MY LITTLE PRINCESS
(REMAKE NOVEL "MY LITTLE PRINCESS" OLEH MACCHIATO)
.
.
.
CHAST :
BYUN BAEKHYUN
PARK CHANYEOL
OH SEHUN
XI LUHAN
JESSICA JUNG *ex-snsd*
VICTORIA SONG *f(x)*
Etc.
.
SUMMARY:
Byun Baekhyun bukan tipe gadis berwatak baik. Dia kaya, cantik, tapi sombong. Banyak pemuda yang mengejarnya, tetapi kehidupan cintanya tidak pernah berjalan sesuai harapannya. Dia berusaha keras mendapatkan hati tunangannya, Oh Sehun, meskipun dia sama sekali tidak menyukai pemuda itu. Namun, Oh Sehun hanya peduli pada Xi Luhan, gadis miskin yang tidak pantas untuk pemuda sekelas Oh Sehun. Segalanya menjadi semakin rumit saat Park Chanyeol, pemuda yang juga jatuh cinta pada Xi Luhan ikut ambil bagian dalam kehidupan Byun Baekhyun.
.
BACAAA!
Cerita ini aku ambil dari salah satu novel kesukaan aku My Little Princess karya Macchiato, mungkin ada sebagian yang udh baca atau nonton dramanya? Yang pasti sih ini seru kalo menurutku hehe… mungkin nanti bakal ada sebagian isi yang bakal aku ubah sesuai kebutuhan jalan cerita.
.
..
…
….
….
Bertemu denganmu mungkin merupakan sebuah ketidaksengajaan yang indah. Hmm….tapi ternyata tidak bagiku.
….
Setiap gadis pasti menginginkan dirinya menjadi Cinderella yang bertemu dengan pangeran tampan sekaligus kaya. Tetapi seiring dengan perubahan zaman, gadis seperti ini juga memiliki sebutan 'penempel pria'.
Walaupun para gadis ini berasal dari keluarga biasa-biasa saja, berparas sederhana, juga memiliki bentuk tubuh yang biasa, mereka berhati baik dan tidak takut hidup dalam hinaan orang lain. Kebanyakan dari mereka tidak begitu pintar, malahan bisa dikatakan bodoh.
Mereka hidup sederhana. Sejak kecil sampai dewasa tidak pernah sekalipun membeli barang bermerek. Mereka sama sekali tidak dapat membedakan Guess dan Gucci. Anehnya, gadis seperti ini selalu mudah bertemu pria tampan dan juga kaya raya. Cinderella ini akan mengeluarkan 'jurus penempel' yang sudah dilatihnya sejak kecil. Saat bertemu target mereka akan langsung 'menempel' tanpa memberi kesempatan pada target untuk melepaskan diri. Pada akhirnya, mereka juga dapat mengalahkan tunangan sang pangeran yang cantik yang juga berasal dari keluarga kaya raya. Sang tunangan akan dicampakkan, lalu Cinderella ini dengan leluasa akan masuk ke keluarga sang pangeran dan menjadi pasangan sah yang membuat semua gadis cemburu padanya.
Lihat! Sebuah cerita yang sangat menginspirasi, kan.
Pastinya semua ini membutuhkan proses. Cinderella tentu saja mengalami pasang surut kehidupan. Tetapi aku sangat yakin, ketika dia mengenakan gaun pengantin yang mahal dan indah, dalam lubuk hatinya pasti dia tertawa terbahak-bahak : Hahaha… akhirnya aku berhasil menjadi istri Orang kaya!
Apakah kalian ingin tahu kenapa aku begitu familier dengan perjalanan dan isi hati seorang Cinderella?
Tidak tahu apakah aku ini gadis yang beruntung atau sial, karena ibu kandungku… Jessica Jung atau biasa dipanggil Nyonya Jung, adalah salah satu anggota klub Cinderella ini. Dia selalu meracuniku dengan jurus jitunya : 'Pernikahan adalah sebuah bukti keberhasilan seorang wanita, kau harus menikah dengan pria kaya raya agar dapat hidup mewah'.
"Tapi… kau adalah orang ketiga." Aku selalu tanpa merasa kasihan langsung mencibir wanita yang tak lain adalah ibu kandungku sendiri.
"Terus kenapa? Masih banyak wanita di luar sana yang bersaing ingin menjadi wanita keempat, kelima, dan keenam." Nyonya Jung tidak sedikit pun merasa bersalah. Tidak ada penyesalan sama sekali dalam nada bicaranya.
Sebagai seorang anak yang mendengar perkataan seperti itu, aku tidak tahu harus merasa bangga atau sedih memiliki seorang ayah yang playboy. Seorang ayah yang memiliki banyak pesona.
"Ya, ya, ya. Kalau begitu, seharusnya aku berterima kasih kepada Ibu, yang sudah rela mengikuti dan menjaga ayahku yang playboy."
Nyonya Jung mengulurkan tangannya dengan kuku jemari berwarna merah terang. Dengan anggun, dia menunjuk hidungku yang mancung lalu berkata, "Akhirnya kau mengerti semua pengorbanan Ibu untukmu."
Aku menghindar kebelakang, hendak melarikan diri, "Jangan pegang hidungku! Aku baru saja melakukan bedah plastik." Aku segera melihat ke cermin untuk mengecek kondisi hidungku. Untunglah tidak bengkok. Aku segera memoles hidungku yang memerah dengan bedak.
"Kapan kau melakukannya? kenapa aku tidak tahu?" sepasang mata wanita itu membelalak, nada bicaranya pun meninggi, "Selain hidung, bagian apa yang dibedah?"
Aduh , gawat! Mulut ini terlalu banyak bicara.
Aku memalingkan wajah kearah lain, mendesah, lalu bergumam, "Hanya bedah tulang hidung agar lebih mancung… sekaligus memperindah mataku ini."
"Berani sekali kau pergi untuk bedah plastik wajah. Apa kau merasa terhina dengan wajah yang sudah kuturunkan kepadamu ini?"
Mulai lagi!
"Bedah plastik wajah adalah operasi besar. Hal seperti ini kau malah tidak mendiskusikannya dengan ibu kandungmu. Kau bahkan masih anak-anak, belum genap delapan belas tahun!"
"Apa perlu dibesar-besarkan seperti ini?" Aku melirik Nyonya Jung. Dengan ekspresi wajah sedih, aku berkata, "Ketika kau melahirkanku, kau juga tidak terlebih dulu mendiskusikannya denganku."
"Kau! Dasar anak durhaka. Apakah di hatimu sekarang masih ada tempat untuk ibu kandungmu ini? Huhuhu… ayahmu mati muda. Ibu hanya dapat bergantung padamu sekarang…''
Masa bodoh.
"Bukankah ayah mewariskan beberapa rumah kepadamu? Apakah kau masih perlu bergantung kepadaku?" Aku meliriknya sejenak, "Jangan kau katakan kalau semua itu sudah kau jual?"
"Hanya ada beberapa rumah yang ada di pinggiran kota. Berapa banyak semua itu bisa terjual? Kalaupun mau dijual, memangnya ada orang yang mau beli?!" Nyonya Jung menghembuskan napas panjang. Lalu, dia melanjutkan sambil memasang tampang kasihan,"Baekhyun, Ibu beri tahu kau, ya. Ibu tidak mencari kekayaan dari tubuh ayahmu, tapi yang ibu inginkan hanyalah sebuah status yang jelas dari ayahmu."
Aku berpikir sejenak kemudian mengangguk, merasa setuju dengan ucapan Ibu. "Setelah memiliki status yang sah, jangankan rumah, paling tidak sepertiga saham Byun Group secara otomatis menjadi milik Ibu. Kekayaan yang selama tiga generasi tidak akan habis."
Byun Group merupakan perusahaan keluarga yang sudah diturunkan kepada tiga generasi berturut-turut. Perusahaan ini memiliki usaha yang tidak rumit. Hanya menjual berbagai jenis sepatu seperti sepatu pria, sepatu wanita, sepatu kulit, sepatu olahraga, sepatu gunung,sepatu kain, sepatu bot, sepatu anak-anak, dan sepatu bayi. Singkatnya, yang penting dapat melindungi kaki. Semua itu adalah hasil pabrik perusahaan yang bernaung di bawah Byun Group ini.
Apa yang perlu dibanggakan dari sebuah perusahaan sepatu? Memang tidak ada yang patut dibanggakan, hanya saja majalah ternama dunia menulis artikel tentang Byun Group yang beromzet triliunan.
"Ayahmu pernah mengatakan kepada Ibu bahwa dia akan bercerai dengan istrinya dan akan menikahiku, tapi ternyata… setelah bergelut dengan semua ini selama puluhan tahun, aku berakhir seperti ini…"
"Priamu sudah tiada. Apa gunanya memberi tahu anakmu soal semua ini?"
Istri besar muncul, dengan memakai setelan Chanel terbaru, dan rambut yang diikat dengan begitu anggun. Dia menapakkan kakinya yang bersepatu hak tinggi berwarna emas dan berjalan masuk.
Istri sah ayah bernama Victoria Song. Walaupun sudah berusia empat puluhan, tubuhnya tetap seksi. Dia merawat dirinya dengan sangat baik, ditambah make up yang diulas anggun tapi klasik, serta otak yang pintar dan sikap yang tenang. Semua itu menambah nilai dirinya. Dia adalah Ratu Dunia Sepatu. Julukan itu pantas untuk seorang direktur utama Byun Group.
Hati kecilku benar-benar mengagumi ibu tiri ini. Wanita ini juga mendanai semua biaya keperluanku. Tidaklah mudah bagi seorang wanita untuk mengurus sebuah grup yang begitu besar. Tetapi wanita tetaplah wanita, sepintar apapun tentu saja akan takluk pada pria yang dinikahinya nanti. Wanita seperti ini seharusnyan ditakdirkan bertemu dengan seorang pria yang sangat mencintainya dan menikah dengannya. Apa yang bisa dikatakan? Semua adalah takdir. Dia bertemu dengan ayahku yang tidak bertanggung jawab, ditambah dengan Ibuku yang bodoh. Ketiganya bergelut dalam sebuah hubungan yang tidak berujung, menghancurkan kehidupan mereka. Takdir.
"Aku hanya sedang meratapi, masa muda seorang wanita itu sangat terbatas. Aku hanya ingin Baekhyun dapat menikmati masa mudanya dengan baik." Nyonya Jung memulai.
"Jangan berpura-pura di sini. Apakah kau tidak punya kegiatan selain berada di sini?" Ibu tiri menyindirnya dengan ketus.
"Aku memang tidak punya kegiatan. Aku hanya pergi berbelanja ke toko bermerek, pergi ke spa, atau berkumpul bersama dengan teman sambil menyantap camilan sore. Aku memiliki banyak waktu luang. Jadi aku datang mencari anak perempuanku ini untuk mengobrol…" Seperti teringat sesuatu, mata Nyonya Jung melirik Ibu tiri dengan tatapan licik, "Sepertinya kakak yang sangat sibuk akhir-akhir ini, ya?"
"Bukan urusanmu."
Obrolan kedua wanita ini sangat menjenuhkan. Dengan bosan aku mulai merapikan kuku ku. Bagusnya dibuat seperti apa, ya? Apakah lebih bagus kalau dibuat lebih norak? Ditaruh beberapa Kristal, bulu-bulu, mungkin lebih bagus kalau dibuat lebih norak lagi.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Dengan cepat aku menjawab, "Masuk."
"Nona Baekhyun, gaun Dior yang anda pesan sudah datang." Pengurus rumah berjalan masuk sambil membawakan sebuah kotak berwarna perak.
Aku mengangguk sambil berkata, "Taruh saja di sana."
Walaupun diriku yang sesungguhnya bukan orang yang angkuh, di depan orang lain aku adalah anak perempuan kalangan atas yang berasal dari keluarga yang kaya raya, sehingga aku harus menunjukkan statusku dengan jelas kepada orang luar.
Pengurus rumah menjawab, "Iya, Nona." Kemudian, dengan sopan dia berjalan keluar dari kamar.
"Gaun Dior ini sangat indah. Warnanya sangat cocok dengan warna kulit Baekhyun. Cepatlah pakai agar Ibu bisa melihatnya!" Nyonya Jung selalu menggunakan pujian kepadaku untuk memuji dirinya sendiri karena dialah yang melahirkanku. "Kau memang anakku. Kecantikanku menurun kepadamu."
Ibu tiriku segera mengeluarkan sebuah cek giro dari dalam tas bermereknya. Dengan tidak senang memberikannya ke Ibu, lalu berkata dengan nada tegas. "Sudah siang, lebih baik kau mengambil cek giro ini, lalu pergi, daripada berdiri di sini sambil mengatakan hal yang tidak berguna."
"Kau sepertinya mengira kedatanganku hanyalah untuk uang."
"Kalau tidak mau, ya sudah." Ibu tiri hendak menaruh kembali cek itu ke dalam tasnya.
"Kalau kakak bersikeras ingin memberikannya kepadaku, aku sebagai adik tentu saja tidak boleh menolaknya." Nyonya Jung dengan cepat mengambil cek itu dari tangan Ibu tiri sambil tersenyum manis. Sebelum keluar dari kamar, dia masih sempat 'meminjam' tas tangan Balenciaga yang baru kubeli.
"Tas ini hitam sekali. Warnanya terlalu tua untukmu!" Dia menyodorkan tas besar berwarna emas miliknya kepadaku. "Ini, Ibu tukarkan dengan punyamu saja. Jangan terlalu berterima kasih kepada Ibu."
Apa tidak salah? Menukarkan tasnya yang hanya seharga 20.000 dolar dengan tasku yang bernilai 80.000 dolar?
Aku menarik napas dalam-dalam, bingung harus bagaimana. Beberapa detik kemudian, sebelum aku benar-benar berpikir dengan akal sehat, "Ibu ambil saja kalau suka."
"Hehehe… sungguh hari yang penuh berkah." Satu tangan memegang cek giro, sedangkan satu tangan lainnya memegang tas bermerek yang mahal. Nyonya Jung dengan bahagia berjalan keluar dari kamar.
"Huh. Tidak pernah berubah. Sejak masih muda selalu saja mata duitan seperti ini, memang sudah ditakdirkan tidak memiliki status apa pun semur hidup." Tatapan Ibu tiri dipenuhi dengan hinaan.
Walaupun terkadang aku juga tidak suka dengan sifat Nyonya Jung yang selalu mengambil barangku sesukanya, bagaimanapun juga dia adalah wanita yang mengandung dan melahirkanku ke dunia ini. Ibu dan anak boleh saja saling menyindir, tapi kalau yang menyindir adalah orang luar akan lain ceritanya.
Aku berkata dengan pelan, "Tapi tetap saja dia lebih baik daripada beberapa orang… beberapa orang yang suka main di belakang."
Nyonya Victoria tersenyum ketus, "Huh. Kalau bukan karena aku, kau hanyalah anak dari seorang selingkuhan. Kalau tidak ingin kuumumkan ke seluruh negeri, lebih baik mengontrol mulut ibumu itu."
Aku menengadah melihat wajah Ibu tiriku yang dingin. Aku tidak membalas perkataannya. Aku mengambil gaun tadi, lalu berjalan masuk ke ruang ganti.
Menjalani hidup dengan 'diapit' dua wanita ini memang sebuah perjuangan. Semakin banyak bicara, semakin serbasalah. Sejak kecil, Byun Baekhyun bisa melihat raut wajah orang lain. Aku tahu waktu yang tepat untuk bicara dan kapan harus diam seribu.
Kalau kau mengira ceritaku ini adalah cerita Cinderella yang terwujud di dunia nyata, kau salah besar.
Berbeda dengan semua rahasia latar belakangku yang pahit ini. Menurut orang lain, aku—Byun Baekhyun—adalah anak dari keluarga yang kaya, memiliki tubuh yang seksi yang merupakan hasil diet keras, berparas cantik dengan beberapa bagian yang tidak alamiah, dan memiliki uang yang tidak akan habis walaupun dihambur-hamburkan seumur hidup. Kalau aku berhasil menikah dengan pria dari kalangan yang sama, tidak diragukan lagi aku akan menjadi kalangan elite yang diimpikan rakyat jelata.
Tidak dapat dimungkiri. Aku hidup di kalangan sosialita. Hidup sebagai tuan putri sudah mendarah daging dalam tubuhku. Ketika kebanyakan anak perempuan masih suka bermain boneka Barbie, hadiah ulang tahunku justru tas Chanel dan perhiasan Cartier yang mahal. Aku juga selalu diantarkan oleh sopir ketika keluar rumah. Aku juga memiliki seorang asisten rumah tangga pribadi yang selalu melayaniku sehingga aku sama sekali tidak tahu apa itu pekerjaan rumah tangga.
Setelah aku menyelesaikan sekolah khusus untuk kalangan sosialita,aku meneruskan pendidikan ke Jepang. Nilaiku tidak terlalu bagus, tapi juga tidak terlalu jelek, lukisan yang tidak begitu serius kulukis dengan mudah mendapat pujian setiap orang.
Selain asal-usulku sebagai anak seorang selingkuhan, kehidupan yang kuceritakan ini, apakah aku masih kekurangan dalam hidupku? Kurasa, tidak sama sekali. Menurut kedua Ibuku itu, kehidupan sempurnaku masih kurang satu hal yang penting. Aku harus mendapatkan suami dari kalangan yang sama, yang dapat menyamai kekayaan keluargaku, kecantikanku, dan kegeniusanku. Seorang pria yang sempurna dalam segala hal.
Karena usaha keras kedua Ibuku dalam pencarian suami, akhirnya mereka mendapatkan seorang 'korban' untukku. Mereka berhasil menjodohkannku dengan seorang pria kaya raya, Oh Sehun.
Siapakah Oh Sehun?
Dia adalah generasi kedua dari OSH Group. Group ini menjalankan usaha mal, bank, ekspedisi, pendidikan, saham, dan lampu. Beberapa tahun ini, usahanya semakin bagus dengan merambah bidang properti.
Pertemuan pertamaku dengan pria ini, seperti mimpi yang sangat buruk. Sebuah ingatan yang tidak akan pernah kulupakan!
….
Tahun itu, pada hari itu…
Di sebuah aula yang sangat megah, lampu Kristal bergantung di atas ruangan dengan sangat indah, sinar lampu yang menyilaukan, dan suara gelas yang bersentuhan seakan sedang menyanyikan sebuah lagu pertanda buruk bagiku.
Aku yang masih kecil, anak perempuan cantik berusia enam tahun berlarian dan bermain di dalam ruangan. Aku memakai rok kembang berwarna merah jambu, satu kaki memakai sepatu, satu kaki lainnya tidak. Entah sepatuku hilang di mana tadi. Aku memutuskan untuk mencari sepatuku yang hilang itu.
Semakin lama aku semakin gelisah. Aku belum menemukan sepatuku yang hilang itu. Ibu tiriku pasti akan memarahiku karena hal ini. Air mataku menetes. Sepertinya aku ingin berteriak sekaligus menangis sekuat-kuatnya.
Tiba-tiba, di antara kaki-kaki itu terbentuk sebuah celah dan keluar sosok yang sama tingginya denganku dari celah itu.
Pangeran kecil muncul!
Dia memakai setelan berwarna serba putih dan dasi pita berwarna merah terang. Wajahnya lumayan tampan, hanya saja wajahnya tampak tidak senang dan tidak sabaran.
Bibirnya yang berwarna merah jambu akhirnya mengeluarkan kata-kata. "Kau ikut denganku."
Aku mengikutinya dengan sedikit takut, "Ada apa?"
"Ini punyamu?" Tangannya yang putih mengulurkan sepatu berwarna merah jambu kearahku.
"Ah, iya. Ini sepatuku." Saking senangnya aku memeluknya dengan bahagia.
Pangeran kecil mendadak kaku tidak bergerak, lalu mundur beberapa langkah, "Kalau ini memang sepatumu, cepat pakai!"
Aku terkejut.
Bukankah ini cerita Cinderella yang selalu dibicarakan oleh bibi pengasuhku tiap malam? Pangeran membawakan Cinderella sebuah sepatu dan berkata, "Akhirnya aku menemukanmu. Cepatlah pakai dan jadilah istriku!"
Hatiku berdegup kencang. Dengan malu, aku sedikit mengangkat gaun dan mengulurkan kaki telanjangku kepadanya, lalu menunggu pangeran mengenakan sepatu itu ke kakiku.
Pangeran kecil memiringkan kepalanya, lalu menatapku dengan bingung.
"Cepat bantu aku untuk mengenakannya." Aku menggoyangkan kaki. Kaki yang terjulur itu sudah hampir pegal.
"Tidak mau." Pangeran kecil dengan tegas menolakku sambil memberikan tatapan tajam.
"Apa?!" Aku terpana. Pangeran kecil ini tidak mengikuti naskah rupanya.
"Ayo bantu aku mengenakannya!"
"Tidak mau!"
"Bantu aku,"
"Tidak mau."
"Bantu aku."
…
Setelah bertengkar beberapa lama, kesabaran pangeran kecil habis. Sambil menggerakkan alisnya, dia melempar sepatu itu dan berkata, "Pakai sendiri." Dia lalumeninggalkanku sendirian.
Aku tercengang.
Sepatu itu mengenai tubuhku, tidak sakit memang, tapi telah menghancurkan hatiku.
Dongeng tentang Cinderella memang menjerumuskan orang. Pada kenyataannya, pangeran yang menemukan sepatu kaca, rupanya tidak wajib memakaikan sepatunya untuk sang putri.
"Hei, berhenti kau!" aku berteriak keras, dan dia terkejut hingga menghentikan langkahnya.
"Bantu aku mengenakan sepatuku."
"Tidak mau." Bola mata pangeran kecil memancarkan amarah yang luar biasa, "Siapa kau? Beraninya menyuruhku mengenakan sepatu ke kakimu."
"Siapa dirimu?" kalimat ini benar-benar menyakiti hati kecilku. Seberkas bayangan wajah tiba-tiba muncul dalam benakku.
"Siapa dirimu berani masuk ke Keluarga Byun?"
"Siapa dirimu sehingga pantas memakai baju ini?"
"Siapa dirimu sehingga berani duduk semeja dan makan bersamaku?"
"Siapa dirimu? Kalau bukan hanya—"
"Anak haram."
"Aku bukan siapa-siapa!" aku berteriak keras, lalu melemparkan sepatu itu kearah wajahnya. Ketinggian lemparanku ternyata melewati kepala pangeran kecil, berputar beberapa kali di udara, lalu akhirnya mengenai menara gelas sampanye. Gelas paling atas sedikit bergetar, lalu semua gelas roboh. Sampanye dan pecahan kaca gelas berhamburan di lantai.
Tiba-tiba, seorang yang berada di sana bergegas menuju kearah kami berdua dan bertanya, "Kalian berdua! Siapa yang melemparkan sepatu itu?"
Aku gemetaran karena merasa bersalah.
"Hmm? Siapa?" Pria itu bertanya dengan suara tajam.
Sepanjang hidupku, aku tidak pernah melihat raut wajah orang yang membuat kakiku bergetar. Aku segera menunjuk pangeran kecil dan dengan terbata-bata mengatakan, "Dia… dia merebut sepatuku. Aku ingin dia membantuku mengenakan, tapi dia tidak mau. Lalu aku marah dan sembarang melempar…"
Aku berhenti, merasa ada yang salah dengan perkataanku tapi tidak tahu bagian yang mana, dan tidak tahu cara menjelaskannya. Akhirnya, aku hanya dapat mengandalkan jurus anak kecil—menangis.
"Aku tidak merebut sepatunya." Wajah pangeran kecil cemberut. Dia marah, lalu menendang vas bunga yang ada di sampingnya.
Prang! Suara yang keras membuat orang-orang di sekitarnya terkejut.
Benar-benar anak kecil yang bertemperamen tinggi. Sekarang, dia memecahkan vas bunga. Bunga-bunga itu berserakan di lantai.
Kalau diingat kembali, aku sebenarnya tidak berniat membawa pangeran kecil dalam masalah ini. Aku hanya ingin menjelaskan inti persoalannya. "Dia mengambil sepatuku, aku ingin dia mengenakannya tapi dia tidak ingin membantu, lalu aku marah dan sembarang melempar."
Satu kesalahan dalam subjek membuat pangeran kecil itu menjadi kambing hitam.
Pria yang tadi menghampiri kami kini tengah berlutut di hadapanku dan menghiburku, mengangkat kakiku, lalu membantu mengenakan sepatu dan membetulkan tali sepatunya.
"Anak yang manis." Pria itu menyeka air mata di wajahku. "Siapa namamu?"
"Byun Baekhyun." Aku merasa senang di puji oleh pria tampan, "Mommy memanggilku Baekkie, kakak boleh memanggilku Baekkie yang manis."
"Rupanya putri dari Byun Group. Ayo, aku antar ke Ibumu." Pria itu mengendongku dengan satu tangan, lalu tangan lainnya menggandeng bocah bertemperamen tinggi itu.
"Namaku Oh Changmin. Aku adalah paman dari bocah ini. Jadi kau juga harus memanggilku paman," Pria itu tersenyum.
Aku mengangguk pelan. "Paman Changmin."
"Hmm, sayang." Kata Oh Changmin.
"Dia mempermainkanku." Aku mencibir.
"Paman akan membalasnya."
"Baik."
Pria itu tersenyum lebar.
Saat sudah bersama Ibu tiri dan akan di tinggal olehnya, aku sempat melihat kearah mereka. Paman Changmin 'mangajari' bocah bertempramen tinggi itu, memukuli pantatnya dan berkata, "Oh Sehun! Lihatlah apa yang telah kau lakukan. Biar kuwakili ayahmu untuk menghukummu selama satu bulan tidak boleh main game."
Bocah bernama Oh sehun itu mengigit bibir merahnya, lalu menatapku tajam. Tatapan itu seperti hendak menembus jantungku.
Aku merasa agak bersalah. Kalau dipikir dari sisi lain, ini semua gara-gara bocah bertemperamen tinggi itu. Kalau saja dia mau membantuku mengenakan sepatu. Aku hanya mengangkat bahu, menjulurkan lidah kepadanya, lalu pergi.
Anak perempuan baik-baik yang punya pikiran jahat, maka akan menjadi penyihir jahat. Bagaimana? Tidak senang?! Gigit saja aku!
…
Begitulah pengalamanku kali pertama bertemu dengan Oh Sehun.
Setelah itu, Ibu tiri memaksaku ke luar negeri untuk melanjutkan studi. Setiap hari aku dikelilingi banyak pria tampan dan menarik. Aku pun melupakan wajah bocah bertemperamen tinggi itu.
.
.
.
.
—To be Continued—
HUFFTT…
Gimana? Gimana? Seru gak? Chapter awal ini emang dua pemeran utama kita yang lain *asek* Chanyeol ataupun Luhan belum muncul gaisss… karena chap awal ini emang masih ngejelasin siapa sih Baekhyun itu? :v latar belakangnya, wataknya , cara berpikirnya, ya seperti itu lah *apasih* udeh deh ya, sekarang silahkan kalian icip-icip kotak review nya mhuehehe…
