A/N: Yahhh... apa yang harus saya katakan? Hahaha... penulis pemula nih~ Apalagi saya tidak sempat main Persona 4 sampai jauh karena berbagai hal (persiapan untuk lulus dan universitas OTL).

Well, pertama-tama saya beri warning. Cerita ini mengandung shonen-ai yang tidak terlalu kental, tahulah, shonen-ai~ Cinta antar lelaki, gay, homo, apalah kata kalian. Kalau ada yang anti itu, lebih baik segera tekan tombol back dan tidak membaca fanfic ini karena saya malas kena flame karena hal itu.

Selamat membaca bagi yang berkehendak~

Disclaimer: Atlus

xXxXxXx

Tenda

Sempit. Kata-kata itulah yang pertama kali terbesit dalam benak Souji. Bagaimana tidak? Mereka harus tidur berempat dalam satu tenda dibatasi dengan barang-barang di tengahnya. Belum lagi menghitung batu besar yang sempat menjadi perdebatan ketika Kanji datang tadi.

Ia tidak bisa tidak menyalahkan Chie dan Yukiko. Kanji juga salah satu penyebabnya. Ia dan Yosuke adalah korban. Padahal tadinya ia dan Yosuke dapat tidur berdua dengan tenang. Hanya berdua.

Souji menghela nafas. Ia menatap barang-barang di hadapannya sebelum membalikkan tubuhnya dengan susah payah.

"Hei, hati-hati! Kamu menendang kakiku!"

Souji menatap wujud di hadapannya. Yosuke, sangat dekat dengannya. Mereka saling berhadapan. Souji dapat merasakan nafas Yosuke menerpa wajahnya.

"Benar-benar. Sempit sekali! Jangankan bergerak, untuk mencari posisi tidur yang nyaman saja sulit!"

Lelaki berambut coklat itu sejak tadi mengomel dengan suara berbisik. Takut ketahuan guru, terutama Bapak Marooka, mungkin. Atau mungkin agar Chie dan Yukiko tidak mendengarnya. Souji menghela nafas mendengar teman sekelasnya mengoceh. Memang, mereka berdua melipat tangan dan memiringkan tubuh sedemikian mungkin agar ruangan yang sempit itu cukup untuk mereka berdua.

"Aku berusaha memikirkan posisi yang nyaman untuk kita."

Yosuke terdiam sejenak mendengar kata-kata lelaki berambut abu-abu itu. Ia mengangguk pelan. Tidak ada pilihan lain, pikirnya.

"Baiklah. Ada ide?"

Anak pindahan itu tersenyum – nyaris menyeringai. Ia mengangkat tangannya dan menaruhnya di punggung Yosuke sebelum mendekatkan tubuh lelaki itu ke arahnya.

"Ini lebih baik."

Souji tersenyum puas, berbeda dengan Yosuke yang nampak terkejut. Ia sedikit mendorong Souji, tetapi tidak terlalu kencang karena ia sadar betapa sempitnya ruangan mereka berdua.

"Kamu gila?!"

"Hei, itu hanya saran. Kamu juga dapat memelukku balik. Lebih baik seperti itu daripada tidur pegal-pegal."

Anak pemilik Junes itu terdiam. Souji tidak bermaksud apa-apa – setidaknya ia terlihat lebih LURUS dari Kanji. Sebelumnya, Souji juga pernah memeluk Yosuke. Alasannya, tak lain dan tak bukan untuk menghibur pemilik sepeda rongsok itu. Dan sampai sejauh ini, Souji adalah teman terbaiknya, teman terdekatnya, pimpinan yang baik, dan orang yang dapat ia percaya. Mengapa ia harus keberatan untuk tidur berpelukan dengannya?

Yosuke menggerakkan tangan kanannya menyentuh pingang Souji sebelum melingkarkannya hingga telapak tangannya menyentuh punggung lelaki itu. Ia mendekap erat Souji. Tidak buruk juga, walau membuat musim panas semakin terasa panas.

"Yah. Lebih baik daripada tadi. Setidaknya tidak terasa begitu sempit."

Melihat reaksi Yosuke yang tidak keberatan, Souji menaruh kakinya di atas kaki partnernya itu.

"Hei!"

"Selamat malam, Yosuke."

Lelaki bermata hitam itu tersenyum lembut. Ia mempererat pelukannya dan memejamkan mata. Yosuke tidak dapat berkata apa-apa, wajahnya menjadi agak merona. Apakah karena suhu disini tiba-tiba menjadi lebih panas?

"...Selamat malam, Souji."

xXxXxXx

Yosuke membuka matanya. Dari cahaya yang sedikit masuk dari celah-celah tenda, ia dapat menerka sekarang sudah subuh. Ia masih memeluk Souji dan lelaki di hadapannya nampak tidur dengan tenang. Yosuke harus membangunkannya, sudah saatnya memindahkan Kanji dari tenda perempuan...

"Ah, dia bangun!"

Yosuke agak mengangkat kepalanya. Ia dapat melihat asal suara itu. Chie, Yukiko, dan handphone di tangan Chie yang sempat ia lihat sebelum disembunyikan di belakang tubuh gadis itu.

"Pagi, Yosuke! Ahahaha... Sudah bangun?"

Wajah Yosuke langsung berubah pucat.

xXxXxXx