Pursuit of Passion
Chapter 1
Summary~
Kyuhyun adalah seorang penerus mutlak klan vampire. Sang ayah yang merupakan seorang raja sekain dekat pada masa kehancurannya menuntut kyuhyun segera menemukan seorang pasangan guna melanjutkan masa kepemimpinan. Sosok manis yang menggairahkan berhasil menarik perhatian kyuhyun. Kisahnya baru dimulai dari titik itu. Kelak, sosok manis nan menggairahkan itu akan diselimuti oleh aroma kepemilikan kyuhyun. Segera dan pasti!
Sepasang bola mata menatap jengah ke arah sosok tegap yang tengah duduk dengan gagahnya di sebuah kursi dengan ukiran di setiap sisinya. Sesekali bola mata itu mengerjap bosan dan liar menatap ke sembarang arah. Bibirnya tampak menggumamkan kata-kata tak jelas sebagai lambang dari protes yang tidak sempat keluar dari kedua belah bibirnya. Bola mata indah dengan warna kecoklatan itu akhirnya fokus menatap sosok yang masih setia duduk di depannya itu ketika sebuah teriakan tegas terdengar olehnya.
"Berhenti bersikap kekanakan dan dengarkan ucapanku Cho!" hardik sosok tegas itu geram. Sedari tadi dia hanya membiarkan sikap bosan dan acuh tersebut, namun nyatanya dia tidak cukup sabar menghadapi bocah yang sedari tadi menatapnya dengan pandangan jengah itu.
Sosok yang dipanggil Cho itu hanya membuang nafas panjang sebagai respon. Dia sudah terlalu malas meladeni hal ini. Sudah terlalu sering pembicaraaan serupa ini terjadi dalam rentang waktu 20 tahun terakhir dan dia selalu muak.
"Kau tahu, meskipun abadi aku tetap akan mengalami yang namanya kehancuran. Tidak bisakah kau membuat hidupku tenang dan nyaman kali ini? Aku sudah terlalu pusing melihatmu bersikap seperti ini terus. Klan kita membutuhkan penerus dan sebagai sosok yang aku tunujuk langsung menjadi penerus utamaku, maka itu adalah tanggung jawabmu."
"Jika appa memintaku untuk meneruskan kepemimpinan pada klan ini, baiklah aku setuju. Tapi tolong jangan paksa aku untuk memiliki seorang inang untuk keturunan. Aku sangat malas untuk memilki sebuah ikatan appa."
"Cho Kyuhyun…"
"Keputusanku sudah bulat. Aku tetap akan menolak dijadikan sebagai penerus jika appa masih saja memaksaku untuk memilki seorang inang." dengan langkah acuh, pemuda dengan nama Kyuhyun itu pergi meninggalkan sang appa yang masih saja duduk di kursinya dengan pandangan penuh amarah.
"Aish! Anak kurang ajar. Bisa-bisanya dia bersikap seperti itu kepadaku." geramnya serata membanting gelas kuningan yang sedari tadi dia pegang. Oke, kesabarannya sudah cukup meluap saat ini.
Sosok bernama Kyuhyun tadi adalah salah seorang yang telah dianggap sebagai anak oleh sang raja vampire. Sosok tinggi dengan kulit putih pucat dan rambut ikal kecoklatan itu memang tampak memiliki karisma pemimpin yang kuat. Masa lalu yang keras sudah cukup untuk menjadi modalnya menjadi seorang pemimpin bagi klannya. Sudah sejak lama pemimpin vampire itu telah mempersiapkan Kyuhyun menjadi penerusnya. Semenjak peristiwa perubahan Kyuhyun menjadi seorang vampire, sang pemimpin sudah yakin dan mantap bahwa Kyuhyun adalah sosok yang cocok untuk mengemban jabatan sebagai pemimpin.
"Aish! Kalau memang rencananya seperti ini, lebih baik aku tidak pernah berubah menjadi vampire saja. Oke, menjadi pemimpin memang tidak masalah asalkan appa juga tidak mengharuskanku memilih seseorang untuk menjadi inangku. Menjalin sebuah komitmen dan memilki sebuah ikatan itu sangat memuakkan." gerutu Kyuhyun sambil melempar batu-batu kerikil ke tengah danau.
Sejenak, Kyuhyun menghembuskan napas panjang. Yah, meskipun kegiatan bernafas saat ini memang sudah bukan lagi menjadi keharusannya, rasanya sekali-kali menarik nafas panjang juga cukup membuatnya sedikit tenang. Matanya menerawang jauh, tiba-tiba dia merindukan kempung halamannya. Korea Selatan. Negara itu sudah cukup lama dia tinggalkan. Saking lamanya, Kyuhyun seakan sudah tidak lagi ingat berapa lama jumlah tahun yang dia lewatkan di luar negara itu.
"Mungkin kembali ke sana adalah pilihan yang tepat." gumamnya pelan.
~~Kyu3Min~~
Sosok tegap itu kembali menggeram kesal. Sudah cukup rasanya kemarahannya dua hari yang lalu. Namun hari ini kemarahan yang sudah berusaha keras dia tahan itu kembali meluap. Hanya satu orang yang akhir-akhir ini berhasil membuatnya marah besar. Kyuhyun. Hanya dia.
"Kau pikir omonganku selama ini hanya omong kosong hah?!" hardiknya kesal. Pemimpin vampire itu sudah sangat-sangat marah.
Kyuhyun yang merasa jadi objek kemarahan hanya diam tertunduk. Terlalu segan untuk membantah omongan sang appa.
"Kau pikir dengan kembali ke negara asalmu, aku akan dengan serta merta melepas kewajibanmu sebagai penerus pimpinan klan ini hah?! Aku serius dengan ucapanku Cho! Meskipun kita abadi, tetap saja ada masa dimana kita akan berakhir. Buka karena kematian, namun karena kehancuran. Dan kau tahu, beribu abad sudah aku jalani selama ini. dan masa kehancuran ini sudah berada tepat di depan mataku. Scribe Virgin sudah menentukan kapan waktu kehancuranku, dan aku tidak bisa menolak atau menghindari hal itu."
Kyuhyun memang tampak sangat jengah, namun dia tetap diam mendengarkan semua kata yang keluar dari mulut appanya.
"Aku pergi bukan untuk menghindari kewajibanku sebagai penerus klan appa. Aku hanya ingin melepas rindu dengan negara tempatku lahir itu. Aku berjanji, aku akan tetap menerima tugas sebagai penerus klan kelak." Kyuhyun menatap dalam kedua bola mata sang ayah. Segala kemaran dan keangkuhannya berusaha dia tekan demi menunjukkan rasa hormatnya pada sang ayah yang juga seorang pemimpin atau raja itu.
Sosok tegap dengan rambut pirang dan mata biru itu akhirnya meluluh. Melihat betapa Kyuhyun selama ini selalu hormat dan patuh padanya membuatnya cukup dapat untuk mengikis sedikit demi sedikit amarah yang ada pada dirinya.
"Are you promise?"
"Yes. Aku seorang lelaki, dan sudah sepatutnya lelaki tidak melanggar janji yang sudah dia ucapkan sendiri. Appa mengizinkanku pergi?"
Pria dengan darah murni keturunan Perancis itu tampak berpikir keras. Menimbang apa-apa saja yang mungkin terjadi saat Kyuhyun pergi ke negara kelahirannya itu. Yah, sedikit berjaga-jaga tidak masalah bukan? Sebenarnya bukan musuh yang menjadi alasan ayah Kyuhyun untuk berat memberi restu kepada putranya itu. Namun, entah kenapa dia seolah ragu. Keraguan yang tidak beralasan.
"Appa?" gugah Kyuhyun pelan saat melihat ayahnya hanya diam dengan pandangan kosong.
"Oke, pergilah. Namun ingat, segeralah temukan inang dan lanjutkan kepemimpinan ini." kata sang ayah akhirnya.
Kyuhyun kembali memutar bola matanya dengan jengah. "Tidak bisakah kita tidak membicarakan hal itu dulu saat ini? Kau hanya perlu membiarkan aku pergi dan percayakan semuanya kepadaku. Aku jamin, sebagai seorang pria yang sudah dewasa cukup lama, aku sudah bisa menilai jalan mana yang harus segera aku ambil. Bisakah kau mempercayaiku?"
"Tentu. Selama 500 tahun lebih aku hidup denganmu, aku rasa janjimu sangat layak untuk dipercayai." Sang raja duduk di kursi ukiran miliknya.
Kyuhyun hanya tersenyum lega menanggapi perkataan ayahnya. Yah, ia rasa 500 tahun lebih sudah cukup untuk ayahnya memberikan sebuah kepercayaan yang penuh. Bertepatan dengan suasana yang mulai mencair itu, seorang doggen masuk dengan membawa dua gelas kuningan di atas nampan. Matanya hanya tertunduk menatap lantai.
"Ini minuman anda tuan." katanya pelan seraya meletakkan masing-masing gelas yang dia bawa di meja Kyuhyun dan ayahnya.
"Budak darah yang aku utus sudah kembali?" tanya sang pemimpin ketika melihat isi dari gelas kuningan yang tersaji di hadapannya.
Sang doggen hanya mengangguk pelan. Matanya masih saja menatap pada lantai marmer kekuningan dibawahnya.
"Baiklah, jika masih ada sisa, kau bisa meminumnya juga. Bagilah dengan para doggen yang lain. Malam ini aku akan berburu sendiri. Sudah lama aku tidak menggunakan taringku."
"Baik tuan…" doggen muda itu akhirnya meninggalkan ruangan itu.
Kyuhyun menatap ke dalam gelas miliknya. Aroma anyir itu selalu bisa membuatnya sangat bergairah. Warna merah pekat itu juga seolah telah menjadi warna kesukaannya sekarang. Begitu merah dan bergairah. Dengan sekali teguk, semua darah segar yang tersaji itu langsung masuk ke dalam kerongkongannya. Membuat tenggorokannya basah dan segar.
"Kapan kau akan berangkat?" sang ayah kembali bertanya dengan memainkan gelas yang ada di tangannya.
"Segera. Mungkin setelah aku menghabiskan darah seorang vampire jantan yang masih muda. Aku benar-benar butuh tenaga lebih untuk kesana."
Hei, jangan katakan kalau Kyuhyun seorang kanibal karena meminum darah sesama vampire. Darah manusia memang dapat membuat kekuatan seorang vampire kembali bugar. Namun hal itu tidaklah bertahan lama. Mungkin hanya akan membuatmu kembali segar dalam hitungan dua sampai tiga hari saja. Maka dari itu, jika seorang vampire ingin mendapat kekuatan yang bertahan lama, dia harus meneguk setidaknya darah dua vampir. Dan Kyuhyun tentu membutuhkannya untuk perjalanan jauh yang akan dia tempuh.
"Kau akan terbang sendiri? Tidak naik pesawat saja?"
Kyuhyun tersenyum kecil. Naik pesawat? Hell! Dia seorang vampire. Dia bisa terbang dengan sangat cepat melebihi kecepatan pesawat terbang. Lalu apa masih perlu dia menumpang pada benda besar yang dapat terbang itu? Bahkan kecepatannya dapat disejajarkan dengan kecepatan paling rendah yang dia miliki.
"Aku tidak naik pesawat appa. Menurutku, terbang dengan kekuatan sendiri adalah pilhan yang tepat. Aku bisa sampai di Korea lebih cepat daripada aku naik pesawat."
Sang raja hanya diam. Sepertinya dia sadar telah melontarkan pertanyaan bodoh tadi. Jelas-jelas dia juga sependapat dengan Kyuhyun. Tapi entah kenapa pertanyaan bodoh macam tadi bisa meluncur dari mulutnya.
~~Kyu3Min~~
Kyuhun banyak sekali menggumam kagum saat pertama kali menginjakkan kaki di Korea setengah jam lalu. Banyak sekali hal yang beruba setelah kurang lebih 500 tahun dia meninggalkannya. Negara ini sudah maju sekarang. Tidak seperti dahulu yang sangat kuno. Hanyak ada deretan rumah-rumah gubuk yang kecil dan kumuh. Pandangannya liar menatap setiap sudut pusat perbelanjaan yang dia kunjungi saat ini. Vampire tampan itu sengaja memilih untuk mengunjungi pusat perbelanjaan sebagai pilihan persinggahan pertamanya. Hey, dia ini datang dari negara jauh. Sudah pasti dia membutuhkan pakaian baru yang dapat membuatnya tampak normal. Oke, bukan berarti Kyuhyun tampak menyimpang saat ini. Hanya saja, setelan jas dan celana yang dia pakai terlihat sedikit kuno dan kampungan disini.
"Bisakah aku langsung memakai pakaian ini?" tanya Kyuhyun ketika pelayan toko hendak membungkus setelan jeans dan kaos yang dia beli.
"Tentu saja tuan. Anda dapat mengganti pakaian anda di ruang ganti." balasnya ramah seraya menunjuk beberapa pintu ruang ganti yang berjejer rapi di salah satu sudut toko.
"Gamsahamnida." Kyuhyun tersenyum manis sebelum meninggalkan meja kasir. Yah sepertinya pria yang sudah hidup hampir 500 tahun lebih itu belum melupakan bahasa ibunya, bahasa Korea.
Setelah mengganti pakaian dan membeli beberapa potong lainnya sebagai baju gantinya, sosok tinggi dan tampan itu memutuskan untuk berjalan-jalan santai mengelilingi kota. Banyak hal baru yang ingin dia kunjungi saat ini. Dengan berbekal sebuah buku panduan wisata, Kyuhyun berjalan menelusuri setiap jalan yang ada di buku petunjuknya. Dia memang warga asli negara ini, namun terlalu lama meninggalkannya membuat Kyuhyun jadi merasa sebagai seorang wisatawan.
'bruggh!' tanpa sengaja, Kyuhyun menabrak seseorang ketika dia sedang asik membaca halaman demi halaman pada buku panduan wisatanya.
"Ah, mianhae." ucap sosok yang Kyuhyun tabrak.
"Tidak tidak… Aku yang seharusnya meminta maaf. Aku yang tidak melihat jalanan sehingga harus menabrakmu." Kyuhyun memungut bukunya yang terjatuh kemudian membantu pria yang ditabraknya tadi merapikan berkasnya yang tercecer di jalan.
Hei, tunggu! Kyuhyun merasakan aura vampire yang sangat kuat di sini. Setiap vampir dapat merasakan aura dari vampire lainnya. Hal ini sebagai media dalam membantu mereka mendeteksi keberadaan kaum mereka yang lain. Dan Kyuhyun jelas merasakan kalau aura itu begitu kuat menyelimutinya. Matanya menatap tajam pada sosok pria yang berada di hadapannya saat ini. Pria itu masih sibuk membereskan berkasnya. Kyuhyun memejamkan matanya sejenak. Tidak ada bunyi kehidupan pada diri pria ini. Jantungnya telah berhenti berdetak. Darahnya juga berhenti mengalir. Kyuhyun juga tidak menemukan hembusan nafas pada pria itu. Oke, pria itu memang terlihat menarik dan menghembuskan nafas seperti kegiatan bernafas pada manusia. Tapi tidak ada hembusan yang keluar. Hanya dadanya saja yang tampak mengembang dan mengempis. Kyuhyun jelas yakin dengan hal itu. Yah, dia sendiri juga sama seperti beberapa gejala pada pria itu.
Merasa diperhatikan, pria dengan setelan jas putih panjang itu menatap Kyuhyun.
"Apa ada yang salah tuan?" tanyanya sopan.
"Apa kau sudah meminum darah hari ini? Aku sangat haus. Mungkin kau bisa menemaniku berburu satu atau dua orang malam ini." kata Kyuhyun jujur. Dia tidak mau basa basi dengan menanyakan dulu sebuah pertanyaan mengenai apakah benar pria itu vampire atau bukan. Yah, ingatlah. Kyuhyun calon penerus klan disini. Sudah tentu kemampuan analisannya jauh lebih akurat dibanding dengan vampire lainnya.
Pria dengan jas putih itu hanya menautkan alisnya heran.
"Jangan memasang wajah seperti itu. Aku juga sejenis denganmu. Perkenalkan, aku Kyuhyun. Cho Kyuhyun." Kyuhyun mengulurkan tangannya. Semenjak berubah menjadi vampire, dia sama sekali tidak melupakan kebiasaan manusianya. Seperti tersenyum, makan, bernafas, berkedip, bekerja dan kebiasaan serta aktifitas manusia lainnya. Walau bagaimanapun juga, dia juga butuh untuk terlihat wajar sebagai seorang 'manusia'.
"Lee Donghae." balas pria itu setelah dapat menguasai dirinya.
"Baiklah dokter. Aku rasa aku tidak salah dalam menebak profesimu. Jam berapa kau selesai dengan urusan 'manusia'mu?"
"Yah, kau benar. Aku seorang dokter. Mungkin pukul lima semua pekerjaanku sudah selesai. Kau bisa menemuiku di rumah sakit tempatku bekerja."
"Rumah sakit?" Kyuhyun diam. Oke, meskipun dia kuat, namun tetap saja dia bisa tersesat.
Donghae yang menyadari sedikit kegelisahan di wajah Kyuhyun akhirnya tersenyum simpul. Ditambah lagi dengan buku panduan wisata yang ada di tangan pemuda berambut ikal itu.
"Aku cukup yakin kalau kau baru disini. Belum pernah sebelumnya aku melihat seorang warga Korea pergi dengan membawa buku panduan wisata."
Kyuhyun tersenyum. Yah, dia memang baru disini dan sudah pasti dia tidak akan bisa menemukan rumah sakit tempat Donghae bekerja.
"Baiklah, aku rasa kau bisa menungguku di manapun kau suka. Kau hanya perlu meninggalakn nomor teleponmu padaku. Nanti aku akan menghubungimu saat pekerjaanku sudah selesai, dan kita bisa segera berburu seperti apa yang kau ucapkan tadi."
Ponsel? Oh God! Kyuhyun benar-benar merasa bodoh saat ini. Kehidupannya di Paris membuatnya tampak seperti orang primitive saat ini. Di Paris, dia sama sekali tidak membutuhkan ponsel atau apapun. Dia hanya tinggal di dalam kastil sepanjang hari. Dia hanya keluar saat harus berburu. Sama sekali tidak ada interaksi dengan manusia.
"Kau tidak punya ponsel?" tuduhan Donghae sangat tepat. "Baiklah tuan asing. Kau pegang ponselku. Nanti aku akan menghubungimu lewat ponsel ini dan aku harap kau tahu cara menggunakan benda ini tuan asing." Donghae menyerahkan sebuah ponsel putih kepada Kyuhyun.
"Hei tuan, jangan kau anggap aku sangat kampungan disini. Aku hanya orang baru yang kurang persiapan." Kyuhyun memasang wajah seolah-olah sedang marah. Oke, tuan vampire tampan yang satu ini memang tidak suka dipandang sebelah mata. Apalagi dituduh kampungan.
"Baiklah kalau begitu, nanti aku akan menghubungimu tuan asing."
"Oke, dan bisakah kau tidak memanggilku dengan panggilan seperti itu? Bukankah aku sudah mengatakan siapa namaku padamu?"
"Oke oke… Sepertinya kau sedikit keras kepala dan mudah marah. Hahahaha." Donghae tertawa sebentar sebelum kembali menjinjing tasnya dan membawa beberapa berkas yang sempat terhambur tadi. "Sampai ketemua nanti tuan Cho Kyuhyun." Donghae pergi meninggalkan Kyuhyun.
"Cih! Namja sialan." gumam Kyuhyun. Jelas sekali kalau Kyuhyun sempat melihat namja bermarga Lee itu memasang wajah mengejek padanya. "Baiklah, mari kita lihat apakah kau masih bisa memasang wajah sejenis itu setelah tahu siapa aku." lanjutnya sambil kembali meneruskan acara jalan-jalannya. Saat ini sedang musim panas, dan rasanya acara jalan-jalan kali ini akan semakin seru. Karena bagi Kyuhyun, terik matahari sama sekali bukan masalah baginya.
~~Kyu3Min~~
Sementara itu, di tempat yang lain, angin musim panas berhembus cukup kencang siang itu. Oke, matahari sudah sangat terik, ditambah dengan semilir angin yang juga membawa hawa yang panas menyengat. Rasanya, berteduh di bawah pohon rindang dengan ditemani sekaleng minuman dingin atau bahkan ice creampun tidak akan bisa mengikis panas yang mendera. Mungkin akan terlihat gila jika ada seseorang yang berdiri mematung di bibir pantai. Dengan kaki telanjang dan hanya mengenakan setelan celana pendek dan kaos tanpa lengan. Berdiri mematung di bibir pantai yang terasa lebih panas dibandingkan dengan kondisi tengah kota maupun perkampungan.
Pria dengan rambut hitam terkuncir di bagian poni itu tampak berdiri tegak dengan mata tertutup. Sama sekali tidak dia hiraukan panasnya matahari yang menyengat kulitnya. Yah, kulit kecoklatan itu tadinya sangat putih. Namun, karena hobi barunya ini, akhirnya kulit putih itu berganti menjadi sedikit kecoklatan. Dan sangat patut untuk diakui kalau itu membuatnya terlihat semakin seksi. Jika kalian belum mengenalnya, kalian bisa memanggil namja tadi dengan sebutan Sungmin—Lee Sungmin. Pemuda manis yang lahir di keluarga nelayan yang sangat sederhana. Kehidupannya memang tidaklah istimewa jika diperhatikan. Namun, jika kalian telisik lebih dalam, dia memiliki segala hal yang dapat membuatnya nyaman, bahagia dan merasa sangat bersyukur dengan hidupnya saat ini. Nampaknya pemuda sederhana itu tahu betul bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan dengan cara yang sangat sederhana.
"Kau gila hyung." sapa seorang pemuda lain yang tiba-tiba berdiri di samping Sungmin. Tingginya hanya sampai sebatas telinga Sungmin.
Sungmin hanya diam. Kepalanya menoleh sebentar sosok yang baru saja merusak waktu tenangnya itu.
"Eomma memanggilmu. Kau belum menyelesaikan adonan kue kejumu." lanjutnya lagi sambil memainkan payung merah gelap yang digenggamnya.
"Baiklah anak kecil. Aku akan segera pulang. Lihatlah, kau seperti yeoja kasmaran yang takut kulitnya terbakar." ledek Sungmin. Dia mengambil alas kakinya yang tergeletak di sisi kanan kakinya lalu memakainya.
Sementara namja pendek yang masih sibuk dengan payung merah gelapnya itu sudah terlebih dahulu berjalan meninggalkan Sungmin. Ah, apa aku belum memperkenalkan siapa namja pendek itu? Humb! Oke, maafkan kelalaianku. Dia adalah adik kandung Sungmin, Kim Ryeowook. Sungmin lebih suka memanggilnya Wookie. Alasannya sederhana saja, adiknya itu tampak sangat lucu dan menggemaskan. Jadi, menurut Sungmin panggilan Wookie lebih pantas untuknya.
"Dimana hyungmu?" seorang wanita paruh baya segera menghentikan kegiatannya memarut keju begitu melihat Wookie—putranya masuk tanpa ada Sungmin di belakangnya.
"Dia masih sibuk dengan kekasihnya eomma." jawab Ryeowook asal. Dia sedang sibuk melipat payung merah gelapnya saat ini.
"Kekasih?" sang eomma tampak sedikit heran.
"Matahari dan pantai. Apa eomma tidak tahu jika Sungmin hyung menjalin hubungan dengan kedua benda itu? Dasar namja gila. Bagaimana bisa dia tahan berdiri di bawah terik matahari di pinggir pantai? Keluar beberapa detik saja rasanya aku sudah mau mati." gerutu Ryeowook sambil kembali melanjutkan pekerjaannya mengemas kue-kue kering yang sudah matang.
"Kau berlebihan Wookie. Aku sama sekali tidak gila dan tidak menjalin hubungan apapun. Justru kau yang gila. Tidak pernah bisa lepas dari payung jelek itu. Sadarlah, kau itu namja. Bagaimana bisa kau terus-terusan berlindung di bawah payungmu itu? Matahari tidak akan membuatmu mati kering kalau sampai sinarnya menyentuh kulitmu itu."
"Payungku tidak jelek hyung!" Ryeowook mengerucutkan bibirnya setelah mendengar ledekan panjang dari hyungnya.
"Hah, lihatlah kau hanya membela payung jelek itu. Kau sama sekali tidak membela dirimu yang aku katai seperti yeoja manja yang takut tersengat sinar matahari. Dasar aneh."
"Kau yang aneh hyung!"
"Kau!"
"Kau!"
"Aish! Tidak bisakah kalian berhenti bertengkar barang sehari saja? Eomma benar-benar akan menelan kalian berdua jika terus-terusan ribut seperti ini. Kalian berdua yang aneh! Oke, mulai detik ini jangan ada lagi yang mengatai aneh atau apapun. Kalian berdua sama saja. Sekarang, cepat lanjutkan pekerjaan kalian. Jika sudah tidak mau membantu eomma lagi, lebih baik kalian keluar saja. Eomma sangat malas melihat kalian kalau kalian masih saja ribut seperti tadi."
"Ne eomma. Maaf karena kami membuat eomma marah." Sungmin yang merasa lebih tua meminta maaf pada eommanya. Sementara Ryeowook hanya diam menunduk dengan mata yang mulai memerah. Namja yang satu itu memang sedikit cengeng.
"Sudahlah, kalian segera lanjutkan saja. Besok sore kue-kue ini akan diambil oleh Han ahjuma."
"Ne eomma..." sahut Ryeowook dan Sungmin kompak.
Rutinitas seperti ini memang sudah sering terjadi di dalam hunian sederhana keluarga ini. Rumah yang luasnya tidak lebih dari 25meter ini, meskipun kecil namun sangat nyaman dan hangat. Sungmin dan Ryeowook sebenarnya bukan benar-benar saudara kandung. Mereka memiliki ayah yang berbeda, maka tidak heran jika mereka memilki marga yang berbeda. Ibu mereka memang menikah dua kali dan masing-masing pernikahan menghasilkan seorang putra. Lee Sungmin dengan suami pertama dan Kim Ryeowook dari suami keduanya. Latar yang berbeda itu sama sekali tidak membuat mereka terganggu. Mereka justru sangat dekat. Yah meskipun pertengkaran kecil yang sepele seperti tadi sering terjadi, namun itu sama sekali bukan wujud dari rasa tidak suka. Itu hanya sebagai candaan belaka.
"Aku dengar, kekasihmu itu seorang namja juga. Apa itu benar Wookie?" Sungmin sedikit berbisik saat bertanya pada Ryeowook.
"Aku belum menjadi kekasihnya hyung."
"Tapi dia benar seorang namja?" bisik Sungmin lagi.
"Kalau iya, memangnya kenapa?" Ryeowook memandang Sungmin sekilas. Bola matanya berputar jengah mendengar pertanyaan Sungmin.
"Tidak apa sih. Aku hanya ingin membuktikan gosip yang beredar saja. Aku dengar, kau menjalin hubungan dengan salah satu sunbae dari sekolah kelas atas itu."
"Aku memang menyukainya, tapi dia sama sekali tidak tau. Aku terlalu malu untuk menunjukkan rasa sukaku padanya. Hyung tau sendiri kan, dia berada di kelas yang sangat berbeda dengan kita. Bagai langit dan bumi saja."
Sungmin terdiam. Namun tangannya masih setia mengoleskan kuning telur di atas adonan yang telah siap masuk dalam oven itu. Yah, lagi-lagi kelas sosial yang menjadi penghalang. Awalnya Sungmin rasa hal itu hanya akal-akalan penulis naskah drama saja yang berusaha membuat kisah drama lebih terasa tragis. Namun, akhir-akhir ini, dia banyak menemui hal nyata mengenai masalah tersebut. Banyak dari temannya harus mengalami kisah buruk dalam urusan asmara maupun urusan yang lainnya hanya karena perbedaan kelas ekonomi. Kalau begini, rasanya Sungmin sangat mengutuk yang namanya uang dan jabatan. Yah, rasa-rasanya memang dua hal itu yang membuat ada jarak diantara manusia yang satu dengan yang lain
"Sungmin-ah." suara sang ibu membuayarkan pikiran Sungmin mengenai kelas sosial yang baru saja berputar sejenak di otaknya.
"Nde eomma?"
"Besok tolong kau pergi ke kota ya. Ada beberapa bahan yang mulai habis. Tidak apa kan kalau eomma memintamu berbelanja persedia bahan sendirian? Besok eomma harus menghadiri pertemuan wali di sekolah Ryeowook."
"Ah nde eomma. Kebetulan besok aku sedang tidak sibuk."
"Kau memang tidak pernah sibuk hyung. Bagaimana bisa kau mengatakan itu padahal setiap harinya kau hanya berdiri di pinggir pantai seperti orang bodoh." cibir Ryeowook. Yah, namja kecil ini memang sedikit suka memancing amarah Sungmin. Walaupun bukan amarah sebenarnya. Hanya sebatas rasa jengkel karena olokan-olokan kecil.
"Diam kau bocah."
"Mau bertengkar lagi?" suara sang eomma memutus percikan pertengkaran kecil yang sebentar lagi akan meledak itu.
"Mian eomma." suara kecil Ryeowook sambil menundukkan kepalanya.
"Berhenti membuat hyungmu marah Ryeowook. Tidak seharusnya kau berbicara seperti itu pada hyungmu." nasihat sang eomma membuat Sungmin tertawa menang. Yuhu, menurutnya adik kecilnya itu mememang pantas dinasehati supaya sedikit sopan dan tidak suka membuatnya jengkel.
~~Kyu3Min~~
Sesuai yang dijanjikan Donghae tadi pagi, namja itu benar-benar menghubungi Kyuhyun lewat telepon umum. Ingat, ponselnya dia berikan pada Kyuhyun sehingga dia harus memakai telepon umum untuk menghubungi namja pucat itu.
"Lama kau menunggu?" sapa Donghae begitu menemukan sosok Kyuhyun di meja paling pojok di sebuah kafe,
"Aku sudah di sini sejak satu jam yang lalu. Jadi sama sekali tidak masalah jika aku menunggumu lebih lama lagi." balasnya seraya melambaikan tangan hendak memanggil pelayan kafe. "Pesanlah sebuah minuman sebelum kita pergi." lanjutnya setelah seorang pelayan datang ke meja mereka.
Sebuah kopi hitam menjadi minuman pesanan Donghae. Namja yang satu itu hanya suka menyeruput kopi hitam sepanjang hidupnya menjadi seorang vampire. Entahlah, rasanya hanya satu minuman itu saja yang dapat terasa oleh indera pengecapnya.
"Bagaimana?" pertanyaan Kyuhyun membuat alis Donghae berkerut heran. "Maksudku, bagaimana cara kita berburu malam ini? Aku sama sekali tidak paham dengan geliat kota ini. Mungkin aku akan merepotkanmu beberapa kali sampai aku mulai bisa membaca arus perjalanan hidup manusia di sini." jelas Kyuhyun berusaha mengurai arti pertanyaannya yang sempat membuat Donghae bingung.
"Ah, baiklah. Aku sama sekali tidak merasa direpotkan olehmu. Aku biasa memulai penjelajahan di sebuah club malam." Donghae memandang sekitar sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Darah mereka, walaupun tidak terlalu sehat dan enak namun sangat penuh dengan gairah. Aku suka itu. Lagipula mereka manusia yang sudah enggan untuk hidup, jadi aku tidak terlalu merasa bersalah ketika menancapkan taringku di leher mereka." lanjutnya dengan suara sangat rendah. Mirip sebuah bisikan. Oh ayolah, suara yang keras saat mengatakan hal semacam itu tentu akan membuat manusia-manusia itu mendengar dan bersiap memburu dua vampire tampan itu.
Kyuhyun hanya tersenyum simpul mendengar penuturan Donghae. "Kau benar. Pasti banyak gadis yang telah jatuh dalam perangkap gelapmu itu."
"Yah, tepat seperti tebakanmu. Aku hanya menikmati gadis. Lalu kau?" Donghae melipat lengannya di atas meja. Memasang gerakan seolah bersiap mendengarkan cerita panjang dari Kyuhyun. Bersamaan dengan itu, pelayan telah datang dengan secangkir kopi hitap pekat yang Donghae pesan.
"Aku? Aku menikmati apapun itu asalkan itu adalah darah merah yang menggairahkan." jawab Kyuhyun dengan seringainya.
"Cih, bisex." cibir Donghae sambil menyeruput kopinya. Rasa pahit sedikit menggelitik lidahnya. Membuat namja itu sedikit mengernyit.
Sementara Kyuhyun hanya diam sambil menatap ke arah luar jendela. Sama sekali tidak digubrisnya cibiran menusuk dari Donghae. Yah, memang seperti itu adanya. Arah sex seorang vampire ditentukan dari nafsu mereka terhadap darah manusia maupun vampire. Seorang vampire yang bernafsu meneguk darah seorang wanita, maka sudah dapat dipastikan dia akan tertarik atau arah sexnya adalah kepada seorang wanita. Dan jika dia hanya meminum darah seorang pria, maka dia bisa dikatan sebagai seorang gay. Nah dalam kisah Kyuhyun, dia menyukai keduanya. Maka tidak salah jika Donghae mengatainya bisex. Sebab dalam hal asmara atau pasangan, Kyuhyun bisa melakukannya dengan keduanya. Pria maupun wanita.
Bola mata kecoklatan milik Kyuhyun menangkap gambaran sepasang kekasih yang tengah berjalan berdua dengan jemari yang terpaut mesra. Melihat hal itu, mendadak dia teringat dengan desakan sang appa yang menuntutnya untuk segera menemukan seorang inang baginya. Yah, semoga saja di tanah kelahirannya ini dia bisa menemukan setidaknya sosok yang menarik baginya. Tidak perlu cinta hanya butuh sebuah rasa tertarik saja.
"Kapan kita mulai?" tanya Kyuhyun membuat Donghae sedikit tersentak kaget. Namja berkaca mata itu sedang sibuk tenggelam dalam kertas-lertas berkas pasiennya.
"Sebentar lagi." katanya setelah melihat sekilas jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Saat itu jarum jam masih menunjuk angka 7. Dan itu artinya masih terlalu sore untuk datang ke club malam.
"Baiklah. Oh iya tuan dokter, bisakah kau temani aku membeli sebuah ponsel sebelum kita pergi ke club nanti? Rasa-rasanya aku akan sangat membutuhkan benda itu kelak."
"Baiklah tuan asing. Apapun akan aku turuti."
~~Kyu3Min~~
"Eomma, aku berangkat!" teriak Sungmin dari mulut pintu. Tas ransel sudah bertengger manis di pundaknya.
"Ne, hati-hati di jalan chagi…" balas sang eomma sambil berteriak pula. Dengan langkah tergesa ibu dua anak itu berjalan mendekati Sungmin yang saat ini tengah merapikan tali sepatunya. "Terimakasih banyak ya Sungmin. Hati-hatilah di jalan." katanya seraya mencium kedua pipi gembul putra sulungnya itu.
"Siap komandan!" Sungmin terkekeh kecil melihat sang eomma ikut mengerucutkan bibirnya melihat respon Sungmin.
"Eomma serius dengan semua pesan-pesan itu."
"Ne eomma. Aku juga serius dengan ucapanku. Aku juga akan mengingat semua pesan dan nasihat eomma."
"Tapi tidak bisakah kau menyahutnya dengan balasan yang normal?"
"Ne, maafkan aku. Baiklah eomma, aku akan mengingat semuanya. Aku berangkat." Sungmin melambaikan tangannya. Sementara sang eomma yang masih merajuk hanya tersenyum melepas kepergian anaknya itu.
Yeah, meskipun sudah memasuki kepala tiga akhir, sang eomma yang memiliki paras cantik dan imut itu masih suka merajuk. Entah itu kepada suaminya maupun kepada anak-anaknya. Tidak heran jika Sungmin dan Ryeowook menjadi sangat menguasai tekhnik merajuk dengan gaya cute itu. Dan yah…. Tekhnik itu memang selalu berhasil.
Waktu memang masih pagi saat Sungmin berangkat. Sang adik, Ryeowook saja masih asik bergelung dengan selimutnya. Walaupun udara sedang panas, tidur menggunakan selimut adalal tetap yang paling nyaman bagi namja itu. Dengan meninggalkan pesan kecil di meja nakas Ryeowook, Sungmin berangkat menuju kota. Bahan baku kue milik eommanya sudah habis dan sebagai anak yang berbakti dia harus membantu untuk membelinya. Lagi pula, sudah sangat lama sejak dia terakhir kali pergi ke kota. Maka dari itu, tidak ada salahnya jika dia nanti sedikit berjalan-jalan. Mungkin berbelanja sedikit pakaian dan beberapa barang di pusat perbelanjaan setelah dia menyelesaikan tugas membeli bahan baku bukanlah masalah.
~~Kyu3Min~~
'Prang!' sebuah bunyi keras yang terdengar dari arah dapur membuat namja dengan mata coklat itu menggeliat tak nyaman. Tidurnya sedikit terganggu.
Dengan langkah gontai karena kesadaran yang belum pulih sepenuhnya, dia melangkah menuju tempat asal suara gaduh itu.
"Apa yang sedang kau lakukan Hae?" tanyanya pada sosok dengan rambut basah yang merupakan tersangka pembuat suara gaduh itu.
"Ah, kau sudah bangun rupanya. Apa aku yang membuatmu terbangun Kyu?"
"Tepat sekali tuan. Kau baru saja merusak waktu tidurku padahal baru sekali ini aku merasa benar-benar memejamkan mata seperti seorang manusia." Kyuhyun yang baru bangun tidur segera membantu Donghae membereskan sedikit kekacauan di dapur.
Namja yang bekerja sebagai dokter itu tidak sengaja menumpahkan baskom yang berisi kimchi segar yang baru dibelinya semalam. Seperti yang saya katakan kemarin, namja itu lebih suka makanan dan minuman dengan rasa yang kuat. Kimchi adalah salah satunya. Rasa asam dan sedikit asin dari makanan itu cukup bisa membuat lidahnya sedikit tergelitik karena rasanya. Ayolah, jangan merasa aneh begitu. Meskipun mereka—Kyuhyun dan Donghae adalah seorang makhluk immortal, mereka juga perlu makan. Bukan hanya sebagai kedok supaya mereka terlihat 'normal' tapi juga sebagai sumber nutrisi pada tubuh mereka. Yah, walaupun kemungkinan nutrisi itu sedikit sekali kemungkinannya untuk dapat dicerna. Kalian tentu tahu sendiri, sistem tubuh mereka sudah lama mati dan berhenti bekerja. Hanya sesekali saja mereka memaksa sistem itu untuk bekerja untuk sedikit memproses makanan dan minuman yang mereka telan.
"Ah maaf. Aku berniat memakan kimchi ini sebagai sarapan. Tapi yah, dia jatuh dan berhamburan di lantai. Sepertinya aku tak jadi sarapan hari ini."
"Kau berlagak seperti manusia Hae."
"Bukankah kita harus berlagak seperti manusia suapaya kehidupan kita aman?" Donghae menatap sebentar Kyuhyun yang tengah membantunya memunguti kimchi yang jatuh di lantai. "Ah! Aku terlambat. Bisakah aku meminta tolong kepadamu untuk membersihkan kekacauan ini Kyu? Aku benar-benar terlambat." seru Donghae panik setelah melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Hah… baiklah, aku akan membereskan ini." Kyuhyun membuang nafas besar.
"Oh iya, kau masih mengingat pasword pintu apartement ini kan? Jadi kau bisa keluar masuk sesuka hatimu. Aku yakin kau pasti masih ingin berjalan-jalan. Baiklah, aku pergi dulu." bertepatan dengan berakhirnya kalimat Donghae, suara pintu yang tertutup terdengar.
Kyuhyun hanya memandang sebentar punggung Donghae yang hilang di balik pintu, kemudian melanjutkan pekerjaannya membersihkan bekas ceceran kimchi itu.
~~Kyu3Min~~
"Annyeong Ahjumma…" Sungmin memasuki sebuah toko bahan baku kue dengan senyum ceria. Nampaknya cuaca yang cerah turut membuat mood pemuda ini menjadi bagus juga.
"Aigo Sungminnie… Lama tidak melihatmu datang. Lihatlah, kau semakin tampak menggemaskan sekarang." Ahjumma pemilik toko langsung memeluk Sungmin erat. Yah, wanita paruh baya itu sangat mengenal dekat keluarga Sungmin.
"Eomma selalu pergi sendiri saat berbelanja di sini. Jadi yah, aku yang mengambil alih pekerjaan di rumah. Hari ini eomma harus ke sekolah Ryeowook, mangkannya aku yang bertugas berbelanja." Sungmin mengeluarkan selembar kertas kecil yang berisi daftar bahan yang harus dia beli. "Bisakah aku meninggalkan barangku di sini sebentar Ahjumma? Aku ingin berjalan-jalan terlebih dahulu."
"Tentu saja. Berikan daftarnya padaku dan pergilah berjalan-jalan. Saat kau kembali kesini, semua barang pesanan eommamu pasti sudah siap."
"Terimakasih banyak Ahjumma. Baiklah, ini daftarnya. Aku pergi dulu ya. Aku janji tidak akan lama."
"Ne…. Selamat bersenang-senang."
Seperginya Sungmin dari toko, dia melangkahkan kakinya menuju pusat perbelanjaan. Salah satu mall besar yang ada di dekat daerah itu. Seperti niat awalnya, dia ingin membeli beberapa potong baju baru. Yah, lemarinya memang masih penuh namun jiwa mudanya menuntut supaya dia tetap mengikuti tren yang ada. Biarlah beberapa potong pakaian lamanya akan dia masukkan dalam kardus baju bekas.
Matanya menatap liar ke setiap gerai yang tersusun di sepanjang jalan. Semuanya bagus, batin Sungmin. Namun, ada satu gerai yang sangat menarik perhatiannya. Ice cream! Yah, sosok Lee Sungmin memang sangat menggilai makanan dingin, lembut dan manis itu. Tanpa berpikir panjang, kakinya melangkah masuk dan memesan satu cup besar ice cream rasa stroberi dan vanilla. Mungkin dengan camilan satu cup ice cream dapat menjadi teman yang tepat dalam acara belanja hari ini. Rasanya sedikit menyesal Sungmin tidak meminta Ryeowook menemaninya.
"Tolong satu buah cup cake juga ya." kata Sungmin kepada pelayan.
"Maaf, tapi cup cake kami sedang kosong." balas pelayan seraya menyerahkan uang kembalian kepada Sungmin.
Namja dengan gigi kelinci itu tampak sedikit merengut kecewa. Dia sangat menginginkan cup cake juga, namun persediaan di sini habis. Yah, mungkin dia bisa menemukannya di tempat lain. Mata bundar itu menelisik satu persatu toko-toko yang terjangkau oleh jarak pandangnya. Yup! Sebuah kafe ada di ujung sana. Pasti di sana dia bisa menemukan makanan manis itu. Dengan langkah ceria Sungmin melangkah menuju kafe tersebut. Tidak lupa, sendok demi sendok ice cream dia suap sambil mengulum senyum.
"Annyeong." sebuah suara berhasil membuat Sungmin sedikit berjengit kaget ketika dia sedang antri di barisan.
"Nugu?" tanya Sungmin heran ketika mendapati sosok tinggi yang menyapanya tadi sama sekali tidak dia kenali.
Pria itu hanya tersenyum dan sedikit mencolek ice cream dari cup Sungmin yang sudah tinggal setengah. "Manis." kata pria asing itu.
Sungmin semakin mengerjap lucu. Dia benar-benar tidak mengenal siapa orang asing yang bahkan sudah lancang mencuri ice cream dengan tangan kotor itu.
Tanpa banyak berkata, pria itu menarik Sungmin untuk keluar dari barisan antrian. Mengajaknya duduk di salah satu kursi. Sungmin memang sama sekali tidak melawan. Dia hanya diam patuh dengan semua tingkah aneh namja asing ini. Lima menit sejak mereka duduk, pria asing itu sama sekali tidak mengatakan apapun kepada Sungmin. Dia hanya diam sambil memandang kagum wajah Sungmin yang masih mengerjap heran. Yah, dan seolah sedang terhipnotis, Sungmin juga hanya mampu diam. Bahkan ice creamnya yang sudah meleleh di dalam cup plastik itu juga tidak dia hiraukan.
Sungmin sedikit memundurkan badannya saat pria tinggi dengan kulit pucat dan wajah tampan itu mencondongkan badannya untuk mengendus aroma tubuh Sungmin.
"Aromamu bahkan sangat menggairahkan. Baiklah, aku rasa kau adalah pilihan yang tepat. Sampai bertemu kembali nalla." setelahnya, pria itu pergi meninggalkan Sungmin yang masih saja tetap diam di kursinya.
Satu menit saat pria asing itu telah benar-benar pergi dan tidak terlihat lagi, Sungmin baru tersadar. Oke, dia memang tidak sepenuhnya terhipnotis. Hanya saja dia kehilangan kendali atas seluruh tubuhnya. Mengucapkan sepatah kata saja dia tak mampu.
"Siapa dia?" gumamnya pelan. "Aigo… ice creamku meleleh. Dasar namja aneh. Awas saja kalau aku bertemu lagi denganmu. Aku akan meminta pertanggungjawaban atas ice cream yang telah kau buat meleleh ini."
~~Kyu3Min~~
Donghae tiba di apartementnya saat jam dinding menunjuk angka 10. Hari ini dia pulang lebih awal. Rumah sakit sedang tidak begitu ramai hari ini, dan itu pertanda baik baginya. Itu berarti tidak banyak orang yang sakit hari ini. Lampu apartementnya masih mati saat dia masuk. Mungkin Kyuhyun belum pulang dari perjalanannya, batinnya. Atau dia tidak pulang ke sini lagi? Terkanya lagi.
Namun kedua dugaannya segera tumbang ketika melihat siluet sosok tinggi di balkon. Dengan celana panjang dan tanpa baju atasan, pria itu—Kyuhyun—sedang menatap pada langit yang tampak sangat cerah. Donghae hendak mengagetkannya saat mata teduh itu menangkap sebuah tanda kehitaman di punggung bawah Kyuhyun. Letaknya di sebelah kanan dan tampak sedikit aneh. Bentuknya mirip tanda lahir pada umumnya. Namun samar-samar Donghae dapat menangkap ada sedikit kilatan cahaya dari sana. Rasanya namja itu pernah melihat hal sejenis itu.
"Hei!" suara Kyuhyun membuat kegiatan mengingat Donghae menjadi kacau. "Sejak kapan kau berdiri di sana dengan wajah bodoh begitu? Apa kau mulai mengagumiku dan merubah selera darahmu dari darah seorang wanita menjadi darah seorang pria?" ledek Kyuhyun yang memergoki Donghae sedang menatap tubuh belakangnya dengan wajah bodoh itu.
Donghae melengos. Sama sekali tidak dia ladeni omongan Kyuhyun itu.
Kyuhyun bukanya tidak mengetahui kedatangan Donghae. Jelas-jelas dia merasakan aura vampire Donghae ketika namja itu masuk ke dalam apartement. Namun rasanya dia ingin melihat apa yang akan Donghae lakukan jika dia berpura-pura tidak mengetahui kedatangan kawan barunya itu.
"Sedang apa kau di luar sana?" Donghae mengalihkan pembicaraannya.
"Hanya menatap langit. Lalu kau? Sedang apa kau di belakangku? Menatap punggung seksiku?" Kyuhyun kembali menggoda Donghae yang wajahnya terlihat semakin masam.
Donghae jadi kembali teringat pada tanda hitam kecil di punggung Kyuhyun.
"Silahkan tanyakan apa yang ada di dalam kepalamu Hae." kata Kyuhyun santai dan mengambil posisi di depan Donghae yang tengah duduk di meja makan.
Donghae tercekat kaget. Apa Kyuhyun bisa membaca pikirannya? Tanyanya dalam hati.
"Oke, aku menemukan ada dua pertanyaan di dalam kepalamu. Silahkan tanyakan dan aku akan menjawabnya."
"Cih! Sok pamer kekuatan." Donghae kembali melengos. Rupanya dia sudah sadar akan kekuatan membaca pikiran yang dimiliki oleh Kyuhyun.
Yah, sebagai vampire, walaupun belum cukup lama namun Donghae tahu betul bahwa beberapa vampire dapat membaca pikiran vampire lain dengan mudah. Namun hanya kalangan tertentu saja yang memiliki kemampuan itu. Biasanya hanya vampire dari golongan glymera saja yang secara alamiah memilikinya. Hei! Glymera, apakah itu berarti Kyuhyun adalah vampire dari golongan glymera?
"Oke tuan dokter, pertanyaan semakin banyak muncul di kepalamu itu. Jika kau tetap bersikeras tidak mau menanyakannya padaku, aku tidak akan memaksa. Aku merasa harus berburu malam ini. oke, aku pergi." kata Kyuhyun seraya menyambar kemeja birunya yang tergeletak di meja.
"Tunggu!" sergah Donghae sebelum Kyuhyun benar-benar meninggalkan ruang makan. "Aku mau menanyakan sesuatu padamu." akhirnya, Donghae meluruhkan harga dirinya dan memilih untuk segera mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.
"Baiklah, segera tanyakan." Kyuhyun kembali duduk di kursinya dan memasang senyum termanisnya.
"Pertama soal tanda di punggungmu itu."
Oh, ternyata soal tanda, Kyuhyun tertawa kecil. Rupanya kawan barunya itu memandangi tanda di punggungnya selama dia di balkon tadi.
"Oke, aku lihat kau sudah sedikit memiliki pengetahuan mengenai hal itu. Namun kau melupakannya. Benarkah?" Kyuhyun sedikit membenarkan posisi duduknya. Namun matanya masih tetap menatap sosok di hadapannya dengan lekat.
"Well, sepertinya seperti itu." Donghae mau tidak mau membenarkan hal itu. Oke, Kyuhyun akan mengetahui semua hal yang berkelebatan di dalam pikirannya. Hell! Vampire tampan itu bisa membaca pikiran.
"Oke, aku harap kau tidak terkejut. Aku seorang keturuan glymera. Kaum bangsawan. Dan lebih tepatnya lagi anak dari raja dan akan segera menjadi raja pula ketika ayahku sudah memberikannya kepadaku." kata Kyuhyun jujur. Dia sengaja menceritakan soal pemberian gelar raja yang akan segera dia terima dalam waktu dekat ini. Namun dia sama sekali tidak mau menyinggung soal inang saat ini.
Donghae sedikit tersentak kaget ketika mendengar penuturan Kyuhyun. Hell! Dia sama sekali tidak manyangka bahwa sosok di hadapanya itu adalah keturunan glymera dan yang lebih parah lagi, anak sang raja. Sontak raut wajah Donghae berubah sedikit pias. Dia sungguh bingung harus bersikap seperti apa kepada Kyuhyun saat ini. Jelas-jelas dia seorang anak raja yang sangat harus dia perlakukan dengan baik. Itu artinya, dia tidak bisa lagi berbuat dan berkata seenaknya kepada Kyuhyun. Dia harus bersikapa sopan dan hormat. Itu wajib!
"Oke, kau tidak perlu benar-benar melakukan apa yang ada di dalam pikiranmu. Bersikap normal seperti biasanya saja. Aku bukan sosok yang menggilai hal seperti itu. Aku tidak terlalu suka perilaku yang terlau sopan." lagi-lagi Kyuhyun menanggapi apa yang ada di pikiran Donghae tanpa menunggu pria itu mengatakannya.
"T-tapi aku bukan dari kalangan glymera. Dan jujur saja, orang tuaku hanya seorang doggen."
"Doggen ataupun budak darah sekalipun, kau tetap tidak perlu berlaku sopan kepadaku Donghae. Kita teman bukan?" Kyuhyun mengulurkan tangannya. Hendak mengajak kawannya itu bersalaman.
"Well, kalau itu maumu baiklah. Kita memang teman, kawan." Donghae menerima tangan Kyuhyun dan menjabatnya erat. "Lalu mengenai tanda itu?" Donghae kembali mengernyit.
"Oh ayolah kawan. Kau itu seorang dokter, namun kenapa kau sama sekali tidak bisa benar-benar menyerap apa yang aku katalan tadi? Jawabanku sudah mewakili untuk semua pertanyaanmu."
"Berarti tanda itu hanya dimiliki oleh glymera saja?"
"Anak raja lebih tepatnya. Semua anak lelaki raja memiliki tanda sejenis ini, namun anak perempuan tidak."
Donghae mengangguk paham. Habis sudah semua rasa penasarannya. Sedikit banyak pria itu bersyukur dalam hati. Dia benar-benar beruntung bisa bertemu dan beteman dengan anak sang raja. Oke, sepertinya Donghae harus berterimakasih kepada Scribe Virgin di alam Fade sana. Keberadaan Kyuhyun sebagai temannya sedikit banyak pasti akan membawa sesuatu yang baik bagi hidupnya kelak.
~~Kyu3Min~~
"Apa kau pernah jatuh cinta Hae?" tiba-tiba Kyuhyun bertanya pertanyaan yang menurut Donghae sangatlah konyol.
Donghae sedikit memiringkan kepalanya. "Kau sedang jatuh cinta?"
"Tidak. Hanya merasa tertarik saja. Rasanya belum pernah aku menemukan yang seperti itu. Begitu menarik dan menggairahkan."
"Oh man. Bisakah kau tidak terlalu sering menggunakan kata menggairahkan? Aku sangat jengah mendengar hal itu."
"Tapi dia memang sangat menggairahkan. Seolah kau dibuat mendidih dan tak terkendali olehnya."
"Olehnya? Pria atau gadis mana yang telah membuatmu bergairah sobat?" rasanya Donghae mulai tertarik pada alur pembicaraan Kyuhyun. Hei ayolah. Siapa yang tidak tertarik dengan kisah asmara seorang glymera yang merupakan keturunan raja?
"Entah dia pria atau wanita. Aku belum memastikannya. Dia sangat manis dan menggairahkan." lagi-lagi kata menggairahkan muncul dalam kalimat Kyuhyun.
"Oh, mungkin lain kali kau perlu langsung meremas dadanya untuk memastikannya."
"Hei! Kau pikir aku lelaki mesum hah?!"
"Wow… biasa saja kawan. Aku hanya memberimu saran. Banyak sekali namja cantik di Korea saat ini. Jika kau tidak mau terjebak dalam pesona yang salah, kau memang harus segera memastikan kebenarannya." Donghae sedikit tersenyum. "Hei! Apa yang kau lakukan Kyuhyun-sshi? Kenapa aku mencium aroma khas kepemilikan di sini? Jangan bilang kau sudah mengklaim kalau dia akan jadi milikmu."
"Yah, dalam waktu dekat ini." Kyuhyun menyeringai. "Aku pastikan dalam waktu dekat ini kau akan selalu mencium aroma kepemilikan ini pada tubuhnya. Segera."
Gresik, 4 September 2013 (16:02)
To be Continue~
Saya harap kalian mau memberikan apresiasi untuk karya saya yang satu ini. Pengalaman pertama dengan dunia makhluk immortal. Saya yakin masih banyak hal yang kurang mengenai pengetahuan saya dalam bidang ini. Maka dari itu saya sangat mengharapkan sepatah atau dua patah kata yang dapat menuntun saya kepada sebuah kemajuan bagi cerita ini.
Layak lanjut atau berhenti sampai di sini, semua tergantung penilaian kalian guys~
DAFTAR ISTILAH
Glymera : kalangan tinggi aristokrat atau bangsawan. Secara kasar bisa disamakan dengan kaum bangsawan di Inggris.
Doggen : kelas pelayan dalam dunia vampire. Doggen memiliki tradisi konservatif dan kuno dalam melayani tuannya. Mematuhi cara berpakaian tertentu dan tingkah laku yang formal.
Budak Darah : vampire laki-laki atau perempuan yang dikalahkan dan diperintahkan untuk menyediakan darah bagi vampire lain.
Scribe Virgin : kekuatan mistis yang hidup di alam baka dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Memiliki kemampuan untuk menciptakan, yang dilakukan saat menciptakan vampire.
Inang : sosok yang dijadiakan tempat untuk membuahi benih atau calon vampire baru. Bisa dikatakan sosok yang akan menjadi pendamping dan mengandung serta melahirkan calon vampire baru.
Nalla : panggilan sayang yang berarti "tercinta".
Fade : tempat yang abadi. Tempat kembali berkumpulnya mereka yang sudah mati dengan semua yang mereka cintai. Tempat menjalani hidup yang kekal.
Aroma kepemilikan : sebuah aroma yang selalu menguar ketika seorang vampire laki-laki sedang berada dekat dengan pasangan mereka. Bisa terjadi saat mereka sedang bercinta, sedang berdua dengan pasangan, saat sedang sangat bergairah terhadap pasangannya, maupun saat vampire itu memikirkan pasangannya. Aroma tersebut hanya muncul ketika seorang vampire laki-laki itu tulus benar-benar mencintai pasangannya.
