, Aida Riko. Ia menuju pintu gym dan menemui gadis manis yang sudah menunggunya di luar.

"Kagami-kun! Maaf mengganggumu latihan."

"Oh, eh, tidak juga. Ada apa kemari Kaminari? Tidak biasanya."

"Ini."

Gadis itu menyerahkan sebuah kotak berukuran sedang yang dilapisi kain pembungkus berwarna merah bata dengan sulaman komikal kepala harimau yang lucu menghiasi sisi depan kotak tersebut.

"Apa ini?"

"Camilan untukmu dan anggota Seirin lainnya. Aku baru pertama kali membuatnya, tapi aku yakin rasanya tidak kalah dari buatan Kagami-kun. Kalian sudah selesai latihan bukan? Aku rasa tidak masalah jika memakannya sekarang."

Kagami masih terlihat berpikir mengenai kemungkinan dari isi kotak yang dipegangnya tersebut. Rasanya sedikit dingin. Kaminari tersenyum penuh makna saat melihat tingkah kekasihnya yang memang sedikit 'lamban'. Ia menarik lengan Kagami sehingga Kagami sedikit menunduk.

"Jangan dipandangi terus Kagami-kun, nanti bisa meleleh, lho! Psst, makanya tadi aku titipin dulu di kulkas kantin sekolah, supaya tidak meleleh." Bisik sang gadis di telinga Kagami yang memerah. Kaminari jadi tak tahan untuk menggodanya, ia mengecup pipi sang Ace dengan kilat, lalu segera menjauhkan diri dan berbalik pergi.

"Sudah ya? Salam buat Aida-senpai dan teman-teman yang lain. Maaf, hari ini aku tidak bisa pulang bareng denganmu, mata ashita ne!"

Kagami hanya terbengong melihat gadisnya yang melambaikan tangannya dan pergi begitu saja seolah tidak terjadi apa pun di antara mereka. Pipinya kembali memanas mengingat kecupan super kilat yang baru saja meninggalkan jejak di sana.

"Ka-Kaminari, baka!" makinya dengan lirih sambil menutup wajahnya dengan sebelah tangannya.

"Kagami-kun! Kenapa lama?!"

"Hiyyyaaaa! Kuroko! Jangan muncul tiba-tiba!"

"Aku sudah dari tadi di sini. Kagami-kun dipanggil pelatih."

"Oh, baiklah."

"Kalian lama sekali, ada apa sih?" tegur Aida begitu keduanya kembali ke dalam gym.

"Maaf, Kantouku. Kaminari memberiku caemilan untuk dimakan kita semua."

"Eh? Kaminari-chan? Wah, baik sekali! Memangnya dia membuat apa kali ini?"

"Oii, Kagami! Awas ya kalau kau macam-macam dengan Kaminari-chan!"

"Tenang, Hyuuga! Kita bisa urus itu bersama!"

Hawa membunuh tiba-tiba menguar dari kapten tim Seirin dan beberapa senpai lainnya. Yah, mau bagaimana lagi, Kaminari sudah seperti adik perempuan buat seluruh senpai di tim Seirin. Jadi, mereka sangat protektif pada gadis manis itu. Dan ancaman itu membuat Kagami bergidik ngeri.

PLAK! PLAK! PLAK!

Aida menggeplak kepala Hyuuga, Izuki dan Koganei dengan kipas kertas besar miliknya. "Jangan bicara yang tidak-tidak, atau kalian tidak akan mendapat jatah!" omel sang pelatih yang membuat ketiga senpai di tim Seirin itu menggeleng-gelengkan kepala mereka kuat-kuat. Memohon ampun.

Setelah teman-temannya tenang, Aida lalu membuka kotak milik Kaminari. Dari dalamnya mengepul uap tipis yang menyejukkan.

"Wah, dingin! Wanginya pun enak!"

Potongan-potongan biskuit sekali suap yang berlapis es krim vanilla pun menyapa mereka dari dalam kotak. Tanpa sadar semua anggota tim langsung menatap isi kotak tersebut dengan tatapan yang berbinar dan lapar. Aida pun segera membagikan kudapan sedap itu kepada semua orang.

"Woh, Khagwamhi. Kaw hawrus bweterhiwahasih hada Hwamihari. Aish wrim hanwich-nha wenak sekawlih," celetuk Koganei dengan mulut yang penuh.

Kagami hanya bisa tersenyum malu dengan kikuknya. "Hai'," ujarnya lirih.

.

N untuk Notice Me

Kadang butuh tanda-tanda dan sinyal-sinyal yang sangat jelas supaya Kaminari bisa menyampaikan maksudnya pada Bakagami. Karena yang bersangkutan tidak bisa diajak bermain kode. Istilahnya, sinyal dan tanda yang jelas saja Kagami masih belum mengerti, apa lagi bila petunjuknya samar-samar.

Di situ kadang Kaminari bisa tertawa sendiri karena geli dengan tingkah sang kekasih, yang tingkat kepolosannya benar-benar berada di tingkat super-unexpectedly. Entah apa yang membuatnya begitu mudah jatuh cinta pada si pemuda yang tidak peka itu. Namun mungkin karena kepolosannya itu jugalah yang membuat sosok sangar itu terlihat menarik di mata si gadis.

Contohnya saja, bila Kaminari ingin kencan berdua dengan si 'Tiger'.

"Kagami-kun, antarin aku belanja besok ya?"

"Oshu! Kebetulan besok tidak ada latihan."

"Kita pergi dulu ke taman bermain ya?"

"Hmm, boleh juga."

"Jemput aku ya?"

"Baiklah, jam 8 kau sudah harus siap, oke?"

"Hai'!"

Atau bila ingin makan malam romantis ala KagaNari berikut ini.

"Kagami-kun, tolong belikan lilin dan buket bunga! Juga jus jeruk, yang isinya 1 liter ya? Jangan yang kalengan! Ayo, cepat! Cepat!" ujar Kaminari sembari menarik sang kekasih keluar dari apartemennya sendiri.

"Haah?! Buat apa? Kaminari?!"

BLAM!

"Jangan pulang sebelum pesananku dibelikan!"

"Haah?! Ya ampun!"

Dan dengan langkah gontai si macan kebanggaan Seirin pun membelikan pesanan sang kekasih tercinta. Ia pergi sedikit lebih jauh dari kompleks apartemennya untuk mendatangi toko bunga dan membeli sebuket bunga mawar di sana. Ia kemudian membeli lilin dan jus jeruk di konbini terdekat yang ada di lingkungan apartemennya. Dan pulang.

TING TONG!

Kagami memencet bel di pintu apartemennya sendiri. Wajahnya sedikit suntuk karena hari ini rencananya ia ingin menonton pertandingan basket di salah satu tv channel sambil makan ramen, bersantai dan sedikit bermalas-malasan.

Namun kekasihnya datang dan tiba-tiba menyuruhnya berbelanja ini dan itu. Haaah … helaan napas yang panjang pun keluar menjadi keluhan tak terungkapkan.

"Sebentar!" teriak sang gadis dari dalam apartemen.

CKLEK!

Pintu pun dibuka dan Kagami heran karena senyum ceria yang terukir di wajah manis sang kekasih yang menyambutnya terlihat begitu penuh dengan misteri. Ada apa ini? pikirnya. Sampai di dalam, Kagami masih sibuk dengan pikirannya sendiri, hingga wangi hidangan yang tersaji di atas meja menarik kembali kesadarannya yang sempat melayang entah ke mana. Kejadian selanjutnya terlalu cepat untuk diingat oleh pemuda berwajah sangar, tapi berpikiran lamban dan berhati lembut itu.

KLIK!

Lampu bagian tengah dipadamkan. Sinar lilin yang terpancar temaram membuat Kagami akhirnya terkekeh perlahan. Menyadari makna dibalik semua yang terjadi. Sementara itu senyum di wajah Kaminari semakin lebar, membuatnya semakin manis.

"Happy anniversary, Kagami-kun."

Kagami beringsut maju dan menarik tubuh Kaminari untuk masuk dalam dekapan eratnya. "Hmm, happy anniversary too, Fuko."

Adalah kata-kata yang terakhir mampu diucapkan Kagami – dalam bahasa Inggris dengan fasih tentunya – saat itu.

.

T untuk Topping

Kagami berputar-putar di stan buah-buahan di swalayan sore itu. Di dalam troli yang berada di sampingnya telah dipenuhi segala macam makanan baik baru berbentuk bahan baku mentah, maupun yang telah diawetkan dan makanan instan lainnya.

Kagami menimbang-nimbang antara apel dan pir di tangannya. Yang mana yang akan dia pilih?

Selagi berpikir tentang keduanya, manik rubi itu tertumbuk dengan tumpukan kotak strawberry dan kiwi yang ada di seberang stan.

"Apa strawberry saja ya?" gumamnya lagi. "Atau kiwi?"

Pada akhirnya ia malah memborong keempatnya untuk masuk ke dalam troli dan kemudian ia membayarnya di kasir. Setelah selesai berbelanja, Kagami segera pulang.

Ia mengeluarkan semua barang belanjaannya dan menatanya pada tempatnya. Sayuran dan buah-buahan, juga bahan makanan beku dan bahan makanan yang masih mentah dimasukannya ke dalam kulkas. Sementara bahan makanan instan seperti mie, dan lain-lain dimasukan ke dalam rak counter.

Ia mengeluarkan telur, terigu, margarin, baking powder, vanili, gula dan susu cair. Ia memanaskan oven. Lalu dengan cekatan mengocok adonan cake dan memanggangnya. Selagi memanggang ia menyiapkan krim dan topping untuk cake. Tak berapa lama kemudian, bel pada oven berdenting menandakan cake yang dipanggang telah matang.

Dengan hati-hati Kagami mengeluarkannya dari oven. Setelah beberapa saat, ia pun mulai menghias kue dengan krim dan topping yang telah disiapkannya tadi. Pada permukaan kue yang sengaja dibiarkannya kosong dihiasnya dengan tulisan dari krim. Kaminari Fuko. Dan selesai.

TING TONG!

Dering bel di pintu depan membuat Kagami tersenyum. Ia segera pergi menyambut tamunya.

Di balik pintu, Kaminari menyapanya dengan senyum ceria seperti biasa. Kagami menyeretnya hingga ke dapur.

"Duduk dan tunggu!" perintahnya pada sang gadis yang sedikit keheranan melihat tingkah sang Ace dari Seirin yang tidak biasanya. Namun Kaminari memilih untuk menuruti kekasihnya.

"Kagami-kun? Ada apa?"

Kagami terkekeh. "Hmm? Tidak. Tidak ada apa-apa."

Kaminari mengernyitkan keningnya. "Yah, ini bukan seperti Kagami-kun yang biasanya, jadi aku merasa ada yang kausembunyikan. Benar kan, Kagami-kun?"

Tampang Kagami berubah menjadi masam. "Huh? Kau ini, dasar! Pokoknya tunggu di situ!"

Kaminari tertunduk sedih, ia sama sekali tak bermaksud membuat suasana hati Kagami menjadi buruk. Apa dia keceplosan lagi?

Sementara itu Kagami sedikit menyengir geli, melihat perubahan di wajah yang selalu cerah bak mentari di musim panas itu. Ia kemudian mengambil cake yang baru saja ia buat. Lalu perlahan-lahan mengendap-endap di belakang Kaminari. Ia meletakan kue itu di hadapan sang gadis yang masih sibuk dengan pemikirannya sendiri itu.

"Kau jelek kalau cemberut begitu."

Kaminari terbelalak ketika cake itu tiba-tiba muncul di hadapannya dan komentar Kagami padanya. Ia bingung.

"Hah?!" Ia berusaha menoleh ke belakang, tapi tidak bisa. Karena Kagami bergelayut manja di pundaknya. Tangan kokoh Kagami melingkari pinggang dan lehernya, mendekapnya dari belakang dengan dagu yang bertopang di kepalanya. Cukup lama.

Kagami kemudian berbisik di telinganya. "Yang aku tahu kau sangat menyukai apel, tapi menurutku apel kurang cocok untuk dijadikan topping kue. Ya sudah, kugunakan saja semuanya."

Kaminari terpaku di tempat duduknya, tak mampu berkata apa-apa. Speechless. Sejak kapan Kagami-nya jadi suka membuat kejutan manis seperti ini? Sejak kapan Kagami bermain kode-kodean begini? Lagi pula kenapa suaranya jadi bisa seseksi itu? Dan pertanyaan lain yang muncul memenuhi kepalanya dan tak mampu diungkapkan Kaminari.

Kagami sudah melepaskan pelukannya. Mengambil lilin dan korek api dari dapur lalu memasangnya di atas kue dan menyalakan lilinnya. Kaminari masih tidak mampu bereaksi kecuali mata besarnya yang cantik mengerjap pelan.

Kagami terkekeh geli. "Kenapa, Fuko? Ayo ucapkan permohonan, lalu tiup lilinnya."

"Ka-kau? Ini– Kenapa–?"

"Happy birthday, Fuko. Nah, ayo, buat permohonan, atau lilinnya akan meleleh!"

Kaminari menutup mulutnya dengan tangannya matanya berkaca-kaca. Isak kecil pun lolos dari bibirnya. Namun ia dengan cepat menguasai dirinya dan menutup iris hazel miliknya sejenak dan mengucapkan permohonan di dalam hati.

Saat ia membuka matanya, ia menyadari cengiran jahil di wajah Kagami terukir lebih lebar dari biasanya. Ia benar-benar mendapatkan kejutan yang tak pernah disangka-sangka olehnya. Tanpa sadar air matanya pun meleleh ke pipinya.

Kagami menghapus air mata itu dengan jempolnya. Lalu mengecup kening Kaminari dengan lembut. "Aku senang kau terkejut. Apa kau menyukainya?"

"Jadi, kau meneleponku untuk bertanya soal topping hanya untuk mengerjaiku?!"

"Ah, tidak juga sih. Tapi biasanya kau yang membuatku terkejut. Sekali-kali aku ingin memberikanmu kejutan. Lagi pula ini hari ulang tahunmu. Tak masalah bukan? Aku memang tak pandai menyatakan maksudku, jadi ya, pembicaraan tentang topping itu sebagai pengalihan."

"Jangan bilang kalau kau mendapatkan ide ini dari Kuroko-kun?!"

"Eh? Sudah ketahuan ya?"

"Kagami-kun, baka!"

"EEEH?!"

CUP!

"Arigatou, Kagami-kun! Aku suka kejutannya." Kaminari mengecup pipi Kagami yang seketika berubah menjadi semerah rambutnya. "Mau apa pun topping-nya asalkan Kagami-kun yang membuatnya, aku tidak akan mempermasalahkannya. Hontou ni arigatou."

Giliran pemain basket bernomor punggung 10 itu yang terdiam, terbungkam oleh gesture manis sang kekasih.

"Ah, tapi! Untuk topping kue seharusnya kau pakai strawberry dan kiwi saja, Kagami-kun!"

Kagami tidak mendengar apa-apa karena terlalu menyukai sensasi hangat yang baru saja didapatkannya.

.

A untuk A Promise

Tak terasa tiga tahun pun berlalu. Kini seluruh siswa kelas tiga sedang mengikuti upacara kelulusan di aula Seirin. Kagami duduk bersebelahan dengan Kuroko. Sementara itu, berjarak dua barisan ke sebelah kanan, Kaminari duduk bersama teman-teman sekelasnya.

Di tahun ketiga, mereka tidak sekelas. Kagami berada di kelas B bersama Kuroko, sementara Kaminari mendapatkan kelas D bersama Furihata. Setelah mendengarkan ceramah dari Kepala Sekolah dan pelepasan secara simbolis, maka seluruh siswa kelas tiga pun dinyatakan lulus!

Kagami dan Kuroko beserta seluruh anggota tim basket masih menghadiri acara perpisahan dengan para kouhai mereka yang dilaksanakan di ruang klub basket. Kaminari sendiri masih sibuk berfoto bersama teman-teman sekelasnya.

Semakin berlalunya waktu, banyak teman-teman mereka yang pulang ke rumah dan merayakan kelulusan mereka dengan keluarga mereka. Kaminari melirik arloji yang dengan manis melingkari pergelangan tangan kirinya. Pukul 03:12 PM. Setelah berpamitan dengan teman-temannya, ia pun menuju ke atap sekolah.

Senyumnya terus menghiasi wajahnya selama perjalanannya menuju ke atap sekolah. Tempat di mana ia bertemu dengan si macan yang ketiduran untuk pertama kalinya. Tempat yang sama di mana ia mulai menghabiskan waktu makan siangnya bersama dengan Kagami. Tempat yang sama pula di mana Kagami menyatakan perasaannya dengan malu-malu. Yah walau bisa dibilang sebenarnya Kaminari duluan yang menyatakan perasaannya.

Tawa kecil pun keluar dari bibir peachnya. Hatinya menghangat saat mengenang begitu banyak hal yang terjadi sepanjang ia bersekolah di sini. Kali pertama mereka bertengkar, kali pertama mereka berbagi cerita, berbagi mimpi dan harapan.

Kakinya menjejak di atap sekolah. dirinya disambut oleh semilir angin musim semi yang berembus sejuk. Sejenak rasa sesak itu menghimpit hatinya. Oh, ia bahkan belum pulang ke rumah, tapi ia sudah mulai merindukan sekolah ini.

Pemandangan dari atas selalu membuatnya kagum dan terpesona. Namun kali ini entah kenapa malah membuatnya sedih. Tiga tahun telah berlalu. Ia semakin dewasa. Akankah semua kenangan ini menghilang?

Kaminari menyandarkan tubuhnya ke dinding lalu memejamkan matanya, menikmati hari terakhirnya di sekolah dengan meresapi setiap kenangan yang pernah dibuatnya di Seirin. Tanpa ia sadari, ia jatuh tertidur.

Setelah sekian waktu berlalu, Kaminari tersentak bangun. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk dapat memfokuskan atensinya yang masih mengabur. Buru-buru ia meliri arlojinya. Manik hazel-nya terbelalak saat melihat jarum jam mengarah ke angka 5 dan jarum menit mengarah ke angka 6. Ia mengedarkan atensinya ke sekelilingnya, matahari sudah mulai menghilang di balik horizon.

"AH! Kenapa aku ketiduran di sini?!"

"Ngh? Hmm, Fuko? Kau sudah bangun?" Suara yang serak khas orang bangun tidur itu membuat Kaminari menoleh ke sampingnya.

Kagami sedang merenggangkan otot-ototnya yang kaku lalu menguap lebar. Kaminari menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, malu. Pose Kagami saat itu entah kenapa terlihat begitu seksi buatnya. Kaminari mengutuk ketidakpekaan Kagami di dalam hati.

"Kau tiba-tiba menghilang dan tidak menelepon ke rumah. Bibi meneleponku untuk mencarimu. Kalau mau tidur sebaiknya kau pulang ke rumah, Fuko. Jangan di sini. Kalau kau masuk angin bagaimana?"

Dan Kaminari baru saja sadar kalau tubuhnya diselimuti oleh gakuran milik Kagami, yang tentu saja terlalu besar di tubuhnya yang cukup mungil bila dibandingkan dengan si macan Seirin. Pipinya lagi-lagi bersemu merah.

"Maaf. Aku hanya ingin menghabiskan hari terakhirku di sekolah lebih lama. Aku lupa mengirim pesan pada ibu. Etto, Kagami-kun? Kenapa tahu aku di sini?"

"Ha? Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku tahu. Lagi pula bukan Kagami, tapi Taiga! Yang penting lain kali jangan sampai lupa memberitahu keluargamu kalau kau akan pulang terlambat. Oke?"

Mendengar pernyataan itu keluar dari sang Ace membuat pipi Kaminari merona hebat. "Ma-maaf, aku belum terbiasa."

"Kalau begitu mulai sekarang biasakan!"

"Eh?"

"A-aku tidak terlalu pandai berbicara, tapi ada yang harus kukatakan padamu, Fuko."

Sang macan terlihat tersipu malu saat menghadapkan wajah Kaminari untuk fokus melihat hanya kepadanya. Manik ruby dan hazel itu saling bertatapan.

"A-aku akan pergi ke Amerika seminggu lagi. Aku akan kuliah di sana dan meraih cita-citaku. Ng, a-aku menyayangimu, dan ingin selalu bersama denganmu. Ka-karena itu, aku tak akan menahanmu di sisiku. Er, maksudku, kau juga harus meraih cita-citamu. Karena aku pun begitu …"

Kaminari sadar, inilah saat yang tidak pernah ingin dialaminya. Berpisah dengan seseorang yang disayanginya untuk meraih masa depan yang mereka impikan. Rasanya ia tak sanggup mendengar kata berpisah dari Kagami.

" … aku ingin kita berjuang untuk meraih impian kita masing-masing. Aku tahu tidak mudah menjalani hubungan jarak jauh, karenanya aku tak akan memintamu untuk menungguku, kalau kau tidak mau."

Bibir Kaminari bergetar, ia menahan kuat-kuat perasaan takut yang bergelayut di benaknya sedari tadi. Bila terlepas, ia yakin ia tak akan mampu menahan dirinya.

"Tapi aku berjanji untuk kembali padamu, bila aku sudah lebih layak, dan bila perasaanmu itu masih untukku, aku akan me– me– …,"

"Eh?"

Kagami memalingkan mukanya. Kalau Kaminari memerhatikan dengan seksama, semburat merah itu menjalar dari pipi Kagami hingga ke cuping telingnya. Bisakah ia berkata kalau wajah Kagami sekarang sedang terbakar?

"Pokoknya, setelah aku memiliki pekerjaan yang layak, aku akan datang lagi ke rumahmu!"

"He?! Untuk apa?!"

Perempatan siku tiba-tiba berdenyut kuat di pelipis Kagami. "Aku akan melamarmu! Karena itu, meski rasanya mustahil tapi tunggulah aku! Aku akan berjuang supaya aku pantas berada di sisimu dan layak menjadi pendampingmu! Kau mengerti Kaminari Fuko?! Lima tahun lagi aku akan mengubah nama margamu menjadi Kagami! Hmphh–"

Kaminari secara refleks menutup mulut Kagami menggunakan kedua tangannya begitu kalimat pernyataan itu keluar. Untunglah hanya mereka berdua yang ada di atap sekolah sekarang ini.

"Baka! Taiga-kun, baka! Baka! Baka! Bakaa!" sembur Kaminari dengan wajah yang tak kalah merona dari Kagami. "Kau ini! Benar-benar bodoh!"

Kagami melepaskan tangan Kaminari yang menutupi mulutnya. "Aku bersungguh-sungguh, Fuko! Ak –,"

Rubi kembali bersirobok dengan hazel yang tertutup lapisan bening. Sebulir likuid bening itu pun meluncur ke pipi yang merona hangat.

"Kalau begitu kau harus menepati janjimu! Aku tidak mau tahu, Taiga-kun. Kau harus berjanji untuk kembali! Kalau tidak, aku akan membencimu seumur hidupku!"

Senyum pun terbit di wajah Kagami. Ia lalu menarik Kaminari ke dalam pelukannya, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya sambil berbisik lirih. "Hmm, yakusoku da!"

.

.

.

End

A/N:

Hola, minna-san! Perkenalkan, aku Chrisanne Sakura, newbie yang baru belajar nulis di fandom Kuroko No Basuke Indonesia. Yoroshiku onegaishimasu! #bowed. Ini fic pertamaku untuk fandom KnBI. Rencananya sih ini buat kado ultah kakakku, Viselle-nee yang cinta banget sama Kagami. Tapi berhubung waktu itu aku masih belum punya ide mau bikin fic apa, jadi terpaksa belum bisa kuberikan padanya.

Ah ya, OC yang kugunakan dalam fic ini adalah milik Viselle-nee. Kupinjam supaya mempermudah diriku di dalam penulisan fiksi ini. Untuk Viselle-nee: Nee-chan, gomen ne baru bisa kasih sekarang, ganbatte buat tugas-tugas yang Nee-chan kerjakan! Jangan lupa update ya? #blowakiss

P.S. (Edited 2 Februari 2016) Ada beberapa kesalahan yang kubuat kemarin XO, sehingga saat aku membaca kembali fic ini, aku berusaha memperbaiki bagian yang salah. Mohon maaf juga karena sebelumnya aku salah mendeskripsikan warna iris Fuko, seharusnya hazel bukan amethyst.

Akhir kata, terima kasih karena teman-taman sudah mau meluangkan waktu untuk membaca fic ini. Sampai jumpa di fic lainnya. \(^_^)/ Aku masih belajar, sehingga kesalahan mungkin masih ada meski aku berusaha meminimalisirnya. Karena itu mohon bantuan kritik dan sarannya untuk memperbaiki setiap kesalahan yang ada. Nah, minna-san, doumo arigatou gozaimasu, jaa ne! (^_^)/

Love and Peace,

Chrisanne Sakura