Author:

yuunicorn

Genre:

Fluff. Shounen-ai.

Rating:

T

Cast(s):

Yunho. Jaejoong.

Yoochun. Junsu. Changmin.

Disclaimer:

The casts belong to their own selves.

The plot of the story belongs to yuunicorn.

Warning:

No beta-reading. No editing. Typo(s) everywhere.

No bash. No flame.

.

.

.

.

.

HELLO AGAIN

.

.

.

.

.

Yunho baru saja tiba di ruang kerjanya. Dia langsung mendudukkan diri di kursi kebesarannya, kemudian mulai memeriksa berkas-berkas yang menumpuk dimeja-kerjanya. Sebenarnya dia masih lelah setelah perjalanannya dari Vienna kemarin, tetapi dia harus melakukan kewajibannya. Dia tidak ingin dicap sebagai Presiden Direktur Jung Corp. yang tidak bertanggung jawab karena melalaikan tugasnya. Mau ditaruh dimana mukanya sebagai pimpinan yang membawahi banyak anak cabang perusahaan di berbagai bidang kalau hal itu sampai terjadi?

"Ya, masuklah!" Yunho berseru saat mendengar pintu ruangannya diketuk. Sesaat kemudian muncul seorang pria tampan dengan pipi chubby dan lesung pipi yang dimilikinya. Pria itu bernama Park Yoochun. Dia adalah salah satu pegawai – atau rekan kerja, begitu Yunho menyebut para pegawainya – yang ikut dalam rombongan ke Vienna.

"Kupikir kau tidak akan masuk, Boss," Yoochun berucap santai, lalu mengambil tempat di kursi yang ada di depan meja kerja sang pimpinan – sekaligus sahabatnya.

"Dan membiarkan berkas-berkas ini semakin menumpuk? Oh, tidak. Terima kasih," Yunho membalasnya dengan gurauan. "So, apa yang membawamu kemari, Tuan Park?" Yunho melanjutkan, masih dengan nada bergurau.

Yoochun mendecak kesal – pura-pura tentu saja, lalu menyerahkan berkas untuk produk baru yang akan diluncurkan oleh anak cabang perusahaan di bidang kosmetik. Yunho menyuruh Yoochun menjelaskan lebih terperinci tentang produk baru tersebut selagi dia membaca berkasnya. "Tidak cukupkah hanya dengan membaca berkas laporan itu?" terdengar nada malas dari pria berpipi chubby itu. "Dan lagi aku sekretarismu, bukan bagian tim kreatif produksi yang mengajukan proposal itu,"

"Kau tidak mau melaksanakan perintah Boss-mu, Park?" Yunho mendesis berbahaya, meskipun Yoochun tahu atasannya itu hanya main-main dengan nada bicaranya.

"Alright. Alright." Yoochun pun terpaksa melaksanakan perintah sang atasan dengan asal-asalan. Yunho menahan diri untuk tidak tertawa karena berhasil mengerjai sahabatnya. "Sialan kau!" Yoochun mengumpat yang langsung membuat tawa yang Yunho tahan meledak saat itu juga.

"Well, presentasi yang bagus," Yunho tampaknya saat ini memang sedang mood untuk mengerjai sahabatnya itu. Yoochun mengumpat sekali lagi sekaligus menerima berkas yang sudah ditanda-tangani oleh Yunho. "Tapi ada yang kurang dalam berkas dan presentasimu tadi," Yunho menambahkan, kali ini terdengar serius. Yoochun langsung membenahi duduknya menjadi tegak.

"Memangnya apa yang kurang?" Yoochun bertanya.

"Disini tidak tertulis bagaimana konsep iklan dan siapa yang akan menjadi modelnya," Yunho menjawab.

"Nanti akan kuhubungi tim kreatif mereka dan untuk model –"

"Boleh aku mengajukan satu nama?" Yunho menyela cepat.

"Say it," Yoochun mempersilahkannya, meskipun dia agak sangsi dengan nama yang akan Yunho ajukan. Selama ini sang atasan tidak pernah ikut campur dalam pemilihan model yang akan mereka pakai.

"Kim Jaejoong,"

.

.

.

.

.

Junsu berlari mencari keberadaan kakaknya yang beberapa saat yang lalu baru saja keluar dari ruang rapat agensi. Pimpinan agensi baru saja memberitahu setelah rapat berakhir bahwa ada job baru untuk kakaknya. Dia harus cepat memberitahukannya pada sang kakak atau job itu akan lepas dari tangan mereka.

"Jaejoong-ie hyung," Junsu memanggil sang kakak begitu melihatnya yang tengah duduk bersantai di balkon. Tampaknya sang kakak tidak mendengar panggilannya. Dia pun menghampiri sang kakak, kemudian ikut duduk disampingnya. "Hyung,"

"Oh, Junsu-yah? Ada apa?" Jaejoong menoleh setelah merasakan tepukan dipundaknya sembari melepas earphone yang menancap di kedua telinganya.

"Ada pekerjaan baru," Junsu memberi tahu dengan bersemangat. Jaejoong tak tahan untuk tidak mencubit pipi sang adik yang merangkap sebagai manajernya.

"Pekerjaan apa?" Jaejoong menanggapi. Dia mengusak rambut sang adik. "Aku masih ingin bersantai, adikku sayang."

"Kemarin kan sudah dari Vienna. Time to work now," Junsu merajuk. "Dan juga ini kesempatan besar untuk karier modelmu yang sedang naik daun, hyung. Kau akan menjadi model untuk parfum baru yang akan diluncurkan Jung Corp." Junsu benar-benar excited menjelaskannya.

Jaejoong tertawa kecil melihat tingkah sang adik. Junsu memang selalu bersemangat bila menyangkut pekerjaan modeling-nya karena Junsu beralasan bahwa sang adik senang melihatnya beraksi di depan jepretan kamera yang membidiknya. Namun mendadak dia menatap selidik saat menyadari sesuatu.

"Kau tadi bilang Jung Corp?" Junsu mengangguk membenarkan. Jaejoong cukup terkejut, tetapi sejurus kemudian dia tersenyum. "Baiklah, aku terima pekerjaan itu," Jaejoong memutuskan, kemudian langsung beranjak entah kemana, meninggalkan sang adik begitu saja.

.

.

.

.

.

Yunho baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk yang menutupi bagian bawahnya. Dia tidak langsung menuju wardrobe untuk mengambil pakaian, melainkan menuju nakas yang berada di samping ranjang untuk mengambil ponselnya, kemudian duduk di tepi ranjang. Dia memeriksa gadget tersebut apakah ada panggilan atau pesan untuknya selama dia mandi. And yeah he got a message from Yoochun.

Dude, he accepted it. Happy?

Senyum bahagia seketika tercetak di bibir berbentuk hati miliknya. Setelah dua hari dia menunggu jawaban dari agensi Jaejoong, akhirnya dia mendapat kepastian bahwa Jaejoong akan menjadi model mereka. Oh, God! Dia tidak menyangka akan kembali bertemu dengan sosok menawan yang ditemuinya di Vienna. Membayangkannya saja membuat Yunho deg-deg-an.

"Wajah itu. Suara itu. Oh, Tuhaaaaaan!" Yunho tanpa sadar menghempaskan dirinya ke belakang, menatap langit-langit kamar. Bayangan Jaejoong saat di Vienna lagi-lagi muncul. Dia pun kembali teringat sesaat setelah menemukan cincin Jaejoong yang tertinggal Kleines Café dia langsung menghubungi adik tengilnya, Jung Changmin, untuk mendapatkan informasi tentang Jaejoong.

.

.

.

.

.

4 hari yang lalu….

"Wait! He said 'Jung-ssi'? Is he Korean, too?" Yunho menggumam sambil melirik meja tempat pria itu duduk tadi. Yunho memicingkan mata. Ada yang berkilau diatas meja. Yunhopun segera mendekat dan menemukan sebuah cincin ber-design sederhana.

"Selera yang bagus," Yunho tersenyum tipis mengetahui brand dari cincin milik pria itu, yaitu Cartier. Dia bolak-balik cincin tersebut hingga manik matanya mendapati ukiran di bagian dalam cincin.

"Kim Jaejoong," ucap Yunho lancar mengeja aksara hangul yang dijadikan ukiran tersebut. "Ah, jadi namamu Kim Jaejoong, eoh?"

Segera saja Yunho merogoh ponselnya di kantong celananya. Dia menekan beberapa nomor yang sudah dihafalnya diluar kepala. "Changmin. I need your help." Yunho bicara begitu sambungan pada adiknya terhubung.

"What can I do for you, hyung-ie?" Changmin menyahuti. "Adikmu yang jenius ini pasti membantumu," imbuhnya membanggakan diri sendiri.

Yunho memutar bola matanya malas mendengar kenarsisan sang adik. "Alright, adikku yang jenius. Kakakmu ini butuh informasi tentang seseorang,"

"Say the name,"

"Kim Jaejoong,"

"Okay. Datanya kukirim ke e-mailhyung sebentar lagi." Changmin menginformasikan. "Jangan lupa sepuluh box pizza ukuran jumbo. Senang membantumu, hyung." lanjutnya sekaligus memutus sambungan sepihak.

"Oh, shit!" Yunho sudah tahu bila sang adik tidak akan membantunya secara cuma-cuma. Dia pun berakhir dengan menghubungi delivery order pizza langganan mereka yang berada di Seoul untuk mengirimkan 10 box pizza jumbo ke apartemen sang adik.

.

.

.

.

.

"Kau terlihat bersemangat, Boss," goda Yoochun. Pria berpipi chubby itu sudah tahu perihal Jaejoong karena Yunho sendiri yang menceritakannya – setelah dia desak tentunya. Yunho mengendikkan bahu. Sekarang yang dia inginkan hanya cepat sampai di lokasi pembuatan iklan parfum baru mereka. "Relax. Kita bahkan akan sampai disana lima belas menit lebih awal," celetuk Yoochun seolah tahu pikiran sang atasan.

"Oh, shut up! Kau menyetir saja dengan benar!" perintah Yunho. Yoochun menertawakannya. Kentara sekali kalau dia gugup.

Selang beberapa waktu akhirnya mereka tiba di salah satu gedung Jung Corp yang menjadi tempat pembuatan iklan mereka. Yunho menghela nafas sejenak sebelum keluar dari dalam mobil, diikuti oleh Yoochun. Mereka berdua masuk ke dalam gedung beriringan yang langsung disambut oleh para pegawai disana.

"Dimana tempat syutingnya?" Yunho bertanya pada Yoochun.

"Rooftop garden." Jawab Yoochun singkat, kemudian mempersilahkan Yunho untuk masuk terlebih dahulu ke dalam lift.

"Selamat datang, Presdir Jung, sekretaris Park," sambut salah seorang crew yang akan menggarap iklan. Yunho dan Yoochun membalas sambutan itu. Mereka berdua pun dipersilahkan menuju tempat yang sudah disediakan untuk mereka.

"Ayo, semua bersiap! Syuting akan segera dimulai." pimpinan crew memberi aba-aba.

"Tapi, Pak modelnya belum datang." Salah satu crew menginformasikan.

Mendengar hal tersebut membuat Yunho seketika itu gelisah. Dia memberi komando pada Yoochun melalui ekor matanya untuk mencari tahu. Yoochun yang tanggap langsung bergerak sesuai perintah Yunho. Dia bahkan menyuruh pimpinan crew untuk tidak terlalu cemas, meskipun ada presiden direktur mereka saat ini. Dia menjelaskan bahwa presdir mereka memiliki cukup waktu luang untuk hari ini sehingga tidak masalah jika syuting sedikit molor.

Sudah satu jam berlalu, namun Kim Jaejoong belum juga menunjukkan batang hidungnya. Kini bukan raut gelisah yang Yunho tunjukkan, melainkan raut kekecewaan. "Kita pulang saja, Chun," tukas Yunho yang langsung beranjak. Yoochun menahan nafas mendengar nada dingin yang Yunho lontarkan. Well, kalau sudah begini Yoochun tidak berani membantah. Dia mengikuti Yunho dari belakang.

"Presdir Jung," pimpinan crew itu menghampiri Yunho dan Yoochun. Dia segera membungkuk dan meminta maaf untuk kekacauan yang sudah terjadi. Yunho tidak berkata apapun dan langsung menuju lift.

Ting!

Lift terbuka. Yunho yang hendak masuk ke dalamnya jadi terdiam kala melihat salah seorang yang berada di dalam sana.

"Sir Yun–ho?" orang yang Yunho tatap itu terkejut bukan main melihat Boss Jung Corp. itu ada dihadapannya. Oh, tentu saja Jaejoong tahu siapa Yunho. Bahkan ketika di Vienna, dia sebenarnya sudah tahu pria yang terus memperhatikannya itu adalah boss besar dari perusahaan raksasa Jung Corp.

Yunho mengabaikan panggilan tersebut. Dia masuk begitu saja ke dalam box baja tersebut, kemudian menyuruh Yoochun melakukan sesuatu – dengan sekali lirik pada manajer tampan itu.

Yoochun berdehem sebentar, kemudian bicara, "Maaf, apakah Anda akan keluar atau ingin kembali turun, Kim Jaejoong-ssi?"

Jaejoong tidak menjawab, melainkan menatap Yunho yang mengabaikannya. Yunho terlihat marah padanya. "Kim Jaejoong-ssi?" sayangnya Jaejoong tetap tidak merespon. Junsu yang sedari diam disebelah Jaejoong terpaksa menarik Jaejoong keluar, membuat sang kakak tersadar dan menyadari sesuatu.

"Tunggu," Jaejoong menahan pintu lift yang hampir menutup. Pintu tersebut kembali terbuka, menampakkan wajah Yoochun yang mengangkat sebelah alisnya dan Yunho yang tetap mengabaikan Jaejoong.

"Sir Yunho, aku minta maaf," Jaejoong menyesal atas keterlambatannya. Seharusnya dia tepat waktu, terlebih Yunho – yang tidak diketahuinya akan datang – ikut mengawasi proses syuting secara langsung. Dia sudah mengecewakan pria yang menarik perhatiannya saat di Vienna itu.

"Sudah selesai bicaranya?" Yunho bicara dengan dingin.

"Sir "

"Kau menghalangi pintu." Tukas Yunho. Jaejoong tak enak hati melihat sikap dingin Yunho. Padahal saat di Vienna dulu Yunho terlihat seperti pribadi yang menyenangkan dan juga lucu karena tingkahnya saat itu yang sedang memperhatikan Jaejoong.

"Sir Yunho, aku sungguh minta maaf atas keterlambatanku," sekali lagi Jaejoong meminta maaf. "Jika aku tahu Anda akan datang –"

"Jika aku tidak datang, kau akan tetap datang terlambat. Begitukah?" Yunho menyela cepat. "Apa ini model yang katanya sedang naik daun dengan bayaran termahal?" lanjutnya lagi tanpa memberi kesempatan Jaejoong membalas. "Dimana profesionalitasmu, Kim-ssi? Lihat dirimu! Kau bahkan tidak sempat berbenah dan alcohol masih tercium dari mulutmu!"

.

.

.

.

.

Jaejoong bergelung diatas ranjang empuknya. Pikirannya kacau memikirkan kejadian di Jung Corp tadi. Syuting ditunda dalam kurun waktu yang belum ditentukan atas perintah Yunho membuatnya terpaksa kembali pulang. Dia malu – sangat malu karena Yunho memarahinya didepan banyak orang. Namun dia tidak bisa marah pada presdir tampan itu, semua yang dikatakannya benar. Padahal selama ini dia tidak pernah terlambat dalam urusan pekerjaan. Andai saja semalam dia tidak ikut party bersama teman-temannya, mungkin kejadian tadi tidak akan terjadi. Dia sangat menyesal sudah memberikan kesan yang buruk pada Yunho, terlebih saat pimpinan crew mengatakan bahwa dialah model pertama yang dipilih sang presdir secara langsung dan tadi adalah kali pertama Yunho mau datang ke lokasi pembuatan iklan untuk memantau secara langsung proses pembuatan iklan perusahaan Jung Corp.

"Beliau tidak pernah seperti itu sebelumnya. Semua itu karenamu, tapi kau malah mengacaukannya"

Jaejoong teringat ucapan salah satu crew. Dan itu membuatnya semakin buruk. "Arrrghhh, bagaimana ini?"

"Tentu saja hyung harus minta maaf." celetuk Junsu yang masuk kamarnya begitu saja.

"Tapi aku takut, Junsu-yah. Kau tidak lihat tadi bagaimana menyeramkannya saat marah?" Jaejoong malah merengek.

"Kau yang bersalah disini. Jadi, kau yang harus minta maaf. Temui dia besok di gedung utama Jung Corp."

.

.

.

.

.

Seperti saran Junsu, disinilah dia berada. Saat ini dia tengah duduk diatas sofa di dalam ruangan presdir Jung Corp. Dihadapannya duduk seorang Jung Yunho yang tampak santai memeriksa berkas-berkas. Dan ada seorang lagi disana yang tampak nyaman tiduran di paha sang presdir sambil memainkan PSP – seorang pemuda tinggi dan berwajah tampan kekanakan.

Jaejoong tidak nyaman dengan situasi saat ini. Dia seolah makhluk tak kasat mata disana. Belum lagi pemandangan dihadapannya membuatnya jengkel. Yunho sesekali tersenyum saat sekilas melihat pada si pemuda, sedangkan saat melihat kepadanya malah menunjukkan wajah dinginnya.

"Kakak cantik kenapa diam saja? Kau kesini bukan untuk menumpang duduk, kan?" celetuk pemuda itu tanpa mengalihkan perhatiannya dari PSP yang dimainkannya.

"Language, Changmin!" Yunho memperingatkan untuk bicara sopan, walau sebenarnya dia ingin tertawa mendengar ucapan adiknya yang cukup menyindir.

"Bicaralah, Kim-ssi," Yunho memerintahkan. Dia sudah selesai memeriksa berkas-berkasnya dan meletakkannya diatas meja.

"Dia sariawan mungkin," celetuk Changmin lagi.

"Aku tidak sariawan," tukas Jaejoong, kesal sendiri mendengar Changmin bicara. Pemuda itu kerkikik geli – masih tetap fokus pada PSP-nya.

"Sudah sana keluar dulu. Kau membuat kakak cantik ini tidak nyaman," perintah Yunho sambil membantu adiknya bangun. Sedangkan Jaejoong tertunduk. Dia merona mendengar Yunho memanggilnya 'kakak cantik' – entah sengaja atau tidak.

Changmin menggerutu, tetapi tetap beranjak keluar dari ruangan kerja kakaknya. Tetapi sebelum itu, dia terlebih dulu mengambil credit card yang disodorkan kakaknya. Oh, sang kakak memang selalu mengerti dirinya. "Kau memang yang terbaik!" serunya.

"Well, maafkan kelakuan adikku," Yunho membuka pembicaraan. "Sekarang bisa kau katakan tujuanmu menemuiku?" lanjutnya langsung ke inti.

Mendengar hal tersebut membuat Jaejoong kembali dilanda ketakutan. Dia tidak tahu harus bagaimana mengutarakan permintaan maafnya. "Aku –" Jaejoong tiba-tiba berdiri, kemudian membungkuk sembilan puluh derajat.

"Aku sungguh minta maaf atas kekacauan yang aku buat kemarin, Sir Yunho," Yunho tidak merespon. Dia hanya memperhatikan Jaejoong yang masih membungkuk dan menunggu respon darinya.

"Duduklah," hanya itu yang Yunho ucapkan. Jaejoong menegakkan tubuhnya. Dia menatap Yunho yang juga menatapnya. "I said, take a seat!" Yunho mengulangi.

"Ah, maafkan aku!" Jaejoong mengikuti perintah Yunho.

"Seharusnya kau tidak meminta maaf padaku," Yunho bicara. "Seharusnya kau meminta maaf pada mereka. Mereka sudah bekerja keras mempersiapkan segalanya, tapi kau –"

"Yeah, aku mengacaukan dan merusak semuanya." Yunho mengangguk membenarkan. "Maafkan aku, Sir. Dan aku dengar Anda akan membatalkan peluncuran parfum itu. Aku mohon jangan lakukan. Seperti yang kau katakan, semua pegawaimu sudah mempersiapkan segalanya. Jangan hancurkan kerja keras mereka. Kau hanya perlu mengganti modelnya. Aku – tidak keberatan," Jaejoong bicara panjang lebar, walau untuk kalimat terakhirnya dia sedikit tidak rela sebenarnya.

"Sudah selesai?" Jaejoong mengangguk kaku. "Sekarang pulanglah. Besok jangan sampai terlambat atau aku akan benar-benar menggantimu dengan model lainnya."

"S-sir? Kau serius?" Jaejoong terkejut mendengar hal itu.

"Tidak. Aku bercanda," Yunho memutar bola matanya malas. Dia kemudian beranjak. Jaejoong mengikutinya.

"Tapi apa besok Anda juga akan datang?" entah kenapa Jaejoong malah bertanya seperti itu, apa lagi dia terdengar seperti berharap.

Yunho terdiam sejenak. Dia seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Jaejoong tampak berharap dia datang. Dan itu membuatnya senang, tapi tak lantas menunjukkannya pada pria menawan dihadapannya itu.

"Sayangnya aku tidak bisa. Aku akan pergi ke Jepang dan mungkin akan kembali saat peluncuran." tutur Yunho. Dia bisa melihat raut kecewa di wajah sang model.

"Never mind." Jaejoong memaksa tersenyum. "Kalau begitu aku permisi."

Oh, Yunho jadi tak enak hati melihat Jaejoong jadi tak bersemangat karenanya. "4 Februari," ucapnya tiba-tiba saat Jaejoong hendak melangkah keluar pintu yang sudah terbuka. "Peluncurannya tanggal 4 Februari. Sampai ketemu nanti," seulas senyum tercetak dibibir Jaejoong. Yunho mengartikan ada sebuah kelegaan pada pria yang sudah menarik perhatiannya – dan juga sempat membuatnya kesal karena masalah keprofesionalitasan pria tersebut dalam bekerja.

.

.

.

.

.

Bersambung


Halo, Yuu here.

Ini adalah sequel dari First Meet. Buat yang minta ini sequel seneng, kan? Yuu harap kalian seneng, meskipun ceritanya mungkin pasaran, absurd, dan jauh dari kata bagus. Dan untuk chapter berikutnya, bisa nebak ga kira-kira kapan Yuu bakal nge-post? :D

Dan juga, Yuu ingin ngucapin SELAMAT ULANG TAHUN TERUNTUK KIM (JUNG) JAEJOONG. God bless you always, Mom.