Ai No Uta

.

-Man Owned by Hoshino Katsura

.

Ai No Uta Owned by RuikaNanami

.

Pair : AreKan ( Allen x Kanda )

ENJOY!

Chapter 1 – Ah, It's a wonderful cat life!

Based of "Aa, Subarashiki Nyansei!" By Kagamine Len and GUMI

WARNING:

Typo, misstypo, OOC, EYD yang tidak sempurna, dll. Dan fic ini juga agak berbeda dari lagu aslinya.

ENJOY!

Pemuda setengah kucing itu melompat dengan lincahnya dari atap ke atap. Mata peraknya memandang tajam dari sudut ke sudut, mencari sesosok yang sudah cukup lama menarik perhatiannya. Rambutnya berkibar tertiup angin, menandakan betapa dinginnya cuaca malam itu. Namun tidak. Ia tidak akan menyerah sebelum menemukan satu sosok yang sangat menarik perhatiannya itu.

Nah, itu dia.

Allen melihat ada seorang pemuda setengah kucing duduk di atas kasur empuknya di balik jendela. Rambut birunya terlihat berkilau dan sikapnya sangat elegan. Tidak salah lagi. Itulah sosok yang selalu ia cari-cari.

Dengan sangat hati-hati, Allen melompat sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara. Sudah banyak rumor yang ia dengar tentang 'kucing' yang satu ini. Dan mungkin itu sedikit membuat Allen ketakutan. Artinya, pendekatan harus dilakukan seakrab dan sehalus mungkin.

Perlahan, Allen mengintip ke balik jendela itu. Oh, bagus. Si pemuda setengah kucing itu belum menyadari keberadaannya. Allen kembali mengamati sosok di balik jendela tersebut. Bila dilihat dari belakang, sekilas pemuda itu terlihat seperti perempuan. Perlahan Allen mengintip kamarnya. Wow, kamarnya benar-benar luas. Bersih pula. Kamar itu dihiasi oleh nuasana Jepang tradisional. Hampir seluruhnya berwarna biru laut. Kecuali futonnya yang berwarna hitam. Namun, Allen tidak tertarik. Menurutnya, berada di alam bebas lebih menarik daripada berada dalam kamar yang sempit.

Walaupun sudah cukup lama pemuda berambut perak itu berdiri di situ, si 'kucing' peliharaan manusia itu masih saja belum sadar akan keberadaannya. Akhirnya Allen yang memulai pembicaraan.

"Halo, kucing manis~ Menoleh kesini dong~"

Dan masih belum ada reaksi. Allen sabar menunggu. Mungkin saja ia hanya berpura-pura tidak mendengar. Akhirnya, Allen kembali berbicara.

"Halo, kucing ma-"

"Berisik, kucing dekil"

Wow. Kata-kata yang tajam dan sangat menyakiti hati. Tapi tidak cukup tajam untuk mematahkan tekad seorang Allen Walker.

"Oh, Kucing yang galak~ But you're still cute~" ucap Allen dengan logat Inggris yang kental. Jika ditanya kenapa ia bisa berbahasa inggris, sebab ia adalah manusia setengah kucing, bukan kucing sepenuhnya.

Ah, sudahlah. Kita lupakan masalah itu dan kembali ke fanfic.

"Baiklah, siapa namamu, kucing imut?" tanya Allen sambil menyunggingkan senyum yang dapat membuat semua orang meleleh. Namun mungkin untuk orang di depannya ini harus diberi pengecualian. Dan kucing di balik jendela itu tidak menjawab, hanya menunjuk ke arah pintu kamarnya yang bertuliskan 'Kanda Yuu's room'

'Oh, nama kucing itu Kanda Yuu' batin Allen.

"Baiklah, Kanda. Di malam indah yang berbintang ini, mau bermain denganku?"

"Tidak mau"

"He? Kenapa?" tanya Allen dengan wajah yang oh-so-damn-cute

Kanda memberi sebuah Allen glare "Di luar itu bahaya, tahu. Kotor lagi. Mana bisa aku bermain di tempat yang tidak higienis begitu?"

Kucing yang keras kepala. Itulah yang Allen catat dalam hati. Allen menarik nafas. Tampaknya butuh sedikit kesabaran untuk merayu kucing yang satu ini.

Allen menggoyang-goyangkan jari telunjuknya, "Ckck, kamu salah Kanda, Berada di luar itu menarik, lho!"

Sebelah alis Kanda terangkat naik. "Memangnya mananya yang menarik?"

"Kita bisa main kejar-kejaran dengan burung merpati!"

"Itu hanya melelahkan"

"Atau mencuri ikan!"

"Disini, aku dapat makanan enak. Untuk apa susah payah mencari makanan di luar?"

"Tapi kita juga bisa tidur-tiduran di atas atap. Sambil memperhatikan kegiatan manusia-manusia. Menarik, kan?"

"Apanya yang menarik? Lagipula untuk apa tidur-tiduran di atap yang keras? Lebih baik tidur-tiduran di atas kasur yang empuk. Lagipula..." Kanda menatap Allen sebentar, kemudian melanjutkan kalimatnya. "Kau kotor. Berbeda denganku. Kutebak, kau pasti tidak pernah mandi, kan?"

"Tapi lebih asyik di luar rumah daripada di dalam kamar yang tertutup!" seru Allen. Bagaimanapun juga, Allen masih belum mau menyerah. "Hidup kucing kan cuma sekali, lebih baik kita nikmati. Bagaimana kalau..." Allen sedikit memajukan badannya, walaupun ia sempat terhenti karena ternyata jendelanya tertutup dan membuat ia terpaksa sedikit memundurkan badannya karena tidak ingin terbentur. "...kubantu kau melepaskan kalung yang mengikatmu itu?"

Kanda mendelik tajam kearah Allen, "Kau ini sedang merayuku, ya?"

Allen sweatdrop. Memangnya daritadi ia tidak terdengar seperti sedang merayunya?

Kanda berdiri dari sofa empuk tempat ia duduk, dan berkata "Maaf saja, aku bukan kucing gampangan." Dan Kanda menutup gorden jendela dengan gerakan cepat.

"HIE! Tunggu dulu, Kanda!" Allen menggedor-gedor jendela, berharap Kanda akan membuka gordennya sehingga Ia dapat melihat sosok Kanda lagi. "Aku bukan merayu! Aku hanya ingin mengobrol sebentar denganmu!"

Gordennya sedikit terbuka dan memperlihatkan sedikit wajah Kanda–sangat sedikit, sehingga Allen hanya bisa melihat tatapan Kanda yang tajam dari balik jendela- "...benar bukan merayu?"

Allen tertawa kecil. "Benar kok, bukan."

"Lalu kalau bukan merayu, yang barusan itu namanya apa?"

"Eh... Aku hanya berusaha membuat kau sedikit lebih terbuka!" jawab Allen spontan. "Bagaimana kalau kau buka jendela itu dan meloncat keluar?"

Kanda kembali menatap tajam Allen, "Sudah kukatakan, di luar itu berbahaya. Bagaimana kalau kau tertabrak mobil? Berbeda denganku, tidak ada yang melindungimu."

Allen mengerjapkan matanya beberapa kali. "Kanda... kau... khawatir?"

Tiga kata tersebut sudah cukup untuk membuat wajah Kanda memerah. "Bukan! Aku hanya mau bilang kalau diluar itu berbahaya!"

Allen tersenyum kecil, "Tidak bahaya kok kalau bersama teman. Aku punya teman-teman yang keren. Namanya Lavi, Link, dan masih banyak lagi. Kalau keluar dari sini, kau akan kukenalkan dengan mereka."

"Aku tidak mau berkenalan dengan kucing liar yang tidak punya etika." Jawab Kanda.

"Tapi diluar itu tidak berbahaya, kok! Lihat, aku akan turun. Dan lihatlah, aku tidak akan tertabrak mobil!"

"Tunggu du-" dan belum Kanda menyelesaikan kalimatnya, Allen sudah keburu melompat kebawah. Ia berdiri di tengah jalanan dan berteriak, "Tuh, tidak berbahaya, kan?" anda menghela nafas lega. Setidaknya jangan ada kucing yang terbunuh gara-gara beradu pendapat dengannya. Namun belum tiga detik Kanda bernafas lega...

TIIIN!

MIAW!

...sebuah mobil melintas dengan kecepatan yang cukup tinggi. Untungnya Allen berhasil menghindarinya. Allen melompat ke atas atap dengan cepat, sehingga mobil itu tidak sempat menabraknya. Kemudian Allen kembali melompat ke jendela rumah dimana Kanda berada.

"Tuh, berbahaya kan?"

"Err... yang tadi itu kebetulan saja ada mobil lewat."

"Tapi kau tidak tahu jika besok ada mobil lain yang lewat dengan kecepatan yang lebih tinggi, kan?"

Hening sebentar.

"Ah, Kanda keras kepala, ya~ Aku jadi jatuh cinta padamu~"

"Hmp. Sayang sekali, tapi aku sama sekali tidak tertarik padamu." Jawab Kanda singkat.

Dan sebuah belati yang luar biasa tajam langsung meluncur menuju jantung Allen. Belum ada beberapa menit ia menyatakan perasaan, langsung ditolak? Mungkin memang sejak lahir Allen selalu sial.

"K-kanda, kamu punya impian, tidak?"

"Impian?"

"Iya, impian. Kalau aku punya impian untuk pergi keluar dari kota ini! Lalu pergi jauh, supaya aku bisa melihat aurora dengan mata kepalaku sendiri! Kalau kau bersamaku, pasti menyenangkan. Sayangnya..." sekitika wajah Allen berubah menjadi lesu. "...sepertinya tidak mungkin."

"Bodoh, memangnya mengubah gaya hidup itu semudah itu, lagipula–"

"Yuu!"

'Oh, sial!' umpat Kanda dalam hati. "Merunduk, kucing bodoh! Pemilikku datang!" Seru Kanda. Bisa gawat kalau pemiliknya tahu ia sedang berbincang-bincang –atau adu pendapat, tepatnya- dengan kucing liar. Secara spontan Allen merunduk dan menahan nafasnya agar tidak ketahuan oleh pemilik kucing yang menarik hatinya itu.

Pintu ruangan terbuka, memperlihatkan seorang pemuda berambut coklat dengan luka di hidungnya. Ia tersenyum, lalu berjalan mendekati Kanda dan menepuk kepalanya. "Aku pergi sebentar. Jaga rumah, ok?"

Kanda mengangguk pelan. "Hmm."

Dan pemuda itupun berjalan keluar kamar. Allen bernafas lega. "Kanda, yang tadi itu siapa?"

"Dia Alma Karma, pemilikku. Dia tipe orang yang baik, jadi tidak mungkin aku pergi meninggalkan rumah ini."

"Oh, jadi karena alasan itu kau tidak bisa meninggalkan rumah ini?" tanya Allen yang dijawab oleh anggukan singkat dari Kanda. "Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu!"

Mata Kanda langsung terbelalak lebar. "Hei, kita ini sedang dalam tengah pembicaraan, jangan kabur du–HEI!" Namun Allen sudah lenyap dibalik atap rumah itu. Kanda menghela nafas dan berbisik dengan wajah memerah,

"Kalau besok kembali juga boleh, kok... Aku akan menunggu."

Dan ternyata, pada malam itu juga Allen telah berhasil mendapatkan hati Kanda, walaupun ia sendiri tidak mengetahuinya.

~END~

A/N: Hwahahaha! Akhirnya saya bisa juga ngepost FF satu ini! *ketawa gaje* *dibekep security* Gimana? Gimana? Bagus nggak? *ngarep*

Omong-omong, sebenarnya ini fic itu kumpulan songfic. Pairing? Udah jelas tertulis di atas, kan? AreKan. Allen x Kanda. Yup, Seme Allen, Uke Kanda. Hwahahahaha! Saya paling suka nge-ukein Kanda! Hwahahahaha! *plakk

Saya nerima request juga kok :3 Tulis aja judul lagu dan siapa yang menyanyikan di review, dan saya akan membuat fanfic dengan sebaik-baiknya! XD

Berkenankah untuk meninggalkan sedikit review?