Disclaimer : Naruto punyanya Bang Masashi Kishimoto

saya newbie di sini. mohon bimbingannya *bungkuk-bungkuk*

happy reading all :)

Warning : OOC, Typo, KakashixOC, dll.


Langit sudah mulai gelap mendung dengan awan yang bergulung-gulung dan beberapa kali kilatan cahaya terlihat di langit membentuk segaris akar yang bengkok tidak beraturan saat gadis itu berhasil masuk ke dalam mobilnya.

"Paman, cepat sedikit, ya.. Kasihan Naruto kalau sampai kehujanan.." pinta gadis itu dengan nada khawatir yang biasanya pada sopir pribadinya yang baru saja duduk di balik kemudi.

"Tentu saja, nona.." dan pria paruh baya itu pun segera memacu mobilnya menuju ke akademi Konoha, tempat adik si gadis berada.

.

.

"Sedikit lagi selesai, Kakashi. Hanya tinggal ini.." laki-laki dengan seragam yang berantakan dengan rambut yang melawan gravitasi itu meletakkan beberapa buku di atas meja yang mereka pakai itu dengan kasar.

"Hei, jangan lakukan itu! Kau merusak pekerjaanku!" laki-laki dengan bekas luka yang membentang melewati batang hidungnya itu membanting pulpennya kesal. Sepertinya mereka hampir bertengkar lagi namun berhasil dibatalkan oleh laki-laki berambut perak yang duduk di dekat mereka juga.

"Ayolah, Iruka, Asuma. Jangan menambah pekerjaanku. Aku harus cepat menyelesaikan salinan sialan ini dan menjemput adikku." Kata laki-laki itu sambil menatap bergantian kedua rekan gengnya itu.

"Oh.. Sakura-chan? Bagaimana kabarnya? Aku sudah lama tidak melihatnya.. bagaimana kalau aku saja yang menjemputnya sementara kau menyelesaikan semuanya? Kau tahu, pekerjaanku sudah selesai.." Gai, laki-laki beralis tebal itu mendekatkan wajahnya dan menampakkan senyum gigi-putihnya pada Kakashi.

"Dasar keparat! Mati saja sana!" Kakashi yang kesal pun melempar bukunya yang sedari tadi dia tulis dengan kalimat-kalimat aneh, hukuman dari Tsunade, sang kepala sekolah untuk kenakalan mereka setelah ketahuan berkelahi dengan geng sekolah seberang.

"Hei.. aku Cuma bercanda, kan?"

"Kakashi, sebaiknya kau jemput adikmu sekarang. Hujannya semakin deras." Asuma menyematkan sebatang rokok di antara bibirnya dan mengambil sebuah pemantik dari dalam sakunya.

"Apa?" Kakashi pun segera melihat ke luar melalui jendela. Benar saja, hujan sudah mulai turun. Dan spontan dia bangkit dari kursinya menyambar blazer seragamnya dan meninggalkan ruangan itu.

"Hoiii, kau tidak mau diskors lagi, kan? Ayahmu akan membunuhmu..!" Iruka mengikutinya sampai sebatas pintu sambil melongok mengikuti Kakashi yang sudah sedikit jauh.

"Nanti aku akan kembali." Jawab kakashi yang beberapa detik kemudian hilang di tikungan lorong.

"Haaaaahh.. kurasa kita harus tinggal di sini lagi.."

.

.

"Seharusnya kakakku sudah menjemput.." gadis kecil dengan rambut yang menyerupai warna bunga Sakura itu mulai terlihat gusar menunggu di depan pintu utama sekolahnya sambil berlindung dari hujan yang perlahan turun.

"Tenang saja, kakakmu pasti datang." Bocah laki-laki berambut kuning yang sedari tadi menunggu bersamanya menepuk bahu gadis kecil yang sudah kelihatan hampir menangis itu.

Seluruh sekolah sudah kosong. Rapat mendadak yang diadakan para guru membuat tak seorang pun yang bisa menemani mereka menunggu di sana. Semua murid tentu saja sudah pulang, ini sudah lewat satu jam dari waktu pulang mereka.

Lalu tampaklah sebuah mobil hitam mengilap yang memasuki halaman sekolah itu yang membuat wajah si bocah laki-laki berseri-seri. Tak lama seorang gadis keluar dari dalam mobil dengan sebuah paying hitam dan berjalan kea rah kedua anak itu.

"Kak Seira..!" bocah laki-laki itu memanggil nama gadis itu dengan gembira sekali.

"Maaf, Naruto.. tadi kakak harus menyelesaikan rapat dengan anggota OSIS yang lain, jalannya juga macet. Kau sudah lama menunggu, ya..?" gadis itu meletakkan payungnya dan memeluk bocah laki-laki itu.

"Ini temanmu?" perhatian gadis itu teralihkan pada gadis merah muda yang berdiri di dekat Naruto.

"Iya.. namanya Sakura. Dia masih menunggu kakaknya. Bisa kan kita menemaninya sampai dia dijemput?"

"Hm.. tentu saja.." Seira mengangguk setuju.

.

.

.

Sepuluh menit mereka menunggu, hujan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, udara semakin dingin dan bahkan petir mulai menyambar-nyambar. Membuat gadis merah muda itu terlihat kedinginan dan ketakutan.

"Naruto, kau bawa jaket, kan? Ayo pakai sekarang.. udaranya dingin nanti kau bisa sakit.." gadis berambut hitam itu melepaskan blazernya sementara Nruto mengambil sebuah jaket dari dalam tasnya.

"Sakura-chan, pakai ini, ya.." dipakaikannya blazer itu di bahu mungil Sakura dan menngaitkan kancingnya.

"Kakak bagaimana..?" Sakura kecil itu bahkan sempat mengkhawatirkan kakak perempuan sahabatnya itu.

"Taka pa, lihat.. seragamku berlengan panjang dan masih ada rompi ini.. aku tidak akan kedinginan. Cukup hangat, kan?"

"Em.." gadis itu mengangguk.

"Sakura.. bagaimana kalau kau kami antar pulang? Ini sudah terlalu lama dan dingin di sini.." keluh Naruto yang berusaha memeluk dirinya sendiri agar tetap hangat.

"Apa kau tahu dimana rumahmu?" tanya Seira.

Yang hanya dibalas dengan sebuah gelengan kepala dari gadis kecil itu. Bahu gadis kecil itu mulai kelihatan bergetar seperti menahan tangis, Seira yang menyadarinya pun langsung mencoba menenangkannya.

"Tak apa, tak apa.. kami akan menemanimu sampai kau dijemput pulang.. jangan menangis, ya.."

"Terimakasih.." gadis itu mengusap matanya yang sudah hampir meneteskan air mata.

"Kemarilah, jangan jauh-jauh.."

.

.

.

"Sial! Kenapa di sini macet?!" berulang kali laki-laki berambut perak itu membunyikan klakson mobilnya memaksa mobil di depannya berjalan meskipun dia tahu itu tidak akan berhasil.

Lampu lalu lintas terasa tidak adil di saat-saat seperti ini. Sangat lama saat merah dan begitu cepat saat berubah hijau. Belum lagi di tambah beberapa mobil yang memaksa menerobos tanda berhenti dan membuat jalanan terkunci. Tak bisa bergerak. Padahal tinggal satu tikungan lagi dan dia akan sampai di sekolah adik perempuan kesayangannya.

.

.

.

Dua puluh menit berlalu dan mereka sudah dibuat lelah menunggu sampai akhirnya, datang sebuah mobil mewah lainnya yang memasuki halaman sekolah dan berhenti di tempat parker, berseberangan dengan mobil gadis itu.

Seorang laki-laki berambut perak keluar dari dalamnya dan dengan sebuah payung besar berlari ke arah mereka.

"Itu kakakmu, kan?" tanya Naruto sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah laki-laki itu.

"Em.." gadis kecil itu mengangguk.

"Saki.. ayo pulang.." kata laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya. Dan gadis kecil itu pun segera menyambut tangan kakaknya.

"Dah.. Naruto, Kak Seira.." Sakura melambai kecil.

Seira dan Naruto pun segera mengambil payung mereka dan hendak berjalan ke arah mobil mereka yang sudah bergerak mereka membukakan pintunya dan Seira menyuruh Naruto masuk lebih dulu.

"Hei.." Kakashi menghentikan gadis itu sebelum dia masuk ke dalam mobil.

"Hm..?" gadis itu pun berbalik ke arah Kakashi.

"Terimakasih sudah mau menemani adikku.." kata lak-laki bermata heterogen itu.

"Sama-sama.." Seira menjawabnya dengan singkat dan ramah, kemudian dia masuk ke dalam mobilnya dan sopirnya menutupnya. Kemudian mobil itu berlalu dan menghilang di ujung tikungan.

"Kakak, ayo pulang..!" Sakura yang jauh lebih pendek daei kakanya itu menarik lengan kakaknya.

"Ah.. ayo.." Kakashi pun menggendongnya. Perhatiannya langsung tertuju pada blazer yang dikenakan adiknya itu. Terlalui kebesaran untuk ukran badannya. Tentu saja itu bukan miliknya.

"Blazer ini milik siapa?"

"Kakak yang tadi baru saja bersama Naruto.."

"Kenapa tidak kau kembalikan?"

"Ah..! maafkan aku.."

"Hm.. sudahlah.. nanti biar kakak yang mengembalikannya.."

To be Continued


Gimana? gimana?

maaf, kalau kurang memuaskan...

Mohon Reviewnya yaa :D