Inuyasha © Takahashi Rumiko
Wind and Rain © Shiroi no Tsuki
Warning: AU, TYPO'S, OOC, DON'T LIKE? DON'T READ!, DLL…
.
.
.
.
.
.
Kagome mendesah keras ketika dirasakannya hembusan angin yang kencang menerpa wajahnya, sungguh ia sedikit kesal dengan apa yang sedang dilakukannya sekarang. Menunggu, yah menunggu memang hal yang paling menyebalkan, bukan?
Sekarang itulah yang sedang dilakukannya, matanya melotot kesekeliling taman tempat ia berada sekarang untuk mencari sosok yang sedang dia tunggu. Seandainya saja orang itu bukanlah orang yang dikasihinya, ia pasti akan meninggalkan orang itu sekarang juga.
Terang saja Kagome akan meninggalkannya, bagaimana tidak. Ia sudah menunggu selama satu jam lebih.
Sekali lagi gadis itu menghembuskan napasnya kesal pada pemuda tersebut. merasa lelah dengan perasaan kesalnya, akhirnya Kagome memilih untuk menenangkan dirinya duduk di bangku taman yang terletak tidak jauh dari ia berdiri.
Dengan kasar gadis itu menghempaskan tubuhnya sendiri diatas bangku itu, menyandarkan dirinya disandaran bangku dan kembali menghela napas kesal.
"Ck! Lama!" Gumamnya benar-benar kesal.
Kepalanya ia tundukkan dalam-dalam untuk mengurangi rasa kesalnya, percuma saja ia marah-marah sendiri.
Beberapa menit Kagome masih menunggu, tubuhnya bergerak-gerak gelisah. Apa pemuda itu tidak akan datang lagi untuk kencan mereka kali ini? Dengan ragu ia merogoh tas selempangnya dan mengambil sebuah handphone flip miliknya bermaksud menelpon pemuda yang sekarang sedang ditunggunya itu.
Namun kegiatannya tertunda akibat sepasang tangan kekar memegang kedua tangan Kagome dari belakang tubuhnya, Gadis itu terperanjat kaget akan hal tersebut. kepalanya menoleh kebelakang, kepemilik tangan kekar tersebut.
Dengan segera kedua tangan mungil Kagome meyentak tangan tersebut sedikit kasar, "Tidak bisakah kau lebih tepat waktu, Sesshomaru!" Ucapnya kesal pada pemuda yang ia panggil barusan, yah pemuda itu—Sesshomaru—epmuda yang sedari tadi ia tnggu akhirnya muncul juga, Kagome sedikit menghela napas lega karena kedatangan pemuda itu. Tidak sia-sia ia menunggu selama ini.
"Gomen-ne Kagome, aku ada urusan sebentar." Kata Sesshomaru membela dirinya yang pasti akan menjadi amukan Kagome nantinya. Ia sudah tau pasti akan hal itu.
"Untuk apa kau meninta maaf?" Kagome berdiri dari duduknya dan berjalan meninggalkan pemuda tersebut di belakangnya, "Aku ingin pulang!" Rajuknya.
Sesshomaru hanya menghembuskan napas lelah dengan sikap kekasihnya yang keras kepala ini, karena itulah ia sudah mempersiapkan segala yang akan membuat kemarahan Kagome hilang.
Dengan cepat ia merogoh kantong mantel bulunya yang dikenakannya sekarang dan mengambil sebuah bena yang dapat meredakan amarah Kagome.
Setelah ia mengeluarkan benta tersebut dari kaontong mantelnya, ia kemudian mengejar Kagome yang masih merajuk sambil berjalan mendahuluinya. Ia menyeringai pada sosok didepannya.
"Kagome!" Panggilnya yang cukup membuat langkah Kagome terhenti, tapi gadis itu enggan untuk menolehkan kepalanya kepada Sesshomaru.
Sesshomaru segera menyusul Kagome dengan langkah jenjangnya, tangannya yang memegang sebuah benda itu ia sodorkan tepat didepan wajah sang gadis.
Melihat benda yang disodorkan Sesshomaru, mata Kagome mengerling pada benda tersebut, "Lollipop!" Serunya girang sembari merampas benda yang disebutnya lollipop itu dari tangan Sesshomaru.
Tangannya bergegas membuka bungkus permen lollipop dan segera memasukkan permen kesukaannya itu kedalam mulut mungilnya.
Sesshomaru yang melihat tingkah kekasihnya ini hanya tersenyum tipis, "Jadi, kau memaafkanku 'kan?" Ucapnya dengan nada yang sedikit menggoda.
Sejenak, kegiatan yang dilakukan Kagome terhenti, matanya melotot kearah pemuda itu. "Kau!" Pangilnya nyaring sehingga membuat Sesshomaru sedikit mengernyit akibat suara yang dihasilkan Kagome. "Kumaafkan!" Serunya lagi sambil memeluk pemuda dihadapannya.
Mendapat perlakuan sang kekasih, Sesshomaru hanya tersenyum sembari membalas pelukan gadis yang dicintainya ini, entah kenapa tiba-tiba ternggorokannya terasa sedikit gatal dan akhirnya ia sedikit terbatuk hingga menyentakkan Kagome yang ada dipelukannya.
"Ka-Kau baik-baik saja, Sesshomaru-kun?" Tanya Kagome sedikit khawatir, memang ia tidak hanya sekali mendapati pemuda itu terbatuk. sudah lama ia penasaran akan kondisi kekasihnya ini.
"Aa, aku tidak apa-apa. Kau tidak perlu khawatir!" Elak Sesshomaru
"Ta-Tapi, bukan hanya sekali ini saja kau batuk seperti ini—"
"Aku tidak apa-apa Kagome!"
Mendengar sedikit bentakan yang didapat Kagome dari Sesshomaru, akhirnya Kagome hanya diam tanpa bisa berkata apa-apa lagi. Jujur ia sangat khawatir akan keadaan ini, pemuda itu selalu saja marah apabila ada seseoran yang mengkhawatirkannya.
"Gomen…" Lirih Kagome apada akhirnya, ia tidak mau memperburuk suasana.
"Hn." Hanya kata itu lah yang dapat ia ucapkan, Sesshomaru tahu, kalau ia sebenarnya salah telah membentak Kagome yang mengkhawatirkannya. Tapi sungguh ia tidak mau gadis itu terlalu mengkhawatirkan keadaannya, ia tidak mau sesuatu yang selama ini ia pendam, terkuak begitu saja karena perhatian dari orang-orang disekitarnya.
Pemuda itu mengamit tangan mungil Kagome erat, mencoba menenangkan gadis itu bahwa dirinya tidak apa-apa dan permintaan maaf yang tidak bisa ia ungkapkan dari mulutnya.
Hari ini banyak yang ingin dilakukan oleh Sesshomaru kepada gadis disampingnya sekarang, ia ingin menghabiskan waktunya bersama Kagome selama seharian penuh. Tidak peduli kalau gadis itu nantinya akan mati kebosanan jika terus bersamanya yang tergolong pendiam.
Ia tidak peduli yang penting ia bisa bersama Kagome, yah hanya itu yang diharapkannya.
"Hari ini kita akan kemana Sesshomaru-kun?" Tanya Kagome antusias, tidak biasanya pemuda ini mengejaknya berjalan kaki. Biasanya mereka akan memakai mobil mewah milik Sesshomaru.
"Kau akan tahu nanti." Jawab Sesshomaru singkat dan seadanya, Ia tidak ingin gadis itu banyak bertanya padanya. Itu hanya akan membuatnya kesal pada nantinya.
Mendapat jawaban yang tidak memuaskan bagi Kagome, gadis itu hanya sedikit mengembungkan pipinya dan kembali mengulum lollipop yang diberikan Sesshomaru padanya.
.
.
.
.
.
"Nee, nee, Sesshomaru-kun! Kita naik bianglala yah!" Ajak Kagome riang pada pemuda yang dipangilnya Sesshomaru.
Sekarang mereka berada di taman bermain yang memang sekarang terbilang sepi, karana dimusim gugur seperti ini mana mau ada yang pergi bemain ditaman bermain yang bisa membuat dirimu beku kedinginana? Yah hanya segelintir orang-orang lah yang mau menghabiskan waktu mereka berada di taman bermain yang sedikit beku itu. Tarmasuk Kagome dan Sesshomaru.
Sesshomaru pun tidak tahu mengapa ia berada di tempat seperti ini disaat-saat suhu rendah begini, begiut ia melihat mata puppy eyes Kagome yang manginginkan masuk ketaman ini. Tiba-tiba saja ia mau menyutujui ajakan gadis tersebut.
Sungguh kekanakan kekasihnya ini.
"Sesshomaru?" mendapat tidak ada jawaban dari sang pemilik nama yang ia panggil, akhirnya ia kembali mengalihkan perhatian Sesshomaru dengan menarik-narik baju mantelnya.
Pemuda itu akhirnya menatap Kaagome dengan pandangan bertanya.
"Apa kau tidak mendengarkan ajakanku? Kemana saja pikiranmu? Apa kau tidak ingin melakukan kencan ini?" Kagome berkata lirih setelah mengucapkan kata tersebut, ia hanya ingin mendapat perhatian dari kekasihnya. Ia tidak ingin kekasihnya ini terus memandang hampa seperti menerawang memikirkan sesuatu yang Kagome tidak ketahui.
Kagome hanya ingin mendapat sedikit perhatian saja, sungguh.
Mendapat ucapan Kagome yang kecewa padanya, akhirnya ia menarik gadis itu pada bangku yang terdapat di taman tepat disamping pohon bunga Sakura yang sekarang terlihat seperti pohon yang mati karena tidak ada bunga maupun daun yang tumbuh di pohon.
Dirinya mendudukkan diri di bangku taman dan diiringi oleh Kagome yang masih berwajah masam, pemuda itu semakin menggenggam erat tangan Kagome seakan tidak mau melapaskannya.
"Kau marah?" Lagi, Kagome mengajukan pertannyaan yang tidak ditanggapi Sesshomaru.
Sesshomaru hanya menggelengkan kepalanya sekali tanda ia tidak sama sekali marah pada gadisnya.
"Lalu kenapa kau hanya diam saja?" mendesak, Kagome meminta jawaban atas diamnya Sesshomaru sekarang. Ia memang tahu kalau kekasihnya ini pendiam, tapi sungguh tidak biasanya Sesshomaru sependiam begini terhadap dirinya.
"Kau ingin makan siang? Sudah waktunya makan siang," Sesshomaru berusaha untuk mengalihkan pertanyaan yang bertubi-tubi dilancarkan Kagome terhadapnya. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan dari Kagome. Karena yang ada nanti hanyalah pertanyaan yang baru yang akan dilontarkannya.
"Kau mengalihkan pembicaraan! Baiklah, lagi pula aku sudah lapar!" Kagome sedikit manyun mendengar jawaban Sesshomaru dan ia mengerti kenapa Sesshomaru mengalihkan pembicaraan.
Pada akhirnya pemuda itu bisa sedikit bernapas lega karena Kagome mengerti maksudnya, ia pun mengajak gadisnya kesebuah kedai yang sederhana tidak jauh dari taman bermain yang mereka masuki tadi.
.
.
.
.
.
Setelah seharian penuh mereka menghabiskan waktu bersama, akhirnya malam telah datang menghiasi kota Tokyo, dengan sedikit tubuh yang kelelahan. Kagome menyeret dirinya memaksakan tubuhnya untuk pulang menuju rumahnya. Beberapa kali ia menghela napas berhaap pemuda disampingnya ini mengerti kalau ia kelalahan. Tapi yang didapatinya hanyalah wajah tanpa ekspresi Sesshomaru yang tidak pernah berubah sejak tadi.
Meyerah pada akhirnya Kagome berjalan sedikit tertingal dalam langkah Sesshoumaru. Ia sungguh benar-benar kelelahan, bayangkan saja seharian penuh ia terus diseret Sesshomaru hanya dengan jalan kaki. Mereka hanya beristirahat ketika Sesshomaru mengajaknya makan siang dikedai tadi. Dan selanjutnya mereka terus berjalan sesekali memasukki area bermain anak-anak yang diingikan Kagome.
Melihat Kagome yang tertinggal dibelakangnya, akhirnya ia menghela napas. sedikit ragu ia membungkukkan tubuhnya tepat dihadapan Kagome.
Kagome yang masih dalam lamunannya, tidak menyadari kalau Sesshomaru membungkukkan tubuhnya tepet dihadapannya. Kakinya berhenti melangka ketika menyadari ia menabrak punggung seseorang—punggung kekasihnya sendiri—
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Kagome tidak mengerti akan tingkah kekasihnya.
"Naiklah!" Ucapnya menyuruh Kagome untuk menaiki punggungnya bermaksud menggendong Kagome.
Sedikit tertawa, Kgome hanya menanggapi hal yang dilakukan Sesshomaru hnay sebagai candaan, "Kau bercanda 'kan?"
"Jangan banyak bicara! Aku serius!" Ucap Sesshomaru sedikit kesal karena apa yang dilakukannya dianggap Kagome hanya candaan.
Kagome memanyunkan bibirnya, "iya, iya, aku hanya bercanda! Gomen!" dengan begitu Kagome menaiki punggung Sesshomaru dan pemuda itu kembali berdiri melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Setelahnya hnya keheningan yang menemani keduanya, entah kenapa Kagome menjadi tidak secerewet beberapa waktu yang lalu. Ia hanya menikmati hembusan angin musim gugur yang semakin dingin menusuk tulang tubuh mereka jika mereka tidak memakai mantel yang tebal.
.
.
.
.
.
"Arigatou, Sesshomaru-kun!" Ucap Kagome sembari membungkukkan tubuhnya ketika mereka sudah sampai didepan rumah Kagome.
"Hn, Oyasumi." Ucap Sesshomaru, tangannya menarik pergelangan tangan mungil Kagome agar mendekat padanya. Dan tanpa Kagome duga pemuda itu mencium keningnya dengan lembut.
Ini aneh, tidak biasanya Sesshomaru memperlakukannya dengan lembut begini. Biasanya Sesshomaru hanya akan mengucapkan 'oyasumi' padanya dan berlalu pergi begitu saja.
Tidak ingin menyia-nyiakan momen ini, Kagome memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut yang diberikan Sesshomaru padanya.
Perlahan tangannya menggenggam erat tangan sesshomaru, entah kenapa ia tidak ingin kehilangan momen ini begitu saja, ia merasa bahwa kekasih yang ada dihadapannya sekarang sedikit berubah. Entah perasaan saja atau bukan.
Ia tidak tahu kenapa perasaan itu begitu saja tiba-tiba muncul pada diri Kagome.
Setelah memisahkan Sesshomaru memisahkan dirinya dari Kagome, ia melihat semburat tipis yang berada dipipi gadis itu. Bibir tipisnya tersenyum, walaupun tidak diketahui Kagome, "Masuklah! Kau akan sakit jika berada diluar terlalu lama."
Kagome hanya mengangguk pelan tanda ia mengikuti ucapan Sesshomaru, dengan lambaian tangan mungilnya ia berlalu memasuki rumah kediaman Higurasi.
Setelah beberapa detik kagome memasuki rumahnya, Sesshomaru tidak kembali melanjutkan jalannya untuk pulang ke mansion miliknya. Ia hanya menyandarkan tubuhnya di tembok pagar milik kediaman HIgurashi.
Napasnya sedikit tersengal
Tubuhnya sedikit bergetar karena rasa sakit yang berada dalam dirinya.
Sunggu ia tidak bisa bergerak barang sedikitpun
Tubuhnya benar-benar mati rasa,
Bukan,
Bukan karena hawa dingin yang merasuk tubuhnya saat ini
Bukan juga ia adalah pemud yang lemah
Sungguh bukan itu.
Sedikit mengernyit ia merasakan gatal ditenggorokannya hingga membuatnya terbatuk,
Lagi.
Namun kali ini lebih dari sekedar batuk biasa, perlahan indra pengecapnya merasakan sedikit rasa asin dari mulutnya.
Batuk itu kian menjadi hingga membuatnya menutup mulutnya agar tidak terdengar oleh sang pemilik rumah, dengan sedikit mereda, ia mulai melihat tangannya yang putih itu kini elah ternoda oleh likud merah yang baru saja dikeluarkannya dari dalam mulutnya.
Napasnya makin tersengal, dengan cepat ia merogoh saku mantelanya dan mengeluarkan sebuah sapu tangan untuk menghapus noda ditangannya.
Perlahan mata emas itu sedikit terpejam merasakan sakit ditubuhnya yang mereda. Sedikit menghela napas, ia kembali merogoh kantong mantelnya untuk menghubungi seseorang yang sekarang mungkin sedang menunggunya.
.
.
.
.
.
To Be Continued
.
.
.
.
.
A/N: Yo, minna. Saya datang untuk meramaikan fandom Inuyasha. Mungkin masih banyak kesalahan yang saya buat dalam fanfic ini. *liatin seluruh isi fanfic*
Yap akhir kata, bagi yang berkenan silahkan review!
Shiroi no Tsuki
