Chap 1

"Renjun, kau sudah selesai?"

Keluarga Huang sedang bersiap menyambut tamu. Baba Huang sedang duduk siaga di ruang tamu, menunggu. Jas hitam legamnya telah dikenakan lengkap dengan dasi bergaris warna biru tua yang melingkar apik dikerah kemeja biru mudanya. Mama Huang telah mengenakan dress terbaiknya yang berwarna senada dengan dasi Baba Huang. Putra-putri keluarga Huang juga telah siap dengan pakaian terbaiknya. Hanya tinggal menunggu putra tunggal Huang yang masih berkutat dengan penampilannya.

"Sebentar lagi, Mama." Renjun, putra tunggal keluarga Huang sedang tergesa mengoleskan minyak pada rambut hitamnya. Jas merah yang terbuat dari beludru masih tergantung di samping meja rias.

"Renjun gege?" Mama dengan tidak sabar mengetuk pintu kamar Renjun. Mendesak putra sulungnya untuk segera keluar.

"Ah, tidak- Oh ya tuhan!" terdengar pekikan Renjun dari kamar disusul kebisingan benda jatuh.

Mendengar keributan dari kamar anaknya Mama Huang segera membuka pintu kamar Renjun, mendapati anaknya sedang berjongkok memunguti benda-benda yang seharusnya berada di meja rias.

"Apa yang kau lakukan?!" Mama Huang berteriak panik.

"Gege tidak sengaja menjatuhkannya Mama. Tadi minyak rambut Gege tumpah, saat Gege akan membersihkan tumpahannya tangan Gege tidak sengaja menyinggung-"

"Dan kenapa minyaknya bisa tumpah, Renjun?" Pertanyaannya memotong penjelasan Renjun. "Kau sudah beranjak dewasa. Mengapa terus melakukan hal ceroboh, hm?" Mama mendekat lalu mengambil sisir yang masih tergeletak di lantai. "Kemari, kubantu merapikan rambutmu."

Renjun segera berdiri mendekat. Lalu Mama Huang dengan telaten menyisir rambut Renjun menjadi tatanan rapi.

Renjun berdiri dengan gelisah ketika Mama Huang masih menyisir rambutnya. Mata cokelatnya terus melirik tumpahan minyak di lantai.

"Lupakan saja. Biar bibi shin yang membersihkan tumpahan itu." Ucap Mama Huang ketika menyadari kegelisahan putranya.

Mama Huang telah selesai menyisir rambut Renjun. Meletakkan sisir pada meja rias, lalu mengambil pelembab bibir berwarna peach, membubuhkan tipis-tipis pada bibir Renjun.

Menghela nafas, Mama Huang merasa tidak puas dengan riasan putranya. "Sudah kubilang kan, seharusnya kemarin kita menyewa perias. Mengapa kau keras kepala sekali."

"Mama! Gege bukan akan menikah, hanya bertemu keluarga teman Mama." Mencebik kesal, Renjun melipat tangannya di dada.

"Lagi pula Gege ini pria Mama! PRIA! Demi tuhan, untuk apa memanggil perias? Membuang uang saja." Renjun gemas dengan Mamanya yang terus membicarakan perias. Menawarkan berbagai macam perias yang dikenalnya.

Demi kartun moomin kesukaannya, ia tidak butuh perias. Mungkin Boxuan-adik bungsunya, membutuhkan perias atau bahkan Mama yang lebih membutuhkan mengingat Boxuan baru masuk sekolah dasar.

"Gege itu bukan pria."

"A-Apa?! Mama tidak percaya Gege pria? Mama lupa tidak melihat kelamin Renjun waktu melahirkan?" Renjun bertanya panik.

"Tentu saja Mama lihat, kan Mama yang melahirkan Gege." Mama menjawab pertanyaan Renjun dengan tenang.

"Lalu? Jangan katakan Mama lupa?! Atau Mama salah mengartikan selama ini?" Renjun tiba-tiba terperanjat. "Mama, berapa putra yang telah Mama lahirkan?"

"Tiga, dan hei anak durhaka kau pikir Mama sebodoh itu? Mama melihatnya sewaktu melahirkanmu dan Mama tahu jelas apa artinya. Kau seorang lelaki." Mama Huang merasa tersinggung atas perkataan Renjun.

"Lantas mengapa Mama tadi-"

"Mama tidak mengatakan kau itu seorang pria. Gege itu seorang lelaki, mengerti? Lelaki bukan pria. Ingat itu!"

"A-"

"Mama, tamunya sudah datang. Segera bersiap. Gege? Cepat kenakan jasmu." Baba Huang datang dan berkata dengan tergesa.

Saat Mama Huang akan beranjak keluar tangan mungil yang dingin menggenggam, Mama Huang terkejut. Kemana tangan mungil yang selalu hangat itu?

"Renjun?"

"Haruskah kita melakukan ini, Mama?" Mata yang selalu terlihat ceria itu berkaca, siap menurunkan air kesedihan.

"Sayang, maafkan Mama. Tapi ini yang terbaik. Untuk masa depan Gege sendiri, juga untuk didi dan meimei. Gege mengerti kan?"

Renjun terdiam. Memikirkan perkataan Mamanya. Membayangkan kehidupannya yang tak lama lagi akan berubah. Namun masa depan didi dan meimeinya berada pada tangannya. Tangan yang tak pernah ia sangka akan mengemban beban yang cukup berat.

"Mama percaya Gege pasti mengerti. Bukankah Gege anak sulung Mama? Anak sulung Mama pasti akan mengerti." Mama Huang mengelus lembut rambut putranya, khawatir juga rambut yang telah ditatanya akan kembali rusak.

"Baik. Gege mengerti."

"Cepat kenakan jasmu. Kita harus menyambut tamunya."

Renjun melangkah menuju jas beludru yang tergantung. Mengenakannya lalu mematut diri di cermin. Menghapus jejak air mata yang sempat terjatuh. Setelah memastikan dirinya sudah cukup rapi ia beranjak keluar menemui tamu dan keluarganya yang telah lebih dulu duduk di sofa ruang tamu kediaman keluarga Huang.

Kudapan telah tertata rapi di meja kayu mahoni yang terukir indah. Bibi shin sedang menyajikan minuman yang dibuatnya. Keluarga tersebut tersenyum hangat kepadanya, memuji betapa cantiknya ia hari ini.

Dengan rasa canggung Renjun tersenyum, membalas senyuman hangat yang ditujukan kepadanya. Menutup rasa pahit yang tersebar di hatinya. Harus sopan terhadap orang lain. Itu yang diajarkan keluarga Huang pada Putra-putrinya. Ya, Renjun harus sopan, apalagi mereka bukanlah orang asing. Tidak lama lagi mereka akan menjadi satu keluarga.

Renjun duduk dengan tenang disamping Mama Huang. Mendengarkan Babanya berbicara serius dengan sang kepala keluarga tamu. Membicarakan dirinya dan putra tunggal sang tamu.

Membicarakan tanggal pertunangan dan pernikahannya dengan putra tunggal Lee.

TBC

That's. Gimana? Ini ff debutku jadi pasti banyak kekurangan dan kesalahan. Karena itu memohon dengan sangat kritik dan sarannya.

Oh, buat info untuk yang belum tahu dari pada bingung. Karena Renjun chinese jadi aku pakai untuk manggil keluarga Renjun bahasa cina. Bukan bermaksud merendahkan tapi ini untuk yang belum tahu dan ingin tahu.

Gege=kakak laki-laki

Didi=adik laki-laki

Meimei=adik perempuan

Karena ini ff debutku jadi tolong tinggalkan rievew ya? Setidaknya kalau ada rievew aku jadi tahu kalau ada yang baca ff ini dan berharap ini ff lanjut.

Ok, segitu saja. Terima kasih