.
Naruto Masashi Kishimoto
.
Sakura.H, Kizashi. H, Sasuke. U, Sai, Ino. Y, etc.
.
AU, Supranatural, Family.
.
OOC, Typo(s) as maybe, EYD please remind me.
.
~if you don't like, don't ever try to read~
.
Just be enjoy
.
Chapter 1: A Woman
.
.
Gelap seperti biasa. Tak pernah ada warna lain yang tampak saat menatap langit.
Sakura berjalan terseok di atas tumpukan salju. Tangannya gemetar kedinginan. Dieratkannya dekapan pada buku yang tengah ia bawa. Barangkali dapat mengurangi rasa dingin yang menusuk malam ini. Mantel bulu yang ia kenakan tidak berpengaruh banyak. Entah mengapa malam ini suhunya benar-benar dingin.
Langkah kakinya melambat saat tiba di tengah danau kecil yang permukaannya membeku. Kastil sudah sangat dekat, dan ia terlalu enggan berjalan memutari danau untuk sampai di kastil. Anko-sensei bilang permukaan danau tidak aman untuk dilewati, tetapi suhu udara sudah benar-benar turun ketimbang saat ia berangkat ke gereja tadi. Sakura yakin, tidak akan masalah jika ia lewat di atasnya. Akan lebih lama sampai di kastil jika ia melewati jalan biasa, dan akan lebih lama pula Sakura kedinginan.
Dengan sangat hati-hati dan tetap tenang Sakura berjalan di atas permukan es danau. Berjalan di atas es tidak buruk ternyata. Anko-sensei memang terlalu mengkhawatirkan hal-hal kecil.
Gerakan kaki Sakura melambat ketika matanya menangkap kilatan cahaya redup dari bawah permukaan danau di depannya. Masih dengan langkah hati-hati, Sakura mendekati sumber cahaya itu.
Hantu, Sakura tahu itu hantu. Sudah menjadi hal biasa baginya untuk melihat hal semacam itu. Tetapi hantu di dalam danau es, Sakura belum pernah bertemu dengannya. Bahkan selama tujuh belas tahu hidupnya di kastil. Rasa penasaran menguasai batinnya karena kelangkaan ini. Apakah dia hantu baru, sehingga Sakura baru bertemu dengannya?
Tanpa melepaskan pandangan dari cahaya ̶ yang semakain lama semakin memudar ̶ Sakura berjongkok guna memastikannya. Hilang, cahaya itu hilang. Ini aneh, tidak biasanya hantu memiliki cahaya seterang itu. Bahkan sebagian besar tidak memendarkan cahaya.
Sakura hendak berdiri saat tiba-tiba cahaya itu muncul lagi tepat di bawah kakinya. Seketika angin malam berhembus dengan kencang, mengalihkan perhatiannya. Ditatapnya langit yang masih gelap dengan sinar bulan purnama menghiasi. Tak ada yang aneh dari langit, akan tetapi suasana benar-benar berubah mencekam.
Saat perhatiannya kembali pada permukaan es, matanya membulat terkejut. Bibirnya tak mampu berkata, kelu rasanya. Mata bertemu mata. Mata hijau Sakura memandang ngeri pada mata biru sosok dalam es tersebut. Tak ada yang aneh dari mata biru itu, tetapi perasaan yang timbul saat menatapnya tak dapat didefinisikan. Ketakutan, keputusasaan, dan kesedihan terpancar jelas dari mata redup itu. Batin Sakura menjerit karena perasaan yang ditimbulkan oleh sosok tersebut. Perasaan itu begitu nyata dirasakan oleh Sakura, kesedihan itu begitu nyata, hingga tanpa sadar air mata menetes membasahi permukan es di bawahnya.
Sosok pirang bergaun putih tersebut mengedipkan matanya, memutuskan sensasi pilu yang telah ia salurkan pada Sakura. Saat kesadaran Sakura kembali sebenuhnya, ia mengamati lebih teliti sosok hantu tersebut. Meskipun penampilannya terlihat kacau, kecantikan tetap penuh terlihat darinya. Gaun dan rambutnya melambai-lambai dari dalam air.
Sakura masih bertahan dengan kakinya. Ia tidak berniat berada lebih dekat dengan sosok itu. Masih terus mengamati, bahkan saat 'Hantu Cantik' tersebut mengetuk-ketuk es dari dalam sana dengan telapak tangannya. Sakura tidak paham apa maksudnya. Apakah hantu itu ingin dikeluarkan dari dalam air? Lalu apa yang terjadi setelanya?
Perhatiannya teralih saat mendengar seseorang meneriakan namanya. Anko-sensei berdiri di tepi kolam dengan melambaikan tangan pada Sakura. Dia tentu tidak akan takut melihat ada hantu di dalam es ̶ karena ia tidak dapat melihat hantu, yang ia takutkan adalah Sakura berada di tengah danau es. Sakura segera berjalan mendekati guru sejarahnya setelah memastiakan hantu itu pergi. Entah kemana, ia tidak tahu.
"Kau tahu, ayahmu akan membunuhku jika beliau tahu kau melakukan tindakan berbahaya seperti tadi," celoteh Anko-sensei pada Sakura saat mereka berjalan menuju kastil. Sakura tidak menanggapi perkataan gurunya karena kepalanya masih dipenuhi sosok hantu tadi. Untuk yang terakhir kali, ditolehkan kepalanya ke arah danau.
"Sakura, berjalanlah dengan benar!" tegur Anko-sensei dengan wajah garangnya.
Pintu belakang telah tertutup sempurna setelah kedua perempuan itu masuk. Anko-sensei selalu mengunci pintu meski ia tahu bahwa rumah selalu aman dari pencuri. Ia segera menuju perapian dapur untuk menambah kayu bakar kerana api sudah mulai redup.
"Di mana Ayame? Aku sudah memintanya untuk menjaga perapian, " omelnya kepada Ayame yang tak tampak sosoknya di ruangan itu.
Sakura duduk di sofa tinggi dekat perapian. Mantel dan bukunya diletakan di meja samping. Berada di dalam rumah memang lebih nyaman daripada di luar. Tapi setidaknya, di luar Sakura dapat melihat lebih banyak hal.
"Sakura, apa yang terjadi denganmu? Kau terlihat aneh, tidak seperti biasanya."
"Aku melihat hantu," jawab Sakura masih memandang perapian.
"Kau takut? Bukankah itu hal biasa?" tanya Anko-sensei.
"Tidak. Hanya saja... rasanya seperti ada seseorang memasukan es ke dalam bajumu. Mengagetkan dan, entahlah. Ini berbeda," terang Sakura.
"Kau merasakan sesuatu yang aneh?" Pertanyaan Anko-sensei terdengar mengintimidasi.
"Sebenarnya sejak awal pun kondisiku memang aneh bukan? Tak ada yang memiliki kemampuan sepertiku di rumah ini, kecuali Ayah tentunya. Bahkan Sasuke-nii yang memiliki pengetahuan lebih pun tidak bisa melihat hantu, orang yang sudah mati," ujar Sakura murung.
Memiliki kemampuan melihat hantu sebenarnya bukan masalah baginya. Menurut Sakura, hantu-hantu tidak berbahaya, sejauh ini, seperti hantu Moegi yang hanya berlarian ke sana ke mari mengejar hantu kucing Neko-mata.
"Hantu ini berbeda. Aku merasakan kesedihan dan ketakutan secara bersamaan, dan ada perasaan lain yang tidak aku mengerti saat aku menatap matanya. Aku juga belum pernah bertemu hantu ini sebelumnya." Lanjut Sakura menceritakan pengalamannya.
"Kau yakin hantu itu berbeda dengan hantu pelayan di halaman belakang?" tanya Anko-sensei kemudian.
"Aku yakin. Hantu ini ada di..." ucapan Sakura terputus saat pintu dapur terbuka. Perhatian mereka teralih.
Sosok Ayame masuk dengan membawa nampan berisi alat makan yang sudah kosong. Ia baru saja mengantarkan makan malam untuk ayah.
"Ada apa dengan kalian?" ujarnya karena mendapat tatapan aneh dari dua orang di depan perapian.
"Ke mana saja kau? Aku memintamu mengantarkan makan malam untuk Tuan," kata Anko-sensei kemudian, "Sakura, kita lanjutkan nanti." Setelahnya ia ke luar dari dapur.
"Aku baru saja mengantarkan makanan Tuan." Ucap Ayame bingung.
Sakura tersenyum singkat menanggapi pernyataan Ayame. Selanjutnya ia membantu Ayame menata meja makan untuk makan malam mereka dengan perasaan aneh yang masih kentara.
Tbc
AN:
Maafkan saya apabila ada penulisan yang kurang tepat maupun salah, saya dengan senang hati menerima kritik dan saran. ( (
10/07/17
