DOKTER IDOLA

Masashi kishimoto

Rated M

Pingki954

.

.

.

Waktu mendekati agak siang aku berjalan agak tertatih-tatih dengan perasaan aneh menuju sebuah rumah sakit yang ada di kotaku, kata beberapa orang ada seorang dokter yang membuka praktek dekat daerah ini, karena jelas aku malu harus pergi ke rumah sakit besar! Aku sangat berterimakasih ada yang buka praktek di dekat asrama tempat tinggalku.

Oya, aku lupa bilang kalau aku seorang mahasiswa teknik, ini adalah tahun keduaku. Namaku Gaara Sabaku, anak ke tiga dari dua bersaudara, sejak aku memulai kuliah. Aku tinggal sendiri di tempat kos.

Aku gay! Aku tahu diriku menyimpang saat aku berumur 15 tahun, karena yang muncul di mimpi basahku adalah seorang pria bukan wanita. Setelah itu aku melihat pria tidaklah biasa lagi, kalau ada pria yang tubuhnya berotot dengan kulit gelap, tubuhku pasti akan terangsang hebat. Pria seperti itu adalah typeku.

Walaupun aku gay di umur segitu, sungguh aku belum pernah melakukan yang namanya ML sampai umur segini. Karena terlalu penasaran bagaimana rasanya anusku di tembus, beberapa hari yang lalu aku nekat membeli dildol.

Aku malu sekali saat harus membeli barang itu, semua orang melihatku dengan aneh bahkan ada beberapa laki-laki yang terang-terangan menggodaku saat itu. Kuakui aku lelaki manis dengan kulit putih, wajah ku imut beberapa orang bilang aku cantik walaupun aku lelaki. Apalagi rambutku yang berwarna merah katanya aku itu blasteran padahal aku Cuma putra daerah, di tambah tato yang sengaja ku lukis di dahiku, sehingga anak-anak perempuan di kampusku bilang aku lelaki bad boy yang cool. Aku bangga dengan hal itu.

Jadi kutanggapi rayuan mereka dengan biasa padahal aku ketar-ketir sendiri, aku tidak ingin bercinta denga pria sembarangan mengingat nama baik keluargaku. Tentu aku ingin pria yang menggagahiku adalah pria yang bertanggung jawab dan kita saling mencinta.

Jadi karena itu tanpa tahu apa-apa aku menggunakan dildol, itu memuaskan diriku sendiri. Tapi aku yang kurang pengalaman memasukkan dildol yang cukup besar itu ke anusku tanpa persiapan terlebih dahulu, hasilnya aku meringis sepanjang malam, walaupun aku akui aku ingin melakukan itu lagi, rasanya enak.

Pertama-tama kupikir rasa nyeri di anusku akan hilang dengan sendirinya, namun sudah seminggu berlalu rasa nyeri tidak kunjung hilang, anusku sakit, rasanya seperti terbakar. Karena takut infeksi, aku dengan ragu menemui dokter yang praktek di dekat kos ku. Walaupun aku akui aku sangat malu.

Mungkin karena waktu sudah agak sore jumlah pasien juga tidak banyak lagi, hanya ada aku dan seorang pria yang muncul setelah ku, pria itu sekali-kali batuk dan bersin, mungkin ia pilek.

Tak lama setelah itu asisten sang dokter memanggilku, ia seorang wanita. Sekilas aku tahu makna senyum seribu pesona wanita itu, tapi jujur biarpun aku senang sang wanita itu terpesona padaku dalam hatiku sedikit jijik. Kau tahu perasaan gay? Rasanya seperti dilirik oleh sesamanya. Ha…ha… padahal aku yang menyimpang di sini.

Wanita itu membukakan pintu ruangan praktek sang dokter dan mempersilahkanku untuk masuk. Sambil menahan perih di anusku, aku berjalan masuk ke ruangan dengan pelan.

Begitu sampai di dalam ruangan sang dokter dan mata indahku ku melihat dokter itu, aku langsung terpesona dengan cengiran ramahnya, kelihatannya ia lumayan muda, sial! Senyumnya sangat mengoda. Rambutnya pirang di sisir dengan tidak rapi, ia nampak bagai dokter urakan. Aku sebenarnya sangat menyukai lelaki dewasa dengan dandanan yang rapi tapi entah kenapa melihat wajah pria itu membuatku bergairah.

Wajahnya memancarkan aura jantan dan seksi, tubuhnya tampak tegap di balik jubah dokternya. Uuh dia juga berkulit hitam! Dan sangat kelakian sekali. Benar-benar bikin panas tubuhku. Ketika ia mempersilahkan ku untuk duduk di depannya ia sangat gentleman aku hampir pingsan menerima keramahannya. Tahu ada dokter begini, sudah dari dulu aku ke sini.

Aku duduk tidak nyaman di bawah sorotan mata birunya, kelihatannya dokter nya biasa saja tapi tubuhku udah panas-dingin begini. Diam-diam aku mencuri pandang padanya di bajunya tertulis nama Uzumaki Naruto. Uuh nama yang sangat cocok dengan badannya yang atletis, tangannya kokoh sekali dihiasi otot dan urat yang menonjol, aku heran, dokter katanya jarang memperhatikan tubuhnya sendiri tapi pria ini uuh…! ia berhasil menggoda ku.

"Nama anda?" tanyanya, ya ampun suaranya terdengar tegas, maskulin, tak dapat kupungkiri ada keseksian di ujung suaranya.

Aku hampir pingsan saat dokter Uzumaki itu menatapku kembali, matanya seolah-olah menyuruhku untuk pasrah di bawah tubuh kekarnya, "Ehem." Aku terkejut saat ia berdehem mengembalikan logika ku.

"Gaara. Sabaku Gaara," jawabku cepat, ia mengangguk lalu bertanya tentang beberapa informasi padaku, lalu sampai pada pertanyaan yang mungkin agak ragu untuk ku jawab.

"Keluhan anda?" aku panik, dan pucat. Aku malu harus bilang yang sebenarnya. Apa dokter itu akan memandang aku aneh? Atau malah tertawa? Aku takut reaksi dokter itu. Jujur aku rasa aku memang sudah jatuh hati padanya pada pandangan pertama.

"Perih…anu.. anus saya…" Uh rasanya aku ingin menggali kuburku sendiri, aku menunduk malu menunggu reaksi dokter itu.

"Oh…wasir." Dokter Uzumaki itu langsung mengambil beberapa obat. Aku menggeleng pelan. "Anus saya berdarah." Dokter itu langsung melihatku dan aku kembali terpesona.

"Um…m-maksudnya, saya memasukkan sesuatu ke dalam anus saya." Malu sekali, wajahku pasti memerah, wajah dokter itu terkejut, sudah pasti ia akan kaget. Tapi wajahnya kembali terlihat santai atau ia pura-pura terlihat santai. Aku menunduk malu, sekarang dokter itu tahu aku gay. Aku takut ia jijik padaku, beginilah kalau jatuh hati pada pria yang salah.

"Anda menggunakan dildol? Atau barang-barang keras?" uh pertanyaan macam apa itu? Frontal sekali! Aku melihatnya dengan berani dan senyum sialan itu… aku meleleh

"Um…" Aku mengangguk kaku, ia tertawa yang begitu sangat menawan. Rasanya aku ingin berada di bawah tubuhnya, mengeram, mendesah dan memanggil nama indahnya.

Ia menggaruk rambutnya sambil tersenyum lebih lebar, ia Nampak canggung mungkin baru pertama kali ia berhadapan dengan kasus begini, gay pula. Aku hanya duduk menunggu.

"Pernah bercinta dengan cowok sebelumnya?" uuh apa ia menggodaku? Rasanya aku ingin segera membuka seluruh pakaianku, dan menungging di depannya.

Aku menggeleng pelan, otakku semakin kotor melihat pria itu. Ia menggangguk kemudian mengambil sesuatu di deretan penuh dengan botol obat-obatan.

"Ini krim pendingin, cukup di oleskan di sekeliling…um…" ia agak ragu aku melihatnya dalam-dalam ia kembali tertawa. "Anus anda."

Aku bingung, sejujurnya aku pura-pura bingung. Aku ingin dokter itu yang melakukannya. Dan seakan paham melihat wajahku. Ia tersenyum ramah lagi.

"Oke kurasa saya harus memberi contoh, buka celana anda dan silahkan naik ke ranjang pemeriksaan," katanya sambil berdiri dan mengambil kotak krim itu. Aku mengangguk lagi kali ini aku berdebar keras.

Aku malu tapi penasaran, karena perasaan tegang, juniorku jadi berdiri. Aku membuka celana dengan tangan gemetar hingga menyisakan celana dalamku saja, aku agak ragu menurunkannya. Aku lirik dokter itu yang terus menatapku.

Pandangan itu oh rasanya aku benar-benar ingin pingsan, walaupun dia ketahuan melihatku ia sama sekali tidak memalingkan wajahnya. Oh perasaan apa ini? matanya itu, bikin aku kembali meleleh.

Aku dengan pelan menurunkan celana dalamku sengaja ku turunkan sebatas paha guna melindungi tonjolan juniorku. Lalu aku menaiki ranjang dan merangkak dengan pantatku ke arahnya.

Ia mendekat aku berdebar dengan kencang, juniorku berkedut-kedut bahkan cairan sedikit mengotori celanaku, kalau dokter itu melihatnya ia pasti terkejut dan jijik. Aku merapatkan kakiku guna menjepit juniorku agar dokter Uzumaki itu tidak menyadari apa yang terjadi padaku.

"Buka kakimu lebar-lebar!" katanya sambil memukul bokongku, tanpa sadar aku mendesah membuat ia sedikit terkejut. Aku menutup mulutku, aku malu sekali wajahku sempurna memerah. Pasti dokter itu sudah jijik padaku.

"Ah, maaf." Katanya, aku menggeleng lemah. Berada diposisi ini aku merasa aneh. Rasanya kalau digagahi di posisi seperti ini bagaimana rasanya? Ah aku gila!

Aku membuka kakiku, menuruti perintahnya. Di depanku hanya ada dinding putih, kutatap kosong ke depan seraya menanti dokter uzumaki melakukan tugasnya. Sayup-sayup kudengar suara sarung tangan karet di pakai di tangannya.

Kemudian tiba-tiba ia membuka belahan pantatku, aku mengigit bibirku sendiri mencegah suara desahan menggoda keluar dari bibirku. Dan rasa dingin menjalar di cincin anusku, dapat kurasakan gell kental di oles di sana.

"~~Lakukan memutar seperti ini, 3 kali cukup." Aku tidak bisa mendengar jelas suaranya, aku meringis-ringis saat ia menyentuh anusku yang perih. Dan tanpa kuperhitungkan, jari sang dokter menyusup masuk dan melakukan gerakan berputar.

"Anda juga harus melakukan sampai ke…" ia berhenti bicara saat aku menggeram keras. Rasanya sakit saat dokter itu menusuk pantatku dengan jarinya, uuh seperti inikah rasanya kalau pasanganmu melakukan dengan jari? Sakit, tapi menyenangkan.

"Oooh!" erangku lagi, aku sekarang kurang peduli dengan reaksi dokter itu, aku terlalu asyik dengan jarinya yang terus melakukan gerakan memutar. Sekali-kali ia keluarkan dan di masukkan lagi. Aku semakin keras mengigit bibirku. Precum mulai mengalir dan membasahi celanaku, aku terangsang berat.

"Aahh!" jeritku saat dokter memasukkan jari keduanya dan terus masuk semakin dalam, perih mendera anusku aku kesakitan dan hanya mengeram sambil tetap mempertahankan posisiku. Sekujur tubuhku bergetar menahan sakit. Namun, anehnya, aku semakin bergairah. Rasa sakit itu membangkitkan birahiku semakin tinggi.

"Anusmu bengkak, pasti kau memasukkan dildol besar dan panjang, ya?" Uh… aku harus menjawab apa dengan komentar frontalnya dan tanpa rasa sopan antara dokter dan pasien lagi, aku hanya meringis saat jari panjangnya semakin dalam menusuk. Sambil mengigit bibir mungilku aku berusaha menengok wajahnya.

Aku terkejut ketika matanya menatapku. Matanya berkabut dapat kurasakan kalau ia di penuhi dengan gairah yang lebih besar dariku. "Apa desahanmu selalu seksi seperti ini?" aku tidak bisa menjawab atau memalingkan wajahku. Aku benar-benar terperangkap dengan pesonanya.

Apa dokter gay juga? Atau ia belum menyadari kalau ia juga menyimpang?

Tiba-tiba saja tangannya melesat ke depan dan menggenggam juniorku era-arat, celanaku ia turunkan sampai ke kakiku. Aku memejamkan mata, sungguh aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa lagi. Tangan besar itu sekarang membelai lembut, aku dapat merasakan kehangatan dari sentuhan tangannya.

Ia membungkukkan tubuhnya dan berbisik di kupingku dengan seksi, "Kau sangat suka ada yang mengocokmu seperti ini, ya?" Mengantar panas keseluruh tubuhku, aku ikut menggenggam tangannya tidak rela bila ia melepaskannya.

Deg!

Apa ini? Tangannya menyentuh sesuatu yang membuatku aku melayang. Ooh inikah rasa nikmat yang kau dapat bila ia menyentuh prostatmu? Sungguh, apa dokter itu professional? Mengapa ia segera tahu dimana daerah nikmatku?

Aku terlonjak hebat, gelombang kenikmatan mendera di tubuhku saat ia dengan sengaja menabrak prostatku kembali.

"Aarrgghh… Hhooohh…" aku bahkan lupa untuk menutup mulutku, aku mendesah keras tidak peduli orang lain mendengar desahanku. Aku bisa gila sekarang! Aku menginginkannya! Aku ingin yang lebih besar dari jari dokter itu.

Juniorku semakin keras dan berkedut-kedut, ia tidak menurunkan intensitas kocokannya dan tusukan hebatnya. Aku mendesah semakin keras antara rasa nikmat dan rasa sakit yang mendera di lubang kecilku itu.

"Aarrgghh…!" desahku semakin menjadi saat ia terus memberiku kenikmatan yang tiada tara, tanganku dan dokter itu basah karena cairan pra-ejakulasiku. "Enak ya?" tanyanya, suaranya memabukkan, membuatku semakin bergairah, tangannya semakin asik menyadomiku dengan jarinya.

"Hmmm… Oohh…Aahh…" aku gila, kepalaku rasanya berputar, tanpa malu aku mengangguk kepala dengan napsu. "Aahh… iya, dok… Oohh…jari anda nikmat…Aahh…"

"Lebih enak mana? Jariku atau mainan yang kau masukkan keanusmu?" aku berusaha melihatnya, air mukanya aneh, ia Nampak sebagai pria mesum yang sudah sangat over. Apa ia mengundangku? Apa aku jujur saja padanya kalau aku ingin di sodok olehnya. Tapi…

Bukankah prinsipku, hanya tidur dengan pria yang kucintai saja? Kenapa prinsip yang kujaga itu harus hancur karena pria ini? Tapi mungkin ini juga kesempatan. Aku mengigit bibirku lebih keras hingga bisa kurasakan rasa darah dari sana, aku malu tapi kuberanikan diri untuk menjawab jujur dan meminta lebih pada dokter itu.

"Aahh… enakan jari dokter… tapi… aku ingin dokter…oohh… punya dokter" sengaja kusenggol bagian privasinya dengan kaki telanjangku. Dan oh apa ini? Rasanya begitu besar dan keras di dalam sana. Apa dokter itu terangsang karena aku? Perasaan itu membuat rangsangan di tubuhku semakin menguar, bahkan aku melenguh sendiri karena memikirkan hal itu.

"Kau jadi ketat,"komentarnya sambil mencubit ujung kejantananku, membuatku berteriak enak. "Kau benar-benar mesum dan ingin di tusuk oleh pria, ya?" Uuuh bukannya aku merasa rendah saat ia mengatakan itu, tapi aku semakin bergairah dan benar-benar menginginkan dokter tampan itu.

Dan tiba-tiba ia mengeluarkan jarinya dari lubangku. Rasanya anusku terasa kosong dan menganga lebar, aku mengeram dengan rasa putus asa, ingin di kerjai lagi. Namun, saat aku menoleh kembali padanya ia telah bergerak kearah pintu dan terdengar suara di kunci, klik.

Jantungku berdebar ketika ia melangkah kembali kearah ku, ia menurunkan celana tanpa tahu malu di depanku, mulutnya terus nyengir padaku. Aku terkesiap saat melihat kejantanannya yang berdiri dengan gagah dan panjang.

Benda besar itu berwarna kecokelatan dengan kulupnya yang agak kehitaman yang sudah basah karena precum. Rupanya ia benar-benar terangsang padaku, aku bersorak dalam hati dan bangga dengan pesona diriku sendiri.

Namun aku berpura-pura tenang di depannya walau sekarang ia sudah telanjang bulat. Mataku liar memandangi tubuh cokelatnya yang kekar, lehernya kokok menyanggah kepalanya dan tubuhnya seksi sekali. Dadanya bidang, padat dan hampir semuanya di penuhi otot yang keras. Di bawah dada seksi itu terdapat sixpack yang lumayan.

Aku meragukan kalau ia dokter saat melihat tubuh telanjangnya, ketika ia sudah sampai pada tubuh putih seksiku, aku nyaris kehabisan nafas karena tegang! Aku berdebar-debar dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Kau suka dengan apa yang kau lihat, Gaara?" ia memanggil namaku dengan seksi sambil mengusap dadanya dari kiri hingga ke pinggangnya, aku mengigit jariku dan mengangguk bodoh.

"Aku belum pernah melihat lelaki secantik kamu, putih, langsing dan mulus. Hey aku baru tahu kalau aku tertarik dengan pria juga." Aku mencengkeram dadaku, apa aku sekarang boleh berharap, pujiannya itu semakin membuatku jatuh cinta padanya.

"Jadi kau benar-benar ingin ku gagahi?" dengan susah payah aku membalikkan tubuhku, dan membelai tubuh seksinya. Benar-benar atletis, aku menggenggam juniornya yang besar. Aku mendongak kepalaku dan menggodanya dengan mata sayuku. Dan ia menatapku seperti singa kelaparan.

Aku menurunkan kepalaku dan melahap kejantanan besarnya, sungguh aku belum berpengalaman tapi aku cukup tahu karena sering belajar sendiri dan berkat film sensor yang ku download tentunya. Ia membelai lembut kepala dengan rambut merahku. Semakin membuat aku senang untuk menghisap kejantanannya sebagai bentuk rasa bahagia yang kusampaikan.

Ia menggeram keras seperti hewan. "Apa kau benar-benar pemula?" Aku mendongak kembali dengan mulut penuh dengan juniornya sambil menyeringai, mungkin gerakanku ini salah karena setelah itu ia mencengkeram dua sisi wajahku dengan tangannya yang besar dan membawa kejantanannya semakin ke dalam, aku tersendak.

Dan tanpa kasihan ia menyodok mulutku seakan lubang anus saja. Aku berusaha menahannya dengan tangan mungilku tapi tenaganya jauh lebih besar, hasilnya aku pasrah dengan apapun yang ia lakukan, mulutku kaku, hidung, muka dan mataku bertabrakan kuat dengan selangkagannya. Bahkan bulu publisnya kadang-kadang memasuki mataku, membuatku terpaksa memejamkan mata.

Dokter itu mendongak, mengeluarkan lenguhan nikmat saat juniornya menabrak apapun yang ada di mulutku. Pahanya bergetar begitupun dengan mulutku.

"Aahh~nikmat~ mulutmu seperti punya perempuan saja~khe…khe…" dokter itu meracau sambil terus menahan kepalaku di selangkagannya.

"Hmphhh~Hhh!" aku terus mengeram dengan mulut becek penuh dengan saliva dan precum.

Biarpun ini begitu menyiksa, tapi aku begitu menyukai setiap sensasinya saat ia terus memajukan pinggangnya terus menerus. Hingga sampai beberapa menit ia melepaskan mulutku, aku langsung menghirup udara sebanyak-banyaknya, sambil terbatuk-batuk.

Ia mendorongku untuk terlentang kemudian menaiki tubuh putih mulusku. "Kurasa aku mulai menyukaimu, Gaara!" aku tersenyum mendengar pengakuannya, aku membingkai wajah tan yang di milikinya dan membawa ciuman yang dalam.

Tangannya bergeria keseluruh tubuhku, dadaku di belai kemudian di cubit mesra, perlakuan itu membuat putingku berdiri, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeliat di bawah tubuhnya. Reaksiku itu rasanya membuat dokter itu semakin bergairah. "Panggil Naruto, sayang!" uuh aku semakin mengeram dan meliuk-liukkan tubuhku seperti ular.

"Naruto…Oohh… tolong! Penismu." Aku bahkan sudah tidak malu lagi memohon seperti itu padanya, aku mendesah dan memohon. Ia menciumku lagi aku ikut membalas lidahnya yang nikmat.

Kemudian mulut itu menyerang leherku lalu kedua puting merahku. "Kau begitu cantik, sial rasanya aku ingin memakanmu." Geraman-geraman binatangnya hanya mampu kubalas dengan desahan dan rintihan yang menggoda.

Ia membalikkan tubuhku lagi dan membuatku menungging. Ia turun kebawah. Lalu penisnya yang keras ditempelkan di bibir anusku yang bengkak, aku mendesah menunggu dengan tidak sabaran dengan rasa nikmat atau sakit yang menyiksa.

Ia kembali membuka pantatku kemudian dengan giginya ia membuang sarung tangannya. "Kau yakin mau kusodok? Anusmu bengkak, kalau kita melakukan ini pasti kau akan sangat kesakitan, apalagi punyaku gede lo" Aku menggeleng pelan, aku tidak peduli itu sekarang. Aku menginginkan dia sekarang.

Lalu dengan pelan benda besar panjang itu menusuk masuk ke dalam pantatku. Aku menggeram kesakitan saat anusku di paksa membuka untuk membiarkan benda itu masuk. Ini lebih besar dari dildo yang kemarin kupakai, rasa sakit semakin menjadi dikarenakan anusku masih terluka akibat perbuatanku sendiri. Saat aku kembali melihat wajahnya, aku melihat dia begitu focus pada lubang bawahku, lidahnya menjilat bibirnya berkali-kali.

"Fuck~sempit~bagaimana kalau kau tidak bengkak hah? Pasti lebih sempit lagi, ya?~uugghh" sambil mengerang-ngerang keenakan ia menghempaskan pinggulnya ke bokongku.

"Aarrgghh…!" teriakanku membahana, mungkin asisten dokter dan pasien diluar pasti mendengarnya. Tapi aku tidak peduli, aku bergetar dengan rasa sakit. Kakiku tidak kuat menompang berat badanku. Tubuhku lemas rasanya junior dokter itu menyedot seluruh energiku. Tanganku mencengkeram kain putih, karena saking sakitnya rasa di anusku air mata mengalir keluar meleleh hingga ke pipiku.

Namun anehnya karena sakit itu aku malah terangsang, juniorku menegang, berdenyut-denyut liar dan precum mengalir dari lubang urinku yang menganga.

"Uuhh~Sakit, Naruto~Aahh~Sakit…Aarrgghh!"

Beberapa kali secara sengaja aku menghindari pinggulnya, namun dokter itu menahan pantatku kuat-kuat dan aku dipaksa untuk menerima penisnya yang besar. Aku menggeram seperti sapi.

"Aahh~Fuck…!" aku mengumpat antara menahan sakit dan rasa nikmat yang mendera tubuhku, kemudian suara hentakan mulai bergema. Hentakan yang keras bahkan aku tidak sanggup mengikuti irama Naruto lagi.

Aku pasrah, sendi bahkan tulangku tergeletak lemah tak berdaya. Ia menarik pinggulku hingga kedua kakiku menyentuh lantai, kemudian dengan kasar ia menjambak surai merahku hingga mendongak dan saliva mulai mengalir di sisi bibirku.

Pantatku kembali di buka dan penis hitamnya mulai menghajar prostatku berkali-kali, membuatku terlonjak-lonjak. Ia menggeram keras sekali dan mengeluarkan kata-kata kotor.

"Anusmu enak! Kau suka kusodok beginikan? Akan ku buat anusmu lebih lebar dari sebelumnya, Gaara sayang!" dan libidoku semakin menggelegak.

Penisnya keluar masuk dengan cepat sekali, aku mendesah sekali-kali mengerang kesakitan. Keringat membanjiri tubuh kami, aroma seks begitu kental menyebar di ruangan ini. Kepalaku pusing dengan gairah yang tak tertahankan, kalau mengingat rasa sakit rasanya pingin berhenti, namun rasa nikmat kejantanannya tidak bisa kupungkiri menjadi candu. Dan sepertinya aku akan terus menginginkannya lagi.

"Uemm…Aahh!" aku mengigit kain putih itu dan mengikuti pinggulnya yang bergoyang, kemudian Naruto mengoleskan kembali krem gel di anusku, sedikitnya mengurangi rasa perih sekarang lubangku terasa lebih becek karena gel dan precumnya menjadi satu.

Deraan kenikmatan demi kenikmatan menghujani tubuhku, prostatku rasanya lembek karena menerima hujaman terus-menerus. Nafasku putus-putus dengan dada yang naik-turun, aku sudah tidak bisa menahannya lagi. Mulutku terbuka dengan lidar terjulur meneteskan air liur kurasa aku siap memuntahkan semua isi penisku.

"Aku…Aahh… tidak sanggup lagi." Ujarku tertahan. "Aarrgghh" itu adalah kalimat terakhirku sebelum aku memuntahkan semua isi dan menyemprot ke seluruh tubuhku.

"Uuh… aku juga mau sampai Gaara sayang! Telan semua spermaku babe!"

Gerakan sodoknya sekarang tidak beraturan dan bertenaga. Anusku rasanya sobek, di sodok sedemikian kasar, tubuh atletis Naruto berguncang hebat setelah itu ia menunduk dan mengigit bahuku secara kasar memendam suaranya sendiri. Aku meringis sakit aku melihat bagaimana wajahnya yang penuh kepuasan sedemikian dekat dengan wajahku.

Aku bangga lalu ku kecup sisi wajah liarnya.

"Aku mencintaimu, Naruto." Aku tidak sedar mengatakan ini. Ia melihatku dalam diam lalu melepaskan persenggama kita. Tanpa berkata apapun ia memakai jubahnya kembali beserta pakaiannya. Ia merapikan kembali dirinya.

Aku menunduk diatas ranjang, rasanya memalukan berharap pria itu membalas perasaan sukaku. Aku menutup penisku dengan tanganku sendiri. Aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apapun, aku bahkan diam saat ia memakai pakaianku kembali dan merapikan penampilanku. Sperma yang ada di rambut dan wajahku di bersihkan dengan tisu, aku diam dengan perlakukan lembutnya. Aku takut berharap.

Ia mendekat, dekat sekali hingga seperti pelukan ia memasukkan sesuatu ke dalam kantongku. Dan seraya berbisik di kupingku. "Kau pasti sangat kesakitan sekarang, gunakan gel yang kuberikan." Aku mengangguk patuh dengan perasaan kecewa, apa yang kuharapkan dari dokter itu? mungkin baginya aku hanya objek bersenang-senang saja.

Aku turun dan berjalan pelan, dengan mengangkang karena anusku sangat perih. Dan tiba-tiba aku terlonjak dengan pukulan di bokongku.

"Hubungi aku nanti, Pacarku." Ia menunjuk sesuatu dalam kantongku sambil mengedipkan sebelah matanya sambil tertawa. Aku memegang bokongku yang perih dan melihat secarik kartu nama di sakuku. Aku tersenyum senang.

Aku keluar saat Naruto pacar baruku memanggil kembali asistennya. Wanita yang duduk di sana melihatku dengan heran, tapi tidak bertanya apapun sedangkan satu-satunya pasien yang tertinggal memandang horor padaku. Entah apa yang ia pikirkan. Yang pasti aku berjalan dengan tidak normal sekarang.

Umm! Kira-kira nanti aku harus bilang apa ya?


end


hai jumpa lagi! aku bikin fic khusus untuk pecinta naruseme ^^ sebenarnya ini fic pernah ku pos di grub naruseme tapi berhubung akun fb ku kena blok aku memutuskan untuk pos di ffn

nah aku membuka request fic dengan naruto tokoh utama dengan all uke, tapi kalian sertakan pair dan ide ceritannya juga. tidak untuk pair naruneji dan narukiba soalnya ficnya dah aku bikin