Chapter 00: Akashi 'Seijuuro' dan Gedung Tua.
.
.
.
Katakan padanya, sebenarnya untuk apa dirinya ini ada?
Yang ia tahu, dirinya ada hanya untuk menanggung semua emosi, ingatan dan perasaan itu.
Kemarahan, kesedihan, kecemburuan kesakitan, dendam. Dari hal-hal itulah mungkin tubuhnya ini terbentuk.
Sementara orang itu menjalani harinya dengan tenang dan damai, terlepas dari hal-hal menyakitkan itu.
Memuakkan.
Semakin lama rasa sakit itu semakin dalam menggerogoti tubuh ini, Ia ingin lepas dari rasa sakit ini.
Ia ingin diakui oleh orang itu. Tidak tahukah dia selama ini ia menderita dengan ingatan dan perasaan ini.
Bahkan, ia merasa perasaan negatif yang sudah di pendamnya selama enam puluh tahun ini sudah membuat penampilannya menjadi buruk.
Harus ada yang mengakhirinya. Ia harus mencari cara agar bisa bersatu dengan orang itu, secepatnya.
Tapi bagaimana? Orang itu saja tidak bisa melihat dirinya.
Pikirkan.
Ah, anak itu..
Mungkin dia bisa membantu.
Hei, kemarilah.
Tetsuya
Ia bersenandung pelan, suara merdunya memantul—menggema dalam koridor yang sepi dan gelap. Berjalan sambil sesekali melompat, bibir semerah cerinya melengkung membentuk senyum yang indah.
"Jarang-jarang Tetsuya menggodaku seperti itu." Membayangkannya lagi membuat Seijuuro serasa terbang keawang-awang, walaupun gombalan itu dilontarkan dengan wajah sedatar triplek sekalipun. Biasanya, Seijuuro yang akan menggodanya terlebih dulu.
.
.
.
Beberapa menit lalu . . .
"Seijuuro-kun, setelah ini aku ada kelas tambahan. Seijuuro-kun sebaiknya ke ruang klub duluan."
"Tapi aku ingin menemani dan membantu Tetsuya disini."
"Jangan, maksudku bukannya tidak boleh. Melihat wajah Seijuuro-kun disini bisa mengalihkan duniaku." Maksudnya konsentrasi Kuroko yang sedang fokus-fokusnya belajar.
Bagaimana tidak, dari pelajaran sehabis istirahat, Seijuuro betah duduk di pangkuan Kuroko. Guru dan teman-temannya tentu tidak menyadarinya.
Kalau bukan sedang jam pelajaran, Kuroko sama sekali tidak keberatan. Mau berjam-jam pun, menemani Seijuuro bermanja-manja jujur dapat mengurangi sedikit stress yang tengah ia alami akibat ujian tengah semester yang sebentar lagi tiba. Ada beberapa nilai Kuroko yang tidak memenuhi standar minimun. Matematika yang terburuk.
Mungkin setelah ini ia akan meminta Seijuuro mengajarinya.
.
.
.
Seijuuro membuka pintu ruang klub Investigasi Supranatural. Ruangan ini terletak di gedung lama yang sudah tidak terpakai, tepatnya ujung koridor di lantai dua. Klub yang baru Seijuuro buat beberapa minggu lalu.
Tidak ada orang di dalam. Seijuuro memaklumi. Bel jam pelajaran selesai baru saja berbunyi. Kalau Kuroko tidak ada kelas tambahan ia pasti sudah berada disini bersama Seijuuro.
Ia menuju sofa, merebahkan tubuhnya. Tangannya ia lipat dijadikan bantalan untuk kepalanya.
Tiktaktiktaktiktak.
Suara jam yang berdetik dapat terdengar, saking sepinya. Seijuuro mulai bosan.
Taptaptaptaptaptap—
Langkah kaki cepat dapat terdengar dari luar. Kemudian suara pintu yang dibuka kasar—
"Konnichiwa, mina-saaan~" menampilkan sosok lumayan tinggi berambut orange. Dia adalah salah satu anggota klub ini, Ogiwara Shigehiro.
"Are, belum ada orang.."
Setelah menutup pintu kembali, Ogiwara berjalan santai menuju sofa diseberang Seijuuro. pertama, ia letakkan tasnya kemudian menyiapkan minuman untuk dirinya.
Disini memang ada beberapa alat untuk memasak seperti teko listrik, beberapa gelas dan piring, juga sendok. Semuanya adalah hasil sumbangan dari masing-masing anggota.
Kopi panas yang masih mengepul itu ia taruh di meja. Ia mengambil sebuah buku dari tasnya, ikut berbaring sama seperti Seijuuro sambil membaca buku yang barusan ia ambil.
Seijuuro yang penasaran menghampiri Ogiwara, mengintip sedikit.
Setelah diperiksa, itu bukan buku melainkan majalah. Cover majalah itu biasa saja, isinya yang luar biasa.
Foto-foto gadis yang berpose di pantai dengan gaya erotis menggunakan pakaian renang yang cukup menggoda. Ada bagian yang menonjol diantara mereka, itu adalah payudara berukuran tidak normal yang mereka pamerkan.
"Mati saja kau, Ogiwara." Diam-diam Seijuuro mengutuk, tapi tidak diindahkan orang ini. Tentu saja, karena Seijuuro ini hantu. Hanya orang-orang tertentu yang dapat melihatnya. Dalam kasus ini, hanya Tetsuya dan Shintarou yang dapat melihatnya.
Seijuuro kembali ke sofa diseberang Ogiwara. Sedikit jengkel, ia mengambil kopi panas yang di buat Ogiwara lalu menghabiskannya dalam sekali teguk. Persetan dengan si pemilik.
Sementara Ogiwara masih asik dengan majalah nistanya.
"Tetsuya lama sekali. Apa kelasnya sesulit itu?"
Tau begitu, lebih baik Seijuuro tetap disana membantu Tetsuya menyelesaikan latihan khusus pra-ulangan tengah semester itu. Daripada disini, berdua dengan orang mesum berkedok malaikat.
Salahnya yang termakan gombalan Tetsuya. Tapi, jarang-jarang melihat Tetsuya menggodanya seperti tadi.
"Ah! Aku lupa menulis laporan jurnal klub Investigasi Supranatural!"
Jurnal klub yang seharusnya diisi oleh serangkaian kegiatan penyelidikan tentang hal-hal yang tidak lazim dan masuk akal di sekolah ini.
Sampai sekarang, Ogiwara sudah mendapat informasi tentang tujuh keajaiban dan keanehan sekolah. Tentunya buah dari ke kepoannya yang sudah bertanya-tanya pada kenalannya yang tersebar di sekolah ini. Ia menyiapkan buku catatan kosong dan mulai menuliskan hal-hal yang ada di otaknya.
"Daftar ini adalah yang harus diselidiki oleh klub investigasi. Informasi ini saya dapatkan dari para siswa. Kami akan sesegera mungkin memecahkan misteri ini.
Gosipnya, orang yang mengetahui gosip secara 'utuh', akan terkena kutukan atau mendatangkan kejadian menyeramkan.
Berikut adalah tujuh keajaiban dan keanehan sekolah, yang rencananya akan kami selidiki.
1.Hantu di toilet wanita.
Katanya, jika kita mengetuk pintu toilet tiga kali sambil bertanya, 'apakah ada orang?' dan dibalas ketukan tiga kali juga dari dalam. Berarti ada sesuatu di dalam sana.
2.Piano di ruang musik berbunyi sendiri di tengah malam.
3.Manekin Praktikum Biologi yang bergerak dan berlari-lari di tengah malam. Terkadang juga bermain petak umpat.
4.Suara orang berolahraga di gym yang kosong.
5.Suara seseorang berenang di kolam renang.
6.Jumlah tangga yang selalu berubah.
Ketika menaiki tangga sambil berhitung, selalu berbeda hasilnya.
7.Akashi 'Seijuuro'
Ini adalah sosok hantu yang terkenal sejak sekolah ini dibangun enam puluh tahun lalu. Klub ini, ingin mencari tahu kebenaran kisah ini."
Selesai menulis, dengan mata yang masih fokus ke buku catatannya, Ogiwara meraih gelas berisi kopi yang ia buat tadi. Mungkin sekarang sudah tidak terlalu panas.
Kenapa gelasnya enteng? Ia tengok isinya.
Kosong.
"Eh? habis? Siapa yang menghabiskannya!"
Tengok kanan,
Kosong.
Tengok kiri,
Kosong.
Depan belakang,
Tidak ada orang.
"Eh? HEEEEEE!?" Buku ditangannya terjatuh, Ogiwara bangun tiba-tiba.
Di waktu yang bersamaan, pintu terbuka, menampilkan Kuroko dengan wajah kusut. Rambutnya berantakan, kacamata yang ia pakai saja miring. Kacau.
"Selamat datang, Tetsuya!"
Seijuuro baru ingin memeluk, tapi kalah cepat dengan Ogiwara yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapannya, memeluk lengan Kuroko erat.
"HUAAAA KUROKOOOO!"
Perempatan siku-siku muncul di kening Seijuuro.
"A-ada hantu disini, Kuroko!"
"Lepaskan tanganmu dari Tetsuya!" Seijuuro, sekuat tenaga menarik lengan Ogiwara agar lepas dari Tetsuya. tapi tenaganya kalah kuat.
"Sekarang aku malah merinding," Merasakan sesuatu yang dingin di lehernya juga sekitar tubuhnya, bulu kuduknya juga berdiri, Ogiwara makin mempererat pelukannya, "Tolong aku Kuroko!"
"Kau bisa melihat mereka kan? katakan padaku, apakah dia ada disini?"
Kuroko mengangguk malas. Ya, tepatnya sedang bergelayut di lenganmu, Ogiwara-kun. Kalau Kuroko mengatakannya dapat dipastikan Ogiwara akan mati berdiri saat ini juga.
"Lalu, kok aku merasa lenganku berat. Apakah sesuatu terjadi?"
"Aku marah padamu, tahu!"
"Sepertinya dia tidak suka kau dekat-dekat dengan Kuroko." Laki-laki tinggi berambut hijau, muncul di belakang Kuroko.
"Itu benar, Shintarou." Seijuuro mengangguk setuju, kali ini sependapat dengan laki-laki berkacamata ini.
"EEHH!? Kenapa begitu?! Apa dia menyukai Kuroko? Tidaktidaktidak, tidak boleh! Hei, Hantu-san, kau tidak boleh mengambil Kuroko tanpa seizinku!" Ogiwara memeluk tubuh Kuroko protective, memonopolinya.
"M-maksudmu apa!? Tetsuya milikku, lepaskan!" Seijuuro terbawa suasana—ikut menarik lengan sebelah kiri Tetsuya— Sementara tubuh Tetsuya terombang-ambing, kanan-kiri-kanan-kiri.
Dibelakangnya, Midorima memalingkan wajah, menaikkan bingkai kacamatanya yang tidak turun sama sekali. 'Hmph!' terlihat kesal.
Kuroko tidak tau apa yang membuatnya kesal.
"Kalian semua, berhentilah bermain-main. Aku lelah." Tidak tahukah kalian, Kuroko baru saja pulang dari medan pertempuran untuk yang kedua kalinya, yang bernama 'remedial matematika'
.
.
.
Ada sebuah kisah di Sekolah Teiko tentang anak laki-laki bernama Seijuuro
Seijuuro adalah sesosok hantu yang kehilangan ingatan masa lalunya.
Selain itu, dia adalah ketua klub Investigasi Supranatural.
Tanpa aku sadari Seijuuro telah menghantuiku.
Saat itu aku belum menyadari bahwa aku benar-benar dihantui.
ANOTHER
KNB's Not Mine
Ada yang mengatakan bahwa gedung lama SMA Teiko 'berhantu'
Nama hantu tersebut adalah Akashi 'Seijuuro'
Konon, bagi orang yang berkesempatan melihatnya, Seijuuro ini mempunyai rupa yang cukup menyeramkan dengan aura hitam yang menyeruak disekitarnya. Matanya yang tajam menatap mereka (yang melihatnya) dengan tatapan tajam menusuk, seolah-olah mata itu adalah anak panah yang bisa langsung menusuk jantungmu.
Dikatakan alasan Seijuuro yang masih berkeliaran ini di karenakan ia mempunyai dendam dengan salah satu murid di sekolah ini, ia akan mengutuknya dan membunuhnya.
Tapi ini masihlah rumor.
Intinya, nama Seijuuro sudah sangat terkenal disekolah ini, sejak enam puluh tahun lalu saat sekolah ini baru saja di dirikan.
Ia bahkan masuk kedalam tujuh keajaiban dan keanehan sekolah.
Rumor ini juga, yang membuat seorang Kuroko Tetsuya penasaran, dan akhirnya nekat pergi ke gedung lama untuk memastikan kebenarannya.
Kuroko tidak takut hantu.
Hal seperti itu, tidak mungkin ada, kan?
.
.
Taktaktaktak.
Langkah kakinya dapat terdengar jelas, saling bergesekan dengan lantai kayu yang sudah usang dan rapuh dimakan zaman. Disini lumayan gelap walaupun siang hari, jadi Kuroko harus memerhatikan langkahnya kalau tidak ia akan menabrak sesuatu.
Sudah sekitar empat puluh lima menit-an ia berkeliling disana, mengelilingi gedung ini. Banyak jalan buntu yang ia temui.
Kelas-kelas lama digunakan menjadi gudang, tangga yang tak pernah dilewati, lampu yang tidak berfungsi, debu berkeliaran mengotori udara.
"Dimana.. ini?" tidak salah lagi, ia tersesat. Tidak heran, dikarenakan struktur bagian dalam bangunan yang bagaikan labirin.
'Pernah dengar? Ada cermin besar disuatu tempat digedung itu. Apapun yang terjadi di cermin itu—'
"Jangan pernah.. apa ya?"
Mendadak obrolan gadis di kelasnya melintas di kepalanya. Bodohnya, ia malah melupakan bagian pentingnya.
Bukan saatnya memikirkan itu. Yang terpenting adalah bagaimana cara ia keluar dari tempat ini. Jujur, berlama-lama disini membuat Kuroko merinding.
'Tetsuya..'
Sepertinya ada seseorang yang memanggilnya. Ia berhenti sejenak, menengok kanan-kirinya, tidak ada orang, di belakang juga.
Tidak ada yang berani berkunjung ke gedung ini (pengecualian untuk dirinya), dikarenakan rumor 'itu'. Mendekat saja, mereka—murid SMA Teiko— tidak berani.
'Tetsuya..'
Lagi, kali ini suara tersebut lumayan jelas memasuki gendang telinga Kuroko. Sepertinya suara itu bersumber dari sesuatu didepannya.
Maka dengan perlahan ia mulai mendekat.
Didepan sana, yang ada hanya sebuah ruangan.
Kuroko masuk, sepasang aquamarine mengamati ruang sekitar, tangan kirinya menutupi mulut dan hidungnya, mencegah masuknya debu-debu yang beterbangan disekitar. Gedung ini memang sudah tak terurus lagi.
Ada rak yang berisi buku-buku lama, dua buah sofa panjang yang saling berhadapan dengan meja ditengahnya, replika tengkorak bagian kepala, lukisan yang menurut Kuroko aneh dan sedikit menyeramkan, lalu di depan sana ada jendela besar.
Masuk lebih dalam, tak sengaja ia menginjak sesuatu. Itu adalah boneka kelinci yang sudah lusuh. Mungkin kalau di cuci boneka itu warnanya putih.
Tanpa sadar tangannya berpegangan pada cermin di sampingnya. Ketika menyadarinya, ia malah memerhatikannya. Memandang refleksi dirinya yang terpantul dari cermin raksasa itu..
"Cermin ini.. entah kenapa terlihat seram. Ini bukan cermin yang diceritakan itu, kan?"
'Tetsuya—'
Suara barusan. Perlahan Kuroko menengok ke belakang, mendapati sepasang manik krimson yang sedang menatapnya tajam. Kulit pucatnya bersinar ditengah temaramnya penerangan diruangan ini, bibir merahnya mulai terbuka—
"Ha-lo." Sapaan tersebut terdengar lembut memasuki telinganya.
Kuroko mundur perlahan. Menabrak cermin dibelakangnya, hingga akhirnya ia jatuh terjungkang ke sampingnya.
"Are? Apa diriku semenakutkan itu dimatamu?" sosok itu bertanya. Mendadak image seram menghilang, tergantikan dengan ekspresi terkejut yang dibuat-buat.
Kuroko mengamatinya sekali lagi. Tubuhnya yang ramping, surai berwarna merah menyala yang cukup panjang—sama sepertinya— mata merah yang berkilau, kulit putihnya yang bersinar dan terlihat mulus—terbalutkan kimono dengan garis vertikal berwarna merah maroon, dan tingginya beberapa-senti-diatas Kuroko.
"Maaf. Aku hanya terkejut."
Mencoba tetap tenang, perlahan Kuroko berdiri, menepuk-nepuk pantat dan bagian lainnya yang mungkin kotor akibat terjatuh barusan.
"Jarang-jarang ada orang datang ke sini. Apa kau tersesat?"
Bukannya jarang, memang tidak ada.
.
.
.
"Hm, jadi kau masih kelas dua."
"Iya."
Sekarang, sosok itu berjalan beberapa langkah didepan Kuroko, memimpin jalan.
Dia memiliki kulit putih, mata merah yang tajam, dan tubuh yang ramping. Diam-diam, Kuroko mengamatinya, lagi.
Tapi bukan hanya itu, ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Kuroko bisa tau dari senyum misterius yang diam-diam ia tunjukan sekarang.
"Sampai tersesat di tempat seperti ini, kau ini ceroboh sekali, ya."
'Eh, pernah dengar. Ada cerita tentang hantu di gedung tua'
langkahnya terhenti tiba-tiba.
"Ada apa?"
"Tidak apa-apa." ia berlari kecil berusaha menyamai langkah sosok itu, "Hm, kenapa kau ada disini? Kau bilang jarang ada orang datang. Kesannya kau sudah lama sekali disini."
"Memang sudah lama. Karena, aku adalah hantu." Sosok itu berbalik menghadap Kuroko, surai merahnya yang panjang itu bergoyang, "Aku adalah hantu itu." Mengatakan dengan senyum diwajahnya.
Kuroko diam. Tidak mendapat respon yang di harapkan, sosok itu kembali melanjutkan langkahnya.
Jangan bercanda. Mana ada hantu yang mengaku hantu dengan wajah seriang itu.
Tunggu, jika ia adalah hantu, maka Kuroko tidak bisa menyentuhnya, kan?
Ia berlari, tangannya terulur ke depan ingin menggengggam—berusaha meraihnya.
Disaat yang bersamaan sosok itu berbalik, mungkin ingin mengetahui apakah Kuroko mengikutinya atau masih diam.
Tangan itu— sukses menyentuh dada datar sosok itu. Tanpa sadar jari-jari Kuroko mulai meremas apa yang ia pegang.
'Bisa dipegang?'
Sosok itu memiringkan kepalanya—terlihat kawaii. Sementara pipi Kuroko sedikit merona, menyadari telah meremas sesuatu yang seharusnya tidak ia sentuh.
Eh, tapi dia kan laki-laki, jadi tidak apa-apa, kan?
"Sumimasen." buru-buru ia tarik kembali tangannya, walaupun rasanya masih betah meremas sesuatu yang datar itu, "Hantu seharusnya tidak bisa disentuh."
"Soal kau bisa menyentuhku, itu tidak membuktikan bahwa aku bukan hantu. Tapi itu tidak penting, bukan?"
"Aku tidak begitu ingat saat kematianku. Aku tidak punya ingatan tentang masa laluku." Kaki jenjangnya melangkah perlahan menaiki satu persatu anak tangga dengan anggun.
Tidak terasa, mereka sudah sampai di lantai teratas gedung itu, atap.
"Ingatan?"
Ia berdiri membelakangi Kuroko, menatap matahari yang sebentar lagi akan tenggelam.
"Aku tidak tahu kapan dan mengapa aku mati. Penyesalan atau dendam pun tak ada padaku. Aku tidak bisa dan tidak berniat mengingatnya. Karenanya, apapun aku ini, tidak penting, bukan?"
Ia berbalik. Angin berhembus sebentar, membelai pelan surai merah nya. Siluet orang itu yang sedang berdiri seakan bersinar, bibirnya menunjukan senyum tulusnya sambil mengulurkan tangannya, begitu—
"Namaku Seijuuro, Akashi Seijuuro. Dan kau?"
Cantik.
Kuroko menyimpan pemikiran ini baik-baik. Ikut tersenyum tipis, "Tetsuya, Kuroko Tetsuya."
"Tetsuya, ya? Nama yang bagus."
.
.
.
Keesokan harinya, setelah pelajaran selesai, Kuroko berkunjung kembali ke gedung tua ini. Ia disambut oleh Seijuuro yang menunggunya didepan gedung.
Seijuuro mengajaknya ke lantai teratas gedung itu, tempat kemarin mereka saling bertukar nama.
Ditemani matahari senja plus angin yang berhembus pelan. Disana mereka, Seijuuro duduk sambil membelai rambut Kuroko yang sedang berbaring di pangkuannya.
Sampai detik ini, Kuroko masih belum mempercayai kalau sosok yang sedang tersenyum hangat padanya ini adalah 'hantu'
Apalagi hantu yang sangat terkenal di Teiko ini. Hantu Seijuuro yang di gambarkan murid sekolah ini berbanding terbalik dengan hantu Seijuuro di hadapannya ini.
Seijuuro yang ini begitu cantik dan mempesona. Tidak menyeramkan seperti yang mereka katakan.
"Kenapa Seijuuro-kun mengikutiku terus?"
"Aku senang bila bersentuhan denganmu seperti ini. Biarkan aku melakukan sesuatu semauku, karena kita tidak akan selamanya bisa begini."
"Maksud Seijuuro-kun?"
"Aku adalah fantasi dalam pikiranmu. Cerita saja tidak akan cukup, karena ia bukan kenyataan."
"Aku tidak begitu paham. Bagaimana caranya agar kita bisa tetap seperti ini?"
"Apa ya.." Seijuuro menutup mata, memikirkan sesuatu, "Misalnya, melakukan ini.."
Tangan kirinya mengangkat dagu Kuroko, sementara tangan satunya menyingkirkan poni panjang yang menutupi dahinya.
Seijuuro menunduk—
'CUP'
Bibirnya yang dingin bersentuhan dengan dahi hangat Kuroko. Mengecupnya lembut.
Menyadari hal itu, pipi Kuroko sedikit merona. Buru-buru ia duduk memegangi dahinya, "S-seijuuro-kun mempermainkanku?"—sedikit gugup.
"Yap!"
"Tolong hentikan."
Seijuuro melingkarkan kedua lengannya di leher Tetsuya, memeluknya dari belakang, "Padahal Tetsuya terlihat menikmatinya~ bagaimana? Apakah sekarang Tetsuya tidak bisa melupakanku?"
"Rasanya lebih seperti.. aku di hantui Seijuuro-kun."
"Jahatnyaaa~"
"Seijuuro-kun tidak benar-benar akan menghantuiku, kan?"
"Ne, Tetsuya pernah dengar? Dahulu kala ada sebuah cerita. Konon tempat ini adalah tempat terkutuk. Ada seorang anak laki-laki terperangkap di sekolah karena kutukan. Sampai sekarang, keberadaannya tidak diketahui, terbaring di satu sudut sekolah."
"Orang itu Seijuuro-kun?"
"Mungkin, ya."
Kalau itu benar, Seijuuro-kun berarti dia masih ada di sekolah ini.
'Mungkin sekarang sedang menantimu.'
Suara itu muncul di kepalanya, suara yang memanggilnya kemarin. Kemudian Kuroko melihat sesuatu melintas—
'hiks..Takut.. siapapun, tolong aku! Hiks..'
Itu adalah gambaran samar Seijuuro yang sedang menangis—tidak berdaya disebuah ruangan gelap yang Kuroko tidak tahu dimana.
"Tetsuya, ada apa?"
Tadi itu mimpi?
Bukan,
Itu memang panggilan Seijuuro-kun meminta pertolongan.
Disuatu tempat dibangunan tua . . .
Buru-buru berdiri, tanpa pikir panjang Kuroko berlari masuk ke gedung tua itu.
"Tunggu, Tetsuya!"
'Eh pernah dengar? Ada cerita tentang hantu di gedung tua. Ada cermin besar disuatu tempat.'
Ia menuju ruangan tempat dirinya dan Seijuuro bertemu.
Sampai di ruangan yang dimaksud, ia mengambil kayu yang ia temukan disekitarnya, dengan sekali pukul cermin dihadapannya pecah berkeping-keping, meninggalkan sebuah jalan disana.
"Ini cermin yang dimaksud. Seijuuro-kun ada di dalam sana."
"Tunggu! Di dalam—"
Mengabaikannya, Kuroko berlari memasuki lubang tersebut.
"Berhenti!"
Sialnya, jalanan di dalam cermin berbentuk lorong yang menurun, membuat tubuh kecilnya berakhir terguling masuk ke bawah.
Setelah mendarat ia dapat melihatnya.
Matanya membulat, mulutnya sedikit terbuka.
Tepat dihadapannya, ada tubuh seseorang yang sudah menjadi tengkorak, duduk bersandar pada tembok. Menggunakan seragam sekolah yang sudah lusuh dan sobek di sana-sini. Di sekitarnya, Kuroko dapat melihat sisa-sisa darah yang sudah mengering.
'Apapun yang terjadi di depan cermin itu, jangan pernah menoleh ke belakang. Kalau kau menoleh. Hantu itu akan menyeretmu, dan kau akan terperangkap di cermin, selamanya.'
"Kau melihatnya.."
Itu Seijuuro, yang entah sejak kapan berdiri diambang pintu. Wajahnya tertunduk, surai panjangnya mengembang. Kuroko dapat merasakan aura berbahaya yang menguar disekitar Seijuuro.
"S-seijuuro-kun?"
"Ini.. ini.. ini.."
Pupil biru mudanya membesar.
"Memalukan!" segera atmosfir berat yang menguar barusan menghilang.
Seijuuro jatuh terduduk sambil menyilangkan tangannya menutupi dadanya, "Tubuhku, dilihat Tetsuya.. sampai ke setiap lekuknya.."
"Memalukan? Ini kan hanya tulang—"
"Aku sudah lebih dari telanjang! Cepat sembunyikan! Jangan dilihat lagi! Tetsuya no Ecchi!"
"E-eh? Ecchi!?"
Seijuuro memang hantu yang mati di sekolah ini. Entah karena kecelakaan atau hal lain, ia terperangkap dan ditinggalkan begitu saja.
.
.
.
Klub Investigasi Supranatural.
Itu yang tertulis dikertas, tertempel dipintu ruangan ini—ruangan tempat pertama kali Kuroko dan Seijuuro bertemu.
"Ini.. apa?"
"Aku mencoba membuat klub seperti murid sekolah biasanya." Muncul tiba-tiba disamping Kuroko, itu adalah Seijuuro.
"S-Seijuuro-kun!?"
"Akhirnya, aku memang ingin mengetahui apa yang terjadi padaku. Mau membantu, kan?" berkata dengan wajah cerianya, ia melingkarkan kedua lengannya pada leher Tetsuya. Seijuuro mendekatkan bibirnya ke telinga Tetsuya, "Karena kau sudah melihatku sampai sejauh itu,"—membuat Kuroko merinding.
Sepertinya, Kuroko memang dihantui Seijuuro.
.
.
Chapter 00: E N D
[halo! kenal dengan saya? *abisgantinama* ga ada yang tau ya? ah sudahlah tidak penting.
Percayalah, apa yang ditulis di sini hanya pelampiasan imajinasi yang udah lama tertahan, *berhubung lagi kena WB untuk ff yg satu lagi* :,v #RIPFYTY. Akashi nya OOC, tapi ini cuma di awal-awal aja~ pengen buat dia jadi uke yang manis plus Harem!Kuroko :'D *sekali lagi, ini cerita pelampiasan imajinasi saya*
mungkin ada yang merasa familiar, ini memang terinspirasi dari sebuah anime :'D]
.
.
Next Chapter 01: Hitori Kakurenboo dan Shadow
"Tolong aku, Kuroko, kalau tidak aku akan mati!"
"Seijuuro-kun bukan roh jahat. Dia hanya hantu polos nan lugu yang suka menggodaku."
"Aku terlihat seperti apa yang mereka bayangkan. Ne, Tetsuya, katakan seperti apa aku terlihat di matamu?"
[Cerita tentang bagaimana Ogiwara dan Midorima bergabung di klub ini.]
