Disclaimer : not own anything
Warning : Tipo, Incest, and many more..
Standar disclaimer applied
Family In Love
A Kuro Senju-Uchiha creation
.
.
Aku tahu, aku tahu sekali bahwa dia adalah anakku. Anak yang sudah aku besarkan sendiri tanpa seorang ayah yang mendampingi. Anak yang sudah aku didik hingga pintar dan rajin.
Tetapi kenapa? Kenapa hatiku bisa berubah ketika anakku sudah besar. Kenapa perasaan kasih sayang itu berubah menjadi hal yang.. menjijikkan.
-Uzumaki Kushina-
.
Family In Love
.
.
Saat anakmu lahir dengan selamat disitulah sisi kebahagiaanmu, menggantikan peranmu menjadi seorang ibu. Dekapan halus dengan penuh kasih sayang engkau lontarkan demi anak balitamu. Tangan sehalus sutra engkau genggam dengan hati-hati. Mata yang masih tertutup itu engkau cium dengan lembut.
Merasakan betapa bahagianya melihat anakmu sendiri lahir didunia ini dengan selamat. Tetesan air mata matamu mewakilkan rasa kebahagiaanmu, menjadikan dirimu sempurna dengan seorang anak yang akan kau besarkan.
''Dia lucu sekali Kushina~''
''Umm.. Dia memang lucu dan imut'' Engkau menjawab dengan nada lesu akibat tenagamu terkuras setelah proses persalinan tadi. Kushina, atau dengan nama lengkap Uzumaki Kushina adalah nama ibu dari anak yang lucu ini.
''Namanya siapa ne~'' Memandang sejenak anakmu, kemudian engkau tersenyum senang ketika membayangkan sebuah ramen yang merupakan makanan kesukaanmu. Kushina mengelus anaknya sesaat.
''Naruto, Uzumaki Naruto.'' Dan pada saat itulah engkau menamai anakmu sendiri dengan toping bumbu ramen yang entah kenapa ada dipikiran kepalamu sendiri. Membuat beberapa orang yang sedang berkumpul menyaksikan rasa bahagianya Kushina menjadi tertawa halus.
''Nama yang lucu, seperti anaknya'' Dan engkau mulai berpikir, bagaimana dengan ayah dari anak ini. Bagaimana jika anaknya sudah besar nanti menanyai tentang ayahnya. Dan kau mulai khawatir akan hal itu, sedangkan anak ini adalah anak hasil pemerkosaan Minato terhadapmu.
Ironi, teman baikmu malah menyerangmu. Kau berpikir bahwa Minato adalah sosok teman laki-laki yang baik, sangat baik bahkan ketika kau akan diculik Minato datang menolongmu dengan berbagai Polisi yang membantu. Kau tahu itu, namun malam itu adalah malam penghancuran.
Dimana teman baikmu, Minato menyerangmu tanpa ampun dalam pepohonan hutan. Kau hanya bisa menangis akan hal keji yang dilakukan Minato, dan Kushina waktu itu hanya bisa berteriak meminta tolong. Namun harapan itu sirna, ketika tiada siapapun yang menolongmu.
Selesai dengan aktivitas keji, Minato justru menamparmu dengan keras dia berkata dengan sangat, sangat, sangat menyakitkan bagi hatimu. Dimana kata-kata itu keluar bagaikan simponi kematianmu.
''Terima kasih atas hidangannya, kau tahu? Aku tidak benar-benar ingin menjadi temanmu, aku hanya menjalankan tugasku karena aku ikut taruhan untuk menjadi teman dan bisa memperkosamu!'' Meninggalkan dirimu dengan keadaan yang hancur, yang ada dipikiranmu saat itu adalah kau ingin membunuh Minato.
Kau berteriak sedih, ingin rasanya kau kembali memutar waktu untuk menolak mentah-mentah permintaan Minato untuk berteman dengannya. Kau kecewa, sangat kecewa. Dan kau pun akhirnya tahu, bahwa tiada teman sejati dalam kehidupanmu. Yang ada hanyalah serigala yang menunggu waktu untuk memakanmu.
Kushina berjanji, dia akan mendidik anak ini dengan benar tidak seperti ayahnya yang sekarang ini sedang mendekam di penjara dengan hukuman seumur hidup. Dia puas akan hal itu. Dan Kushina akan memantau terus kegiatan anaknya yang kala itu hampir di gugurkannya.
.
.
.
-Family In Love-
7 Tahun kemudian..
Kau berdiri demi melihat anakmu yang sedang bermain dalam ayunan yang sedang engkau pegang, dia tertawa senang membuatmu menjadi senang juga. Helaian rambut pirang anakmu tertiup oleh angin nakal hingga berantakan.
''Mou Kaa-san, dorong lagi!'' Engkau tertawa, kemudian engkau mendorong ayunan itu dengan semangatmu membuat anak yang engkau sayangi menjadi tertawa senang dengan mainannya. Ayunan dan anakmu, hanya itu yang dapat kau lakukan sekarang.
Kushina tidak mau anaknya mengenal dunia luar ataupun berteman dengan anak luar, dia tidak mau anaknya mengalami hal buruk sepertinya walaupun anaknya itu adalah laki-laki, tapi bisa saja memiliki potensi anaknya bisa berbuat jahat akibat bergaul didunia luar sana.
Engkau mendorong lebih kuat ayunan itu, membawa anakmu berayun lebih tinggi dengan tawa yang membuatmu merasa senang bukan main. Panas terik matahari siang tidak bisa mengganggumu untuk bersenang-senang dengan anakmu.
''Okaa-san, Otou-san ku siapa?'' Dan kekhawatiranmu menjadi kenyataan, anakmu bertanya dengan nada polos membuat dirimu mati kutu. Dia salah, seharusnya dia tidak menyekolahkan anaknya di pendidikan dini.
Seharusnya engkau mendidik anakmu dengan bekal kemampuanmu sendiri. Ini semua salah ibunya yang menyuruhmu untuk menyekolahkan anakmu, dan kau tidak bisa membantah karena itu adalah perintah ibumu.
Kau resah, gelisah. Tak tahu harus mengeluarkan kata apa untuk menjahit mulut anaknya ini dan menghilangkan kalimat siapa ayahnya. Engkau terdiam, membuat ayunan itu kehilangan gaya dorongnya dan berhenti dalam keheningan yang ada.
''Mau tahu siapa Otou-san mu, dia itu hebat sama sepertimu Naruto, tapi dia sudah tiada. Dia sudah pergi'' Dan kau ingin rasanya menjahit mulutmu sendiri agar tidak berkata hal manis seperti tadi engkau lakukan. Anakmu tersenyum, kemudian dia turun dari ayunannya dan pergi ke taman bunga yang berada tepat didepanmu.
Engkau mengernyit bingung sekaligus penasaran akan apa yang dilakukan oleh anakmu, dia memetik sebuah bunga yang entah kenapa bunga itu kesukaannya dan membawa bunga itu untuk diberikan olehmu. Kau berjongkok demi mensejajarkan tinggimu dengan anak tersayangmu.
''Kaa-san, kata bu guru kalau Otou-san pergi. Aku sebagai anaknya akan menggantikan Tou-san, dan sekarang aku adalah Tou-san dari Kaa-san yey!'' Engkau tertawa sambil mengelus gemas surai pirang anakmu, dia masih kecil dan begitu polos. Bahkan kau tahu, bahwa dia belumlah tahu arti kalimat yang diajarkan gurunya di sekolah.
Engkau bahagia, sangat bahagia. Dan dengan mengecup kening anakmu engkau melampiaskan kebahagiaan itu dengan tuntas. Membawa anakmu menjadi seorang anak yang berbakti pada ibunya.
Dan yang kau tidak tahu, adalah hatimu bergetar ketika mendengar nada polos dari anakmu tadi. Membuat dirimu menangis dalam diam, hingga anakmu sendiri yang menghapus air mata itu dengan jari-jemari kecilnya.
''Kaa-san jangan nangis, apakah Naru menyakiti Kaa-san?'' Engkau menggeleng dengan sebuah senyuman yang terpatri di wajahmu.
''Tidak, Naruto tidak menyakiti Kaa-san. Kaa-san hanya merasa senang, itu saja'' Engkau tahu, bahwa apa yang kau katakan itu adalah sebuah kebohongan. Kushina, dia menggendong Naruto membawa sejuta kenyaman dalam dekapan khas dari seorang ibu.
''Jangan pergi dariku ya'' Dan kau sangat ingin sekali bersama dengan anakmu selamanya sampai ajal memisah. Dan hal itu diberi tanggap oleh anggukan polos anak pirangmu.
''Um, aku tidak akan pergi. Selamanya akan bersama Kaa-san''
.
.
.
-Family In Love-
7 tahun kemudian..
Lihat anakmu, dia sudah tumbuh besar dengan baik. Dan semua ini berkat usahamu sendiri dalam mendidik dan membantu pertumbuhannya. Dia sekarang berumur 14 tahun, dan kau sama sekali tidak menyangka akan umur itu.
Begitu singkat, dan juga dia mendapat banyak teman tidak seperti dirinya yang waktu itu. Melihat bagaimana anakmu tertawa senang dengan temannya yang sedang berkunjung, terkadang membuatmu merasa.. cemburu.
Kushina tidak tahu akan hal tersebut, dan entah kenapa perasaan itu muncul. Kenapa? Bukankah seharusnya dia senang melihat anaknya bisa mendapat teman banyak dan tersenyum lebar seperti itu. Kenapa? Kenapa harus.. cemburu.
Engkau terdiam seribu bahasa ketika memikirkan hal itu, sampai-sampai kau lupa untuk membawa nampan berisi gelas dengan air putih tersebut ke ruang tamu demi menjamu para teman anakmu yang sedang mengerjakan sesuatu seperti tugas sekolah.
''Kaa-san? Kenapa lama'' Tersentak, Kushina hanya membalasnya dengan senyuman dari nada protes anaknya. Selama hidupnya, baru kali ini anaknya meminta protes seperti ini. Dan hal itu membuatnya gelisah, bahkan lebih gelisah pada saat dirinya ketahuan hamil diluar nikah.
''Maaf, tadi Kaa-san melamun.'' Namun engkau tahu, rasa gelisah itu tak akan bertahan lama dalam dirinya ketika melihat dan merasakan anakmu memandang dirimu dengan senyuman yang sudah dikenal pasti olehmu.
''Jangan melamun terus Kaa-san nanti diculik loh~''
''Haha, Itu tidak lucu Naruto''
''Hehehe, makanya cepat Kaa-san, teman-temanku kehausan''
''Oke, air terenak versi Kushina akan segera datang!''
''Kaa-san? Itu kan hanya air putih?''
''Diam!'' Dan kau tertawa ketika anakmu berlari keruang tamu dengan tawa kerasnya mengundang berbagai protes dari para temannya yang sedang serius mengerjakan tugas mereka semua. Kushina, sepertinya kau akan tetap tenang. Karena kau tidak melihat hal janggal dari anakmu.
.
.
.
-Family In Love-
Engkau terdiam dengan piring yang sudah hancur berantakan akibat tanganmu terlalu licin untuk memegangnya. Matamu mulai mengeluarkan air mata, semua ini adalah ulah anaknya. Kenapa, kenapa Naruto datang dan tiba-tiba memarahimu.
''Kaa-san, sudah kubilang kan jangan mengantarkanku ke sekolah. Aku sudah besar Kaa-san, aku malu ketika teman-temanku mengataiku sebagai anak manja atau anak mami! Aku benci Kaa-san'' Dan kalimat itu entah kenapa membuatmu serasa ada di Neraka. Tercabik-cabik sudah hatinya, membuatmu kian mati secara perlahan.
Kau berusaha untuk menyeimbangkan berat badanmu yang sempat oleng karena kesedihanmu. Baru kali ini, baru kali ini anakmu marah-marah kepadamu. Dan kau baru tahu bahwa rasanya dibentak oleh anakmu sendiri terasa sangat menyakitkan.
Kau mulai berpikir, bahwa anakmu sudah terkena virus negatif dari dunia luar. Bagaimana jika anaknya menjadi pribadi yang egois dan nakal, bagaimana jika anaknya menjadi jahat dan.. Memerkosa seorang perempuan. Tidak, itu tidak boleh terjadi.
Sudah cukup, sudah cukup Kushina membiarkan anaknya mengeksplorisasi dunia luar. Sudah cukup, dampak negatifnya sudah mulai muncul dalam diri anaknya. Cukup, dia tidak akan membiarkan lagi anaknya bermain di luar dan mengetahui berbagai hal yang menurutmu belum saatnya untuk umur Naruto, yaitu anakmu.
Kushina berlari menuju ke lantai dua dimana tempat kamar anakmu berada. Dia dengan tergesa-gesa menaiki tangga bahkan mengidahkan jempol kakinya yang berkedut sakit akibat terbentur tangga tersebut. Akhirnya kau sampai, didepan pintu kamar anakmu yang dimana disitu terpajang lambang keluarga Uzumaki.
Kau mencoba memutar kenopnya, akan tetapi tidak bisa. Pintunya terkancing, dan hal itu membuat Kushina dilanda rasa gelisah yang tinggi, apakah jangan-jangan anakmu betul-betul membencimu.
''Naruto.. Buka pintunya sayang'' Selembut mungkin kau membujuk anakmu untuk membuka pintunya yang terkunci.
''Pergilah Kaa-san, aku mau sendirian!''
''Naruto, apakah kamu membenci Kaa-san?''
''Sangat! Aku sangat membenci Kaa-san!'' Pukulan sekuat tenaga The Rock ataupun John Cena tidak akan bisa melampiaskan betapa sakitnya hatimu ketika mendengar ucapan itu dari balik pintu kamar anakmu. Kau menangis tersedu-sedu, ini sangatlah menyakitkan.
''Na.. ruto. Tolong, jangan benci Kaa-san. Kaa-san akan lakukan apapun untuk menghapus bencimu kepada Kaa-san'' Kau jatuh terduduk, kau tidak kuat lagi menahan berat badanmu dan semua itu akibat serangan kata menyakitkan milik anakmu.
''Benarkah? Kaa-san janji!''
''Kaa-san.. Janji'' Dengan susah payah kau menelan ludahmu sendiri untuk memperlanlancar perkataanmu. Dan ketika pintu kamar anakmu terbuka menampilkan sosok Naruto, entah kenapa kau mendapat kekuatan dan dengan cepat menyerang anakmu dengan pelukan kasih sayangmu.
''Kaa..-san?'' Kau benamkan kepala anakmu dalam dekapan dadamu, membuat wajah anakmu memerah padam dan kau tidak tahu akan itu, Kau menangis. Kau semakin mempererat pelukan itu.
''Naruto.. Tolong, jangan benci Kaa-san'' Kau terdorong jatuh akibat anakmu sendiri yang mendorongmu dan melepaskan pelukan itu. Dan hal itu membuatmu kaget bukan main, kenapa? Kenapa anaknya berperilaku kasar terhadapnya. Dan Kushina bersumpah ini adalah pertama kalinya dia mendapat kekasaran anaknya.
''Aku benci! Sangat benci sekali!''
''Na.. ru.. to''
''Aku benci.. aku benci ketika aku tidak bisa membuat acara spesial untuk hari ini!'' Kau bingung oleh perkataan anakmu.
''Apa maksudmu? Naruto''
''Selamat hari ibu! Maafkan sikapku tadi Kaa-san, itu hanya sandiwara untuk memperlanjar kejutan ini, dan maaf aku hanya bisa memberi Kaa-san bunga ini'' Engkau terdiam, berbeda dengan anakmu yang tersenyum lebar sambil membawa bunga bermahkota ungu itu menghadap dirimu. Kau berdiri, lalu menampar anakmu membuat anakmu shock bukan main.
''Jangan lakukan itu lagi,'' Kemudian kau mendekapnya, mengelus pipi yang tadi sempat menjadi korban penamparanmu. Menangis haru, kau sekarang tahu, bahkan lebih tahu bahwa anakmu tidak akan berubah sikap terhadap dirimu. Dan kau baru tahu dan mengerti bahwa ini adalah hari ibu, dan kau melupakannya.
''Aku.. sangat menyayangimu. Jangan lakukan itu lagi ya, aku khawatir tahu'' Naruto tersenyum, walaupun masih terasa sakit akibat penamparan tadi, namun obat yang berupa usapan halus milik ibunya sangat ampuh untuk tidak merasakan lagi rasa sakit itu.
''Hmm, aku tidak akan melakukannya lagi Kaa-san. Maaf, aku membuat Kaa-san khawatir.'' Mengambil bunga yang ada ditangan Naruto, kau mencium sesaat wangi bunga tersebut dan selepas itu kau mencium sayang kening anakmu membuatnya tertawa halus sekaligus malu akibat tabiatmu.
''Jangan lakukan itu Kaa-san, aku malu''
''Hey kenapa malu, Naruto kan anak Kaa-san jadi jangan malu-malu'' Dan perasaan yang dari dulu kau tidak ketahui, mulai memunculkan dirinya hingga membuatmu perlahan-lahan tahu akan perasaan itu. Perasaan cinta yang sungguh besar, melebihi kasih sayangmu selama ini.
''Terima kasih ya, Kaa-san sangat senang. Kaa-san bahkan lupa kalau hari ini adalah hari ibu, haha sepertinya Kaa-san sudah mulai tua.''
''Memangnya Kaa-san sekarang berumur berapa?''
''30 tahun''
''30 tahun! Itu masih muda Kaa-san!''
''Eh, hahaha.. Terserah apa katamu deh, Naruto..-kun''
.
.
.
-Family In Love-
6 tahun kemudian..
20 tahun sudah umur anakmu, dan itu masih terasa singkat bagimu. Kau terdiam dengan senyuman cantik yang tidak pernah hilang, kau memandang anakmu yang kini sedang berdiri didepanmu dengan pakaian yang rapih.
Tuxedo hitam dengan bawahan yang cocok membuat penglihatan mata terhadap anakmu menjadi sempurna, membawa getaran hati yang tidak kunjung berhenti sedari tadi. Kau berdiri dari tempat dudukmu, mendekat dan memeluk sayang anak yang dulu hampir kau gugurkan.
Namun berterima kasihlah kepada ibu dan keluargamu yang terus-menerus menasehati untuk tidak menggugurkan kandungannya yang genap 2 bulan kala itu. Dan sekarang kau bersyukur, lihatlah anakmu.. dia terlihat tampan.
''Kaa-san, aku ingin menunjukkan sesuatu yang special untuk Kaa-san''
''Apa itu sayang?'' Naruto melepas lembut pelukanmu, membuatmu sedikit kecewa karena tidak bisa lebih lama lagi memeluk dan menghirup bau harum anakmu. Naruto berjalan menuju pintu keluar dan membukanya, menampilkan sesosok gadis cantik yang memiliki rambut sama sepertimu dengan gaun hitamnya tengah tersenyum kepadamu.
Kau kaget, siapa dia? Hatimu berkecamuk tidak karuan. Dia memberimu salam dan kau membalasnya hingga kau menyuruhnya untuk duduk. Satu hal yang Kushina benci adalah rasa cemburu.. kepada anaknya sendiri.
Kushina memandang diam ketika tangan besar milik Naruto menggenggam halus tangan gadis cantik yang belum kau ketahui namanya. Naruto menuntunnya dan membawanya untuk duduk bersama, menatapmu dengan raut yang terpasang bahagia sekaligus gugup. Kau merasa.. ada sesuatu yang aneh.
''Kaa-san, ini pacarku namanya Sāra.'' Kalimat penuh makna dari mulut anakmu, membuatmu tidak bisa berkutik dan hanya diamlah yang sekarang kau lakukan. Mencoba berpikir cepat namun kau tidak bisa, hatimu ada sesuatu yang bergejolak. Apa ini.. apa ini!
Kau berteriak dalam diam, membuat gadis yang duduk bersama dengan anakmu menjadi gugup. Dan ketika kau melihat tangan putih gadis yang bernama Sāra dicium lembut oleh anakmu, membuatmu.. marah dan cemburu?
''Dan aku berencana untuk melamarnya, apakah Kaa-san setuju dengan pilihanku?'' Melihat bagaimana anakmu tersenyum kepadamu penuh harap, membuatmu serasa mati. Mati akan perasaan yang entah kenapa.. muncul.
''Naruto, Kaa-san kan sudah bilang. Carilah pendamping hidup sama seperti Kaa-san!''
''Jadi Sāra?'' Naruto kaget sekaligus gugup akan jawaban apa yang akan dikeluarkan olehmu, dia terdiam dengan menggenggam erat tangan putih pacarnya membuatmu kian memanas, dan itu entah kenapa terjadi kepada dirimu.
''Pacarmu tidak seperti Kaa-san, aku tidak setuju dengan pilihanmu!''
''Ta-tapi, Kaa-san Sāra berambut merah, sikapnya lembut dan sangat menyayangi anak-anak, dan kupikir Sāra adalah sosok pendamping yang cocok sama seperti perintah Kaa-san,'' Kau menelan ludahmu yang entah kenapa terasa sulit, melihat bagaimana kagetnya anakmu ketika mendengar jawabanmu dan pacarnya yang menundukan wajahnya tidak berani beradu pandang dengan dirimu.
''Jadi, aku mohon pertimbangkan dulu Kaa-san!''
''Sebelum kau membantah! Cermati dulu perintah Kaa-san, carilah yang sama sepertiku yaitu sama seperti fisikku secara sempurna!'' Dan entah kenapa rasa cemburu itu membuatmu marah terhadap anakmu yang sedang kaget dengan keringat dingin yang mengalir.
''Mana mungkin ada yang sama persis seperti Kaa-san!''
''Jika tidak ada, maka nikahi saja Kaa-san!''
''APA!'' Teriak kedua orang yang ada dihadapanmu mengalahkan suara petir ataupun halilintar yang entah kenapa sedang mengamuk diluar, kau pun sama kagetnya dengan dua orang itu. Kau tidak tahu, kenapa kalimat itu meluncur lancar dari mulutmu.
Pupil matamu mengecil dengan telapak tanganmu yang menutup mulutmu yang.. kotor. Kau mengumpat dalam hatimu, mengumpat betapa bodoh dan bejad mulutmu yang dengan lancar mengatakan itu.
''Kaa-san gila!'' Kau menangis ketika mendengar bentakan kasar anakmu, melihat bagaimana dia menggebrak meja dengan keras membuat dirimu dan pacar Naruto terlonjak kaget akan aksinya.
''Sāra! Kau pulanglah dulu!'' Dalam ketegangan yang ada Sāra mengangguk kaku dan bergegas meninggalkan kedua orang yang merupakan ibu dan anak yang sedang memiliki sebuah masalah.
''Maaf, aku tidak bisa mengantarkanmu''
''Tidak apa-apa Naruto-kun, aku pamit dulu''
Engkau terduduk lesu dengan lelehan air mata yang terus menerus mengalir dari mata indahmu membawa rasa sakit yang mengalir juga didalamnya. Kau terisak keras mengabaikan anakmu yang sekarang ini berdiri tepat didepanmu dengan sorot mata tajam.
''Bisa jelaskan apa maksud perkataan Kaa-san!'' Kau tidak menjawabnya, melainkan air matamu lah yang menjawabnya. Membuat Naruto yang tidak berbuat apapun sekarang berbuat sesuatu, Naruto membawamu ke kamar dalam gendongan ala pengantin.
''Maafkan aku Naruto, maafkan aku.. Aku, aku-arggh''
Hingga sampai pada tempatnya kau dihempaskan begitu saja oleh Naruto di sebuah ranjang yang sudah lama ditiduri olehmu, dalam kesendirian. Inginnya kau protes akan penghempasan itu, namun semua kata-kata protes itu tidak bisa kau ucapkan.
Bibir yang kau punya merasakan sesuatu yang tidak pernah kau duga, manis. Kau merasakan sesuatu, sesuatu yang membuat hatimu bergejolak senang. Matamu terpejam menikmati bagaimana rasa manis yang melebihi permen.
Tanganmu terangkat, meraih segala sesuatu untuk memperdalam rasa manis itu, kau menjilat mulai menjilat. Merasakan bagaimana lidahmu bertemu dengan sejenis yang basah serta menggiurkan. Kau semakin rakus, bahkan kau tidak tahu bahwa permen yang kau emut sekarang tengah kewalahan.
''Kaa-san..''
''Cium aku lagi!'' Sekarang kau menyetujui perasaanmu untuk memiliki Naruto sepenuhnya, kau gila sama seperti perkataan anakmu tadi. Ya kau gila, Kushina gila akan anaknya ini.
Kau meraih leher Naruto dan berusaha untuk menyatukan bibirmu dengan bibirnya lagi, kau kecanduan akan bibir itu. Namun Naruto menyangkal dan menahan semua tarikanmu dengan topangan tangan besar miliknya. Membuat kecewa bukan main.
''Kaa-san.. Apakah Kaa-san mencintaiku?''
''Ya Kaa-san sangat mencintaimu, sangat, sangat mencintaimu.. Kau sempurna untuk seorang anakku, kau luar biasa, kau hebat. Mungkin aku adalah ibu yang memiliki sebuah perasaan yang ingin menjalin hubungan lebih dengan anaknya sendiri.'' Kau menangis, kau sadar. Sadar akan semuanya, perasaanmu dan juga hatimu. Kau mulai mengerti, mulai mengerti akan segalanya yang tersembunyi dalam hati kelammu sebagai seorang ibu.
Kau menginginkan hubungan lebih, lebih dari hubungan kasih sayang antara ibu dan anak. Kau menginginkan hubungan layaknya sepasang kekasih ataupun suami istri. Kau sadar, dan mulai mengerti itu. Dan Kushina benci, ketika perasaan itu datang padanya.
''Aku sadar, ternyata aku sangat mencintaimu. Bahkan aku cemburu ketika kamu bercanda dan tertawa bersama teman perempuanmu''
''Kenapa? Kenapa Kaa-san merasakan hal yang sama sepertiku!'' Kau merasakan lagi, bibirmu diserang lagi. Namun kali ini kau terdiam, tidak membalas rakus seperti tadi, karena kau terkejut akan perkataan anakmu, Naruto. Kali ini juga, ciuman itu tidak bertahan lama.
''Kau.. Mencintaiku?''
''Kaa-san tidak boleh merasakan perasaan terlarang ini. Cukup hanya aku yang memilikinya, hanya aku saja Kaa-san!''
''Setelah apa yang kau lakukan padaku! Tidak, aku tidak akan membuang perasaan ini!'' Kau menyerangnya, mencium dengan segala nafsu yang kau punya membuat anakmu kewalahan. Kau terdiam, mencoba berpikir apa yang akan kau lakukan untuk kedepannya. Berpikir dan berpikir, hingga kau mencapai sesuatu yang nikmatnya tiada tara dari organ yang dahulunya sebagai jalur untuk mengeluarkan anakmu.
''Kaa-san, cukup'' Tidak ada kata cukup untuk dirimu ketika kau sudah bersangkut paut dengan anakmu, kau tidak memperbolehkan anakmu untuk menghirup udara membuatnya semakin tersiksa. Kau rakus dan juga mesum.
''A-aku..'' Hingga kau sadar atas apa yang kau lakukan. Ya tuhan apa yang terjadi, kenapa diriku seperti ini. Ampunilah aku, ampunilah aku ya tuhan. Maafkan aku, aku mencintai anak yang sudah engkau titipkan kepadaku, maafkan aku ya tuhan. Maafkan aku!
Kau menjerit didalam hatimu. Terus menerus mengucapkan kata yang tidak bersuara itu. Kau memandang kedepanmu dengan suara yang berhias bergemuruh akibat hujan yang sedang melanda daerahmu, dan kau melihat anakmu menangis sama seperti dirimu.
''Maafkan aku.. Maafkan aku, Naruto'' Kau berusaha mengusap air mata itu, namun tanganmu terhenti oleh sebuah tangan lain milik anakmu yang kini memegangnya. Ketika kau akan mengucapkan kata maaf, bibirmu kembali bungkam oleh bibir anakmu.
''Tidak perlu minta maaf Kaa-san. Kaa-san tidak salah, akulah yang salah. Aku.. aku begitu terobsesi pada Kaa-san, melihat bagaimana Kaa-san mendidikku dan selalu memperhatikanku,''
''Aku merasakan perasaan yang aneh pada diriku, yaitu mencintai Kaa-san. Mencintai yang tidak wajar, melebihi ukuran mencintai anak dan ibu pada umumnya.''
''Aku.. aku gila, nyaris gila pada saat Kaa-san menerima tamu seorang lelaki yang ingin melamar Kaa-san. Tapi aku bersyukur, karena Kaa-san tidak menerimanya.'' Kau merasakan kembali bibir anakmu tetapi bukan pada mulutmu yaitu berada pada pipimu.
''Saat itu aku mulai sadar, bahwa perasaan ini bukanlah sebuah perasaan yang baik. Aku berkonsultasi dengan guruku, mencari dan memahami arti dari hukum persilangan mendel, dan aku menemukan..''
''Bahwa anggota keluarga tidak diperbolehkan untuk menikah, jika saja menikah maka keturunannya akan cacat. Aku sadar dan mulai mengerti.''
''Kaa-san tahu? Betapa beratnya aku mencoba menghilangkan perasaan itu dengan mencari pasanganku, namun ironi. Ketika aku sudah mempunyai pacar, dan aku selalu memerhatikannya, aku.. tetap tidak bisa menghilangkan perasaan ini.''
''Perasaan terkutuk yang mendekam pada diriku! Dan aku sama sekali tidak mencintai Sāra, yang hanya aku cintai adalah dirimu, Kaa-san!''
''CUKUP!'' Kau berteriak, mencegah Naruto untuk berucap lebih lama, kata-kata anakmu, semua pengakuannya malah membuat hatimu terasa.. senang. Sadarlah, dia anakmu, anak yang sudah kau besarkan dan kau didik.
Akan tetapi, kau malah melawan kesadaran itu dengan ingin memiliki sepenuhnya anakmu. Kau sudah sadar, ya kau sudah sadar. Sadar dan merasakan bahwa kau mencintai anakmu, melebihi apapun.
Kau tersenyum dengan leleham air matamu. Dengan gerakan lembut khas seorang ibu kau mengusap pipi yang berhias guratan halus mirip kucing anak satu-satumu. Kau menatapnya dengan, cinta.
''Kaa-san senang,'' Kau tertawa, akan tetapi matamu malah mengeluarkan air mata.
''Kaa-san senang sekali.. Akhirnya Kaa-san bisa mengerti perasaan Naruto-kun, kepadaku.'' Naruto memelukmu bagaikan bantal guling yang ada di kamarnya. Kau mengelus pelan surai emasnya, kau tersenyum ketika mendengar kata anakmu.
Kata yang begitu halus, menggelitiki telingamu. Matamu terpejam merasakan betapa hangat dan harumnya tubuh yang sedang memelukmu. Kau akhirnya tahu.. tahu segalanya. Bahwa kata-kata yang dulu kau ucapkan, pasti akan kembali lagi padamu.
Kata yang indah sekaligus mematikan bagi perasaanmu. Kata yang menenangkan, hangat dan nyaman. Kau bahagia.. sangat bahagia. Teramat sangat bahagia. Dan pada akhirnya kau tertidur dengan anakmu dalam dua tubuh yang saling berhimpit.
Tertidurpun kau tidak akan bisa menghilangkan kata itu. Berdengung terus bagaikan nyamuk yang mengitarimu. Kata yang.. Begitu sempurna.
.
.
.
''Kaa-san jangan pergi dariku ya, aku sangat mencintai Kaa-san. Kaa-san milikku begitu pun aku milik Kaa-san.''
''Selamanya..''
.
.
Tbc or End?
A/N : Fiuh, fanfic lama yang menjamur. Akhirnya aku publish juga, rasanya lega jika fanfic ini sudah aku publish. Gimana? Aku sebenarnya sih masih mempunyai ide untuk melanjutkannya, tetapi itu terserah anda sekalian.
Ini merupakan Kushina-side.. Rencananya sih chapter depan Naruto-side. Jika ini mendapat respon bagus, pasti akan aku lanjutkan. Entah itu kapan publishnya, dunia nyata lebih penting dari dunia fantasy ini.
Review kalian, Fav, ataupun follow sangat berperan bagi kecepatan tangan untuk mengetik loh. Percaya gak percaya, Review itu sangat penting bagi para Author. Jika ada Author yang tidak mau Review ahh dia munafik, dan mungkin jika ada hanya satu atau dua orang saja.
Aku sih tergantung kalian saja mau me Review atau tidak.. tetapi aku sangat butuh Review. Untuk masukan dan untuk perbaikan, dan jangan lupakan untuk menambah semangat mengetik.
Salam sejahtera..
Kuro Senju-Uchiha out..
Review?
