Eight Brothers and Me

Disclaimer :

Naruto © Kishimoto Masashi

Eight Brothers and Me © Akacchi KurossuZeria

Genre(s) :

Family/Hurt/Comfort/Drama

Rate :

T

Warning :

Temari-cent, typo(s), AU, OOC, crack story, failed, error language, alay, abal, ababil, etc.

Summary :

Temari, seorang gadis tomboy yang memiliki dua adik lelaki, kini harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia akan menjadi anak tiri seorang Uchiha Fugaku yang telah memiliki enam orang anak. Mengurus dua adik absurd saja sudah membuatnya pusing tujuh keliling. Bagaimana jika ia harus mengurus enam saudara lagi yang memiliki sifat dan kisah yang berbeda?

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x

~ Chapter 1 ~

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x

Seorang blondie berkepang empat tengah terperangah karena sebuah pemandangan yang tertangkap oleh iris jade-nya. Begitu pula dengan dua pemuda beriris emerald dan cokelat yang berdiri di sampingnya. Menatap takjub apa yang tersaji di depan mereka. Ialah sebuah rumah mewah tingkat tiga ala victorian yang sebenarnya cukup sulit ditemukan di tengah peradaban Jepang saat ini. Tak hanya itu, pagar berlapis emas yang tak perlu disebut karat berapa, menjulang tinggi membatasi halaman luas rumah itu dengan dunia luar. Membuat tiga orang muda-mudi yang disinyalir sebagai kakak-beradik itu terperanjat kagum.

"I-ini rumahnya om Fugaku?" salah satu dari tiga remaja tadi yang telah kembali ke alam sadarnya duluan menyuarakan ketakjuban yang melandanya sejak pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini. Dengan serentak, ia dan kedua remaja lainnya menoleh ke arah Lamborghini yang memunculkan seorang pria dewasa dari balik pintunya.

"Bukan 'om', kan, Kankurou-kun. Tapi 'a-yah'," pria tadi membetulkan ucapan si remaja berambut dan beriris cokelat bernama Kankurou itu. Pria dengan mimik tegas itu tersenyum lembut pada pemuda-pemudi yang berdiri di depannya. Kankurou tersenyum kikuk dan mengangguk. Tak tertanam di benaknya, kalau calon ayahnya yang beberapa kali mengantar jemput ibunya dari dan ke tempat kerja itu merupakan sosok kaya raya dan memiliki senyum menenangkan seperti ini. Padahal, saat pria bernama Uchiha Fugaku itu bertamu ke rumahnya, ia selalu menampakkan wajah tegas nan menyeramkan yang kadang membuat Kankurou bergidik ngeri.

"Temari-san, Gaara-kun, Kankurou-kun. Ayo masuk ke dalam," ajak Fugaku sambil mempersilakan ketiga remaja tadi masuk ke dalam rumah megahnya. Dari balik pintu yang terbuka lebar, terlihat jajaran pelayan membungkuk hormat pada empat insan yang baru saja memasuki rumah itu. Dengan langkah kikuk, Gaara melangkah pelan mengekori Fugaku yang selangkah di depannya. Lain lagi dengan Kankurou yang menengok ke sekelilingnya, dengan mempertahankan wajah takjubnya. Sedangkan Temari, dengan santainya berjalan di belakang kedua adiknya dan menatap penuh kemantapan pada seisi rumah.

'Hmph! Sasuga om Fugaku. Semoga dengan ini semua, dia bisa membahagiakan ibu dan kami! Tidak seperti si lelaki b*tch yang seenaknya saja meninggalkan ibu dengan utangnya itu!' batin Temari sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat karena mengingat alasan mengapa ia menyetujui pernikahan Fugaku dengan ibunya, Karura.

Terlintas di benaknya, kenangan buruk yang terjadi ketika ia berumur delapan tahun. Kenangan yang membuat ia dan keluarganya menjadi seperti sekarang. Dilahirkan dari ayah seorang wakil direktur di perusaan properti dan seorang ibu cantik yang sayangnya penyakitan. Awalnya keluarga bermarga Sabaku itu adalah keluarga yang harmonis, hingga sebuah kenyataan pahit menimpa keluarga itu. Ayah tiga bersaudara itu ketahuan selingkuh. Bukan hanya itu, ayahnya juga dengan gelap mata memberikan apapun yang diinginkan selingkuhannya yang lebih dari satu, membuat ia menghabiskan gaji dan memakan sedikit banyak uang perusahaan untuk membiayai kebutuhan selingkuhan-selingkuhannya. Yah, meskipun ia tetap memberikan apa yang diinginkan keluarga. Tapi tetap saja, itu semua bisa terpenuhi karena ia berutang pada perusahaan.

Sungguh lelaki yang biadab memang, pikir Temari hingga sekarang. Setelah selingkuh dan berutang, lelaki itu tiba-tiba saja menggugat cerai ibunya karena alasan ia tak tahan mempunyai istri berpenyakit jantung lemah. Saat cerai, bahkan mereka belum diberitahu kalau lelaki itu telah berutang banyak pada perusahaannya dan lelaki itu telah dipecat sebelumnya. Setelah itu tak ada yang tahu kemana lelaki itu pergi. Hingga akhirnya penagih utang pun gencar menagih utangnya ke Karura. Semua kekayaan mantan suaminya yang tertinggal di Karura habis untuk membayar utang tersebut. Untungnya, saat Temari masuk SMA, utang tersebut berhasil dilunasi. Tapi sejak kejadian itu, Karura dan anak-anaknya harus hidup di bawah rata-rata perekonomian keluarga di Jepang lainnya. Beruntung ada yang mau menerima Karura bekerja dengan kesehatannya yang tak bisa dibilang sebugar ibu-ibu lain. Begitu juga Temari, yang sejak masuk SMA mulai membantu perekonomian keluarga dengan mengambil kerja sambilan.

"Sudah jam tiga. Aku akan menjemput ibu kalian. Kami akan pulang malam karena kami harus mengurus segala sesuatu untuk pernikahan kami. Kalian baik-baik, ya, di rumah," suara berat Fugaku membangunkan Temari dari lamunan lima menitnya. Kankurou dan Gaara mengangguk pelan dan membiarkan Fugaku ditemani pelayannya berlalu meninggalkan mereka yang kini terhenti di ruang tengah. Temari yang baru tersadar pun ikut mengangguk mantap.

"Hn! Itterasshai, tousan!" balas Temari lantang, namun tetap mempertahankan rasa hormatnya pada sang calon ayah. Fugaku tersenyum simpul tanpa menoleh kembali ke arah ketiga anak Karura. Ia mengangkat tangan kirinya, mengindikasikan ucapan sampai jumpa. Tak lama ia pun menghilang dari pandangan si tiga bersaudara.

'Akhirnya, aku punya anak perempuan juga,' batin Fugaku.

Temari kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Terlihat olehnya seorang berjas hitam dengan tailcoat panjang layaknya butler-butler barat menyambut mereka dari arah tangga. Lelaki bersurai perak yang mengenakan masker dan memiliki mata heterokrom itu menunduk hormat sesaat setelah berdiri di depan mereka.

"Perkenalkan, hime-sama dan ouji-sama tachi. Saya adalah Hatake Kakashi, kepala pelayan di rumah ini. Maaf terlambat memperkenalkan diri. Saya baru saja selesai mengkoordinir pelayan-pelayan di lantai atas untuk menyiapkan jamuan malam untuk menyambut kedatangan Karura-sama dan kalian bertiga," ucap Kakashi tanpa mengurangi rasa hormat sedikitpun. Kankurou dan Gaara saling tatap-tatapan, kemudian mengangguk kikuk. Lain lagi dengan Temari yang bersikap santai.

"Ha ha, angkat kepalamu, Kakashi-san. Tak perlu seformal itu, apalagi memanggil kami dengan sebutan hime dan ouji. Aku bukan tipe gadis yang senang diperlakukan seperti itu," ucap Temari ramah sambil mengibaskan-ngibaskan telapak tangannya. Kakashi kembali menegakkan badannya.

"Uhm. Sudah menjadi kebiasaan di sini untuk kami para pelayan, memanggil anak-anak Fugaku-sama dengan sebutan ouji atau waka-sama. Tapi, kalau Temari-hime bersikeras, saya akan memanggil Anda dengan sebutan Temari-san saja," ujar Kakashi sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Benar kata neesan. Rasanya aneh dipanggil begitu," Gaara, si bungsu Sabaku yang daritadi hanya diam, menimpali perkataan kakaknya. Ia tersenyum kaku pada Kakashi. Ia memang bukan tipe yang se-friendly kedua kakaknya. Tapi mau tak mau ia harus meyakinkan Kakashi untuk tidak terlalu formal kepada mereka dengan menampakkan senyumannya.

"Heee~ padahal menurutku keren kalau kita dipanggil dengan embel-embel begitu!" celetuk Kankurou, yang langsung saja mendapat deathglare dari Gaara dan cubitan menyakitkan dari Temari. Kakashi menanggapi tingkah ketiga calon anak Fugaku-samanya ini dengan sedikit tawa. Membuat Temari dan Kankurou ikutan tertawa, dan Gaara tersenyum tipis.

"Baiklah, saya akan memanggil Temari-san dan Gaara-san tanpa embel-embel. Kalau Kankurou-ouji tetap dengan tambahan ouji," Kakashi berujar dan disetujui oleh Temari daa (dan adik-adiknya, red.). "Saya akan mengantarkan kalian ke kamar kalian masing-masing. Mari ikuti saia," lanjut Kakashi sembari memandu ketiga remaja tadi menaiki anak tangga.

Setelah sampai di lantai dua, pandangan takjub Temari daa tak henti-hentinya terpantul dari mata mereka. Foto-foto keluarga Fugaku dengan istrinya yang terdahulu dan anak-anaknya berjejer indah memenuhi koridor. Di sisi lain, terdapat beberapa figura berupa lukisan indah bernilai mahal terpajang di situ. Di seberang tangga dimana mereka harus memutar untuk ke sana, dapat terlihat sebuah koridor luas yang biasa digunakan sebagai tempat bersantai anak-anak Fugaku. Sayangnya tempat itu sedang ditata ulang sehingga berkesan seperti akan digelar hi-class party di sana.

"Di situ akan dilaksanakan jamuan malam untuk mempertemukan anak-anak Karura-sama dan anak-anak Fugaku-sama. Semua anak Fugaku-sama akan hadir nanti malam. Jadi kalian persiapkan diri, ya. Ini adalah ide Fugaku-sama untuk mengakrabkan kalian," ini seperti menjawab semua pertanyaan yang menggantung di benak Temari daa soal jamuan malam yang tadi dibicarakan Kakashi.

"Wah! Sepertinya asyik?" gumam Temari bersemangat. Ia mengangkat tinjunya kemudian tersenyum sumringah. Ia memang selalu bersemangat jika sudah membicarakan soal pesta.

Lain halnya dengan Temari, lain pula dengan Gaara dan Kankurou. Kankurou yang awalnya penasaran dengan jamuan malam itu, mendadak was-was ketika Kakashi menyebut klausa 'anak-anak Fugaku-sama', apalagi klausa 'untuk mengakrabkan kalian'. Ia mendelik ke arah Gaara yang sepertinya juga berpikiran sama sepertinya. Mereka mengangguk serempak dan kemudian saling berbisik.

"Gaara, akhirnya saat ini tiba juga!"

"Iya, niisan. Kita akan berkenalan dengan serigala-serigala itu! Kita harus melindungi Temari-nee agar tidak dimangsa serigala-serigala berbulu domba itu!"

"Tentu saja, Gaara! Meskipun mereka akan jadi keluarga kita, takkan kubiarkan mereka membuat neesan dan kaasan menderita!"

Tunggu, Gaara-kun, Kankurou-kun. Apa yang kalian pikirkan?

"Sebenarnya aku tak rela kaasan dan om Fugaku menikah. Bukan karena om Fugaku lelaki kurang baik. Tapi karena ia sebelumnya punya banyak istri dan banyak anak. Mana anaknya laki-laki semua pula!" bisik Kankurou sambil menekankan beberapa kata. Gaara mengangguk setuju. Tapi apa mau dikata, kedua belah pihak sudah menyetujui pernikahan ini. Mereka juga tak mau melihat Karura kelamaan menjanda. Jadilah ketiga bersaudara itu menyetujui pernikahan ini.

"Ooh.. Jadi anak Fugaku-tousan ada enam, ya?" Temari yang baru saja tahu akan fakta ini hanya bisa mengangguk pelan. Ia memang jarang bertemu Fugaku karena kesibukan sekolah dan arubaito-nya. Makanya ia tidak terlalu mengetahui tentang keluarga Fugaku. Beda halnya dengan Gaara dan Kankurou yang dari awal sudah diberitahu kalau Fugaku sebelumnya telah memiliki dua istri dan enam anak lelaki.

"Kamar Kankurou-ouji ada di sini. Sedangkan kamar Temari-san dan Gaara-san ada di lantai tiga. Semua barang-barang Kankurou-ouji sudah ditaruh di kamar. Saya akan mengantar Temari-san dan Gaara-san ke atas. Silakan nikmati waktu Anda," ujar Kakashi sambil membungkuk hormat ke arah Kankurou setelah si empunya kamar memasuki kamarnya. Kamar tersebut cukup luas, dengan sebuah kasur king sized terletak di dalamnya. Terdapat sebuah lemari besar, rak buku merangkap meja belajar, dispenser kecil, serta kamar mandi di sudut kamar itu. Seperti kamar apartmen saja, pikirnya.

Setelah menaiki anak tangga menuju lantai tiga, hal yang pertama Temari lihat adalah sesosok remaja bersurai kuning tengah terduduk di ujung tangga sambil menumpu dagunya. Dilihatnya wajahnya seakan bosan dan lelah.

"Loh, waka-sama? Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya Kakashi sambil menatap heran waka-samanya yang hanya duduk termangu di ujung tangga. Remaja yang dipanggil 'waka-sama' itu memandang lurus dan mendapati Kakashi tengah bersama dua orang asing di belakangnya.

"Kakashi, aku bosan! Daritadi aku menunggu kalian, tahu!" ujarnya sambil memonyongkan bibirnya. Kemudian ia berdiri dan berjalan perlahan ke koridor lantai tiga.

Kakashi hanya menanggapi dengan senyuman yang tersembunyi dari balik maskernya. Gaara dan Temari saling menatap heran. Menunggu kalian? Maksudnya menunggu Kakashi dan Temari bersaudara?

"Aku Naruto. Bisa dibilang aku anak keempat di keluarga ini. Tunggu, kalau ditambah kalian, mungkin aku bisa jadi anak keenam atau ketujuh!" belum lama Naruto berjalan, ia kembali membalikkan badannya dan memperkenalkan dirinya ke Temari dan Gaara. Gaara tersontak kaget karena tiba-tiba si kuning bercodet tiga itu menatap mereka sambil tersenyum sumringah. Beda lagi dengan Temari yang menanggapi salam perkenalan Naruto dengan senyuman tak kalah jauh dari senyum Naruto.

"Oh! Aku Temari, dan ini adik bungsuku, Gaara. Salam kenal dan mohon bantuannya, Naruto!" balas Temari dengan senyuman khasnya, senyum seorang gadis tomboy. Ya, Temari memang terkenal tomboy dan mudah bergaul dengan laki-laki. Mungkin karena sudah terbiasa mengurus dua adik lelakinya seorang diri ketika ibunya sibuk kerja.

Gaara mendelik tajam ketika melihat Naruto yang sepertinya mulai menaruh atensinya pada kakak perempuannya itu. Ini siaga satu! Pikirnya sambil terus mengawasi gerak-gerik Naruto yang mencoba untuk akrab dengan Temari. Memang keakraban diperlukan untuk calon keluarga baru seperti mereka. Tapi Gaara tetap tak senang melihat anee-nya itu dekat dengan lelaki lain apalagi yang baru mereka kenal.

Yah, bisa dibilang kedua adik Temari ini agak sedikit—banyak—overprotektif terhadap Temari. Tidak, tidak ada hubungan incest di sini. Mereka sendiri juga bersikeras bahwa sikap sayang mereka terhadap Temari bukanlah perwujudan rasa cinta pada lawan jenis, melainkan murni karena jalinan persaudaraan. Hanya saja, Kankurou dan Gaara ingin melindungi Temari karena tak ingin Temari jatuh ke tangan pria biadab seperti dia yang telah meninggalkan ibu mereka. Itu juga sebagai balas budi, karena sejak kecil, mereka selalu dilindungi Temari. Sekarang giliran mereka lah yang akan melindunginya, meskipun dengan cara yang agak ekstrim.

Ckckck, dasar sister complex.

Kakashi dan yang lain akhirnya sampai di depan sebuah kamar. Seperti kamar Kankurou dan kamar-kamar lain, terdapat papan bertuliskan 'Gaara no heya' yang mengartikan bahwa itu adalah kamar Gaara. Seperti di kamar sebelahnya, dengan papan bertuliskan 'Naruto no heya' yang menggambarkan itu adalah kamar Naruto. Kakashi membuka pintu kamar itu dan mempersilakan Gaara masuk. Sama seperti Kankurou tadi, ia dipersilakan menikmati waktunya sementara Kakashi mengantarkan Temari menuju kamarnya yang terletak di koridor ujung. Naruto sendiri akhirnya masuk ke kamarnya sendiri. Ia ingat ada acara televisi yang tak bisa ia lewatkan saat itu.

Sembari berjalan ke kamar Temari, Kakashi berintermezzo sedikit. "Waka-sama orangnya memang hiperaktif dan mudah bersahabat. Mungkin ia akan cocok berteman dengan Kankurou-ouji dan Anda," sontak saja Temari tertawa mendengar penuturan Kakashi. Memang benar adanya, ia merasa akan akrab dengan si kuning itu.

"Dia dan Yahiko-wakasama bukan anak kandung Fugaku-sama. Mereka sama seperti Anda, anak tiri Fugaku-sama dan anak kandung mendiang Kushina-sama, istri kedua Fugaku-sama yang meninggal lima tahun lalu karena kecelakaan," sambung Kakashi lagi sambil menerawang ke langit-langit. Atmosfir di sana mendadak berat. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di depan kamar Temari. Kamar tersebut terletak cukup jauh dari kamar lain. Yah, sebenarnya ada satu kamar lagi di seberang kamarnya. Mungkin salah satu kamar anak Fugaku karena ada tulisan namanya disitu.

"Kakashi-san," panggil Temari sesaat sebelum Kakashi meninggalkan Temari. Kakashi membalikkan badannya dan menatap Temari teduh. "Ada apa, Temari-san?"

"Aku...ingin tahu tentang keluarga calon ayahku. Bisa kau ceritakan tentang mereka? Singkat pun tak apa," Temari tak bisa membendung rasa penasarannya akan keluarga kepala Uchiha ini. Ia memang telah mendengar bahwa Fugaku sebelumnya telah memiliki dua istri sebelum ibunya. Tapi ia tak pernah mendengar latar belakang keluarga Fugaku selain itu.

"Ah, baiklah. Mumpung pekerjaan saya sudah selesai. Saya akan menceritakan tentang keluarga Fugaku-sama dari apa yang saya ketahui. Mari kita bicarakan di sofa tengah saja," ajak Kakashi dan berjalan menuju koridor tengah dimana terdapat sofa-sofa mahal berjejer di sana. Masih di lantai tiga tentunya. Temari pun mengikuti langkah Kakashi dan langsung mendudukkan dirinya di salah satu sofa.

"Hmm... Mulai dari mana, ya, sebaiknya?" tanya Kakashi pada dirinya sendiri, namun terdengar jelas di indra pendengaran Temari.

"Bagaimana kalau dari tentangku saja, Kakashi?" suara seorang lelaki yang tentunya bukanlah suara Kakashi sukses saja membuat Temari melotot kaget. Didapatinya seseorang sudah berdiri di belakangnya dengan tatapan maut yang dapat membuat wanita lemah iman(?) tertunduk patuh pada lelaki seribu feromon ini.

"Ah, Itachi-ouji!" seru Kakashi sambil berdiri cepat dan membungkuk ke arah lelaki bernama Itachi itu. Temari hanya menatap keduanya bergantian dengan tanda tanya besar.

"Kapan Anda sampai ke Tokyo? Saya pikir Anda baru saja berangkat dari Spanyol beberapa jam lalu," ujar Kakashi sembari mempersilakan Itachi untuk duduk. Itachi pun duduk di samping Temari. Tak lupa senyum tipis ia berikan ke Temari ketika mata mereka saling beradu pandang.

"Baru saja, kok. Aku mengambil penerbangan ekspress. Yah, meskipun harus bayar dua kali lipat. Aku langsung ke sini karena kudengar anak Karura-san sudah sampai kemari. Ah, perkenalkan. Aku Uchiha Itachi. Anak sulung dari sixtet Uchiha. Lebih tepatnya anak pertama pasangan ayah Fugaku dan ibu Mikoto," ujar Itachi. Memberikan jawaban akan pertanyaan Kakashi dan kebingungan pada wajah Temari. Temari masih sedikit tak paham. Anak sulung? Ayah Fugaku dan ibu Mikoto? Ah, mungkin itu nama istri pertamanya Fugaku-tousan, pikirnya.

"Aku Temari. Salam kenal, erm... Itachi-san?" ujar Temari sopan. Meskipun tomboy, ia juga bisa jaga sikap jika berada di lingkungan yang sarat akan etika dan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Jabatannya sebagai ketua kesiswaan di sekolah membuatnya belajar bagaimana caranya bertata krama.

"Tak perlu kaku begitu, Temari. Panggil saja aku niisan seperti yang lainnya. Mulai sekarang, kita akan menjadi saudara. Aku ingin kita semua bisa akrab meskipun berasal dari darah yang berbeda," ujar Itachi dengan wibawanya. Tampak jiwa Fugaku tertanam di diri Itachi. Dan Temari dapat merasakan hal itu. Temaripun mengangguk paham dan tersenyum setelah yakin bahwa abangnya ini adalah orang yang ramah.

"Begini, Itachi-ouji. Temari-san ingin diceritakan tentang anak-anak Fugaku-sama yang lain," Kakashi membuka mulutnya setelah Temari dan Itachi selesai berkenalan. Itachi hanya mengangguk kemudian berdiri hendak meninggalkan kedua insan berbeda gender itu.

"Kuserahkan padamu, Kakashi. Aku mau istirahat sebentar. Nikmati waktumu, ya, Temari," ujar Itachi kemudian melambaikan tangannya dan berlalu menuju ke lantai bawah. Kamarnya terdapat di lantai dua, tepat di samping tangga menuju lantai tiga.

"Baiklah, seperti yang Itachi-ouji bilang. Saya akan memberikan skema singkat tentang keluarga Fugaku-sama," ujar Kakashi, yang mendapat tanggapan berupa tatapan serius dari Temari. "Lanjutkan," Temari setengah memerintah.

"Istri Fugaku-sama yang pertama adalah mendiang Mikoto-sama. Mereka menikah dua puluh tiga tahun lalu. Mereka diberkahi oleh dua orang anak. Yang pertama adalah Itachi-ouji, yang lahir dua tahun setelah mereka menikah. Dan yang kedua adalah Sasuke-ouji, yang lahir empat tahun setelah Itachi-ouji lahir," Kakashi menarik napas sejenak. Temari masih tak bergeming, dengan setia menunggu kelanjutan penuturan Kakashi.

"Lalu, setahun setelah kelahiran Sasuke-ouji, lahirlah Shikamaru-ouji. Bisa dibilang dia bukan anak kandungnya Fugaku-sama. Erm, bagaimana mengatakannya, ya?" Temari memiringkan kepalanya tak mengerti. Kakashi sendiri masih bingung untuk merangkai kata.

"Hmm... Anda tahu istilah inseminasi buatan dan surrogate mother? Shikamaru-ouji adalah anak hasil inseminasi buatan antara mendiang Mikoto-sama dengan mendiang Nara Shikaku-sama, teman dekat Fugaku-sama," jelas Kakashi dengan suara yang tidak sebervolume sebelumnya. Bisa dibilang ia menjelaskan sambil setengah berbisik. Membuat Temari semakin penasaran dengan asal-muasal calon saudaranya yang satu ini.

"Dari yang saya tahu, istri mendiang Shikaku-sama itu tidak bisa hamil. Akhirnya, dengan beberapa kesepakatan, Fugaku-sama memberikan izin pada Mikoto-sama untuk menjadi ibu pengganti dari anak hasil inseminasi buatan dari sel sperma Shikaku-sama dan sel telur Mikoto-sama. Bisa dibilang, anak itu adalah anak biologis dari Mikoto-sama dan Shikaku-sama," lanjut Kakashi panjang lebar. Temari hanya mengangguk meskipun harus bersusah payah mencerna apa yang dikatakan Kakashi. Setidaknya ia pernah belajar tentang inseminasi dan sejenisnya saat pelajaran biologi di sekolah. Jadi ia masih bisa sedikit mencerna istilah-istilah ilmiah yang diucapkan Kakashi.

"Sayang seribu sayang. Saat usia kandungan itu berumur tujuh bulan, Shikaku-sama dan istrinya meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Jadi, saat Shikamaru-ouji lahir, Mikoto-sama dan Fugaku-sama memutuskan untuk memelihara dan mengangkatnya menjadi anak sah mereka. Lalu, dua tahun setelahnya, Mikoto-sama meninggal karena penyakit jantung," ujar Kakashi lemah sambil menunduk. Temari tertegun. Ia seakan teringat akan ibunya yang juga memiliki riwayat penyakit jantung.

"Fugaku-sama sempat menduda beberapa tahun. Sampai akhirnya ia menikahi seorang janda yang dulunya adalah istri teman sekolahnya, yaitu Kushina-sama. Kalau tidak salah, mereka menikah saat usia Sasuke-ouji tujuh tahun. Teman sekolah Fugaku-sama yang saya maksud itu adalah mendiang Namikaze Minato-sama. Ia meninggal saat gempa yang melanda Jepang setahun sebelum Kushina-sama dan Fugaku-sama menikah."

Sungguh tragis sekali nasib orang-orang yang pernah dekat dengan Fugaku-tousan, pikir Temari. Bagaimana tidak? Punya teman akrab, dua-duanya meninggal. Punya istri pun, dua-duanya juga sudah tiada. Ia jadi bergidik sendiri kalau memikirkan apa yang akan terjadi pada ibunya nanti. Apakah akan bernasib sama seperti istri Fugaku yang terdahulu atau tidak.

Semoga saja tidak. Pikir Temari, berusaha sepositif mungkin.

"Nah, sebelum menikah dengan Fugaku-sama, Kushina-sama sudah dikarunia dua orang anak bersama Minato-sama. Yang pertama adalah Yahiko-wakasama. Ia setahun lebih muda dari Itachi-ouji. Yang kedua adalah Naruto-wakasama. Ia seumuran dengan Sasuke-ouji. Tapi saat Fugaku-sama menikahi Kushina-sama, mereka tinggal dengan kakaknya Kushina-sama di kota sebelah. Baru saat Konohamaru-ouji berumur enam tahun dan Kushina-sama meninggal, Naruto-wakasama dan Yahiko-wakasama pindah kemari," lanjut Kakashi dan menutup penjelasan panjang yang sebenarnya singkat itu dengan helaan napas.

"Konohamaru? Siapa dia?" tanya Temari.

"Ah, dia adalah anak hasil pernikahan Fugaku-sama dan Kushina-sama. Dia anak termuda di sini. Umurnya baru sebelas tahun. Tapi sudah sangat akrab dengan Naruto dan Yahiko-wakasama. Sedangkan Itachi-ouji, akrabnya sama Sasuke dan Shikamaru-ouji. Ha ha ha," balas Kakashi, diselingi dengan tawa ringan. Temari menautkan alisnya, seperti paham akan maksud Kakashi.

"Tapi, tenang saja, Temari-san. Kadang mereka memang suka beradu mulut. Tapi mereka saling menyayangi layaknya saudara sedarah sedaging," ujar Kakashi lembut sambil menyunggingkan senyum yang tak bisa disadari oleh siapapun kecuali kalau melihatnya dengan jeli. Tak lama kemudian, Kakashi undur diri dan meninggalkan Temari yang masih termenung di sofa.

"Hmm.. Tunggu, tunggu, tunggu! Kalau Itachi-san lahir dua puluh satu tahun lalu, berarti sekarang umurnya dua puluh satu tahun, kan? Lalu, Yahiko-san dua puluh tahun, kan? Berarti aku jadi anak ketiga di keluarga ini, dong?" gumam Temari sambil menghitung-hitung umur dan posisi saudara-saudaranya. Ini penting baginya, agar ia mudah berkomunikasi dan memperlakukan saudaranya dengan tepat.

"Sasuke-kun, Naruto-kun dan Kankurou seumuran, beda setahun di bawahku. Lalu Gaara dan Shikamaru-kun dua tahun di bawahku. Lalu Konohamaru-kun tujuh tahun di bawahku. Hmm... sepertinya adik-adikku bertambah dua kali lipat. Haa—"

"Oh, maaf saja kalau adikmu bertambah dua kali lipat setelah menikah dengan tousan. Semoga tidak merepotkanmu, Temari-san."

Temari yang bahkan belum selesai menghela napas pun tersentak kaget ketika mendengar sebuah suara muncul dari balik tangga. Suara yang terkesan malas dan tak bersahabat, pikir Temari. Asal suara itupun akhirnya menampakkan diri, yakni seorang remaja dengan jaket grey ber-hoodie yang menutupi hingga bagian kepalanya. Menambah kesan misterius dari si pemilik suara. Temari hanya bisa memandangi kepergian pemuda tadi yang kini menuju kamarnya tanpa sedikitpun menoleh ke arah Temari. Temari pun mengikuti langkah pemuda itu, dan terhenti ketika pemuda itu akhirnya masuk ke kamar berpapan 'Shikamaru no heya'.

"Tidak seperti Itachi-san. Sepertinya dia pendiam dan menyeramkan," gumam Temari sambil berkacak pinggang. Baru saja ia ingin melangkahkan kaki menuju kamarnya sendiri, langkahnya sudah dicegat lagi oleh sesosok pemuda berambut raven yang tak kalah menyeramkan di mata Temari.

"Aku tidak peduli siapa kau. Tapi kalau kau berbuat yang tidak-tidak pada Shikamaru, kau akan kuhajar," ujar lelaki itu dingin. Dia masih mengenakan seragam sekolah Konoha International Highschool. Dengan nametag Uchiha Sasuke yang tersemat di dada kanannya. Temari yakin dialah anak kandung Fugaku-Mikoto yang kedua.

Tunggu! Siapa yang mau berbuat macam-macam pada anak itu? Lagipula kurang ajar sekali si Sasuke ini? Tanpa alasan jelas, sudah mau mengancamnya begitu! Bertemu saja baru pertama kali tapi sudah memfitnah tidak jelas!

"Maaf saja, Sasuke-kun. Tapi aku tak bermaksud untuk melakukan hal yang tidak-tidak pada adikmu itu. Lagian, berani sekali kau, ya, mengancam calon kakakmu seperti itu?" geram Temari. Ia berusaha menahan amarahnya yang mudah meluap itu karena ia ingat kalau kesan pertama terhadap calon keluarga itu juga menentukan perlakuan yang akan diterimanya kelak.

"Hoo, baguslah kalau begitu. Kupegang kata-katamu," ujar Sasuke sambil membalikkan badannya dan berniat meninggalkan Temari. "Kalau kau sekali saja menyakiti Shikamaru... Kau tahu, aku ini pemegang sabuk merah dalam judo. Mungkin aku bisa mempraktekkannya padamu yang jago karate? Jyaa, Temari-san~"

Sasuke pun berlalu menuju lantai bawah. Meninggalkan Temari yang lagi-lagi termangu. Bagaimana Sasuke bisa tahu bahwa Temari adalah seorang atlit karate? Perasaan, ia belum pernah mengatakan hal itu pada keluarga Fugaku? Tapi yang lebih membuat atensi Temari terpusat pada Sasuke adalah...

"Sasuke itu... mengidap brother complex akut, ya?" gumam Temari keheranan sambil melangkah menuju kamarnya. Ia mungkin lupa, atau tak menyadari, kalau adik-adik kandungnya sendiri juga menderita penyakit yang sama. Yang membedakan hanyalah penggunaan kata brother yang diganti menjadi sister.

Aaaah, ia berharap memiliki saudara-saudara normal minimal yang seperti Itachi-san atau Naruto saja.

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x

~ To Be Continued ~

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x

Halo~ bertemu lagi dengan author abal ini di ff terbaru. Entah kenapa saia malah nekat bikin dan publish ff ini cry

Pendek cerita aja deh karena ngetik a/n nya di tab. Terimakasih buat yg udah mampir. Jangan sungkan buat review ya hehe 8DDa