Gekkan Shoujo Nozaki-kun Fanfiction
Mikoshiba's New Famliy
Gekkan Shoujo Nozaki-kun by Tsubaki Izumi
==tidak ada keuntungan secara materi atas penulisan ff ini==
.
Warning: Future!Au, berisikan kumpulan drabble untuk setiap satu tema chapter (adaptasi dari manga-nya yang berbentuk 4 panel) sehingga bisa dibaca dengan dipenggal-penggal setiap drabble-nya serta mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam pengetikan.
.
.
.
Chapter 1, cerita 1 : Kantor Arsitek Hori Masayuki dan Rekan
.
Keadaan kantor di siang menjelang sore itu terlihat santai.
Beberapa hari yang lalu mereka baru saja menyelesaikan sebuah proyek besar— membangun sebuah gedung pemerintahan—dan kini masih tersisa beberapa pekerjaan kecil yang tak terlalu menuntut untuk segera diselesaikan.
Direktur sekaligus pemilik resmi kantor itu pun sedang menikmati waktu senggang di ruangannya dengan menggambar beberapa desain bangunan baru, ya, bahkan di kala senggangnya ia melakukan pekerjaan yang ia gilai itu.
"Bos?"
Sebuah kepala dengan helai merah menyembul di pintu ruangannya setelah beberapa ketukan terdengar.
"Masuk saja,"
Pria yang mengenakan kemeja biru langit itu masuk dengan kikuk, "Bos memanggilku?"
Hori menaruh pensil dari genggamannya ke meja dan menyingkirkan kertas kotak-kotak yang sudah berisikan sketsa sebuah gedung ke sisi lain mejanya, "duduklah, Mikoshiba."
Mikoshiba Mikoto, pria dengan rambut merah—masih misteri merahnya alami ataukah hasil keterampilan tangan banci salon—itu duduk di seberang meja bosnya dengan harap-harap cemas. Bagaimana kalau … ternyata dia akan dikeluarkan dari perusahaan?!
Hori bangkit dari kursinya menuju meja tamu kemudian kembali dengan nampan berisikan dua buah cangkir Cappucino hangat, "minumlah,"
Dengan wajah yang masih bingung pria itu mengambil dan memimum Cappucinonya, "ada apa, Senpai?" akhirnya ia tak memanggil orang itu bos lagi karena ia tahu—jika bosnya sudah menyajikan Cappucino begini—perbincangan ini tak akan mengarah pada pekerjaan. Sedikit kelegaan menghiasi air mukanya.
Bos sekaligus seniornya itu duduk dengan santai di sudut meja menghadap ke arahnya, "kau dengan Sakura sudah 6 tahun 'kan? Kenapa tidak menikah?"
Tersedak, Mikoshiba hampir saja menyemburkan cairan Cappucino dari dalam mulutnya dan membasahi jas mahal Hori.
"Senpai urus saja urusan Senpai dengan Kashima!"
.
Selepas kepergian Mikoshiba dengan langkah besar-besar dan wajah meronanya, Hori Masayuki mengeluarkan handphone dari saku jas hitamnya, mengetikkan beberapa kalimat dan menekan tombol kirim.
'Mamiko kabur dengan pipi merona setelah disinggung tentang bagaimana hubungannya ke depan,'
Selang beberapa menit kemudian ia mendapat balasan 'Ok, trims, Senpai' dari Nozaki Umetarou.
Lagi. Pria tampan namun tsun itu berhasil menjadi korban settingan cerita manga milik Nozaki.
.
Cerita 2: Kalah Telak
Mikoshiba Mikoto, usianya kini menginjak 23 tahun. Sudah bekerja kurang lebih dua tahun sebagai arsitektur interior di kantor Hori Masayuki yang ia kelola bersama beberapa arsitek lain.
Hubungan percintaannya pun terbilang cukup baik karena bisa bertahan dengan gadis yang sama selama 6 tahun, Sakura Chiyo.
Bagaimana tepatnya mereka bisa bersatu adalah cerita yang lain dari cerita kita kali ini, yang paling penting saat ini adalah pria itu ternyata dibuat galau atas pertanyaan Senpai-nya tadi.
Apa sudah saatnya ia melamar si mungil Chiyo?
Ukh … memikirkannya saja sudah membuat pipinya panas.
.
"Sampai jumpa, Bu Guru!"
"Ya, hati-hati, ya, Kirin. Sampai jumpa besok!" Perempuan itu kemudian menekuk lututnya sedikit untuk mengelus kepala murid kecilnya yang manis.
Sakura Chiyo, musim semi ini berusia 23 tahun. Kini bekerja sebagai seorang guru TK. Penampilannya tak banyak berubah, kecuali pita yang mengikat rambut oranyenya kini ia kenakan hanya satu ke belakang, persis seperti Mamiko, heroine manga-nya Nozaki.
Sudah hampir pukul 3 sore dan anak-anak yang menunggu untuk dijemput dari Taman Kanak-kanak satu per satu mulai berkurang hingga seperti biasa hanya satu anak lelaki yang tertinggal di sana dan menggenggam tangan Chiyo.
"Hayato, sebentar lagi ibumu pasti datang," katanya mencoba menghibur anak lelaki tersebut.
"Bu Guru pulanglah denganku,"
Chiyo hanya tersenyum dan menepuk-nepuk kepala muridnya, "lagi-lagi berkata begitu,"
Di saat bersamaan kepala Taman Kanak-kanak muncul dari satu-satunya pintu yang menghubungkan halaman dengan koridor TK tempat mereka berada sekarang, "Bu Sakura, Pak Mikoshiba sudah datang menjemput Anda, saya suruh masuk saja ya,"
"Terima kasih, Bu Kepala,"
Pria itu kemudian masuk setelah memberi salam pada Bu Kepala kemudian menjatuhkan pandangannya pada murid yang sedang menggenggam tangan kekasihnya, "cih, dia lagi." Ia bersandar di pintu masuk sambil menunjuk bocah lelaki itu.
"Bu Guru Chiyo milikku, dan akan menikah denganku! Bukan denganmu, monster merah!"
Seketika terbentuk empat sudut di kepala Mikoshiba.
.
Mikoshiba mengemudi dengan wajah kesal.
"Mikorin, kau cemburu dengan muridku?"
Semburat merah menjalar di pipinya, "ti-tidak! Lagipula ia hanya anak-anak dan bukan sekali ini ia melamarmu di depanku." Elaknya dengan memberikan penekanan pada kata 'melamar'.
"Lalu?" Chiyo mencondongkan kepalanya ke arah Mikoshiba. Penasaran.
"Tidak ada."
Tampak tak puas, wanita itu hanya menghempaskan kembali punggungnya ke jok mobil kekasihnya seraya mendengus.
Seandainya ia tahu alasan Mikoshiba kesal adalah karena mempertanyakan mengapa bisa pemuda kecil itu dengan mudahnya melamar wanitanya sedangkan bibir miliknya terasa begitu kaku untuk berkata demikian?
Masa ia kalah dengan anak kecil?
Kemudian pria itu memutar stirnya ke kanan, sembari mencari-cari topik pembicaraan yang lain. Setelah menemukannya ia berdehem sedikit membersihkan tenggorokannya.
"Minggu ini apa TK-mu ada acara? Atau kau akan keluar dengan Seo maupun Kashima mungkin?"
Chiyo menolehkan kepalanya kembali ke arah si Arsitek muda, "tidak, belum ada lebih tepatnya."
"Oh, baguslah. Bagaimana kalau kita makan malam di luar?"
Suasana langsung menjadi cair, Chiyo dengan semangat mengangguk, "um!"
.
Cerita 3: Bertanya Pada yang Sudah Berpengalaman
Pagi sekali, hari Sabtu di minggu yang sama.
Bel apartemen yang baru ditempati Nozaki beberapa minggu ini berbunyi membangunkan pemiliknya yang tengah tertidur lelap.
"Oi, Nozaki!"
Nozaki dengan wajah kusut—karena dibangunkan sepagi ini setelah lembur mengejar deadline manga-nya—membukakan pintu dengan kesal.
"Apa?"
"Tolong aku …." Nozaki mendapati makhluk berambut merah dengan wajah memelas di pagi Sabtunya yang indah.
.
"Oh, Mikoshiba-kun, apa kabar?" Yukari masih dengan piyamanya—sekadar info, suami-istri Nozaki itu mengenakan piyama kembar, dasar pengantin baru—sedang membuatkan kopi pagi untuk ia beserta suaminya dan kini sepertinya ditambah secangkir lagi untuk sang tamu.
Ya, Nozaki Umetarou yang itu baru saja melangsungkan pernikahan dan resepsi dua bulan yang lalu dengan tetangganya yang satu profesi dengannya, Miyako Yukari.
Mengejutkan? Ya. Bahkan bisa dibilang rekan-rekannya masih tak percaya dengan apa yang terjadi dua bulan lalu ketika mereka mendatangi pernikahan dua mangaka besar itu.
"Aku … tidak baik." Pria merah itu duduk bersila di ruang tengah menekuk kepalanya frustasi.
Nozaki dengan wajah datar (dan mengantuk) duduk di seberangnya, "ada apa?"
"Er .…"
"Silahkan kopi,"
Setelah menyajikan tiga cangkir kopi, Yukari duduk di sebelah suaminya. Nozaki dan istri kini menatap Mikoshiba dengan tatapan seperti ingin menguliti bersamaan.
"JANGAN TATAP AKU SEPERTI ITU!"
"Ya, ya, kalau kau tak ingin cerita, bagaimana kabar Sakura?"
"Aku … ingin melamarnya." Aku pria bujang ini dengan suara kecil.
Kini Umetarou dan istri saling bertatapan penuh arti.
.
Nozaki mengambil cangkir kopinya dan meminumnya sedikit, "kau ingin melamarnya seperti apa?"
"Aku tidak tahu! Ma-makanya kemari ingin meminta bantuan kalian …."
"Sudah punya cincin, Mikoshiba-kun?" Yukari tersenyum sambil terus memperhatikan ekspresi Mikoshiba yang terlihat semakin kikuk.
"Sebetulnya … sudah kubeli dari setahun yang lalu."
Waw.
Pasangan Nozaki kembali bertatapan penuh arti. Sang pria kemudian bangkit dan mengacak meja kerjanya untuk mengambil beberapa kertas dari sana dan menyodorkan kertasnya pada Mikoshiba.
Kertas pertama adegan melamar di hutan belantara. Kertas kedua di ujung tebing dan ketiga saat melakukan sky diving.
"Tidak, terima kasih." Mikoshiba diam sejenak, "TIDAK BISAKAH KALIAN MEMBERIKAN SARAN YANG LEBIH MASUK AKAL?"
Yukari kemudian juga mengambil beberapa kertas dan memperlihatkannya pada pemuda galau itu.
Mikoshiba kemudian menghempaskan kertas-kertas tersebut ke lantai karena hanya menemukan tanuki di sana.
.
"Aku yang salah sudah bertanya ke kalian," ucapnya kecewa sambil mengenakan sepatu pantofel hitamnya. Bersiap meninggalkan kediaman teman yang tadinya ia harapkan dapat membantunya malah memberinya rasa sakit hati.
Yukari tersenyum lembut padanya, "Mikoshiba-kun, bagaimana pun cara kau melamarnya nanti, jika itu Mikoshiba-kun, Chiyo-chan pasti akan menerimanya."
"…."
Kemudian Mikoshiba keluar dari apartment pengantin baru itu dengan wajah merona.
.
Cerita 4: Lamaran
"Mikorin, lihat ini! Foto pernikahan Nozaki-kun sudah dicetak lho! Baru dikirim tadi pagi!" Chiyo dengan antusias membuka amplop kuning di tangannya.
Sekarang mereka berdua sudah berada di restoran yang cukup mewah—sang kekasih adalah seorang arsitek interior muda, tentu saja—dan sembari menunggu pesanan datang, dua sejoli ini melihat-lihat foto pernikahan yang mereka hadiri dua bulan lalu.
"Woah, ini foto kita bersama!"
Perempuan itu mengangkat sebuah foto bergambarkan mereka berdua berdampingan-Kashima-Hori-Nozaki-Yukari-Seo-Wakamatsu dalam satu baris.
Ah, sang pengantin yang mengenakan baju pengantin putih memang terlihat cantik, akan tetapi masih kalah cantik dibandingkan pemilik hati Mikoshiba. Apalagi jika wanita itu mengenakan baju pengantin suatu saat nanti, betapa beruntungnya ia jika gadis itu benar-benar jadi miliknya.
Tapi bagaimana caranya agar ia bisa mengungkapkannya?
Bagaimana jika nanti seseorang malah merebut Chiyo dari hadapannya?
Tak ingin hal itu terjadi, Mikoshiba mengeluarkan segenap keberaniannya.
"Chiyo, ayo kita menikah." Suaranya kecil bahkan lebih terdengar seperti cicitan. Wajahnya memerah dan matanya malah melihat ke arah lantai restoran.
Chiyo yang sedang asyik memilah foto-foto itu langsung berhenti dan mengalihkan perhatiannya pada kekasihnya.
"Mikorin?"
Sang pria mengeluarkan sebuah kotak cincin berwarna merah dari saku celananya dan menyodorkan benda itu pada gadisnya. Ia menutup mukanya yang merah sekali dengan telapak tangan. "bu-buka saja,"
Wahai Mikoshiba, kemana harga dirimu sebagai lelaki?
Gadis itu membuka kotak tersebut perlahan dan terbelalak untuk sesaat ketika menemukan dua buah cincin bermatakan batu safir di dalamnya. Akhirnya ia tersenyum dengan air mata bahagia menghiasi sudut matanya yang bermanik ungu.
"Iya, ayo kita menikah,"
Tak terdefinisikan bagaimana rasa senangnya kala itu, seketika Mikoshiba menghambur pada pelukan kekasihnya yang akan segera berubah nama menjadi Chiyo Mikoshiba.
Cieeeee.
.
Chapter 1—End
.
Terima kasih banyak sudah membaca! Sekadar info saya mempublish fict ini di A03 (gagalmoveon) serta FFn (gagal move-on). Nantikan chapter selanjutnya ya!
September 2014
Gmo
