Naruto Fanfic © Masashi Kishimoto
Pelangi Impian
By Oranges Mind
Warning :
OOC,Gaje,New Bie. (lengkap penderitaan ku)
u.u
Yeah, enjoy this !
Tes!
"Apa ini?" sontak seorang gadis mendongakkan kepalanya. "Ternyata hujan," gadis itu lalu berlari meninggalkan pohon tempatnya tertidur tadi. Pagi itu cuaca cerah sekali, namun entah kenapa tiba-tiba berubah menjadi hujan deras yang dirasa tidak biasa bagi gadis itu. 'Alam telah berubah,' pikirnya.
Ya, dialah Kushina Uzumaki. Seorang gadis bermata suram, sesuram awan yang membawa hujan, sesuram malam yang datang bersama kabut, mengisyaratkan penderitaan yang dialaminya dimasa silam. Dengan rambut khas berwarna merah sebagai identitas keluarganya, Uzumaki, dia tampak selalu bersemangat menjalani hari-harinya. Sudah sejam yang lalu dia menghindar dari aktivitas MOS di SMA Konoha dengan tidur-tiduran di bawah pohon sakura. Awalnya dia hanya ingin istirahat sebentar dari aktivitas yang menjenuhkan. Namun, belaian lembut angin, sapaan sinar matahari, nyanyian merdu burung pipit, dan keharuman bunga sakura yang memang sedang waktunya menunjukkan jati dirinya yang dapat diartikan ini adalah musim semi, tak dapat membuat kushina berlama-lama menikmatinya. Dia segera terlelap, dan terbangun ketika tetesan hujan jatuh ke pipi merahnya.
"Dari mana saja kamu? Tadi dicari Itachi-senpai, katanya kamu sudah sering membolos kegiatan. Kalau kamu sekali lagi membolos nanti dilaporkan pada Kiba-senpai. Kiba-senpai kan terkenal keras dalam MOS." Jelas Sakura.
Temannya yang satu ini memang senang sekali mengikuti kegiatan, olahraga, organisasi, bahkan seni pun dia menguasai. Dengan mata sehijau klorofil dan rambut merah mudanya tak heran jika dia sangat popular dikalangan cowok-cowok. Dengan modalnya itu, dia bisa mengetahui informasi apapun, bahkan baru satu hari MOS dia sudah tahu bahwa Kiba yang menjabat sebagai ketua Seksi Ketertiban itu sangat keras tabiatnya.
"Are are, aku baru datang sudah kau ceramahi begitu. Ah, bagaimana aku bisa betah jadi temanmu?" jawab Kushina enteng dengan mengangkat kedua tangannya.
"Kushina, jangan begitu, Sakura berkata benar, kamu sebaiknya menemui Itachi-senpai dulu," jelas Hinata.
Hinata adalah anak dari keluarga terpandang. Gadis bermata bulan ini memandang Kushina dengan lembut. Meskipun berasal dari keluarga terpandang, Hinata tak pernah sekalipun menyombongkan diri apalagi malu bergaul dengan orang lainnya.
"Iya Hinata-sama," jawab Kushina sambil berlalu.
"Hah, temanmu yang satu itu memang aneh. Apa ibunya dulu waktu melahirkannya nggak ke bidan, tapi ke tukang badut ya."
"Bukan begitu Sakura, memang karakter setiap orang kan berbeda-beda," timpal Hinata.
"Kamu selalu membelanya. Ah~ perutku lapar. Ayo ke kantin."
"Tapi kushina?"
"Haish, kamu masih mengkhawatirkannya? Dia itu kulitnya lebih tebal dari badak, tulangnya lebih keras dari beton, matanya lebih tajam dari pisau pemotong hewan, dan galaknya, induk macan aja kalah."
"Ka mu I tu sa ku ra ne~" jawab hina sambil menutup mulutnya dengan tangan.
"Ya sudah ayo. Perutku sudah meraung-raung seperti anak kecil nih."
o0o
'Hah, kenapa aku terus kena masalah sih. Semoga ini yang terakhir,' gumam kushina dalam hati. Namun, sebelum Kushina mengetok pintu, ia mendengar ada orang sedang bercakap-cakap di dalam ruang OSIS. Dan dia tak sengaja mendengar percakapan itu.
"Itachi-san, apa pendapatmu tentang gadis merah jambu itu?"
"Siapa yang kau maksud Kiba-san?" Itachi masih memegang buku yang belum selesai dibacanya sejak 2 hari lalu karena disibukkan dengan acara MOS yang menyita banyak waktu.
"Kau pasti tahu siapa maksudku. Haruno Sakura. Anak baru yang berteman dengan Hinata-sama dan si Habanero Merah."
Deg!
Entah kenapa mendengar nama Sakura disebut hatinya langsung bereaksi. 'Apa Sakura sepopular itu?'
"Oh, memang apa istimewanya dia?" Tanya Itachi tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang tengah dibacanya.
"Ah, kau Itachi-san. Terlalu lama bergaul dengan buku beginilah akibatnya," ujar Kiba sembari mengambil buku Itachi. "Apa kau pikir Sakura itu cantik?" tanyanya sembari memutar-mutar buku di tangan kanannya.
Jari telunjuk milik Itachi terangkat membenarkan letak kacamatanya sebelum ia berujar singkat. "Ya, cantik."
Deg!
Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Itachi-senpai membuat darah Kushina berdesir.
"Jadi, apakah kau menyukainya?" sergah Kiba.
"Apa maksudmu Kiba, kita kan baru kenal dua hari yang lalu. Aku tidak begitu berminat dengan yang seperti itu. Kau tahu kan tujuanku di SMA ini?"
"Baka. Ya sudah, ini bukumu." Kiba melempar buku bersampul biru itu pada pemiliknya.
"Selamat berkencan ya. Semoga kau hidup bahagia dengannya," lanjutnya kemudian mengambil handphone di saku kemejanya dan mulai mengutak atiknya.
Itachi kembali menenggelamkan diri pada deretan kalimat yang tersusun rapi itu. Sesaat, keheningan melingkupi ruang OSIS tersebut. Hingga suara kalem milik Itachi memecahkannya.
"Bagaimana dengan gadis yang kau juluki Habanero Merah itu?" tanya Itachi tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.
Dibalik pintu berwarna coklat itu, jantung Kushina kembali berdetak cepat saat namanya disebut oleh senpai-nya itu. Namun, perasaan ini terasa menyenangkan.
Kiba langsung mengangkat wajahnya dengan ekspresi kaget dan segera memasukkan handphone-nya ke dalam saku lalu menghampiri Itachi dan menyentuh jidatnya.
"Aku rasa kau memang demam. Bisa-bisanya kau menanyakan si Habanero Merah. Padahal tadi saat aku tanyakan Haruno Sakura kau tampak tidak peduli."
Kiba mengendikkan bahunya, "Ya, apa boleh buat jika seleramu seperti itu. Aku pikir dia nanti akan banyak membuat masalah di SMA ini."
"Ini tidak seperti yang kau pikirkan Kiba, aku hanya merasa seperti ada yang aneh dalam gadis itu. Seperti…"
"Sudahlah kita bicarakan nanti saja aku haus. Kau mau minum apa?"
"Terserah kau saja."
Kiba menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya ini. Melihat Kiba yang tampaknya akan keluar ruangan, Kushina buru-buru berusaha menguasai keadaan dan mengetok pintu.
Tok tok tok
"Masuklah, aku mau keluar membeli minum dulu. Itachi di dalam," ucap Kiba setelah membukakan pintu untuk Kushina. "Hhh~ kalian berdua ini sungguh merepotkan," gumam Kiba pelan sembari keluar dari ruangan.
"Hati-hati Kiba, nanti kau lama-lama menjadi seperti Shikamaru" ujar Itachi datar sambil menurunkan bukunya mendengar ada yang datang. Kiba pura-pura tidak mendengar dan berlalu begitu saja.
"Mmm… Itachi-senpai, aku boleh masuk?" Kushina melongokkan kepalanya.
"Oh kamu, ya silahkan duduk." Itachi menutup bukunya dan menaruhnya di meja.
"Pasti Sakura yang mengatakan aku mencarimu?" ujar Itachi.
"Iya senpai, maaf telah banyak merepotkan senpai. Tadi sebenarnya aku tidak berniat membolos, tapi aku cuma istirahat sebentar," ujar Khusina.
"Bukankah kamu itu anak yang dikenal teman-temanmu tidak punya lelah?"
"Maaf senpai, saya istirahat bukan karena lelah tapi jenuh dengan acara ini."
Itachi tersenyum simpul, "Kamu memang beda dari yang lain. Ya sudah, tapi kalau kamu ulangi lagi aku tidak akan menanggung apa yang akan dilakukan si alis tebal itu padamu."
Khusina mengangguk sembari nyengir lebar. Menampakkan deretan gigi putihnya yang tersusun rapi. "Iya senpai, terimakasih. Saya permisi."
"Hn." Itachi memandang sosok gadis yang menjadi kohai-nya itu sampai menghilang di balik pintu berwarna coklat itu. Senyum simpul masih bertahan di wajah rupawannya.
'Gadis yang aneh, bisa-bisanya dia mengatakan susunan acara menjenuhkan? Apa harus aku atur ulang ya jadwal nya?' tanpa diketahui Kushina, ternyata yang menyusun acara tersebut adalah Itachi-senpai.
'dasar kushina Baka. Kenapa tidak Tanya ke aku dulu sih. Memalukan.'
o0o
"Jaa mata ne, Sakura, Hinata-sama," teriak Kushina sambil melambaikan tangan dipersimpangan jalan pulang.
Rumah Kushina berada di sebelah barat kota Shizuoka sedangkan rumah Sakura dan Hinata berada di sebelah timur. Dengan mendendangkan lagu yang sedikit digumamkan, Kushina menyusuri jalan pulangnya dengan menikmati pemandangan Desanya. 'Sungguh desa yang indah, beruntungnya aku lahir di sini,' gumam Kushina dengan tersenyum. Ia tak sadar ada seseorang yang dari tadi sedang mengamatinya.
"Meeoow, meow."
"Hei, kamu kenapa di sini? Mana teman-teman dan keluargamu?" Kushina lalu merendahkan diri dan mengelus punggung kucing itu pelan dengan sebelah tangannya, sedangkan tangan yang satunya lagi mengambil roto kering dari saku seragamnya. "Ini, ada sedikit makanan dari sekolah tadi. Aku tidak selera, jadi aku berikan saja padamu." Kushina menyodorkan kue pada kucing itu. Alih-alih memakannya, kucing itu malah menggigit ujung kue pemberian Kushina dan membawanya pergi dengan pelan. Sesekali, kepalanya menoleh ke belakang. Seolah mengajak Kushina ke suatu tempat.
Kushina yang melihat gerak-gerik kucing hitam tersebut mengangkat sebelah alisnya, heran. "Apa? Aku? Ikut kamu? Iya… iya."
Kushina menegakkan kembali tubuhnya dan mengikuti kucing telon itu hingga mereka sampai di sebuah semak-semak. Dan ternyata dibalik semak-semak itu sudah menunggu tiga ekor anak kucing. Sang induk perlahan mendekati anak-anaknya kemudian menaruh potongan kue tadi yang langsung di sambut meongan senang dari ketiga anak kucing.
"Meow." Kucing itu menoleh kembali ke Kushina yang berdiri termangu menatap kucing-kucing lucu itu. Kushina yang menyadari tatapan si kucing buru-buru mendekat dan kembali mengelus kepala induk kucing tersebut. "Iya, sama-sama neko-chan." Kushina tersenyum lebar. 'Senangnya bisa melihat anak dan induk itu.'
"Ya sudah aku pulang dulu ya. Besok aku bawakan lagi untukmu. Nanti aku mintakan jatah temanku juga deh. Bye. Ibu pasti juga sudah menungguku." Kushina lalu berdiri dan segera memacu langkahnya menuju rumahnya. Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang sedari tadi mengamatinya dari balik pohon.
'Apa yang dia lakukan tadi?' gumam orang tersebut sembari berjalan keluar dan menghampiri anak dan induk kucing itu. Orang tersebut –yang ternyata seorang pemuda tersenyum kecil. "Ini, bagianku juga buatmu."
"Meoww~" sepasang mata kucing itu menatap pemuda yang kini berjongkok di depannya.
"Iya sama-sama," pemuda itu mengagguk seakan sudah tahu apa yang dikatakan kucing itu.
"Aku juga pergi, besok ku tengok lagi," pemuda itu menegakkan tubuhnya kembali dan berlalu pergi.
'Tak ku sangka masih ada orang yang peduli dengan sekitarnya. Siapa gadis itu?' pikirnya.
(Siapa juga kau, menguntit orang seenaknya)
o0o
Huh,
#ngelap keringat
akhirnya chapter 1 selesai juga..
ini fic pertama ku, jadi Hontou ni gomenasai minna jika masih banyak kekurangan..
Oiya, aku mau berterimakasih pada sahabat konyol ku yang juga seorang author disini, tanpanya aku bukanlah apa apa. u.u Arigatou Mita chan.. #menunduk (cari uang)
#kumat 4L4Y
Mohon reviewnya ya..
Semoga bermanfaat,
Sekali lagi ini masih pertama aku nulis, jadi mohon dukungannya..
Chapter 2 sebentar lagi selesai, tinggal review aja..
Ne~ Sayonara..
See you in next chapter..
(^_^)99
