hai, hai, hai *melambai-lambai bak nyiur melambai* plak!
hheheh,, hai minna-san, nih aku newbie, mencoba mempublish ceritaku sendiri.. bagi yang berkenan membaca mohon meninggalkan jejak jika berkenan yah, aku masih anak bawang(?) butuh bantuan nih buat ngembangin fict ini, juga buat para senpai semua salam kenaal ^_^
yosh, happy reading *kayak ada yg baca aja*
Bukti cintaku, Bukti penghianatan dimatamu
by hime kirika
disclaimer : you-know-who alias masashi kishimoto-sensei
Pairing : siapa aja boleh.. hahahah :p
warning : gaje, alur kecepetan, dan silahkan nilai sendiri ^_^
"Sedang apa sakura..? sudah malam, nanti sakit.."
"hanya melihat bintang nii-chan, tidak apa-apa, nii-chan tau kan sistem imunku bagus. Tak perlu hawatir."
"meskipun begitu aku khawatir karena aku menyayangimu. Telah cukup 'letih' yang kau tanggung, dan cukup pula 'beban' yang kau pikul, setiap malam melihat bintang yang masih sama, atau mungkin kau tengah memandangi malam dan berdalih melihat bintang?"
"sepertinya aku memang tidak bisa membohongi nii-chan, hmm.. mungkin karena malam mengingatkanku padanya.. malam yang sesak, di penuhi kegelapan, tanpa mereka para 'bintang' yang kini di hadirkan untukku, untuk melanjutkan hidup tanpa sang 'malam', tapi kau tau nii-chan? Apa gunanya bintang tanpa malam? Mungkin langit malam akan begitu kosong tanpa para 'bintang', tapi para bintang tidak bisa muncul tanpa sang 'malam'.."
Kalian bingung..? aku akan menceritakannya dari awal, Ini adalah kisah hidupku. Seorang gadis kaya penuh keberuntungan, mobil mewah, harta berlimpah, tak ada yang tak sempurna di hidupku. Selalu ada hal istimewa jika kau mendengar nama 'Haruno sakura' di sebutkan. 'Haruno'. Orang bodoh mana di dunia yang tidak mengenal nama ini, nama keluarga yang populer melebihi nama pangeran dan raja inggris. Nama yang membuat semua orang membungkuk hormat. Nama yang di puja, nama yang begitu di agung-agungkan. Yah semua, kecuali dia.
"Uchiha sasuke, yoroshiku"
"baiklah uchiha silahkan duduk di seberang nona haruno"
Pemuda tampan berkarisma nan dingin ini, adalah murid pindahan di sekolahku, aku kenal nama keluarga itu, uchiha. Uchiha adalah keluarga yang bersaing dengan haruno dari segi apapun. Aku pernah mendengar nama-nama uchiha sebelumnya kecuali uchiha sasuke. Baru kali ini aku melihatnya. Rupanya sedari tadi aku tengah memperhatikannya, hingga ia beralih tatap padaku
"terpesonakah, haruno sakura?"
"yah, hanya orang bodoh yang akan sanggup menolak pesona seorang uchiha, dan hei. Kau tau nama kecilku?"
"hn, dan hanya orang bodoh yang tidak tau putri tunggal haruno, si putri kayangan yang di kejar setiap pria, dari pangeran hingga pengemis"
"berlebihan kau uchiha"
"hn"
Aku tidak tau apa yang terjadi, meskipun keluarga kami bersaing, namun aku tau benar tidak ada kebencian di antara kedua keluarga. Aku adalah gadis yang terang-terangan, aku akan berkata suka bila suka, dan berkata tidak jika tidak. Dan ku akui, pangeran tampan ini sedikitnya menarik perhatianku. Dia jenius, berawal dari perkenalan kami, terlibat percakapan pendek, mulai dekat satu sama lain.
Meskipun aku putri dari keluarga kaya aku bukan benar-benar seorang putri. Aku dan semua sikap brutal dan pembangkangku ini di ketahui hanya oleh sahabat-sahabatku, yang juga berasal dari latar belakang yang sama denganku. Yamanaka ino, dan hyuuga hinata.
"bwahahahahaaha, kau gila pig"
Aku tertawa dengan tidak anggunnya ketika ino mulai membocorkan berita-berita miring tentang sesuatu atau seseorang di sekolah kami, dan perlu kalian ketahui, satu-satunya yang mirip dengan putri istana itu hanyalah hinata, putri sulung dari keluarga hyuuga. Sedangkan ino? Jangan di tanya! Kami sama bebalnya, kami hanya akan anggun di hadapan keluarga kami, dan teman kami. Jika sudah bersama sahabat, ku rasa kami lebih mirip preman pasar.
"diamlah jidat, tertawamu jelek sekali. Hinata hampir pingsan tuh"
"eh? Ti-tidak kok sakura-chan.."
"bwahahhaa, kau di kerjai hinata-chan, kau lucu sekali sih, jangan hawatirkan kata-kata si pig itu. Meskipun kau pingsan mendengar tawaku yang merdu, aku tidak akan marah padamu"
"ya, ya.. tawamu merdu terdengar seperti terompet kematian di telingaku jidat"
"halaaah, paling kau iri pig, tawamu kan lebih buruk dari itu, coba sai mendengar ini, aku bertaruh sai akan lebih pucat dari sekarang. Bwhahahahahahahaha"
Lagi dan lagi aku selalu menggoda ino ataupun hinata. Karena hanya dari merekalah kebahagiaanku berasal. Jangan kalian fikir meski dunia berada di genggamanku aku akan bahagia, tidak. aku sama sekali tidak bahagia.
Aku hampir tak mengenali kedua orang tuaku yang hanya sibuk bekerja dan bersaing. Kakak sepupuku, akasuna sasori, sedang ada di suna mengurus beberpa proyek cabang dari haruno corp.
Bisa di bilang kakak sepupu yang sudah ku anggap kakak kandung. Dan soal sai yang ku sebutkan di atas, dia adalah kekasih ino. Hinata? Dia juga punya, sahabat kecilku. Uzumaki naruto. Akh ralat, sahabatku sejak kecil, si pirang bodoh uzumaki naruto.
Seperti sore itu, aku, ino dan hinata berniat jalan-jalan, sbelum jalan-jalan kami berubah jadi tripple date karena kehadiran para kekasih. Bukann kekasihku, hanya kekasih hinata dan ino yang datang bersama sasuke, dan menjebak aku dan sasuke di situasi yang di sebut kencan oleh mereka.
"haaaaah, tau begitu aku ke salon sendiri saja"
Kataku mengeluh
"jangan begitu sakura, memang apa salahnya kalau kau disini? Lagi pula sasuke tidak punya teman"
Ino si pig menanggapi keluhanku.
"masalahnya bukan ada pada 'sasuke yang tidak punya teman' tapi ada pada seorang gadis gila yang beberapa waktu lalu mengajakku (baca : memaksaku) dan hinata untuk ikut hang out yang tidak pernah di sebutkan akan berakhir dengan kencan"
Kataku lagi, dengan sangat tajam kearah ino. Aku sempat melirik pada sosok yang kini duduk di sampingku, sedikit malas kemudian menyeringai err.. tampan.
"maaf sakura,, aku kan tidak tau akan bertemu sai di sini"
Dengan bersalah—sedikit atau banyak—ino menunduk meminta maaf padaku. Kalau dia sudah begitu aku bisa apa?
"hh, sudahlah. Sudah terjadi, lagian sai, naruto, kalau mau jalan bilang-bilang dulu bisa kan?"
"maaf sakura-chan, ini kan tidak di rencanakan"
Kata naruto meminta maaf sambil nyengir dan menggaruk belakang kepalanya yang ku yakin tidak gatal
"sudahlah haruno, sekalian saja kita kencan, eh?"
Hn, kalian tau sikap uchiha sasuke belakangan ini? Menggodaku! Yahh itu benar, setelah menjadi murid baru di sekolahku selama 3 minggu ini, dia seriing menggodaku, terbukti dari caranya memanggilku haruno, padahal kami telah sepakat untuk memanggil nama kecil masing-masing, tapi dia akan memanggilku haruno kalau evil side nya keluar. Dan beginilah jadinya yang ku lakukan hanya memutar mata bosan.
"urusai, uchiha! Kencan rambut ayammu. Aku tidak sedang dalam mood untuk berkencan'
"benarkah? Hmm, menarik, baiklah aku akan membuat (baca : memaksa) mood milikmu ke dalam mode kencan, jidat!"
"oh yeah?"
"ya"
"oh yeaah?"
"ya"
"oh ye—
Belum sempat aku melanjutkan perkataanku tadi, sasuke menarikku berdiri yang sedari tadi sedang duduk di salah satu kursi pengunjung kafe yang ada di mall yang tengah kami telusuri(?). dengan memandang bosan dan tajam aku seolah menantangnya
"bagaimana caranya?"
"kau terlalu banyak bicara sakura, hey, aku pinjam sakura sebentar nanti ku kembalikan ke rumahnya saja dengan utuh dan selamat"
Jika tadi ku lihat ino dengan gaya lebaynya tercengang melihat sasuke yang banyak bicara, kali ini gantian aku yang tercengang, apa-apaan itu? Memangnya aku barang? Di pinjam seenaknya saja, dan coba lihat seringai menjengkelkan ino yang mulai terlukis di wajahnya, aku rasa aku tau apa yang akan di katakan selanjutnya.
"bawa saja, asal jangan apa-apakan dia yah,, dan sakura, telefon aku kalau sudah dirumah yah? Kau hutang cerita padaku!"
Ceh, sudah kuduga begini jadinya. Meninggalkan hinata dan ino bersama pasangan mereka, aku di seret sasuke entah kealam mana(?).
Sesampainya di tempat tujuan sasuke, ( taman bermain dengan berbagai macam wahana) aku memasang wajah datar yang jika kau lihat baik-baik tengah bergulat beribuu pertanyaan di hati, uchiha sasuke, mengajakku ke taman bermain? Bukan masalah mengajakku tapi masalah taman bermain. Benarkah? Ku rasa langit akan runtuh, jika uchiha tau sasuke kekanakkan seperti ini.
"kau menyeretku kencan ke taman bermain tuan uchiha?"
"hn, aku rasa seorang putri yang terbiasa tinggal di istana tidak pernah mengenal apa itu taman bermain"
Hatiku mulai bergemuruh mendengar ia berbicara begitu, entah karena aku yang marah dan tersinggung atau karena apa yang dikatakannya benar, ataukah karena memang dia tau bahwa aku memimpikan hidup seperti anak biasa dalam lingkungan normal.
Yah, dia benar. Aku memang bak putri yang terbiasa tinggal (baca : terkurung) di istana megah tanpa tau dunia luar. Di usia yang terbilang cukup muda ini aku harus belajar dan berperilaku seperti orang dewasa.
Aku tak bisa memberi tauu ino dan hinata bahwa aku ingin bermain ke tempat ini, selain karena aku malu, aku tak ingin mereka mengasihani hidup seperti ini. Tapi kenapa dia bisa tau?
"menghayal lagi, nona? Sudahlah. Jika kau tak ingin bermain cukup temani aku naik bianglala"
"aku tak tau kau punya selera kekanakan tuan muda"
Jawabku sarkastik.
"bukan karena selera sakura, ini karena kenangan"
Dia menimpali ucapanku sambil berlalu, aku hanya mendengarnya dalam diam dan ikut mengikutinya dari belakang. Apakah mungkin pria ini juga sama sepertiku? Apakah di seluruh penjuru dunia, harta kekuasaan dan kedudukan serta penghormatan selalu merenggut kebahagiaan? Aku fikir akulah satu-satunya orang yang hidup di dunia dengan cara seperti ini.
TBC~~
ini cerita fict biasa ala hime kirika, mungkin nggak menarik tapi aku harap yang
datang berkunjung sekiranya mau mereview ini, dan juga spesial thanks
buat para silent reader, maklum aku juga silent reader terdahulunya.. heheheh
