―untuk [FFC] Infantrum; Seven Minutes in Heaven. (prompt: 7 Heavenly Virtues.)
Disklaimer: Katekyo Hitman Reborn! karya Amano Akira. Tidak ada keuntungan komersil yang dibuat dari sini.
Peringatan: mungkin Canon, dengan situasi Mukuro belum bebas dari Vendicare; OOC; typo. Kind of ficlet. MukuroXHibari / 6918.
Let Me Spend Seven Minutes With You: 2012: M. Gabriella
.
satu: il primo avvenne quando i minuti illusione
[ketika ilusi menit pertama datang]
.
.
.
Hibari Kyoya buta.
Iya, Hibari Kyoya yang itu.
(yang selalu berusaha menegakkan hukum Namimori―yang selalu membawa tonfa―yang selalu mengucapkan "kamikorosu, kamikorosu"―yang selalu diikuti oleh burung mungil berwarna kuning―yang selalu membuat dirinya nampak tidak terikat dengan Vongola―yang katanya membenci ilusionis―yang kini buta)
Kedua bola mata oniksnya itu kini buta. Benar-benar buta. Hitam, gelap, dan tanpa cahaya.
Hibari membenci hal tersebut.
Berkali-kali ia salahkan dirinya yang tidak hati-hati pada misi Vongola yang lalu. Bila hanya tubuhnya yang terluka atau mengalami pendarahan, ia tidak masalah.
Sayangnya, misinya ke Italia beberapa waktu lalu berakhir tidak memuaskan.
Oh, bukan berarti misinya gagal; tidak―siapa yang bilang begitu?
Misinya―misi dari Vongola―jelas sukses. Tapi nasib penglihatan Hibari tidak sesukses misi itu; nasibnya kini … tidak baik―kalau tidak mau dibilang mengenaskan.
Akibat kecerobohan pribadi prefek Namimori-chuu itu, ia kehilangan penglihatannya. Rutukan terus melompat dalam pikirannya, tiap kali ia mengingat bagaimana bodohnya dirinya saat itu. Kalau saja ia tidak termakan ilusi lawannya―
―kalau saja ia tidak tiba-tiba mengingat seorang lain yang identik dengan ilusi―
―mungkin cahaya yang harusnya dapat ditangkap senantiasa oleh korneanya, tidak pergi.
Tapi, yang telah terjadi, tetaplah telah terjadi. Inilah kenyataannya; begitulah adanya.
Maka kembali lagi ke awal permasalahan:
Hibari Kyoya buta.
Dan sekarang, Hibari tidak tahu mau melakukan apa.
Semenjak penglihatannya terenggut, ia menjadi seperti tubuh tanpa jiwa.
Memang, begitu misi selesai beberapa hari lalu―tiga hari lalu, tepatnya―Vongola sudah mengusahakan mencari kornea pengganti milik Hibari yang telah rusak. Saat itu, Sun Flame dari Sasagawa Ryohei sekalipun tidak mampu mengembalikan penglihatan Hibari.
Mengenai usaha Vongola mencari kornea bagi Hibari, Hibari sendiri tidak memberi tanggapan apa-apa. Ia tidak menerima, tidak pula menolak permintaan Sawada Tsunayoshi―bosnya―tiga hari lalu.
…
"H-Hibari-san! Tunggu!"
Sawada Tsunayoshi berlari mengejar sosok Hibari yang berjalan cepat―dengan Kusakabe Tetsu di sampingnya―jauh di depannya. Prefek Namimori-chuu itu tetap berjalan meski tahu ia tengah dikejar. Meski demikian, langkahnya tetap konstan; tidak mengubah jalan cepatnya menjadi lari, seperti orang melarikan diri dari pengejaran pada umumnya.
"Juudaime! Tunggu!"
Lalu di belakang Tsuna, nampak Gokudera mengikuti Tsuna yang berlari tepat di depannya. Tidak berapa lama, Tsuna berhasil mencapai Hibari dan menarik pergelangan tangan Cloud Guardian-nya itu. Gokudera pun telah berada tepat di sisi Tsuna.
Merasakan ada yang memegang tangannya, Hibari segera menghempaskan tangan Tsuna dari pergelangan miliknya. Kusakabe yang menuntun Hibari tadi terdiam.
"Perlu apa lagi, Sawada Tsunayoshi?" tanya Hibari dengan nada monoton.
"Kau―"
"Sudahlah, Gokudera," ucap Tsuna kepada Gokudera, yang otomatis mendiamkan Storm Guardian-nya itu, "Hibari-san … bagaimana…?"
"Bagaimana apa?" tanya Hibari dengan nada monoton lagi. Ia tidak melihat bagaimana kentaranya rasa bersalah Tsuna tergambar di wajahnya, karena memang penglihatannya sudah tidak berfungsi lagi.
"Penglihatanmu―"
"Kau bisa lihat sendiri," ucap Hibari tegas, "tidak perlu bertanya."
"HIBA―"
"Gokudera," ucap Tsuna dengan nada berat. Tangan kanannya itu segera diam mendengar nada-jangan-dibantah-lagi dari bosnya.
"Hibari-san … penglihatanmu pasti akan kembali. Aku berjanji," tegas Tsuna dengan mata menatap langsung pada mata Hibari yang telah buta. Meskipun ia telah buta, Hibari sedikit banyak dapat merasa ada yang menatapnya intens.
Tanpa banyak bicara―tak jelas mengiyakan atau tidak―Hibari berbalik badan dan berucap sebelum berjalan dengan Kusakabe lagi.
"… Terserah."
…
Ini hari Minggu.
Bila situasinya seperti dahulu―saat Hibari masih dapat melihat secara normal―pasti prefek itu tengah berjalan-jalan di taman sepi bersama Hibird. Tapi sekarang situasinya berbeda; ia buta kini.
Maka dari itu, Hibari hanya duduk di lantai kamarnya, menyandarkan dirinya pada dinding kamar. Hibird ada di bahunya, bertengger dengan tenang.
Kamar Hibari sekarang gelap, walau di luar masih terbilang pagi hari.
Menghela napas, kata-kata dikeluarkan, "Kamikorosu."
Mungkin Hibari harus membiasakan diri dalam gelap―yang mungkin abadi itu.
Hibari belum mandi hingga dua puluh detik setelah ia mengeluarkan kata "kamikorosu" tadi. Bukan berarti ia tidak bisa mandi sendiri karena ia kini buta. Ia hanya … tidak ingin saja; maka setelah bangun tidur, yang dilakukannya hanya duduk di kamar gelapnya, membiasakan diri.
Mungkin setelah ia merenung membiasakan diri, Hibari akan menelpon Kusakabe untuk menyiapkan air panas.
"Atau minta Kusakabe memandikanmu sekalian saja, kufufu."
"Hn, tidak mungkin. Hanya herbivora yang mau melakukannya."
Hening.
Hibird sudah tidak bertengger di bahu Hibari dan malah berputar-putar di satu sisi kamarnya. Perlahan, kabut menyelimuti ruangan, lalu 'tak lama―
Trang!
Bunyi tonfa dan trisula beradu terdengar. Tidak perlu cahaya sekalipun, Hibari dapat menangkis trisula yang hendak menusuknya. Kini Hibari sudah dalam posisi bertarung―berdiri.
"Kufufu, waspada seperti biasa, Hibari Kyoya."
Kabut, trisula, serta suara "kufufu" itu, Hibari pasti tahu siapa orang yang seenaknya masuk ke kamarnya.
"Rokudo Mukuro."
"Oya, gelap sekali kamarmu, Hibari Kyoya."
Hibari diam, merasa tidak perlu menjawab.
"Pergi kau, Herbivora. Aku sedang tidak berniat bertarung dengan siapapun."
Mukuro diam, lalu mengubah ekspresi penuh senyumnya menjadi serius.
"Kau … buta?"
Hibari berpikir darimana Mukuro tahu bahwa ia buta kini. Tapi mengingat ini adalah Mukuro, maka ia diam saja.
"Kufufu, buta sekalipun, kau masih dapat menangkis trisulaku. Sepertinya, kau yang buta malah lebih kuat dariku," ucap Mukuro dengan seringai di wajahnya―meski ia tahu Hibari tidak dapat melihatnya.
"Jangan sok rendah hati," balas Hibari dengan nada monoton. Prefek itu duduk kembali, dengan tonfa masih ia pegang.
Mukuro mau membalas lagi, tapi ia mengurungkan niatnya. Gantinya, dengan wajah serius, ia menatap Hibari.
"Hibari Kyoya … kau mau penglihatanmu kembali?"
Tidak menjawab, Mukuro menganggap Hibari mau mendengar ucapan selanjutnya.
"Berikan aku waktu tujuh menit dalam tujuh hari. Habiskan satu menit setiap hari bersamaku. Lalu penglihatanmu akan berfungsi secara normal lagi."
Tatapan Mukuro tegas, dan walau Hibari tidak dapat melihat lagi, ia dapat merasakan keseriusan dari ilusionis di hadapannya. Terlebih, tidak tahu mengapa, lidahnya tidak bisa menolak. Maka, seperti jawabannya pada Tsuna tiga hari lalu, ia menjawab,
"… Terserah."
Mukuro tersenyum―bukan seringai seperti biasa.
"Ah, kalau begitu aku pergi dulu. Sudah hampir satu menit kuhabiskan di sini. Sampai bertemu di menit kedua esok, Hibari Kyoya."
Kabut menyelimuti tubuh ilusionis di depan Hibari, kemudian menghilang bersama sosok Rokudo Mukuro―yang jiwanya kembali ke penjara Vendicare.
Enam puluh detik telah berlalu sejak Hibari berkata "kamikorosu" sebelumnya. Satu menit pertama telah dihabiskan Mukuro.
Sepertinya, Hibari harus membiasakan telinga mendengar suara "kufufu, kufufu" selama enam menit ke depan.
Mendecih pelan, ia bangkit berdiri menuju kamar mandi sembari memegangi tembok kamar gelapnya.
"Kugigit kau sampai mati, Rokudo Mukuro."
.
.
.
-to be continue-
[words count; story only (without "separate particle" between one paragraph with another, like "…" or disclaimer-appearance-syalala):: 1000 words]
A/N: fic pertama di fkhri, sekaligus 6918 pertama; senangnya…. t-tapi malah ooc parah, ditambah alurnya ga jelas dan ga sinkron, huhuhu ;_;. suasana hibari yang buta juga belum kerasa, argh….
.
penjelasan prompt satu: humility;
kerendahhatian di sini ada pada bagian mukuro yang bilang pada hibari, bahwa hibari yang buta mungkin malah lebih kuat darinya.
well, prompt memang belum begitu kentara sebagai tema chapter, tapi ke depannya, pasti akan lebih banyak terasa. prompt untuk chapter kali ini memang susah disesuaikan dengan jalan ceritanya, sih ;_;.
.
well, review?
primo :: secondo »
