Title: Will You Marry Me?

Author: Song Min Hi ^^

Rated: T

Genre: Romance, Drama

Cast: Baekhyun, Chanyeol, Chen

Disclaimer: Chara bukan milik saya, tapi ceritanya milik saja. ^^

Warning: BL, yaoi, typos, OOC, alur berantakkan, aneh, gaje, pendek, etc.


Beberapa menit berlalu, Baekhyun sudah hampir membaca separuh lebih buku tebal dengan 200 halaman itu. Dia sedang berada di perpustakaan bersama tunangannya, dia juga baru pindah sekolah kemarin lusa sesuai dengan keinginan ayahnya. Baekhyun belum atau tidak memiliki teman satupun di sekolah barunya ini, bukan karena dia jauhi oleh murid-murid lainnya tapi dia sendiri yang menghindari mereka. Chen, tunangan Baekhyun itu hanya menemaninya sambil tidur saja. Baekhyun sama sekali tidak punya perasaan terhadap namja berbibir mirip bebek itu, sebaliknya juga Chen. Mereka berdua bertunangan karena kerja sama bisnis yang dibuat oleh keluarga mereka sendiri, yang berarti mereka adalah uang berjalan bagi keluarga mereka masing-masing.

Tidak jauh dari tempat duduk mereka, seorang namja jangkung yang cukup tampan tengah seksama memperhatikan kegiatan membaca serius Baekhyun sedari tadi. Dia merupakan putra tunggal dari Perdana Menteri Korea, dan itu artinya dia sangat disegani oleh semua penghuni di sekolahnya termasuk Baekhyun dan Chen. Sebenarnya Chanyeol menyimpan perasaan pada Baekhyun, tapi dia masih terlalu takut untuk terbuka. Semenjak Chen memperkenalkan namja mungil nan manis itu padanya, Chanyeol sudah jatuh hati hanya sekali pandang saja. Ini memang sekedar suka belaka, tapi jika dia adalah jodohmu. Siapa yang mau menolaknya?

Baekhyun sangat sadar kalau Chanyeol masih memandanginya dalam diam, dia tidak merasa terganggu sama sekali. Namun dia berharap tidak akan masuk dalam permainan yang diatur oleh Yang Maha Kuasa, dia tidak mau menjalin hubungan dengan banyak orang meskipun itu adalah keluarganya sendiri. Baekhyun terbilang egois terhadap orang lain bahkan untuk dirinya sendiri, dia hidup bagaikan robot yang mau saja diatur-atur dan bergerak kaku. Baekhyun sudah terbiasa seperti itu sejak kecil, apalagi dia merupakan seseorang yang introvert.

"Kenapa kau tidak ajak dia mengobrol saja? Matanya akan copot jika terus menerus menatapmu seperti itu," ucap Chen tanpa membangunkan kepalanya yang ia taruh di atas meja.

"Biarkan saja, aku tidak mau berhubungan dengan orang asing," sahut Baekhyun sambil membalik lembar keseratus sembilan puluh lima di buku yang bacanya.

"Memangnya dia makhluk seperti apa?" tanya Chen ingin sedikit bergurau.

"Alien dari planet Venus," jawab Baekhyun acuh.

"Baiklah, aku pergi dulu. Aku harus menemuinya sebelum aku kena omel lagi," pamit Chen langsung bangun dari tempat duduknya, sebelumnya ia sempat melihat waktu dulu di jam tangan mewahnya.

"Sampaikan juga salamku padanya, sepertinya dia mulai cemburu padaku," balas Baekhyun tetap memfokuskan perhatian pada bahan bacaannya.

"Tenanglah, dia bukan orang yang sensitif. Aku akan bertindak secepat mungkin, agar keluarga kita mau membatalkan pertunangan ini," Chen malah meneruskan obrolan mereka.

"Bagaimana caranya?" Baekhyun akhirnya selesai membaca buku keempatnya yang rata-rata halamannya sangat tebal.

"Cari saja orang lain yang lebih pantas dariku, kemudian akui kalau dia adalah pacarmu," saran Chen menyentuh bibir uniknya entah karena apa.

"Siapa?" Baekhyun bertanya dengan singkat dan padat.

"Misalnya namja di sana, dia tampak mulai panas karena perbincangan kecil kita ini," ujar Chen sambil mengalihkan pandangannya ke arah Chanyeol.

"Akan kucoba nanti, kau juga harus bekerja sama denganku," janji Baekhyun tidaklah serius.

"Aku sudah melakukan hal yang semestinya, sebentar lagi orang tuaku pasti mengetahui hubunganku dengan Xiumin," Chen berkata enteng.

"Kau terlalu percaya diri," ejek Baekhyun meremehkan.

"Terserah kau saja," Chen akhirnya benar-benar beranjak keluar dari perpustakaan untuk segera bertemu kekasih hatinya.

Baekhyun kembali mencari buku yang dirasanya menarik, kebiasaan membosankan yang selalu dilakukannya hanya membaca dan membaca. Jadi wajar saja dia punya otak yang encer, buku memang adalah jendela dunia. Tapi tidak membuat hati Baekhyun terbuka untuk dunia, dia hanya melakukan segala hal tanpa keinginannya sendiri. Mau saja ditunangkan di usia muda, misalnya.

"Butuh bantuan?" Chanyeol tiba-tiba sudah ada di sebelahnya dan memberi tawaran jasa untuk mengambil buku yang berada di rak paling tinggi yang sulit digapai oleh tubuh kecil Baekhyun.

"Ambilkan buku yang bersampul biru tua itu, sepertinya cukup membuatku penasaran terhadap isinya," Baekhyun selalu menyahut cepat.

"Oh, buku itu. Ini dia," kata Chanyeol dengan mudah meraih buku yang dimaksud Baekhyun tadi, lalu memberikannya pada si kutu buku.

"Gomawo," Baekhyun menunduk sedikit sebagai penghormatan, kemudian berlalu begitu saja dari hadapan Chanyeol.

"Sore ini, kau mau berkencan denganku?" tanya Chanyeol menahan lengan kurus Baekhyun.

"Kebetulan juga aku punya banyak waktu luang hari ini, tunggu aku sepulang sekolah nanti," jawab Baekhyun datar.

"Baiklah, jangan lupakan janji kita," nasihat Chanyeol tidak mau diingkari.

"Tentu saja," sahut Baekhyun bergegas kembali duduk ke tempatnya semula, tapi Chanyeol ikut duduk di sampingnya juga.

.

.

.

.

.

Sungai Han menjadi tempat kencan mereka. Meskipun tidak terlalu istimewa namun Chanyeol senang sudah bisa menghabiskan waktu berdua dengan orang yang disukainya. Chanyeol yakin jika yang dirasakannya ini adalah cinta, cinta sejati yang sudah menjadi cinta pertamanya. Chanyeol tidak peduli kalau nanti kedua orang tuanya tidak menyetujui hubungannya dengan Baekhyun, dia akan mengambil jalan lain untuk bisa memiliki namja mungil itu bagaimanapun caranya. Baekhyun sama sekali tidak memperdulikan perkataan orang lain tentang dirinya, toh dia juga terlahir dari pasangan gay yang masih bahagia saat bersama.

"Bagaimana caramu untuk membatalkan pertunanganmu dengan Chen?" Chanyeol kembali membuka pembicaraan, karena Baekhyun tidak mau bicara kalau dia yang tidak memulainya.

"Entahlah, aku belum memikirkan itu," sahut Baekhyun sambil menyesap latte-nya.

"Jika orang tuamu bersikeras menjodohkanmu dengannya, kau harus berbuat apa?" tanya Chanyeol lagi.

"Apa saja, asalkan aku terbebas dari permainan bisnis mereka itu," jawab Baekhyun menegaskan.

"Kawin lari saja denganku, aku akan menjamin kebahagiaanmu," tawar Chanyeol konyol.

"Kau tidak mengerti apa-apa tentangku," timpal Baekhyun pedas. Dikatakannya benar, Chanyeol sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Baekhyun. Mereka baru berkenalan dua hari yang lalu, Chanyeol bahkan belum pernah melihat wajah kedua orang tua Baekhyun. Tapi Chanyeol yakin bahwa orang tua Baekhyun itu baik, karena hati kecilnya menguatkan pendiriannya.

"Kau bisa mencobanya dulu," Chanyeol terlihat bercanda namun dia berkata serius.

"Lalu apa yang harus kukatakan?" Baekhyun juga tampak tidak peduli.

"Will you marry me?" Chanyeol sudah sangat siap untuk ditolak mentah-mentah oleh Baekhyun.

"Yes, I do," Baekhyun merasa perasaannya diselimuti kehangatan dan jantungnya mulai berdetak tidak karuan.

"Thanks," ucap Chanyeol tanpa pikir panjang langsung mengecup sekilas bibir Baekhyun, pipi si mungil tampak merona merah karena malu.

"Kau pasti tertekan sudah terlahir menjadi anaknya Perdana Menteri," Baekhyun sangat mengerti tentang orang-orang kaya seperti mereka terhadap publik, tapi dia tidak merasa seperti demikian. Selama ini, hidupnya hanya terasa hampa dan tidak ada hal istimewa apapun yang membuatnya berubah menjadi seorang anak yang periang seperti remaja lain.

"Begitulah, tapi aku tetap bahagia karena aku masih memiliki orang-orang yang mau menyayangiku," aku Chanyeol berekspresi seperti anak kecil.

"Kau beruntung sekali," balas Baekhyun tidak menyangka jika dia merasa iri.

"Dan aku akan mencintaimu setulus hati, meskipun hubungan kita ini tabu," Chanyeol berkata sangat baik.

"Aku juga akan mencoba mencintaimu dengan tulus," balas Baekhyun benar-benar dari lubuk hatinya.

.

.

.

.

.

Drrt drrt…

"Ne, yeoboseyo, Eomma," Baekhyun langsung menggeser layar ponselnya untuk menjawab panggilan masuk tersebut.

"Kau dimana sekarang, sayang? Kenapa belum pulang juga?" Ibu Baekhyun tengah mencemaskan sang anak.

"Batalkan pertunanganku dengan Chen, Eomma," Baekhyun berhasil membuat Chanyeol terkejut.

"Memangnya kenapa, sayang?" tanya Jaejong lembut.

"Aku sudah berpacaran dengan anaknya Perdana Menteri, Park Chanyeol," jelas Baekhyun tidak takut sama sekali.

"MWO? Tapi, sayang. Kau…"

"Aku akan melindungi Baekhyun. Kau tidak perlu khawatir, Eomma," sembur Chanyeol langsung merebut ponsel Baekhyun dari pemiliknya dan dengan berani menyebut namja cantik di seberang sana adalah ibunya juga.

"Aku percaya padamu, Chanyeol-ssi. Tapi tolong jaga Baekhyun baik-baik, dia sangat berharga bagiku. Cepat ajak dia pulang, Appa-nya sudah marah-marah sejak dari tadi karena dia belum kunjung pulang juga ke rumahnya," suara Jaejong terdengar frustasi.

"Ne, Eomma. Selamat malam," pamit Chanyeol ceria.

"Selamat malam juga," namja cantik yang masih awet muda itu langsung memutuskan panggilan telponnya secara sepihak.

"Bagus sekali, dalam waktu dekat aku akan terbebas dari ikatan rumit yang dibuat mereka," ujar Baekhyun bergegas mengambil kembali ponselnya dari tangan Chanyeol.

"Kajja, kita pulang bersama," ajak Chanyeol menawarkan lengannya untuk digandeng Baekhyun.

"Kajja~!" seru Baekhyun akhirnya dapat tersenyum sangat manis.

Langkah demi langkah, kaki mereka mulai berjalan menyusuri jalan raya yang mulai lengang. Tapi lama kelamaan, langkah mereka semakin cepat dan berujung mereka berlari kecil sambil menertawakan tingkah kekanakan mereka sendiri. Baekhyun sudah bisa merasakan bagaimana kebahagiaan itu terjadi. Dengan cinta, semuanya sangat terasa manis walaupun terkadang menyakitkan. Namun itu hanyalah sebuah selingan saja, hubungan yang terjalin erat akan tetap bertahan sampai kapanpun menggunakan kasih sayang mereka masing-masing. Mereka berhasil membuktikan kalau sepasang anak adam tetap bisa bersatu dalam cinta, tidak peduli apa yang orang-orang katakan tentang mereka. Cinta mereka mengalir seperti air, tidak ada seorangpun yang dapat menghalanginya kecuali Tuhan Yang Maha Adil.


END—


Sequel, sequel! Aku akan membuatkan sequel-nya, tapi ada syaratnya. Kalian harus tetap review. Karena jika semua fanfic yang kupublish tanpa review kalian, feel-nya akan terasa hambar buat aku. Mohon bantuannya ne, chingu~! ^^